Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes
mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup
tinggi. Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan diabetes
melitus tipe 1 dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif disirkulasi yang
terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan
growth hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak dengna Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama
berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian
akibat KAD.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat dengan
kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode KAD. Angka
kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai, seperti
: sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa
darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis
menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda
keton menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap. Mengingat
masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan prosedur atau konsensus
yang terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya
pembahasan mengenai bagaimana metode tatalaksana terkini dalam menangani
ketoasidosis diabetik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep dasar dari asidosis metabolik (DM) ?
2. Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada asidosis metabolik (DM) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari asidosis metabolik (DM)
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada asidosis metabolik (DM)
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
a. DM tipe I (IDDM / insulin Dependent Diabetes Melitus)
Faktor genetik/herediter
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibodi autoimun
terhadap penghancuran sel-sel beta.
Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik
Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal : antibodi menyerang jaringan normal yang
dianggap jaringan asing.
b. DM tipe II (NIDDM / Non- insulin Dependent Diabetes Melitus)
Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh,
insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik.
Usia
Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun. Umumnya manusia mengalami
penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia
setelah 65 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
Riwayat keluarga
Kelompok etnik
c. DM malnutrisi
Kekurangan protein kronik : menyebabkan hipofungsi pankreas
d. DM tipe lain
Penyakit pankreas : pankreatitis, Ca pankreas,dll.
Penyakit hormonal : Akromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta
sehingga hiperaktif dan rusak.
Obat-obatan :
Aloxan, streptozokin : sitotoksin terhadap sel-sel beta.
Devirat thiazide : menurunkan sekresi insulin.
4. Gejala Klinik
a. Gejala awal 3P yaitu :
1) Poliuria (Banyak kencing)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2) Polidipsia (Banyak minum)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahkan tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
3) Polifagia (Banyak makan)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita diabetes melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita
banyak makan.
b. Gejala lainnya
1) Penurunan berat badan dan rasa lelah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaaan. Rasa lemah yang hebat disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.
2) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
3) Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau,
pada kasus yang lebih berat, kerusakan retina.
4) Parestesia atau abnormalitas sensasi berkaitan dengan komplikasi neuropati.
5. Komplikasi
1) Komplikasi akut diabetes mellitus :
a. Koma Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau
kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3
mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang
atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan, khususnya jika
waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan. (Smeltzer dan
Bare, 2001).
Pengidap diabetes tipe I dapat mengalami komplikasi akibat
hipoglikemia setelah injuksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah
hilang kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat. Dan gejala-
gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,
gemetar, sakit kepala dan palpitasi). (Smeltzer dan Bare, 2001).
b. Ketoasidosis diabetik (DKA)
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan
pada metabolisme karbonhidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran
klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis : dehidrasi, kehilangan
elektrolit, asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang pula. Di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Keadaan ini akan mengakibatkan hiperglikemia. (Smeltzer
dan Bare, 2001).
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemik hiperosmoler nonketotik atau HONK
{hiperosmoler nonkerotik})
HHNK adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering
terjadi pada penderita diabetes tipe II yang lebih tua. Bukan Karena
defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa
ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih besar dari
600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, dieresis osmotik,
dan dehidrasi berat. Pasien menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan
ini tidak segera ditangani. Pengobatan HHNK adalah rehidrasi, penggantian
elektrolit dan insulin regular. (Price dan Wilson, 2005).
2) Komplikasi kronik diabetes mellitus : (Mansjoer, 2001)
a. Makroangiopati/makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar; penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
b. Mikroangiopati/mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik.
7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan paling utama pada keadaan emergency untuk pasien DM
dengan Asidosis metabolik adalah bagaimana mengatasi dehidrasi (Penggantian
cairan dan garam yang hilang) dan asidosis (Menekan lipolisis pada sel lemak dan
glukoneogenesis pada sel hati dengan pemberian insulin).
