Professional Documents
Culture Documents
DENGAN HERNIA
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Menurut Corwin, 2009 etiologi hernia adalah :
1. Ketidakpatensian rongga yang tidak nyaman
2. Timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, alibat
tekanan rongga perut yang meninggi
3. Cacat bawaan
4. Anomali kongenital atau sebab yang didapat
5. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
6. Genetik
7. Proses menua sehingga jaringan penyangga makin melemah
8. Aktifitas fisik berat
D. Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila
otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi
karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin, 2009 manifestasi klinis dari hernia adalah :
1. Adanya benjolan
2. Benjolan bisa mengecil atau menghilang jika istirahat
3. Nyeri bila benjolan ditekan
4. Nyeri tambah parah jika distensi atau miksi dn batuk
5. Adanya mual muntah dan kembung
F. Pathway
G. Komplikasi
Komplikasi hernia menurut Suddarth, 2001 adalah
1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus partial atau total
3. Luka pada usus
4. Perdarahan yang berlebihan
5. Infeksi luka bedah
6. Peritonitis
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan menurut Suddarth, 2001 adalah
1. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia yaitu dengan cara hernia dikembalikan pada tempat
semula, bisa langsung dengan tangan
2) Penggunaan otot penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya penggunaan korset
b. Penatalaksanaan secara operatif
1) Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah
2) Pada bedah elektif kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong
diikat, dan dilakukan basinya plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis
3) Herniotomy, seluruh hernia dipotong dan diangkat
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kaji tanda vital
b. Kaji luka operasi
c. Pertahankan hidrasi
d. Tingkatkan rasa nyaman
J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian hernia menurut Doengoes, 1999
1. Data umum
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan mengangkat berat, duduk mengemudi dalam
waktu lama, penurunan rentang gerak, tidak bisa beraktifitas seperti
biasanya, atrofi otot, gangguan berjalan
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi adanya kesulitan dalam defekasi, retensi urine
c. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : adanya nyeri seperti ditusuk pisau dan bertambah hebat saat
sedang batuk kronis, mengejan saat konstipasi, dan saat beraktifitas
mengangkat berat
d. Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan pada ekstrimitas atas maupun bawah
e. Integritas ego
Gejala : ketakutan, ansietas masalah pekerjaan, dan finansial keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : tingkat kesadasran, adanya benjolan, tanda infeksi
b. Palpasi : turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan nyeri
c. Auskultasi : bising usus melebihi normal
d. Perkusi : hipertimpani,distensi abdomen
K. Fokus Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisik; kompresi saraf; spasme
otot; diskontinuitas jaringan post op
a. Tujuan : nyeri hilang dengan spasme terkontrol
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang dapat menghilangkan nyeri
3) Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi distraksi
4) Ekspresi rileks dan tenang
c. Intervensi :
1) Kaji tingkat rasa nyeri meliputilokasi, irama, faktor penyebab
2) Kaji skala nyeri
3) Berikan posisi senyaman mungkin
4) Pertahankan tirah baring
5) Ajarkan teknik relaksasi distraksi
6) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah / operasi
a. Tujuan : tidak ada infeksi
b. Kriteria hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan kotor.
3) Tanda-tanda vital normal
c. Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
a. Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
b. Kriteria hasil :
1) pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
2) pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
3) kualitas dan kuantitas tidur normal
c. intervensi :
1) Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan
latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore
hari.
2) Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien
bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
3) Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti
amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).
4) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
Hidayat, Samsul. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC