Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang
menjadi buta. Sebagian besar orang buta (tunanetra) di Indonesia berada di
daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah.
Tabel 1. Perhitungan Jumlah Penduduk dengan Kebutaan dan Severe Low Vision Tahun 2013
2
Tabel 2. Prevalensi Kebutaan dan Severe Low Vision Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
3
Tindakan medis lanjutan untuk rabun jauh dapat meliputi Bedah
retraktif yaitu salah satu bentuk tindakan medis permanen atau biasa disebut
operasi laser mata. Tindakan dari prosedur ini bertujuan untuk membentuk
ulang kornea mata agar dapat memfokuskan cahaya ke retina secara normal.
4
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi mata?
2. Apa yang dimaksud dengan miopi, hipermetropi dan astigmatisme?
3. Apa saja faktor penyebab miopi, hipermetropi dan astigmatisme?
4. Apa saja tanda dan gejala pada miopi, hipermetropi dan
astigmatisme?
5. Bagaimana penata laksanaan pada klien miopi, hipermetropi dan
astigmatisme?
6. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap klien yang mengidap miopi,
hipermetropi dan astigmatisme?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimana asyhan keperawatan terhadap klien
dengan miopia, hipermetropi, dan astigmatisme
5
1.5 Manfaat
Diharapkan tugas makalah ini manfaat yang didapat bagi rumah sakit
yaitu menambah referensi atau informasi tentang penyakit mata miopi,
hipermetropi dan astigmatisme.
6
bisa mengetahui bagaimana cara menangani pola makan, pola hidup
pasien saat berada dirumah tanpa pengawasan dokter atau perawat.
Diharapkan tugas makalah ini manfaat yang didapat bagi peneliti yang
akan datang yaitu penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan dalam memecahkan suatu masalah baik, bagi
para peneliti maupun orang-orang atau instansi yang menerapkan
hasil penelitian tersebut
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1.1 Bagian-bagian pada mata
Otot-otot oblik adalah otot inverior dan superior. Otot oblik superior
menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inverior
menggerakkan mata ke atas dan juga ke sisi luar. Mata bergerak serentak,
dalam arti kedua mata bergerak bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas
atau ke bawah, dan seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-
otot ini adaalah nervi motores okuli, yaitu saraf cranial ke 3, ke 4, dan ke 6
(Pearce, 2011).
9
Gambar 2.2 Anatomi Bola Mata
Ruang diantara lensa dan retina sebagian diisi oleh cairan gelatinosa
jernih yang disebut vitreosa (vitreous humor), yang berguna untuk memberi
nutrisi ke kornea dan lensa, dihasilkan di badan siliaris melalui difusi dan
transpor aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengisi ruang
anterior mata. Cairan ini dalam keadaan normal deserap kembali melalui
jaringan trabekula ke dalam kanal schleem, yakni saluran venosa pada
sambungan antara iris dan kornea. Sumbatan pada saluran keluar ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular dan bisa menyebabkan
glaukoma memburuk (Ganong, 2008).
10
Gambar 2.3 retina
Retina adalah lapisan saraf pada mata. Retina meluas ke arterior hampir
mencapai badan silaris. Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan
mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), Semuanya termasuk
dalam kontruksi retina, yang merupakan jaringan saraf halus yang
mengantarkan impuls saraf dari luar menuju diskusoptik, yang merupakan
titik tempat saraf optic meninggalkan biji mata. Titik ini disebut bintik buka
karena tidak mempunyai retina, bagian yang paling peka pada retina adalah
macula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optic, persis
berhadapan dengan pusat pupil (pearce, 2011). Ditambah empat jenis
neuron: sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin. Sel batang
dan kerucut, yang terletak di samping koroid; bersinaps dengan sel bipolar,
dan sel bipolar bersinaps dengan sel ganglion. Berdasarkan morfologi dan
fungsinya, terdapat sekitar 12 jenis sel bipolar (Ganong, 2008).
11
Gambar 2.4 sel batang dan sel kerucut
Sel batang diberi nama demikian karena segmen Luarnya tampak tipis
dan seperti batang. Sel kerucut umumnya memiliki segmen dalam yang tebal
dan segmen luar seperti kerucut, walaupun morfologinya bervariasi dari satu
bagian retina ke bagian lainnya.
