Professional Documents
Culture Documents
SISTEM PERTANIAN
Oleh:
Siti Khoerun Nisa (B1A015016)
Adhelia Syefanis (B1A015032)
Femilia Hajar Ilhami (B1A015058)
Mufadila Day Muhyi (B1B015039)
Solikin (B1J014001)
Kelompok :2
Rombongan : IV
Asisten : Bhisma Triwidianto
A. Latar Belakang
Pengendalian hayati merupakan salah satu solusi dalam masalah hama pertanian
yang seharusnya lebih banyak dipraktekkan di lapangan karena lebih ramah lingkungan
dan dapat mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida. Pengendalianhayati
didefinisikan sebagai pengurangan populasi hama dengan musuh alami dan biasanya
melibatkan peran manusia yang aktif. Ini mencakup kontrol hewan, gulma dan penyakit.
Pengendalian biologis meminimalkan penggunaan pestisida kimia (Holmes &
Sivanadane 2016). Menurut Yaherwandi et al., (2007), mendefinisikan pengendalian
hayati sebagai penggunaan parasitoid, predator, patogen, antagonis atau populasi
kompetitor untuk menekan populasi hama, membuat hama menjadi lebih sedikit
kelimpahannya dan lebih sedikit merusak daripada seharusnya bila agens hayati tidak
ada. Prinsip pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alami (agen pengendali biologi),
seperti predator, parasit dan patogen.
Lahan pertanian adalah sekumpulan ekosistem yang tidak hanya meliputi lahan
pertanaman (agroekosistem) tetapi juga ekosistem diluarnya, seperti tumbuhan liar, jalan
raya, perkampungan dan lainnya. Lahan pertanian modern struktur spasial,
keanekaragaman habitat dan komposisi habitat sangat bervariasi dari satu lanskap ke
lanskap yang lain. Lanskap pertanian yang sangat sederhanamisalnya, hanya terdiri atas
satu jenis pertanaman (monokultur) dan tumbuhan liar, sedangkan lanskap penanian
yang kompleks tidak hanya terdiri atas berbagai pertanaman (polikultur), tetapi juga
rerdapat banyak tumbuhan liar (Yaherwandi et al., 2007).
Van Emden (1991) menyatakan peningkatan keanekaragaman habitat dalam
lanskap pertanian dapat meningkatkan keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama
dan serangga bemanfaat dan seringkali kerusakan tanaman oleh hama berkurang.
Selanjutnya Kruess and Tschamtke (2000) menambahkan bahwa tipe dan kualitas
habitat, susunan spasial dan keterhubungan (connectivity) antar habitat di dalam suatu
lanskap dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.
Keanekaragaman stuktur lanskap pertanian tidak hanya mempengaruhi keanekaragarnan
hama dan musuh alami di dalam pertanian, tetapi juga kelimpahan dan keefektifannya.
Hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman dengan
cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Hama dalam arti yang luas adalah
makhluk hidup yang mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia
yang berupa tanaman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat
diambil untuk kepentingan manusia. Berbicara soal tentang sistem pertanian, ekosistem
sawah tentu identic dengan ekosistem pertanian yang tak lain merupakan sistem
ekosistem sederhana juga monokultur. Ekosistem persawahan jika ditinjau dari segi
teoritik adalah jenis ekosistem yang tidak stabil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
kestabilan dari ekosistem sawah ini antara lain interaksi antara komponen ekosistem di
dalam sawah itu sendiri. Komponen dalam ekosistem sawah mencakup semua
komponen abiotik dan biotik yang ada di dalam lingkungan sawah itu sendiri mulai dari
tanah, bebatuan, padi, hama, predator dan masih banyak lagi lainnya. Ekosistem sawah
bisa dibagi menjadi dua yakni parasitoid dan juga predator (Herlinda, 2005).
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kelimpahan hama dan musuh
alami sistem pertanian belakang Fakultas Biologi Unsoed.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tali rafia 8 meter,
kamera, dan loop.
Bahan-bahan yang digunakan adalah organisme yang ditemukan di
persawahan belakang Fakultas Biologi.
B. Metode
1. Pemeriksaan langsung terhadap individu tanaman padi Commented [BT1]: Sesuaikan dengan yang dilakukan pada
praktikum
1. Satu tumbuhan padi dipilih secara acak
2. Semua daun (permukaan atas dan bawah), tangkai daun, batang, bunga, dan
buahnya diperiksa.
3. Amati hewan (serangga, kutu, acari, laba-laba) yang anda temukan baik
menggunakan mata telanjang ataupun loup
3. Amati hewan (serangga, kutu, acari, laba-laba) yang anda temukan dan
catatlah jumlah maupun jenisnya.
4. Kelompokkan hewan yang termasuk hama, musuh alami dan lainnya
5. Hitunglah jumlah individu per hektar
Jumlah individu per hektar =
A. Hasil
Tabel 4.1 Data Kelimpahan Relatif Hama dan Musuh Alami dalam Sistem
Pertanian
Peranan
No Organisme Jumlah
Hama
1 Jangkrik 3
Musuh Alami
2 Semut 10
Musuh Alami
3 Kumbang 3
Musuh Alami
4 Capung 2
Hama
5 Belalang 4
Musuh Alami
6 Burung 2
Musuh Alami
8 Tomcat 4
Lain-lain
9 Cacing 6
34
Total
Perhitungan:
𝑧
KR Hama = 𝑦x 100%
7
= x 100%
28
= 25%
𝑧
KR Musuh Alami =𝑦x 100%
21
= x 100%
28
= 75%
𝒂 𝒙 𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎
Populasi Absolut Hama =
𝒃𝒙𝒄
𝟕 𝒙 𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎
= 𝟎,𝟑 𝒎 𝒙 𝟖 𝒎
= 29166,67/ha
𝒂 𝒙 𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎
Populasi Absolut Musuh Alami =
𝒃𝒙𝒄
𝟐𝟏 𝒙 𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎
=
𝟎,𝟑 𝒎 𝒙 𝟖 𝒎
= 87. 500
B. Pembahasan
A. Simpulan
B. Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar hasil didapat bisa
lebih akurat.
DAFTAR REFERENSI
Campbell, N.A., Jane B.R., Lisa A.U., Michael L.C., Steven A.W., Peter V.M., &
Robert B.J. 2010. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Effendy, Usna H., Siti H., Chandra I., & Rosdah T. 2013. Analisis kemiripan komunitas
artropoda predator hama padi penghuni permukaan tanah sawah rawa lebak
dengan lahan pinggir di sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia, 10(2), pp. 60-
69.
Erawati, Nety Virgo,& Sih Kahono. 2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang
dan Kerabatnya (Orthoptera) pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak. Jurnal Entomologi Indonesia, 7 (2),pp. 100-115.
Van Emden, H.F. 1991. Plant diveNity and natural enemy efficiency inecosystems.
Pages 63 - 80 in: Mackkaue, M., L.E. Ehte. & J. Roland, eds.Critical Issws in
Biological Control. Alheneum Press. Creat Brilain.