You are on page 1of 6

Asumsi Dasar Teori Pembelajaran Sosial

Adapun asumsi dasar teori pembelajaran sosial adalah sebagai berikut:

1. tingkat tertinggi dari pembelajaran hasil pengamatan dicapai dengan mengatur dan
berlatih memperagakan perilaku secara simbolis kemudian memerankannya
secara terbuka. Peniruan perilaku termasuk kata, label atau kesan pada ingatan
yang lebih baik dari sekadar mengamati.

2. individu kemungkinan besar mengadopsi perilaku model jika model tersebut serupa
dengan si pengamat dan memiliki kekaguman padanya dan perilaku memiliki
fungsi nilai.

3. individu kemungkinan besar mengadosi perilaku orang lain jika berkesudahan


dengan penghargaan padanya.

3. Pembahasan Teori Pembelajaran Sosial

Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara
menunjukkan tanggapan (response) dan mengalami efek-efek yang timbul .Penentu utama
dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement), di mana tanggapan akan diulangi
menjadi pelajaran jika organisme mendapat hukuman (reward). Tanggapan tidak akan
diulangi kalau organisme mendapat hukuman (punishment) atau bila tanggapan tidak
memimpinnya ke tujuan yang dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh
kondisi stimulus yang ditimbulkan leh kondisi-kondisi peneguhan.

Bandura berpendapat bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku dan sebaliknya,


perilaku juga mempengaruhi lingkungan. Dia menamakan konsepnya ini reciprocal
determinism (aturan timbal balik) yang maksudnya lingkungan dan perilaku seseorang
saling mempengaruhi satu sama lain.

Kemudian lebih lanjut ia memulai untuk melihat kepribadian sebagai sebuah


interaksi di antara tiga komponen, yaitu: lingkungan, perilaku, dan porses psikologis
seseorang. Proses psikologis tersebut maksudnya terdiri dari kemampuan kita untuk
memiliki gambaran dalam pikiran kita dan bahasa.

Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial menekankan pada:

(1) observational learning (pembelajaran dari hasil pengamatan) atau modeling,

(2) self-regulation (regulasi diri),

(3) self-efficacy (efikasi diri),

(4) self-determinism (determinasi diri),


(5) vicarious reinforcement.

Observational Learning (pembelajaran dari hasil pengamatan atau modeling)

Berdasarkan teori pembelajaran sosial, pengaruh peniruan menghasilkan pembelajaran


melalui fungsi informatif. Selama mengamati, pengamat umumnya mendapatkan
representasi simbolis dari aktivitas-aktivitas model yang melayani sebagai pemandu untuk
penampilan yang tepat.

Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam proses modeling:

1. Attention processes

Ketika kita sedang ingin mempelajari sesuatu, kita harus memperhatikannya. Demikian
juga sesuatu yang mengurangi perhatian, maka akan mengurangi pembelajaran,
termasuk pembelajaran dari hasil pengamatan. Sebagai contoh, jika kita mengantuk,
grogi, kecanduan, sakit, gugup atau “berlebihan”, kita tidak dapat belajar dengan baik.
Demikian pula bila pikiran kita dikacaukan oleh rangsangan persaingan.

Sesuatu yang mempenaruhi perhatian adalaha karakteristik model. Kita akan lebih
memperhatikan ika modelnya colorful, dramatis, atraktif, atau berwibawa atau terlihat
sangat kompeten. Dan kita juga akan lebih memperhatikan jika model tersebut terlihat
sama dengan diri kita. Inilah jenis-jenis variabel yang ditujukan langsung oleh Bandura
ke arah pengujian televisi dan dampaknya pada anak-anak.

2. Retention processes (ingatan/penyimpanan)

Tahap yang kedua, kita harus mampu menyimpan (mengingat) apa uang harus
diperhatikan. Ini merupakan awal di mana perumpamaan dan bahasa berasal: kita
menyimpan apa yang kita lihat pada yang dilakukan model dalam bentuk
penggambaran mental atau deskripsi verbal. Ketika benar-benar disimpan, kemudian
kita dapat “membawa” kesan atau deskripsi itu, kita dapat menirunya dengan tingkah
laku kita sendiri.

