Professional Documents
Culture Documents
ALI MIFTAHUDDIN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
ABSTRACT
ALI MIFTAHUDDIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul : Diferensiasi Temulawak, Kunyit, dan Bangle Berdasarkan Pola
Pemisahan Senyawa Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Nama : Ali Miftahuddin
NIM : G44204053
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Departemen,
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2008 ini ialah
Diferensiasi Temulawak, Kunyit, dan Bangle Berdasarkan Pola Pemisahan
Senyawa Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Eti Rohaeti, M.S dan Bapak
Mohamad Rafi, M.Si selaku pembimbing atas bimbingan, dorongan, semangat,
dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya
ilmiah ini. Terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak
dan seluruh keluarga tercinta yang memberikan dorongan semangat, bantuan
materi, kesabaran, dan kasih sayang kepada penulis.
Terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Pak Eman, Ibu
Nunung, Mba Adew, Mba Salina, Bu Nunuk, Nio, Endi, Kak Zaim serta seluruh
Staf Analitik, Laboratorium Bersama dan Pusat Studi Biofarmaka atas segala
fasilitas dan kemudahan yang diberikan. Rekan-rekan kimia 41 terima kasih atas
motivasi dan dukungan yang diberikan, semoga Allah senantiasa membalas
semuanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Ali Miftahuddin
RIWAYAT HIDUP
Halaman
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
LAMPIRAN ............................................................................................ 9
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
germakrena (Sidik et al. 1995). Kadar air kurkuminoid, yaitu kurkumin (75-81%),
tidak lebih dari 10%, dan kadar abu total tidak demetoksikurkumin (15-19%), dan
lebih dari 7.8% (BPOM RI 2004). Bermawie bisdemetoksikurkumin (2.2-6.6%)
et al. (2006) melaporkan kandungan metabolit (Jayaprakasha et al. 2005). Tabel 2
dalam simplisia kering temulawak seperti menunjukkan komposisi metabolit dalam
pada Tabel 1 dibawah ini. simplisia kering kunyit.
Diferensiasi temulawak, kunyit, dan bangle obat tersebut. Pencarian eluen terbaik dalam
Identifikasi untuk menentukan keaslian proses pemisahan KLT merupakan hal yang
suatu tanaman obat mempunyai peranan sangat penting, karena terpisah atau tidaknya
penting dalam pengendalian mutu obat dari suatu komponen kimia dalam ekstrak
tanaman tersebut. Identifikasi terhadap bergantung pada eluen terbaik yang didapat.
senyawa aktif utama yang berperan penting Pencarian telah dilakukan dari pelarut
dalam memberikan efek farmakologis dari nonpolar sampai polar, yaitu benzena, toluena,
suatu tanaman obat, tidak mencerminkan kloroform, diklorometana, etanol, metanol
kualitas secara keseluruhan dari tanaman maupun campuran dari pelarut tersebut
tersebut dikarenakan ada ratusan komponen dengan berbagai komposisi, dan didapatkan
kimia yang tidak diketahui dalam jumlah yang fase gerak terbaik, yaitu campuran pelarut
relatif rendah yang saling berinteraksi diklorometana-kloroform (32.5:67.5 v/v).
sehingga menghasilkan efek farmakologis Gambar 6 menunjukkan pola sidik jari
terhadap tanaman obat tersebut (Liang et al. KLT dari temulawak, kunyit, dan bangle. Pola
2004). pemisahan senyawa yang diperoleh
KLT mempunyai kemampuan pemisahan mencirikan perbedaan komposisi senyawa
yang sangat baik untuk senyawa-senyawa yang terkandung sehingga dapat dijadikan
kimia yang kompleks dalam ekstrak tanaman sebagai teknik untuk identifikasi, autentikasi,
obat menjadi banyak subfraksi yang sederhana maupun deteksi adanya bahan pemalsu pada
(Liang et al. 2004). KLT merupakan metode ketiga tanaman obat yang digunakan. Tiga
yang umum digunakan untuk identifikasi pita kuning kecoklatan pada kunyit dengan Rf
tanaman obat dengan analisis cepat, ekonomis 0.4, 0.16, dan 0.06 dideteksi berturut-turut
dan memiliki dwifungsi sekaligus, yaitu sebagai kurkumin, demetoksikurkumin, dan
pemisahan dan identifikasi (Famei et al. bisdemetoksikurkumin dapat dijadikan
2000). Metode ini dapat memberikan sebagai pita penciri untuk membedakan dari
informasi berupa pola kromatogram dari temulawak dan bangle. Bangle hanya
komponen-komponen kimia suatu ekstrak memiliki kurkumin untuk membedakan dari
tanaman obat, baik dalam bentuk pita penciri temulawak dan kunyit. Temulawak dapat
maupun bukan sehingga dapat menunjukkan dibedakan dari kunyit dan bangle karena
kualitas suatu tanaman obat, seperti hanya memiliki kurkumin dan
temulawak, kunyit, dan bangle. demetoksikurkumin. Selain itu, pita kuning
Pada penelitian ini telah dilakukan kecoklatan (Rf 0.33) pada temulawak dapat
pencarian eluen untuk mendapatkan resolusi dijadikan pilihan sebagai pita penciri untuk
yang baik dan dapat memisahkan komponen- membedakan dari kunyit dan bangle. Pita
komponen senyawa dari tiga tanaman obat bisdemetoksikurkumin yang hanya terdapat
sehingga didapat pita-pita pada kromatogram pada kunyit dapat digunakan untuk
KLT yang dapat dijadikan pita penciri untuk membedakan dari temulawak dan bangle.
