You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA

I. KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010). Hernia
abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek
pada fasia dan muskulopaneurotik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding
tersebut (Mansjoer, 2000).
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia (Wim De Jong dalam Nurarif 2013). Hernia merupakan prostrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan (Nurarif, 2013).
Jadi hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) akibat lemahnya
dinding rongga yang terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.

B. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia adalah
a. Kelemahan abdomen
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
c. Bawaan sejak lahir
d. Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting)
e. Kegemukan (marked obesity)
f. Batuk
g. Terlalu mengejan saat buang air kecil/besar
h. Ada cairan di rongga perut (ascites)
i. Riwayat keluarga ada yang menderita hernia
C. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut letaknya :
a. Hernia Inguinal, dibagi menjadi :
1) Hernia Indirek atau lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria. Benjolan tersebut bisa
mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan,
mengangkat benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali
2) Hernia Direk atau medialis : hernia ini melewati dinding abdomen diarea
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis
indirek. Lebih umum terjadi pada lansia. Hernia ini disebut direkta karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun arteri inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada arteri inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang menjadi irreponible.

b. Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umumnya pada wanita. Ini
mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara
bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk kedalam kantong.
c. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan tekanan
abdominal, biasanya pada pasien obesitas dan multipara.
d. Hernia Insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh infeksi,
nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan parut yang lemah.
Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :
a. Hernia Kongenital (bawaan)
Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis yang
mula-mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada
waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prosesus vaginalis peritoneal
yang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan
setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup
(obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prosesus vaginalis peritoneal
terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis.
b. Hernia Akuisitas (didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena adanya
tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya batuk

Klasifikasi hernia menurut sifatnya :


a. Hernia Reponible/Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.
b. Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan
usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
c. Hernia Strangulata atau Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.

D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Hernia terdiri
dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia (usus,
omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti
ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli), dan struktur yang menutupi kantong
hernia yang dapat berupa kulit (skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya. Hernia
inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat, lebih banyak terjadi
pada pria dari pada wanita.
Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat berat, mengejan saat defekasi dan miksi akibat BPH) dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui duktus
spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti kanalis inguinalis
yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk kedalam skrotum. Juga disebut
hernia inguinalis lateralis atau Oblique dan biasanya merupakan kelemahan
kongenital. Karena usus keluar dari rongga perut masuk kedalam skrotum dan jelas
tampak dari luar maka hernia inguinalis disebut pula Hernia Eksternal. Jika lubang
hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat didorong masuk lagi keadaan ini
disebut hernia reponible. Jika isi hernia tidak dapat masuk lagi disebut hernia
inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan pembuluh darah yang disebut
strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat
yang disebut infark. Infark pada usus disertai dengan rasa nyeri dan perdarahan
disebut infark hemoragik. Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-
hitaman dengan dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat
juga masuk ke dalam isi hernia (usus) atau kedalam kantong hernia. Akibat infeksi
kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi
pembusukan atau gangren.
E. Manifestasi Klinik Hernia
1. Manifestasi hernia inguinalis, sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan
bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh
keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut
disertai perasaan mual
c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri tidak
hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah panggul,
belakang kaki, dan daerah genital yang disebut Reffered Pain. Nyeri biasanya
meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat.
Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat
jika strangulasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit
menjadi merah dan panas.
2. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sel paha.
3. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak
nafas.
4. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih, serum
elektrolit dapat menunjukkan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2. Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis
intraoperasi atau postoperasi.
3. Pemeriksaan urine : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasi
infeksi.
4. Elektrokardiografi (EKG) : Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi
5. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
G. Komplikasi
1. Ileus
2. Terjadinya peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah atau banyaknya
usus yang masuk.
4. Bila inkaserata dibiarkan makan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

H. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik pada hernia inguinalis, antara lain :
1. Terapi Konservatif
a. Resposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui leher hernia tadi.
b. Pemakaian penyangga atau sabuk hernia
Pemakaian batalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
2. Terapi Operatif
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian
diresposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

I. Medikasi
a. Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
b. Pemberian antibiotik untuk menyembuhkan infeksi.
J. Aktivitas dan diet
1. Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
2. Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makanan dengan gizi seimbang.
Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan
mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman
berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala.
3. Terapi pembedahan
Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi (menjahit kantong hernia). Tindakan
pembedahan lebih efektif pada hernia reponibel karena dikawatirkan terjadi
komplikasi. Kondisi usus harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau
strangulata, bila terjadi nekrosis harus direseksi.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Menurut Doengoes (dalam Suratun, 2010) data yang diperoleh:
a. Aktivitas/Istirahat
Pasien dilakukan anamnese mengenai riwayat pekerjaan, mengangkat beban
berat, duduk dan mengemudi dalam waktu yang lama, membutuhkan papan
matras untuk tidur. Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami penurunan
rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot,
gangguan dalam berjalan.
b. Sirkulasi
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung, edeme pulmonal,
penyakitvaskular perifer.
c. Eliminasi
Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinensia atau retensi
urine.
d. Makanan/Cairan
Apakah pasien mengalami gangguan bising usus, mual, muntah, nyeri
abdomen, malnutrisi atau obesitas.
e. Nyeri/Kenyamanan
Apakah pasien mengalami nyeri di daerah benjolan hernia walaupun jarang
dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau daerah
periumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium
sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
f. Keamanan
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.
g. Pernapasan
Apakah pasien mempunyai riwayat batuk kronik (penyakit paru obstruksi
menahun).