12
gambar 2.6 bagian-bagian mata
1. Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu, alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya sertaberfungsi melindungi
mata dari sinar matahari yang terlalu terik.
2. Kelopak mata merupakan 2 lempengan, yaitu lempeng karsal yang terdiri
atas jaringan vibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi
konjungtiva. Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak
mata atas lebih besar daripada kelopak mata bawah, serta digerakkan ke
atas oleh otot levator palpebrae. Kelopak-kelopak itu ditutup oleh otot-
otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli. Bulul mata dikaitkan
pada pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari debu dan
cahaya.
3. Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata,
serta menutupi bagian depan sclera. Selaput itu bersambung dengan
selaput lendir yang melapisi saluran mata, kantong air mata dan juga
bersambung dengan saluran naso-lakrimal.
13
4. Sclera adalah pembungkus yang kuat dan vibrus. Sclera membentuk
putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela
membrane yang bening,yaitu kornea. Sclera melindungi struktur mata
yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
5. Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan
ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna.
Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang di tengahnya, atau
yang disebut pupil (manik) mata.
6. Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah lapisan
serabut, yaitu sel-sel saraf, batang-batang, dan kerucut (). Semuanya
termasuk
7. Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung
dengan sclera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas
beberapa lapisan. Lapisan putih adalah epithelium yang bersambung
dengan konjugtiva.
8. Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang terletak antara kornea dan iris.
9. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan
selaput koroid. Iris berisi 2 kelompok serabut otok tak sadar atau otot
polos kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara
kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu.
10. Pupil bintik tengah berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris,
tempat cahaya masuk guna mencapai retina.
11. Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak diantara iris dan lensa.
Baik bilik anterior maupun bilik posterior di isi dengan akueus humor.
12. Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali
kedalam aliran darah pada suatu sudut antara iris dan kornea melalui
vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm.
13. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan
belakang) yang terdiri atas beberapa lapisan. Lensa terletak persis
dibelakang iris. Membrane yang dikenal sebagai ligamentum
14
suspensorium terdapat didepan maupun dibelakang lensa itu, yang
berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila ligamentum
suspensorium mengendur, lensa mengerut dan menebal sebaliknya bila
ligament menegang lensa menjadi gepeng. Mengendur lensa
dikendalikan kontraksi otot siliare.
14. Vitreus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga
retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-
agar, yaitu vitreus humor. Vitreus humor berfungsi memberi bentuk dan
kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina
dan selaput koroid dan sklerotik.
(Pearce, 2011)
15
2.2 Proses Penglihatan
16
Sebelah dalam tepi retina terdapat lapisan-lapisan batang-batang dan
kerucut-kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka
terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat diantaranya
disebut granula. Ujung proksimal batang-batang dan kerucut-kerucut itu
membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan sel di polar
dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk
sinapsis kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Akson-
akson sel-sel ini merupakan serabut-serabut dalam nervus optiku. Serabut-
serabut saraf ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih
rendah dalam badan-badan khusus thalamus, lantas akhirnya mencapai
pusat visual khusus dalam lobus oksipitalis otak, tempat penglihatan
ditafsirkan. (Pearce, 2011).
Gambar 2.8 perbandingan antara mata normal dengan miopi dan hipermetropi
17
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika
dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak
dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri
diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang
terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel
epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga
sebagai myoepithelial cells (Saladin, 2006).
18
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh
dataran depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata.
Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding media
penglihatan mata lainnya. Lensa memegang peranan terutama pada saat
melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola
mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih
panjang, lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus
pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia (Ilyas, 2007).
19
Menurut Fauziah, Hidayat, dan Julizar (2014), miopia adalah suatu
keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina (bintik kuning).
Pada miopia karena bola mata terlalu panjang atau lensa teralu kuat,
maka sumber cahaya dekat dibawa ke retina tanpa akomodasi (meskipun
akomodasi dalam keadaan normal digunakan unuk melihat benda dekat),
sementara sumber cahaya jauh terfokus di depan retina dan tampak kabur
(Sherwood, 2011)
Miopia dikatakan bersifat genetik. Apabila salah satu atau kedua orang
tua memiliki miopia maka 35% turunannya akan mengalami miopia. Selain itu
stress visual seperti mata kelelahan juga dapat menjadi faktor resiko miopia.
