You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HERNIA

A. Pengertian

Hernia adalah penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang


abnormal (Dorland, 2007). Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau
struktur organ ditempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau
yang didapat (Long, 2010). Penonjolan usus melalui lubang abdomen atau
lemahnya area dinding abdomen (Suddarth, 2011). Hernia secara umum adalah
prostusi atau penonjolan isi suatu rongga yang bersangkutan (Cecily, 2000).

B. Klasifikasi

Menurut Hidayat, 2005 macam – macam klasifikasi hernia berdasarkan


macam hernia, sifat hernia, dan proses terjadinya adalah sebagai berikut :

1. Hernia menurut letaknya :


a. Hernia inguinalis
1) Indirek atau lateralis
Terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis, biasa terjadi pada bayi dan anak.
2) Direct atau medialis
Melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui
kanal seperti pada hernia indirect, biasa terjadi pada lansia.
b. Hernia Femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita. Mulai
sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung hernia.
c. Hernia umbilikalis
Terjadi karena peningkatan tekanan abdominal. Biasa pada wanita
gemuk dan multipara.
2. Hernia menurut terjadinya
a. Hernia bawaan atau kongenital
b. Hernia dapatan atau akuisita yaitu hernia yang timbul karena berbagai
pemicu.
3. Hernia menurut sifatnya
a. Hernia reponibel atau hernia reducible yaitu hernia yang dapat keluar
masuk. Tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi.
b. Hernia irreponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
c. Hernia strangulate atau inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh
cincin hernia, artinya isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
rongga perut.

C. Etiologi
Menurut Corwin, 2009 etiologi hernia adalah :
1. Ketidakpatensian rongga yang tidak nyaman
2. Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, alibat
tekanan rongga perut yang meninggi
3. Cacat bawaan
4. Anomali kongenital atau sebab yang didapat
5. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
6. Genetik
7. Proses menua sehingga jaringan penyangga makin melemah
8. Aktifitas fisik berat

D. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertambahan tekanan


seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar, atau batuk yang kuat
atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan
yang berlebihan pada daerah abdominal tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak aatau terjadi dari
proses perkembangan cukup lama , pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama – tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ – organ selalu saja melakukan pekerjaan
yang berat dalam waktu cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan, jika
suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren
(Corwin, 2009).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila
otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi
karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin, 2009 manifestasi klinis dari hernia adalah :
1. Adanya benjolan
2. Benjolan bisa mengecil atau menghilang jika istirahat
3. Nyeri bila benjolan ditekan
4. Nyeri tambah parah jika distensi atau miksi dn batuk
5. Adanya mual muntah dan kembung
F. Pathway
G. Komplikasi
Komplikasi hernia menurut Suddarth, 2001 adalah
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus partial atau total
3. Luka pada usus
4. Perdarahan yang berlebihan
5. Infeksi luka bedah
6. Peritonitis

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suddarth, 2001 pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :

1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi terjadinya ketidakseimbangan


elektrolit (peningkatan leukosit, hematokrit)
2. Pemeriksaan urin untuk mendeteksi munculnya sel darah merah atau bakteri
yang mengidentifikasi terjadinya infeksi
3. Pemeriksaan foto thoraks untuk mengeliminasi penyakit sistemik penyulit
intra operasi
4. Pemeriksaan CT scan untuk mendeteksi adenitistuberkolosis
5. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi adanya massa hernia

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan menurut Suddarth, 2001 adalah
1. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia yaitu dengan cara hernia dikembalikan pada tempat
semula, bisa langsung dengan tangan
2) Penggunaan otot penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya penggunaan korset
b. Penatalaksanaan secara operatif
1) Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah
2) Pada bedah elektif kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong
diikat, dan dilakukan basinya plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis
3) Herniotomy, seluruh hernia dipotong dan diangkat
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kaji tanda vital
b. Kaji luka operasi
c. Pertahankan hidrasi
d. Tingkatkan rasa nyaman

J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian hernia menurut Doengoes, 1999
1. Data umum
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan mengangkat berat, duduk mengemudi dalam
waktu lama, penurunan rentang gerak, tidak bisa beraktifitas seperti
biasanya, atrofi otot, gangguan berjalan
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi adanya kesulitan dalam defekasi, retensi urine
c. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : adanya nyeri seperti ditusuk pisau dan bertambah hebat saat
sedang batuk kronis, mengejan saat konstipasi, dan saat beraktifitas
mengangkat berat
d. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan pada ekstrimitas atas maupun bawah
e. Integritas ego
Gejala : ketakutan, ansietas masalah pekerjaan, dan finansial keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : tingkat kesadasran, adanya benjolan, tanda infeksi
b. Palpasi : turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan nyeri
c. Auskultasi : bising usus melebihi normal
d. Perkusi : hipertimpani,distensi abdomen

K. Fokus Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisik; kompresi saraf; spasme
otot; diskontinuitas jaringan post op
a. Tujuan : nyeri hilang dengan spasme terkontrol
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang dapat menghilangkan nyeri
3) Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi distraksi
4) Ekspresi rileks dan tenang
c. Intervensi :
1) Kaji tingkat rasa nyeri meliputilokasi, irama, faktor penyebab
2) Kaji skala nyeri
3) Berikan posisi senyaman mungkin
4) Pertahankan tirah baring
5) Ajarkan teknik relaksasi distraksi
6) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah / operasi
a. Tujuan : tidak ada infeksi
b. Kriteria hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan kotor.
3) Tanda-tanda vital normal
c. Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
a. Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
b. Kriteria hasil :
1) pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
2) pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
3) kualitas dan kuantitas tidur normal
c. intervensi :
1) Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan
latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore
hari.
2) Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien
bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
3) Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti
amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
4) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.

4. Nyeri berhubungan dengan kondisi hernia


a. Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang dapat menghilangkan nyeri
3) Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi distraksi
4) Ekspresi rileks dan tenang
c. Intervensi :
1) Kaji dan catat nyeri
2) Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk, dan
mengangkat benda berat
3) Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan)
4) Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum atau kompres es
yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan
mengendalikan nyeri
5) Berikan analgesik sesuai program
5. Retensi urin berhubungan dengan nyeri, trauma
a. Tujuan : tidak terjadi retensi urin, output urin lancar
b. Kriteria hasil:
1) Vesika urinaria tidak distensi
2) Output urin lancar
c. Intervensi
1) Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat
berkemih
2) Pantau haluaran urin, catat dan laporkan, berkemih yang sering <
100ml dalam sewaktu-waktu
3) Permudah berkemih dengan mengimplementasikan pada posisi
normal untuk berkemih, rangsang pasien dengan mendengar air
mengalir atau tempatkan pada baskom hangat
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan komplikasi GI berkenaan
dengan adanya hernia
a. Tujuan : pasien mengetahui komplikasi hernia terhadap GI, tidak
terjadi komplikasi pada GI
b. Kriteria hasil :
1) Pasien dapat menyebutkan pencegahan komplikasi GI
c. Intervensi
1) Anjukan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat,
menetap, mual dan muntah, demam, dan distensi abdomen
yang dapat memperberat awitan inkarserasi atau strangulasi
usus
2) Dorong pasien untuk mengikuti argumen medis : penggunaan
dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan,
mengejan, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
3) Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau
suplemen diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan
masukan cairan sedikitnya 2-3 liter per hari untuk
meningkatkan konsistensi feses lunak
4) Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan
mengangkat
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2009. Buku Saku Patoisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat, Samsul. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

You might also like