Begitu jalan nafas adekuat dan oksigenasi sudah baik, terapi cairan menjadi
proritas berikutnya sehingga pemasangan intravena perlu dipertahankan. Jika perlu
pemasangan Folley kateter diperlukan agar output cairan bisa terdeteksi.
a. Resusitasi cairan
Larutan normal saline merupakan pilihan awal bagi resusitasi cairan pada pasien
DM dengan asidosis metabolik. Biasanya 1 liter cairan diberikan pada satu jam
pertama, dan diikuti 1 liter berikutnya salam dua jam. Cairan penting dilakukan
untuk mengatasi hiperglikemia dan keadaaan yang terkait dengan asidosis. Jika
sirkulasi cairan meningkat, maka kerja ginjal dalam membersihkan glukosa dan
ion hydrogen dari aliran darah akan meningkat sehingga perfusi ginjal juga akan
meningkat. Selain itu pemberian cairan akan mengurangi hipoksia jaringan
sehingga akan mengurangi produksi laktat.
b. Insulin
Pemberian dosis rendah regular insulin per IV (infus bukan bolus) (5-10
unit/jam) terbukti efektif dalam memperbaiki kondisi klien DM dengan asidosis
metabolik. Karena insulin mudah terpengaruh dengan selang intravena sehingga
mempengaruhi dosis yang masuk kealiran darah, maka sebaiknya selang dibilas
dahulu dengan 50 ml larutan insulin (yang diencerkan). Pemberian insulin dosis
rendah terus menerus intravena dianjurkan karena pengontrolan dosis insulin
menjadi lebih mudah, penurunan kadar glukosa lebih halus, efek insulin cepat
menghilang, masuknya kalium ke intra sel lebih lambat, dan komplikasi
hipoglikemia dan hipokalemia lebih jarang.
c. Penggantian Kalium
Kekurangan kalium bisa bervariasi antara 300-1000 mEq/L akibat dari
pertukaran cairan ekstra-intrasel dan diuresis osmotik di ginjal. Pemberian
kalium dilakukan ketika volume cairan sudah baik dan insulin telah diberikan.
Namun perlu diperhatikan pemberian insulin terus-menerus tanpa diiringi
dengan pemberian kalium akan mengakibatkan hipoglikemia. Selama pemberian
kalium, perawat perlu mengawasi EKG pasien untuk melihat adanya distritmia.
4. Komplikasi
1. Syok Hipovolemik
2. Hipoglikemia
5. Gejala Klinik
Gejala yang timbul yaitu:
1. Dehidrasi (akibat dari hiperglikemik)
Haus
Kulit kering dan turgor kulit jelek
Membran mukosa kering
Lemah
Malaise
Hipotensi
Denyut nadi cepat dan lemah
2. Asidosis metabolik (akibat ketosis)
Mual dan muntah
Nafas berbau keton (buah)
Letargi
Koma
3. Manifestasi lain
Nyeri abdomen
Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul)
7. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan KAD adalah :
a. Penggantian cairan dan garam yang hilang.
b. Menekan lipolisis pada sel lemak dan glukoneogenesis pada sel hati dengan
pemberian insulin.
c. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD.
d. Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Primary Survey :
Airway : Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien
diabetes melitus dengan asidosis metabolik yang mengalami penurunan
kesadaran, tidak terdapat refleks batuk dan terjadi kelemahan otot lidah
sehingga produksi cairan tidak bisa dikeluarkan dan lidah jatuh kebelakang
menyebabkan terjadi penutupan jalan napas.
Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu napas,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas tambahan.
Pada pasien DM dengan asidosis metabolik, frekuensi pernafasan
meningkat, nafas cepat dan dalam, hiperventilasi (akibat gangguan
keseimbangan asam – basa / asidosis metabolik akibat penumpukan benda
keton dalam tubuh).
Circulation : dilakukan pemeriksaan denyut nadi, kualitas dan karakternya,
pemeriksaan pengisian kapiler, warna kulit dan suhu tubuh. Pada pasien
DM dengan asidosis metabolik terjadi perubahan tekanan darah :
hipotensi, nadi lemah dan cepat (bila terjadi syok hipovolemik akibat
diuresis osmotik). Turgor kulit menurun , lidah dan bibir kering, CRT
lambat (bila terjadi syok hipovolemik akibat diuresis osmotik).
b. Secondary Survey:
1. Anamnesa
a) Identitas
Jenis kelamin : terjadi pada pria dan wanita yang menderita diabetes
melitus.
b) Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal : polifagia, poliuria, polidipsia.