2.4.3 Patofisiologi
Miopia aksial karena sumbu aksial mata lebih panjang dari normal.
Miopia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal.
Miopia indeks karena indeks bias mata lebih tinggi dari normal.
20
2.4.4 Gejala klinis
Refraksi subyektif
Refraksi obyektif:
2.4.6 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negative terlemah yang menghasilkan
tajam penglihatan terbaik.
2. Lensa kontak
Untuk: anisometropia
21
3. Bedah refraktif
a. Bedah refraktif kornea: tindakan untuk merubah kurvatura
permukaan anterior kornea (excimer laser, operasi lasik)
b. Bedah refraktif lensa: tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya
diikuti dengan implantasi lensa intraokuler.
2.4.7 Komplikasi
Pada hipermetropi bola mata terlalu pendek atau lensa terlalu lemah
benda jauh difokuskan di retina hanya dengan akomodasi, sedangkan benda
dekat terfokus di belakang retina bahkan dengan akomodasi oleh karena itu
tampak kabur (Sherwood, 2011).
Hipermetropi atau rabun dekat karena bola mata yang berukuran lebih
pendek daripada ukuran normal dan berkas cahaya yang sejajar difokuskan
di belakang retina akan menyebabkan akomodasi yang terus menerus
sehingga akan menimbulkan kelelahan dan dapat menyebabkan nyeri kepala
dan semakin mengaburkan pandangan.
22
Gambar 2.10 gambar hipermetropi dengan koreksi lensa cembung
2.5.3 Patofisiologi
23
2.5.4 Gejala klinis
24
b. Hipermetropi manifest absolut: kelainan hipermetropik yang tidak
dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya.
3. Hipermetropi total:
Jumlah dari hipermetropia latent dan manifest.
2.5.6 Diagnosis
Refraksi subyektif
Refraksi obyektif
1. Retinoskop
Dengan lensa kerja ∫ + 2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus
yang bergerak searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi.
2. Autorefraktometer.
2.5.7 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
25
2. Lensa kontak
Untuk: anisometropia dan hipermetropia
2.5.8 Komplikasi
26
Pada astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik
dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 titik yang paling tegak lurus
yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di kornea. Pada astigmatisme
lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-
jari meridian yang tegak lurus padanya (Ilyas,2007)
2.6.3 Patofisiologi
27
2.6.4 Klasifikasi
1. Astigmatisme Reguler
Astigmatisme dikategorikan regular jika meridian-meredian utamanya
(meridian dimana terdapat terdapat daya bias terkuat dan terlemah di
sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus
2. Astigmatisme Ireguler
Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang beraturan/tidak saling
tegak lurus. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik
kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan lensa seperti
katarak imatur.
2.6.5 Diagnosis
Refraksi subyektif
Refraksi obyektif
28
searah dengan gerakan retinoskop (with movement) dikoreksi dengan
lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu adalah komponen
sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder
positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.
2. Autorefraktometer .
2.6.6 Penatalaksanaan
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan data
1. Data Demograf
a. Biodata, meliputi :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Suku / bangsa, Status pernikahan,
Agama / keyakinan, Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan
yang memerlukan pengelihatan ekstra dan pada pekerjaan yang
membutukan kontak dengan cahaya yang terlalu lama, seperti operator
computer, perarasi jam. Diagnosa medik, No. medical record, Tanggal
masuk, Tanggal pengkajian.
b. Penanggung jawab, meliputi :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien.
3.1.2Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pandangan atau pengelihatan kabur, kesulitan memfokuskan
pandangan, epifora, pusing, sering lelah dan mengantuk, pada klien
myopia terdapat astenopia astenovergen dan pada hyperopia terjadi
astenopia akomodasi yang menyebabkan klien lebih sering istirahat.
2. Riwayat kesehatan lalu
Pada myopia mungkin terdapat retinitis sentralis dan ablasio retina,
sedangkan pada astigmatisme didapatkan riwayat kerakotonus dan
keratektisia. Kaji pula adanya difisit vitamin A yang dapat
mempengaruhi sel batang dan krucut serta produksi akueus humor dan
kejernihan kornea.
a. Adakah riwayat masalah penglihatan sebelumnya?
b. Adakah riwayat diabetes melitus?
c. Adakah riwayat hipertensi?
