You are on page 1of 14

Penyearah terkendali

http://www.academia.edu/8818077/Konverter_AC-DC_Terkendali

PENYEARAH TERKENDALI

1 Pendahuluan

Penyearah terkendali biasa juga disebut dengan converter ac-dc terkendali dan digunakan
secara luas untuk keperluan industri.

Terdapat dua jenis penyearah terkendali, yaitu:

1. Penyearah terkendali 1 fasa (Single phase converters)

2. Penyearah terkendali 3 fasa (Three-phase converters)

Setiap jenis converter ac-dc terkendali dapat dikategorikan menjadi:

1. Konverter ac-dc semi terkendali (semiconverter)

2. Konverter ac-dc terkendali penuh (full converter)

3. Konverter ac-dc ganda (dual ac-dc converter)

Konverter semi terkendali merupakan converter ac-dc 1 kuadran, dan hanya mempunyai 1
polaritas positif untuk tegangan dan arus keluaran.

Konverter terkendali penuh sistem jembatan merupakan converter 2 kuadran, yang


memungkinkan tegangan mempunyai polaritas positif (+) atau negative (-), sementara arus
keluaran hanya mempunyai polritas positif (+).

Konverter ganda (dual converter) merupakan converter 4 kuadran, yang memungkinkan


tegangan dan arus keluaran mempunyai polaritas positif, ataupun negative.

2.2 Definisi Thyristor

Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada struktur
PNPN. Komponen ini memiliki kestabilan dalam dua keadaan yaitu on dan off serta memiliki
umpan-balik regenerasi internal. Thyristor memiliki kemampuan untuk mensaklar arus searah
(DC) yaitu jenis SCR, maupun arus bolak-balik (AC), jenis TRIAC.
2.3 Struktur Thyristor

Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semiconductor
silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks
dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar
(switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Gambar-1 : Struktur Thyristor

Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar-1a.
Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP
dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika divisualisasikan sebagai
transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada gambar-2
yang berikut ini.
Gambar-2 : Visualisasi Dengan Transistor

Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya
kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1. Rangkaian transistor yang
demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui
bahwa Ic =  Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base.

Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada arus
Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib pada transistor Q1,
sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor
transistor Q1 tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga
makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang.
Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.

Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.
Gambar-3 : Thyristor Diberi Tegangan

Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai tegangan dari nol
sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 3. Apa yang terjadi pada lampu ketika tegangan
dinaikkan dari nol. Ya betul, tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada
ditengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut thyristor dalam
keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat
mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP
ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai
dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini
disebut tegangan breakover Vbo.

2.4 Jenis-Jenis Thyristor

Thyristor terbagi kedalam 3 jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Thyristor SCR

SCR merupakan jenis thyristor yang terkenal dan paling tua, komponen ini tersedia dalam rating
arus antara 0,25 hingga ratusan amper, serta rating tegangan hingga 5000 volt. Struktur dan
simbol dari SCR dapat digambarkan seperti pada gambar dibawah :.
Gambar-4. Struktur Dan Simbol Dari SCR

2. Thyristor Triac

Triac dapat dianggap sebagai dua buah SCR dalam struktur kristal tunggal, dengan demikian
maka Triac dapat digunakan untuk melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus bolak balik,
AC). Simbol dan struktur Triac adalah seperti ditunjukan dalam gamabr dibawah :
Gambar-5. Simbol Dan Struktur Triac.

Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang disusun secara paralel dengan
salah SCR dibalik maka Triac memiliki sifat-sifat yang mirip dengan SCR.

3. Thyristor Diac

Kalau dilihat strukturnya seperti gambar-8a, DIAC bukanlah termasuk keluarga thyristor, namun
prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP
mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan
mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian
dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur
DIAC digolongkan sebagai dioda.
Gambar-6 : Struktur Dan Simbol DIAC

Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini. Hanya dengan
tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan
tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC
sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.

Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC umumnya dipakai
sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Contohnya
adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar-9.

Gambar-7 : Rangkaian Dimmer

2.5 Penyearah Jembatan 3 Fasa Terkendali Penuh


a. Prinsip Kerja

Penyearah terkendali dikontrol dengan menggunakan thyristor, thyristor akan menjadi


konduksi jika tegangan Vt adalah positif dan menerima arus gate ig.

Penyearah terkendali penuh tiga fasa (Three Phase Converter) akan dapat bekerja apabila
thyristor-thyristor sebagai penyearah jembatan tiga fasa terkendali penuh dinyalakan, yaitu
dengan cara memberikan pulsa-pulsa penyalaan pada masing-masing gerbangnya. Gambar 1
adalah sebuah rangkaian penyearah jembatan tiga fasa terkendali penuh, dimana diasumsikan
tegangan masukan adalah seimbang, beban pada sisi keluaran adalah induktif tak hingga dan
1a(t) = Ia adalah arus DC murni yang mengalir dari satu grup thyristor bagian atas (thyristor 1, 3,
dan 5) dan satu grup thyristor bagian bawah (thyristor 4, 6, dan 2).