Dehidrasi (akibat dari hiperglikemik) : Haus, Kulit kering dan turgor
kulit jelek, Mukosa membran kering, Lemah, Malaise, Hipotensi,
Denyut nadi cepat dan lemah, Asidosis metabolik (akibat ketosis) :
Mual dan muntah, Nafas berbau keton (buah), Letargi, Koma, Nyeri
abdomen, Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).
c) Riwayat kesehatan dahulu
Penderita diabetes mengalami yang mengalami stress emosional, infeksi
atau penyakit yang serius.
d) Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Pola ADL)
a. Kebutuhan Nutrisi
Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, polifagia.
b. Kebutuhan Aktivitas – Istirahat
Penurunan massa otot dan kelemahan otot.
c. Kebutuhan Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria).
d. Kebutuhan Hygiene
Pada kasus diabetes melitus dengan asidosis metabolik jika
terlambat diberikan pengobatan maka akan berkembang menjadi
koma yang terkadang hanya dalam waktu beberapa jam setelah
gejala muncul sehingga tidak dapat secara mandiri memenuhi
kebutuhan personal hygiene.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 : Frekuensi pernafasan meningkat, nafas cepat dan dalam ,
hiperventilasi (akibat gangguan keseimbangan asam – basa / asidosis
metabolik akibat penumpukan benda keton dalam tubuh), pernafasan
berbau keton.
b. B2 : Hipotensi, Denyut nadi cepat dan lemah.
c. B3 : Koma.
d. B4 : Poliuria, urine berbau keton.
e. B5 : Mual, muntah, penurunan BB, nyeri abdomen.
f. B6 : Kelemahan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat
hiperglikema, pengeluaran cairan berlebihan: diare, muntah, pembatasan intake
akibat mual, kacau mental
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan keseimbangan asam
basa akibat diabetes melitus ditandai dengan pernafasan ireguler (sesak napas),
napas berbau keton, RR meningkat >18-24 x/menit, pH<7,35-745 mmHg,
PCO2 <35-45 mmHg , HCO3 <22-26 mEq/L.
c. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan kompensasi asidosis
metabolik
d. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
Respiratory Monitoring
1. Monitor frekuensi,
ritme, kedalaman
pernapasan.
2. Monitor adanya
suara
abnormal/noisy
pada pernapasan
seperti snoring
atau crowing.
3. Kaji keperluan
suctioning dengan
melakukan
auskultasi untuk
mendeteksi
adanya crackles
dan rhonchi di
sepanjang jalan
napas.
4. Catat onset,
karakteristik dan
durasi batuk.
1. Monitor tekanan
darah, nadi,
temperature, dan
status respirasi,
sesuai kebutuhan.
2. Monitor
respiration rate
dan ritme
(kedalaman dan
simetris)
3. Monitor suara
paru
4. Monitor adanya
abnormal status
respirasi (cheyne
stokes, apnea,
kussmaul)
5. Monitor warna
kulit, temperature
dan kelembapan.
6. Monitor adanya
sianosis pada
central dan perifer
Managemen Asam-Basa
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas.
2. Pantau gas darah
arteri (AGD),
serum dan tingkat
elektrolit urine.
3. Monitor
hilangnya asam
(misalnya muntah,
output
nasogastrik, diare
dan diuresis).
4. Berikan posisi
untuk
memfasilitasi
ventilasi yang
memadai
(misalnya
membuka jalan
napas dan
mengangkat
kepala tempat
tidur)
5. Pantau gejala
gagal pernafasan
(misalnya PaO2
rendah, PaCO2
tinggi dan
kelelahan otot
pernafasan).
6. Pantau pola
pernapasan.
7. Berikan terapi
oksigen, jika
perlu.