30
d. Adakah riwayat penyakit neurologis?
e. Pernahkah pasien menjalani terapi mata tertentu (misalnya laser)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Umumnya didapatkan riwayat penyakitdiabetes militus dan pada
myopia aksialis didapatkan factor herediter
3.1.3 Pemeriksaan fisik
1. Pada miopi pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa
negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan
sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam
penglihatan terbaik. Mata miopi mempunyai daya lensa positif yang
lebih sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak terhingga
difokuskan di depan retina.Lensa negatif menggeser bayangan benda
ke belakang sehingga dapat diatur tepat jatuh pada retina.
2. Alat antara lain; bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba
3. Teknik :
a. Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter
b. Pada mata dipasang bingkai percobaan
c. Satu mata ditutup
d. Pasien diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terkecil yang
masih dibaca
e. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam
penglihatan menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-
lahan hingga dapat dibaca huruf pada kata terbawa
f. Sampai terbaca baris 6/6
g. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama
4. Nilai
a. Bila dengan S – 1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S–
1.75 penglihatan 6/6-2 sedang dengan S–2.00 penglihatan 6/7.5
maka pada keadaan ini derajat miopi mata yang diperiksa adalah S
– 1.50 dan kaca mata dengan ukuran ini diberikan pada pasien
31
b. Pada pasien miopi selamanya diberikan lensa sferia minus terkecil
yang memberikan tajam penglihatan terbaik
5. Pada hipermitropi pemeriksaan bertujuan mengetahui derajat lensa
positif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga
tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan
yang terbaik . Mata hipermitropi mempunyai kekuatan lensa positif
kurang sehingga sinar sejajar tanpa akomodasi difokus di belakang
retina. Lensa positif menggeser bayangan benda ke depan sehingga
pada mata hipermitropi lensa positif dapat diatur derajat kekuatannya
untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina
6. Alat antara lain; kartu Snellen, gagang lensa coba, satu set lensa coba
7. Teknik
a. Pasien duduk menghadap kartu Snelen pada jarak 6 meter
b. Pada mata dipasang gagang lensa
c. Satu mata ditutup, biasana mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk
memeriksa mata kanan
d. Pasien diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar
(teratas) dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf
terkecil yang masih dapat dibaca
e. Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksa dan bila
tampak lebih jelas oleh pasien lensa positif tersebut ditambah
kekuatannya perlahan-lahan dan diminta membaca huruf-huruf
pada baris lebih bawah
f. Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf pada baris
6/6
g. Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih
melihat huruf-huruf diatas
h. Mata yang lain dilakukan dengan cara yang sama
32
8. Nilai
a. Bila dengan S +200 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S
+2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang
b. Dengan S +2.50 tajam penglihatan 6/6=2 maka pada keadaan ini
derajat hipermitropi yang diperiksa S +2.25 dan kaca mata dengan
ukuran ini diberikan pad pasien
c. Pada pasien hipermitropi selamnya diberikan lensa sferia positif
terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik
9. Pada astigmatisme pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui derajat
lensa silinder yang diperlukan dan sumbu silinder yang dipasang untuk
memperbaiki tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam
penglihatan terbaik
10. Alat antara lain: Kartu Snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa
coba, kipas astigmat
11. Teknik
a. Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter
b. Pada mata dipasang bingkai percobaan
c. Satu mata diiutup
d. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu
pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman
penglihatan terbaik, dengan lensa positif atau negatif tersebut
e. Pada mata tersebut dipasang lensa + (positif) yang cukup besar
(misal S + 300) untuk membuat pasien mempunyai kelainan
refraksi astigmat miopikus
f. Pasien diminta meminta kartu kipas astigmat
g. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat
h. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa
S + 3.00 diperlemah sedikit demi sedikit sehingga pasien dapat
menentukan garis mana yang terjelas dan mana yang terkabur
33
i. Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu
tersebut hingga pada satu saat tampak garis yang sebelumnya
terlihat terjelas
j. Bila sudah tampak sama jelas garis pada kipas astigmat, dilakukan
tes melihat kartu Snellen
k. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin
lensa positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu secara
perlahan-lahan dikurangi kekuatan lensa positif tersebut secara
perlahan-lahan dikurangi kekuatan lensa positif tersebut atau
ditambah lensa negatif
l. Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa negatif (-)
ditambah perlahan-lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6
12. Nilai
Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder negatif (-) yang
dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas
34
3.1.6 Data psikologis
Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang
penyakitnya.