diferensiasi atau membedakan ketiga tanaman Pita khas dengan Rf 0.6 yang terdeteksi pada
Gambar 6 Pola kromatogram ekstrak temulawak, kunyit, dan bangle tanpa pendeteksi pita
komponen.
Keterangan: (a) visualisasi sinar tampak, (b) UV 254 nm, (c) UV 366 nm
CCM = kurkumin
DCM = demetoksikurkumin
BDC = bisdemetoksikurkumin
TMK = temulawak
KNY = kunyit
BNGL = bangle
6
visualisasi UV 254 nm dan berwarna biru 254 nm dan UV 366 nm menunjukkan pola
pada UV 366 nm yang hanya terdapat pada yang sama baik tanpa maupun menggunakan
bangle dapat dijadikan pita penciri untuk pendeteksi warna.
membedakan bangle dari temulawak dan Pendeteksi pita komponen vanilina dan
kunyit. Selain itu, bangle memiliki pita khas anisaldehida juga digunakan untuk
dengan Rf 0.31 yang terdeteksi pada UV 254 mendeteksi pita-pita terutama pita yang tidak
nm dan 366 nm. muncul pada lampu tampak (Gambar 7 dan 8),
Pada visualisasi dengan menggunakan dikarenakan kedua pendeteksi pita tersebut
lampu UV 254 nm, lapisan tipis yang mampu bereaksi dengan gugus kromofor pada
digunakan mengandung indikator flouresensi senyawa aktif sehingga panjang
yang akan bersinar jika disinari pada panjang gelombangnya akan bergeser ke panjang
gelombang 254 nm dan senyawa pada pita gelombang yang lebih panjang (UV ke
yang akan ditampakkan mengandung ikatan tampak) yang menyebabkan pita akan terlihat
rangkap terkonjugasi dan cincin aromatik oleh mata. Secara umum pola kromatogram
sehingga sinar UV 254 nm yang mengeksitasi menggunakan vanilina dan anisaldehida
tidak dapat mencapai indikator fluoresensi, menunjukkan hasil yang sama dengan tanpa
dan tidak ada cahaya yang dipancarkan pendeteksi pita komponen sehingga tanpa
sehingga menghasilkan pita gelap dengan latar pendeteksi warna pun sudah mampu
belakang yang bersinar. menunjukkan pita-pita yang khas dari tiap
Pada visualisasi dengan lampu UV 366 komponen. Pendeteksian pita dengan
nm, lapisan tipis yang digunakan tidak anisaldehida tidak sebaik menggunakan
berflouresensi jika disinari pada 366 nm, vanilina, namun pola kromatogramnya tetap
sedangkan senyawa pada pita mengandung dapat digunakan untuk diferensiasi
gugus kromofor yang terikat pada ausokrom temulawak, kunyit, dan bangle karena dapat
akan berinteraksi dengan sinar UV 366 nm mendeteksi pita warna kurkuminoid pada
sehingga menghasilkan latar belakang gelap visualisasi tampak.
dengan pita yang bersinar (Sherma & Fried Pita penciri untuk temulawak, kunyit, dan
2005). Secara umum, visualisasi pada UV bangle diperkuat dengan dibuat sidikjari KLT
Diferensiasi tiga tanaman obat, yaitu: Irawati I. 2008. Uji banding metode
temulawak, kunyit, dan bangle menggunakan penentuan aktivitas antioksidan rimpang
kromatografi lapis tipis (KLT) dapat temulawak [skripsi]. Bogor: Departemen
digunakan untuk pengendalian mutu terutama Kimia FMIPA, IPB.