Gambar-8 Rangkaian Penyearah Jembatan Terkendali 3 Fasa Gelombang Penuh

Pada ωt = π /6 + α , thyristor T6 sudah konduksi dan thyristor T1 akan dinyalakan (on). Selang
interval selanjutnya yaitu pada interval π/6 + α ≤ ωt ≤ (π/2 + α), thyristor T1 dan T6 akan sama-
sama konduksi, sehingga muncul tegangan fasa-fasa pada beban. Pada π/2 + α , thyristor T2
nyala dan thyristor T6 dibias mundur dan padam secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan
berubahnya polaritas potensial (Natural Commutation). Selang interval π/2 + α ≤ ωt ≤ (5π/6 +
α), thyristor T1 dan T2 sama-sama konduksi dan tegangan fasa-fasa Vac muncul pada beban.
Untuk ωt = 5π/6 + α , T3 nyala dan thyristor T1 padam (Natural Commulation). Selang interval
(3π/2 + α ) ≤ ωt ≤ (11π/6 + α ), thyristor T3 dan T4 sama-sama konduksi dan tegangan fasa-fasa
V ba muncul pada beban. Untuk ωt = 11π/6 + α , T5 nyala dan thyristor T3 padam (Natural
Commutation). Selang waktu 11π/6 + α ≤ ω ≤ 13π/6 + α , thyristor T4 dan T5 sama-sama
konduksi dan tegangan fasa-fasa Vca muncul pada beban. untuk ωt = 13π/6 + α pada periode
berikutnya, T6 nyala kembali dan thyristor T4 padam. Selang interval 13π/6 + α ≤ ω ≤ 5π/2 + α ,
thyristor T5 dan T6 sama-sama konduksi dan tegangan Vcb muncul pada beban. Jika thyristor-
thyristor tersebut diberi urutan angka untuk masing-masing pasangan thyristor yang konduksi
secara bersamaan, maka urutan penyalaan thyristor-thyristor tersebut adalah 1-2, 2-3, 3-4, 4-5,
5-6, 6-1. prosedur ini diulang terus, selama masih ada pulsa-pulsa penyalaan diberikan pada
thyristor, dimana dihasilkan sebanyak 6 gelombang kerut untuk setiap perioda penuh jala-jala
AC dengan frekuensi fd = 6 x 50 Hz = 300 Hz pada keluaran penyearah jembatan 3 fasa
terkendali penuh.

b. Parameter-parameter

Adapun parameter-parameter pada penyearah terkendali penuh 3 fasa biasanya digunakan


sebagai acuan dalam menentukan karakteristik penyearah. Parameter-parameter tersebut
antara lain adalah:

1) Tegangan keluaran rata-rata (Vd) untuk half wave.

2) Arus keluaran rata-rata (Id)

3) Daya keluaran dc, Pd = Vd.Id.

4) Arus keluaran efektif (Irms).

5) Daya keluaran AC, Ph = Vrms.Irms.

6) Efisiensi penyearah, didefenisikan sebagai:

……………………….(1)

7) Tegangan keluaran dari komponen AC efektif didefenisikan sebagai:

……………………..(2)

8) Factor riak (Ripple Factor):


………………………..(3)

9) Factor daya (PF):

……………………….(4)

c. Tegangan Keluaran

Bentuk gelombang tegangan keluaran terdiri dari komponensearah Vd seperti pada


persamaaan (5), (6), (7) dan komponen harmonisa tegangan keluaran ke-n seperti pada
persamaan (8).

1) Tegangan keluaran DC rata-rata (Vd) untuk penyearah tiga fasa half wave.

2) Tegangan keluaran efektif (rms) adalah:

Adapun frekuensi komponen pada tegangan keluaran adalah kelipatan enam dari frekuensi
sumber. Dengan analisa Fourier, persamaan komponen harmonisa tegangan keluaran efektif
dibanding tegangan keluaran rata-rata maksimum untuk besar r = 6 k (k = 1, 2, 3,……) adalah
sebagai berikut:

Dan Vdn adalah kandungan harmonisa keluaran ke-n dan Vωn tegangan keluaran rata-rata
maksimum.

d. Arus Masukan Ia, Ib, Ic.

Arus-arus masukan ia, ib, ic mempunyai bentuk gelombang persegi dengan amplitude Ia.
Bentuk gelombang dari arus ia, merupakan fasa yang digeser oleh sudut penyalaan α.

Arus-arus saluran ini dapat diekspresikan ke dalam bentuk Fourier (dengan ωt didefenisikan
menjadi nol tegangan Van) untuk h = 1, 5, 7,…… yaitu sebagai berikut:

Dimana φ1 adalah sudut perlambatan yang besarnya ω dan φ h adalah sudut perlambatan
(delay angel) dari komponen-komponen harmonisa orde ke-h yang besarnya adalah:
Dan harga efektif dari arus fundamental adalah:

Arus masukan saluran efektif adalah:

Dan harga efektif dari komponen harmonisa dengan orde-h (h komponen harmonisa bukan
kelipatan tiga) adalah:

; dimana h = 6k ± 1

Dan bentuk gelombang iα dari gambar, maka harga efaktif total dari harmonisa arus fasa
iα dapat dihitung, yaitu:
Dan dalam Ish distorsi harmonisa total adalah:

Sehingga didapat : THD = 31,08%

e. Faktor Daya Masukan

Faktor daya akibat pergeseran konduksi (Displacement Power Factor) ditentukan oleh besarnya
sudut penyalaan α.

DPF = Cos φ 1 = Cos α.

Faktor daya masukan penyearah jembatan tiga fasa terkendali penuh diperoleh dari hasil bagi
daya aktif yang diserap beban dengan daya masukan penyearah, dimana setelah diuraikan
diperoleh persamaan sebagai berikut:

Dengan Po daya aktif yang diserap beban dan Si daya masukan penyearah.

http://teknikenergielektrik.blogspot.co.id/2016/04/analisis-daya-elektrik-penyearah-
terkendali.html

You might also like