3. Motor reproduction processes

Dalam hal ini, kita hanya duduk dalam angan-angan atau lamunan. Kita harus
menerjemahkan atau mewujudkan kesan/deskripsi ke dalam tingkah laku yang
sebenarnya. Jadi, kita harus memiliki kemampuan mereproduksi tingkah laku sebagai
urutan terpenting. Sebagai contoh, kita biasa melihat orang bermain sepak bola, belum
tentu kita tidak bisa menendang bola dengan keras menuju gawang apabila kita tidak
bisa bermain sepak bola dengan baik. Namun, kita bisa bermain sepak bola, dalam
dunia nyata kemampuan kita akan meningkat apabila menonton pemain sepak bola
yang bermain lebih baik dari kita.
Hal penting lainnya dari reproduksi yaitu kemampuan kita untuk meniru akan
bertambah baik dengan latihan pada hal-hal menyangkut tingkah laku. Tak hanya itu,
kemampuan kita akan bertambah baik ketika kita membayangkan penampilan diri kita.

4. Motivational processes

Teori pembelajaran sosial membedakan antara kemahiran dan penampilan karena


orang-orang tidak akan melakukan apapun jika tidak termotivasi untuk meniru.

Jenis-jenis motivasi menurut Bandura:

a. past reinforcement: menurut tingkah laku tradisional

b. promised reinforcement: dorongan-dorongan yang dapat kita bayangkan

c. vicarious reinforcement: melihat dan menghubungkan kembali model untuk


diperkuat.

d. past punishment: hukuman yang telah berlalu

e. promised punishment: hukuman yang akan tiba (ancaman)

f. vicarious punishment: hukuman yang seolah-olah dialami oleh diri sendiri

Ulasan di atas (poin a, b, c) secara tradisional dipertimbangkan menjadi suatu


“penyebab” pembelajaran. Bandura mengatakan bahwa mereka tidak banyak
menjadi penyebab pembelajaran seperti menyebabkan kita untuk menunjukkan
apa yang sudah kita pelajari. Jadi, ia melihat mereka sebagai motivasi. Motivasi
negatif ternyata ada baiknya juga dan memberikan kita alasan untuk tidak meniru
seseorang (poin d, e, f). Seperti pada kebanyakan behavioris tradisional,
Bandura mengatakan bahwa hukuman dalam bentuk apapun tidak akan bekerja
dengan baik sebagai penguatan dan faktanya memiliki kecenderungan “sudah
terbaca sebelumnya” oleh kita.

Self-regulation (regulasi diri)

Pengaturan diri – mengontrol tingkah laku kita sendiri – dalam kata lain “pekerja keras”
pada kepribadian manusia. Bandura menyatakan tiga langkah, yaitu:

a. self-observation (observasi diri)

kita melihat diri kita sendiri, tingkah laku kita dan menjaga etiket itu.

b. judgment (penilaian)
kita membandingkan apa yang kita lihat dengan sebuah standar. Sebagai contoh, kita
dapat membayangkan penapilan kita dengan standar tradasional, seperti “aturan
tatacara” atau kita dapat menciptakan aturan yang lebih mengikat, seperti “saya akan
membaca buku seminggu sekali”. Atau kiat dapat bersaing dengan orang lain atau
dengan diri kita sendiri.

c. self-response (respon diri)

jika kita mengerjakan sesuatu dengan baik dalam perbandingan dengan sebuah
standar, kita memberikan diri kita sendiri penghargaan atau apresiasi sebagai respon
diri. Kalau kita mengerjakan sesuatu yang buruk, kita memberikan hukuman untuk diri
kita sendiri sebgai respon diri. Respon diri berkisar dari nyata (mendorong lebih pada
tindakan langsung) dan lebih tersembunyi (merasa malu atau bangga).

Konsep yang sangat penting dari psikologi yang dapat dimengerti dengan regulasi
adalah self-concept (konsep diri, lebih dikenal sebagai self esteem -penghargaan diri-).
Jika kita sudah cukup lama hidup (telah dewasa), kita akan menemukan standar hidup
kita sendiri dan kehidupan yang memiliki self-praise dan self-reward akan mempunyai
sebuah self-concept yang baik (self-esteem yang tinggi). Begitupun sebaliknya, kalau
kita gagal menemukan standar hidup kita sendiri dan sering menghukum diri sendiri,
kita akan memiliki self-concept yang buruk (self-esteem rendah).

Behavioris umumnya memandang reinforcement penguatan adalah efektif


danpunishment (hukuman) penuh dengan masalah. Tiga akibat dari self-
punishment yang berlebihan menurut Bandura, yaitu:

a. kompensasi: kompleks yang superior, contohnya khayalan tentang kemewahan,

b. ketidakaktifan: apatis, depresi, dan kebosanan,

c. pelarian (escape): narkoba, alkohol, fantasi televisi, atau mungkin bunuh diri.

