You are on page 1of 8

HomeDocumentsLP Kelainan Katup Jantun

LAPORAN PENDAHULUANKELAINAN KATUP JANTUNGI.

DEFINISI

Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantungmengalami kelainan yang
membuat aliran darah tidak dapat diatur denganmaksimal oleh jantung.Katup jantung yang
mengalami kelainan membuat darah yangseharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi
jantung ketika beradadi bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat
untukmemompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisamelakukan
aktifitas dalam tingkat tertentu.Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak
dapatberaktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagumemiliki kemampuan
untuk dapat mengalirkan darah.Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika
atauketurunan dan terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katupjantung juga bisa terjadi
karena kecelakaan ataupun cedera yang mengenaijantung. Operasi jantung juga dapat
menyebabkan kelainan pada katupjantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan
teknis maupunprosedur dalam melakukan oeprasi pada jantung. Penyakit katup jantung
menyebabkan kelainan-kelainan pada alirandarah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang
penyakit dapatmengalami dua jenis gangguan fungsional: regurgitasi-daun katup tidak dapatmenutup
rapat sehngga darah dapat mengalir balik (sinonim denganisufisiensi katup dan inkompetensi
katup) dan stenosis katup-lubang katupmengalami penyempitan shingga aliran darah mengalami
hambatan.

Isufisiensi dapat dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenalsebagai ”lesi campuran”
atau terjadi sendiri yang disebut sebagai lesi murni.”Berikut tipe-tipe gangguan katub.a. Stenosis
MitralStenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah – bilahkatup mitral, yang
menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresifaliran darah. Secara normal pembukaan
katup mitral adalah selebar tiga jari.Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan lumen sampai
seleba pensil.Ventrikel kiri tidak terpengaruh, namun antrium kiri mengalami kesulitandalam
menggosongkan darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri.Akibatnya antrium akan melebar dan
mengalami hipertrofi karena tidak adakatup yang melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik dari
antrium,maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kananharus
menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalamiperegangan berlebihan yang
berakhir gagal jantung.b. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup
mitral tidak dapat salingmenutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah
katuptidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliranbalik dari ventrikel
kiri ke antrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satuatau kedua bilah katup mitral mengakibtakan
penutupan lumen mitral tidaksempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta,
sehinggasetiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali keantrium kiri. Aliran
balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dariparu, menyebabkan antrium kiri mengalami
pelebaran dan hipertrofi. Alirandarah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari
paruke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang

laporan pendahuluan
Kelainan Katup Jantung

LAPORAN PENDAHULUAN KELAINAN KATUP JANTUNG

I. DEFINISI

Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang
membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung. Katup jantung yang
mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi
jantung ketika berada di bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam
tingkat tertentu. Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat beraktifitas
dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat
mengalirkan darah. Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan
dan terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena
kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat menyebabkan
kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan teknis maupun
prosedur dalam melakukan oeprasi pada jantung. Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-
kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat
mengalami dua jenis gangguan fungsional: regurgitasi-daun katup tidak dapat menutup rapat
sehngga darah dapat mengalir balik (sinonim dengan isufisiensi katup dan inkompetensi katup) dan
stenosis katup-lubang katup mengalami penyempitan shingga aliran darah mengalami hambatan.
Isufisiensi dapat dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai ”lesi
campuran” atau terjadi sendiri yang disebut sebagai lesi murni.” Berikut tipetipe gangguan katub.

a. Stenosis Mitral Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah – bilah katup
mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah. Secara normal
pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan
lumen sampai seleba pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh, namun antrium kiri mengalami
kesulitan dalam menggosongkan darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya
antrium akan melebar dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena
pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Akibatnya
ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami
peregangan berlebihan yang berakhir gagal jantung.

b. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi) Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup mitral tidak dapat
saling menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat
menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium
kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibtakan penutupan
lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga
setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran balik
darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan antrium kiri mengalami
pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir
dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada
giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun
selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.
c. Stenosis Aorta Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiri dan aorta.
Pada orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan bawaan atau dapat sebagai akibat dari
endokarditisrematik atau kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyempitan
terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh tahun. Bilah – bilah katup aorta
saling menempel dan menutup sebagaian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri
mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energi yang lebih
besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompesansi
jantung mulai gagal dan munculah tanda – tanda klinis. Obstruksi kalur aliran aorta tersebut
menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot
jantung menebal (hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnya obstruksi ; terjadilah gagal jantung
bila obsruksinya terlalu berat.

d. Insufiensi Aorta (Regurgitasi) Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak
bentuk bilah katup aorta,sehingga masing – masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
rapt selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri.
Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit seperti sifilis dan
pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau sobekan aorta asendens Karena kebocoran
katup aorta saat diastole , maka sebagaian darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi,
akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim
darah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun
darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk
mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih normal
untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler
berusaha mengkompesansi melalui refleks dilatasi pembul;uh darah arteri perifer melemas sehingga
tahanan perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis.