3. NOC : NIC :
Respiratory status :
Setelah diberikan asuhan Airway Management
Ventilation
keperawatan …×… jam,
Respiratory status :
1. Buka jalan nafas,
diharapkan pola nafas
Airway patency
guanakan teknik chin
efektif dengan kriteria hasil:
Vital sign Status
lift atau jaw thrust
Kriteria Hasil :
bila perlu
1. Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik : 2. Posisikan pasien
batuk efektif dan
1. Penurunan tekanan untuk
suara nafas yang
inspirasi/ekspirasi memaksimalkan
bersih, tidak ada
2. Penurunan pertukaran ventilasi
sianosis dan dyspneu
udara per menit 3. Identifikasi pasien
(mampu
3. Menggunakan otot perlunya pemasangan
mengeluarkan
pernafasan tambahan alat jalan nafas
sputum, mampu
4. Nasal flaring buatan
bernafas dengan
5. Dyspnea 4. Pasang mayo bila
mudah, tidak ada
6. Orthopnea perlu
pursed lips)
7. Perubahan 5. Lakukan fisioterapi
penyimpangan dada 2. Menunjukkan jalan dada jika perlu
8. Nafas pendek nafas yang paten 6. Keluarkan sekret
9. Assumption of 3-point (klien tidak merasa dengan batuk atau
position tercekik, irama suction
10. Pernafasan pursed-lip nafas, frekuensi 7. Auskultasi suara
11. Tahap ekspirasi pernafasan dalam nafas, catat adanya
berlangsung sangat lama rentang normal, suara tambahan
12. Peningkatan diameter tidak ada suara nafas 8. Lakukan suction
anterior-posterior abnormal) pada mayo
13. Pernafasan rata- 3. Tanda Tanda vital 9. Berikan
rata/minimal dalam rentang bronkodilator bila
14. Bayi : < 25 atau > 60 normal (tekanan perlu
15. Usia 1-4 : < 20 atau > 30 darah, nadi, 10. Berikan pelembab
16. Usia 5-14 : < 14 atau > pernafasan) udara Kassa basah
25 NaCl Lembab
17. Usia > 14 : < 11 atau > 11. Atur intake untuk
24 cairan
18. Kedalaman pernafasan mengoptimalkan
19. Dewasa volume tidalnya keseimbangan.
500 ml saat istirahat 12. Monitor respirasi dan
20. Bayi volume tidalnya 6- status O2
8 ml/Kg
21. Timing rasio Terapi oksigen
22. Penurunan kapasitas 1. Bersihkan mulut,
vital hidung dan secret
trakea
Faktor yang berhubungan : 2. Pertahankan jalan
1. Hiperventilasi nafas yang paten
2. Deformitas tulang 3. Atur peralatan
3. Kelainan bentuk dinding oksigenasi
dada 4. Monitor aliran
4. Penurunan oksigen
energi/kelelahan 5. Pertahankan posisi
5. Perusakan/pelemahan pasien
muskulo-skeletal 6. Onservasi adanya
6. Obesitas tanda tanda
7. Posisi tubuh hipoventilasi
8. Kelelahan otot 7. Monitor adanya
pernafasan kecemasan pasien
9. Hipoventilasi sindrom terhadap oksigenasi
10. Nyeri
11. Kecemasan
12. Disfungsi
Neuromuskuler Vital sign Monitoring
13. Kerusakan
1. Monitor TD, nadi,
persepsi/kognitif
suhu, dan RR
14. Perlukaan pada jaringan
2. Catat adanya fluktuasi
syaraf tulang belakang
tekanan darah
15. Imaturitas Neurologis
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari
nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
a. DX 1 :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
b. DX 2 :
c. DX 3 :
1) Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
2) Penurunan pertukaran udara per menit
3) Menggunakan otot pernafasan tambahan
4) Nasal flaring
5) Dyspnea
d. DX 4 :
1) Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
2) Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
Allowance)
3) Membran mukosa dan konjungtiva pucat
4) Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
5) Luka, inflamasi pada rongga mulut
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(spihon). Mellitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Diabetes melitus
adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolute insulin atau
penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2009).
Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut
“akselerasi puasa” dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada
diabetes ketergantungan insulin. (Price dan Wilson, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2008. Askep pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol.
2. Jakarta : EGC.
Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessi Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.