Bandura mengemukakan tiga langkah self-regulation terhadap penderita self-


esteemyang buruk, yaitu:

a. regarding self-observation: observasi mengenai diri. Tahu siapa diri mereka. Tahu
gambaran yang tepat tentang perilaku kita,

b. regarding standards: yakinkan diri standar kita tidak terlalu tinggi, jangan sampai diri
kita gagal. Tetapi kalau standar kita terlalu rendah, tentu tidak berarti pula,

c. regarding self-response: gunakanlah penghargaan (self-reward) bukan self-


punishment serta rayakanlah kemenenganmu, jangan larut pada kegagalan.

Self-efficacy (Efikasi diri)


Efikasi diri merupakan persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi
dalam situasi tertentu. Efikasi diri juga merupakan perasaan optimis mengenai diri kita
yang berkemampuan dan efektif. Secara singkat, efikasi diri adalah sejauh mana kita
mampu mencapai sesuatu. Efikasi diri tumbuh dari keberhasilan-keberhasilan yang pernah
dilakukan.

Reciprocal Determinism (Faktor-faktor Hubungan Timbal Balik)

Dari perspektif pembelajaran sosial, fungsi psikologi adalah lanjutan interaksi timbal balik
antara kepribadian, tingkah laku, dan lingungan sebagai pengatur.

a. Interdependence of personal and environmental influence (ketergantungan antara


pribadi dan lingkungan)

Seperti kita ketahui, faktor pribadi internal dan tingkah laku juga menjalankan sebgai
faktor-faktor hubungan timbal balik dari yang lainnya. Salah satu contohnya adalah
ekspektasi seseorang berpengaruh pada bagaimana dia berperilaku dan hasilnya akan
merubah ekspektasinya. Kelemahan utama dari perumusan tradisional adalah mereka
menghilangkan penempatan perilaku dan lingkungan sebagai kesatuan yang terpisah.
Pada kebanyakan bagian, lingkungan hanya sebuah kemampuan hingga perwujudan
dengan aksi yang tepat.

b. Reciprocal influence and the exercise of self-direction

Diskusi proses sebab akibat melahirkan masalah pokok determinisme dan kebebasan
individu. Dalam kerangka pembelajaran sosial, kebebasan didefinisikan sebagai
hubungan dari sejumlah pilihan yang tersedia pada manusia dan penggunaan yang
tepat baginya. Dari perilaku alternatif dan hak istimewa yang dimiliki seseorang, yang
terbesar adalah kebebasannya beraksi.

c. Reciprocal influence and the limits of social control (pengaruh timbal balik dan
terbatasnya kontrol sosial)

Operasi dari pengaruh timbal balik menekankan pada perhatian publik untuk
memajukan pengetahuan psikologis akan meningkatkan pada perhitungan manipulasi
dan kontrol orang-orang. Reaksi yang umum pada ketakutan adalah semua perilaku itu
tidak dapat diacuhkan untuk dikontrol. Ketika orang-orang memberitahukan tentang
bagaimana perilaku dapat dikontrol, ia cenderung untuk menolak pengaruhnya, dengan
begitu membuat manipulasi semakin sulit.

Vicarious Reinforcement

Vicarious reinforcement menandai ketika pengamat meningkatkan perilaku terhadap


sesuatu yang pernah ia lihat dari orang lain. Akibat positif pengamatan paling utama
mungkin untuk membantu pengembangan adopsi perilaku yang mana memiliki aspek yang
kurang baik dan oleh karena itu membutuhkan dorongan jika mereka ingin melakukannya.
Ketika orang lain mengajak untuk berpartisipasi pada aktivitas yang menyenangkan,
biasanya terhalang oleh larangan sosial.

4. Aplikasi Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial telah diterapkan secara ekstensif untuk pemahaman agresi dan
gangguan psikologis, terutama pada konteks perubahan perilaku. Teori ini juga dasar
teoritis untuk teknik peniruan perilaku yang digunakan pada program pelatihan secara luas.
Contoh pembelajaran sosial yang umum adalah pada televisi komersial.

Teori ini diaplikasikan pada perilaku konsumen Teori ini menyatakan bahwa terjadi banyak
pembleajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Teori ini juga sangat berguna
untuk menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan televisi.

Sumber:

Ardianto, Elvinaro., dkk. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Baldwin, John R. 2004. Communication Theories: for Everyday Life. USA: Pearson Education. Inc
Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey. 1970. Theories of Personality, Second Edition. New York: John Wiley &
Sons, Inc
NN. 2006. Psikologi Sosial: The Mental. Diktat. Jatinangor: Universitas Padjadjaran Fakultas Psikologi.
Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan Di Dalam
Media Edisi Ke-5. Penerjemah Sugeng Hariyanto. Jakarta: Kencana

You might also like