II. ETIOLOGI Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu disebabkan
oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit
katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan
meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di negara industri dibandingkan
dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam
rematik , namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup yang
membutuhkan koreksi bedah. Selain penyakit rematik, telah dikenal beberapa penyebab lain yang
semakin sering menimbulkan perubahan bentuk dan malfungsi pada katup yaitu endokartis
bakterialis, defek jaringan penyambung sejak lahir, disfungsi dan reptura otot papilaris karena
aterosklirosis koroner dan malformasi kongnital

a. Stenosis Mitral stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita
demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia
lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja
dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral
sebagian bergabung menjadi satu.

b. Insufisiensi Mitral Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas
reumatik dan non reumatik(degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung
bawaan, trauma dan sebagainya). Di
negara berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam
reumatik.

c. Stenosis Aorta Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada
orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di
dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya
gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh
demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada
katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda,
penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit
mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran
katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar
darah melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau
memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering
menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.

d. Insufisiensi Aorta Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan
kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis
dan retraksi daun-daun katub, dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari
demam reumatik.
III. TANDA DAN GEJALA

Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-
paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru- paru
(edema pulmoner). Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan
sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama
sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat. Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika
berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan
di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena
paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke
dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.

a. Stenosis Mitral Sangat cape, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal dyspnea,
batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru, hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah
kanan jantung. Auskultasi: teraba getaran apex S1 memberondong, peningkatan bunyi.
Murmur:lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic pada apex.

b. Insufisiensi Mitral Sangat cape, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas sesak bila
terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural dipsneu rales Tingkat lanjut: edema paru-paru,
kegagalan jantung sebelah kanan. Auskultasi: terasa getaran pada raba apex, S1 tidak ada, lemah,
murmur. Murmur: bernada tinggi, menghembus, berdesis, selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.

c. Stenosis Aorta Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan ortopneu,
paroxysmal nokturial, edema paru-paru, rales. Tingkat lanjut: kegagalan sebelah kanan jantung
Murmur: nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll(pada basis atau carctis) gemetar systoll pada
basis jantung.

d. Insufisiensi Aorta Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew, paroxysmal
noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan
kanan. Murmur: nada tinggi, menghembus diastole (sela iga ke-3) murmur desakan systoll pada
basis.
V. KOMPLIKASI

o Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup

o Angina pectoris

o Bedah jantung

o Gagal jantung kongestif

o Disritmia

o Kondisi inflamasi jantung

o Aspek-aspek psikososial perawatan akut

o Penyakit jantung rematik

o Penyakit jantung iskemik

VI. PENATALAKSANAAN

1. Stenosis Mitral Terapi antibiotic diberika untuk mencegah berulangnya infeksi. Penatalaksanaan
gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan kardiotinikum dan diuritik. Intervensi bedah
meliputi komisurotoomi untuk membuka atau “menyobek” komisura katub mitral yang lengket
atau mengganti katub miral dengan katub protesa. Pada beberapa kasus dimana pembedahan
merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan,
maka dapat dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan untuk mengurang beberapa gejala.
2. Insufisiensi Mitral Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah
meliputi penggantian katup mitral.
3. Stenosis Aorta Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katub
aorta secara bedah. Terdapat resiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa
tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung
permanen yang tidak berespond
terhadap terapi medis.
4. Insufisiensi Aorta Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat
untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien
dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain. Bila pasien
mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai
dilakukannya pembedahan.
5. VII. DATA FOKUS PENGKAJIAN

a. Wawancara menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien
dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien
dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeuti

b. Pemeriksaan fisik pemeriksaan berjalan secara logis dari kepala ke kaki, yaitu keadaan umum,
tekanan darah, nadi, tangan, kepala dan leher, jantung, paru, abdomen dan kaki serta tungkai. Dalam
pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan normal, juga
bisa dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain : batas jantung yang
melebar, adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan berupa bising (murmur).

c. Pemeriksaan diagnostik - Laboratorium (nilai normalnya) - Ro foto - CT Scan - MRI, USG, EEG, ECG, dll.
VIII. ANALISA DATA

Kelompok Data

1. DO: Aritmi Brakikardia Perubahan EKG Takikardia Penurunan tekanan vena Keletihan
Murmur

2. DO: Sianosis Dispnea Tachikardia Gas darah arteri abnormal Pucat kehitaman

3. DO : Perubahan denyut jantung Kedok wajah Ungkapan nyeri Gangguan tidur Nyeri dada
Iskemi jaringan miokard Kerusakan pertukaran gas Kongesti paru Etiologi Resiko tinggi menurunnya
curah jantung Masalah Disfungsi katup Perubahan nafsu makan

4. DO: Hilangnya nafsu makan Mulut kering Kontak mata buruk Pasien terlihat cemas Gugup
Situasi kritis, Takut akan kematian Ansietas 5. DO: - Sering bertanya - salah intruksi Kurangnya informasi,
keterbatasan kognitif Deficit pengetahuan IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko tinggi penurunan
curah jantung b.d disfungsi katup b. Gangguan pertukaran gas b.d odema paru c. Nyeri dada b.d iskemik
jaringan miokard d. Situasi kritis, takut akan kematian b.d ansietas e. Defisit pengetahuan b/d kurangnya
informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien
DAFTAR PUSTAKA Baradero, Mary. 2005. Patiens With Cardiovascular and Hematological System
Erlangga Muttaqin, Arif, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Banjarmasin

You might also like