uji keaslian bahan berdasarkan komponen
penyusun kurkuminoidnya, yaitu kurkumin, Jayaprakasha GK, Jaganmohan Rao L,
demetoksikurkumin, dan Sakariah KK. 2005. Chemistry and
bisdemetoksikurkumin. Tiga komponen utama biological activities of Curcuma longa.
ini dapat dijadikan senyawa penciri, yaitu Trends in Food Science & Technology 16:
kunyit lengkap memiliki tiga komponen
533-548.
utamanya, temulawak tidak memiliki
bisdemetoksikurkumin, dan bangle hanya
Liang YZ, Xie P, Chan K. 2004. Quality
memiliki kurkumin.
control of herbal medicine. Journal of
Pola kromatogram dari ketiga jenis
Chromatography B 812 : 53-70.
tanaman yang berasal dari 8 daerah
menunjukkan hasil yang baik karena dapat Li F, Xiong Z, Lu X, Qin F, Li X. 2006.
memperkuat pita-pita penciri pada diferensiasi Strategy and chromatographic technology
temulawak, kunyit, dan bangle. of quality control for traditional chinese
medicine. Chinese Journal of
Saran Chromatography 24(6):537-544.
Komposisi eluen bagi diferensiasi dari Oliveira SQ de, Barbon G, Gosmann G,
ketiga jenis tanaman perlu dioptimumkan Bordignon S. 2006. Differentiation of
kembali, sehingga menghasilkan pemisahan South Brazilian Baccharis species by
yang baik. Perlu dilakukan variasi konsentrasi TLC. Journal of Liquid Chromatography
tiap ekstrak tanaman obat. Pola kromatogram & Related Technologies 29: 2603-2609.
yang diperoleh perlu dilakukan validasi. .
8
Ramrez-Duron R, Ceniceron-Almeguer L,
Salazar-Alanda R, LL Salazar-Cavazos M
de, Torres NW de. 2007. Evaluation of
thin layer chromatography methods for
quality control of commercial products
containing Aesculus hippocastanum,
Turnera diffusa, Matricaria recutita,
Passiflora incarnata, and Tilia
occidentalis. Journal of AOAC
International 90 (4): 920-923.
LAMPIRAN
10
(a)
(b)
12
Lanjutan lampiran 2
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), (a) lampu tampak (b) lampu UV 254 nm (c)
lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
NGR : Ngrayun, Ponorogo
RCK : Rancakalong, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
13
(a)
(b)
14
Lanjutan lampiran 3
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita vanilina (a) lampu tampak (b)
lampu UV 254 nm (c) lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
NGR : Ngrayun, Ponorogo
RCK : Rancakalong, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
15
(a)
(b)
16
Lanjutan lampiran 4
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita anisaldehida (a) lampu tampak (b)
lampu UV 254 nm (c) lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
NGR : Ngrayun, Ponorogo
RCK : Rancakalong, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
17
(a)
(b)
18
Lanjutan lampiran 5
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), (a) lampu tampak (b) lampu UV 254 nm (c)
lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK :Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
19
(a)
(b)
20
Lanjutan lampiran 6
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita vanilina (a) lampu tampak
(b) lampu UV 254 nm (c) lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK : Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
21
(a)
(b)
22
Lanjutan lampiran 7
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF 254,diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita anisaldehida (a) lampu tampak (b)
lampu UV 254 nm, (c) lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK : Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
23
(a)
(b)
24
Lanjutan lampiran 8
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), (a) lampu tampak (b) lampu UV 254 nm, (c)
lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK : Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
25
(a)
(b)
26
Lanjutan lampiran 9
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita vanillina (a) lampu tampak (b)
lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK : Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor
27
(a)
(b)
28
Lanjutan lampiran 10
(c)
Keterangan: Sistem kromatografi : silika gel GF254, diklorometana:kloroform
(32.5:67.5, v/v), pendeteksi pita anisaldehida (a) lampu tampak (b)
lampu UV 254 nm (c) lampu UV 366 nm
STD : Standar kurkuminoid
NGD : Ngadirejo, Wonogiri
TMB : Tembalang, Semarang
TWM : Tawangmangu, Karanganyar
SMN : Semen, Kediri
SLH : Slahung, Ponorogo
TJK : Tanjungkerta, Sumedang
CKR : Cikembar, Sukabumi
DMG : Dramaga, Bogor