2. Pemeriksaan fisik
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:
a. Nyeri tekan
b. Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan
c. Konstipasi (mengalami kesulitan dalam defekasi)
d. Kelemahan otot

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan intake makanan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang dengan kriteria hasil:
 Pasien tampak rileks
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg, Nadi :
60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
 Skala nyeri 0-3
Intervensi:
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa.
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
c. Catat petunjuk nyeri non verbal, contoh: gelisah, menolak bergerak, berhati-hati
dengan abdomen, takikardi, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara
petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional : Petunjuk non-verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan dapat
digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas
atau beratnya masalah.
d. Bantu latihan rentang gerak aktif atau pasif.
Rasional : Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri atau
ketidaknyamanan.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. Misal: Aseraminofen (tylenol)
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan istirahat.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan intake makanan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat dengan kriteria hasil :
 Pasien senang bila makan
 Nafsu makan meningkat
 Porsi makan yang diberikan selalu habis
Intervensi
a. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen vitamin untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi.
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan sebagai pemenuhan terhadap nutrisi
b. Anjurkan untuk makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi dan dapat menurunkan
kejenuhan makan serta meningkatkan nafsu makan .
c. Jelaskan pengertian intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan.
Rasional : Untuk memberikan motivasi agar kebutuhan nutisi terpenuhi
d. Bantu orang terdekat atau orang tua mengembangkan keseimbangan nutrisi.
Rasional : Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu terhadap pentingnya
nutrisi sebagai penunjang keseimbangan pasien
e. Menimbang berat badan tiap hari.
Rasional : Untuk mendeteksi tingkat kekurangan nutrisi dari pada pasien
f. Kolaborasi dalam pemberian diit.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutisi yang adekuat

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x24 jam diharapkan pasien dapat
menghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan tegang yang dialami
dengan kriteria hasil:
 Pasien tampak rileks
 Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
 Pasien dapat meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada
kecemasan.
 Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.
Intervensi:
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan.
Rasional : pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan untuk membuat
pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program
pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal.
b. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya.
Rasional : menurunkan risiko komplikasi atau trauma.
c. Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.
Rasional : mengevaluasi perkembangan dari bagian tubuh yang terkena atau
komplikasi dari efek samping obat.
d. Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada
evaluasi seperti: nyeri.
Rasional : perkembangan dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan
atau pembedahan lebih.

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang dengan kriteria hasil:
 Pasien tampak rileks
 Pasien mengungkapkan nyeri berkurang.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg, Nadi :
60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
 Skala nyeri 0-3

Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital, intensitas dan skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
b. Anjurkan pasien istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin.

Rasional : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan


otot serta mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih
nyaman.
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi
lebihnyaman.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan pasien dapat
melakukan aktivitas ringan atau total dengan kriteria hasil:
 Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
 Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
 Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg, Nadi :
60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
Intervensi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul


dapatdigunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara
perlahandengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah atau operasi.
Tujuan: Setelah diberikan ….x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria
hasil:
 Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 Luka bersih tidak lembab dan kotor.
 Tanda-tanda vital normal (TD : 120-140/80-100 mmH, Nadi : 60-100 x
permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya
gejala infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang
masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : Perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : Penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
membuktikanadanya tanda-tanda infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

E. Evaluasi
Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
- Pasien tampak rileks
- Pasien mengungkapkan nyeri berkurang.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg, Nadi :
60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
- Skala nyeri 0-3
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan.
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan yang diberikan selalu habis
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi.
- Pasien tampak rileks
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
- Pasien dapat meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan.
- Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi.
- Pasien tampak rileks
- Pasien mengungkapkan nyeri berkurang.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg,
Nadi : 60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
- Skala nyeri 0-3
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : 120-140/80-100 mmHg,
Nadi : 60-100 x permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah atau operasi.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- Luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal (TD : 120-140/80-100 mmH, Nadi : 60-100 x
permenit, Suhu: 36,5-37,50C, RR: 16-20 x permenit)

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden & Tutik. R. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Herdman, T. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC
Nurarif, Amin H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA. Yogyakarta : Mediaction
Mansjoer, Arif. Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: CV
Trans Info Medika

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HERNIA

OLEH:

LUH PUTU WIDIATMINI


14.901.0955

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
PPNI BALI
2015

You might also like