3.1.7 Data spritual
Klien taat beribadah.
35
3 Ds: Keterbatasan Resiko cidera
- Klien mengatakan penglihatan
tidak bisa melihat
dengan jelas pada
jarak tertentu
- Klien mengatakan
penglihatannya
membayang
Do:
Klien terlihat kesulitan
saat beraktifitas karena
penglihatannya yang
tidak jelas
4 Ds: Kesulitan dalam Intoleransi
-klien mengatakan beraktivitas. aktivitas.
tidak bisa melihat
tulisan dalam jarak
tertentu
- Klien mengatakan
pandangan
mengabur.
36
5 Ds: -klien sering Kurangnya Defisiensi
menanyakan informasi. pengetahuan.
penyakitnya.
Do: -klien tidak
mengerti mengenai
penyakitnya dan
sering bertanya
kepada perawat.
6 Ds : Kelelahan otot-otot Nyeri akut
- Klien mengatakan penggerak lensa
apabila lama membaca
dia sering pusing dan
sakit kepala.
Do :
- Skala nyeri 3 (0-5)
37
3.4 Intervensi Keperawatan
38
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3 Resiko Cidera Setelah dilakukan - Sediakan
berhubungan tindakan lingkungan yang
dengan keperawatan aman untuk pasien
keterbatasan diharapkan: - Menghindarkan
penglihatan - Klien terbebas dari lingkuangan yang
cidera berbahaya
- Klien mampu - Menganjurkan
menjelaskan cara keluarga untuk
mencegah dari menemani dan
cidera menjaga klien
- Mampu - Memasang side rail
memodifikasi tempat tidur dan
gaya hidup untuk mendekatkan saklar
mencegah cidera lampu yang dapat
- Mampu mengenali dijangkau oleh klien
perubahan status
kegiatan
4 Intoleransi Setelah dilakukan - Bantu klien untuk
aktivitas tindakan mengidentifikasi
berhubungan keperawatan klien aktivitas yang
dengan diharapkan mampu mampu dilakukan.
aktivitas melakukan aktivitas - Monitor respon fisik.
sehari-hari sehari-hari secara - Emosi sosial dan
mandiri tanpa spiritual.
adanya kendala - Kolaborasikan
gangguan sensorik: dengan tenaga
39
penglihatan. rehabilitasi medic
dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat.
40
perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit.
- Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan dukung
pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan.
6 Nyeri Akut Setelah di lakukan - Lakukan pengkajian
berhubungan tindakan nyeri secara
dengan keperawatan pasien komprehensif
kelelahan otot diharapkan: termasuk lokasi,
mata - Mampu karakteriktik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas,
(tahu penyebab dan faktor presipitasi
nyeri) - Gunakan teknik
- Mampu komunikasi
mengenali nyeri terapeutik untuk
41
(skala, intensitas, mengetahui
frekuensi dan pengalaman nyeri
tanda nyeri) pasien
- Menyatakan rasa - Evaluasi
nyaman setelah pengalaman nyeri
nyeri berkurang masa lampau
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, dan
interpersonal)
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
42
3.5 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Klien Miopi
1. Pengkajian
1) Nama : Ny. X
3) Usia : 45 tahun
4) Pekerjaan : Swasta
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
8) Alamat : Surabaya
9) Penanggung jawab :
1. Nama : Tn. B
2. Usia : 50 tahun
3. Hubungan dengan klien : Suami
4. Alamat : Surabaya
b. Keluhan utama
43
d. Riwayat penyakit dahulu
e. pemeriksaan fisik
2. Tanda-tanda vital :
Respirasi : 20 X/mnt
3. Sistem pernafasan
44
Hidung : berbentuk simetris, tidak adanya sekret/polip. Leher : tidak
adanya pembesaran kelenjar, tidak adanya tumor, bentuk simetris. Dada :
berbentuk simetris, tidak ada suara nafas tambahan,
4. Sistem pencernaan
5. Sistem mata
Mata kanan dan kiri tampak tidak simetris, mata terlihat berair, sclera
tampah kemerahan, pada kornea diberikan sinar secara serong dari
beberapa sudut tampak tidak halus dan tidak transparan.
6. sistem pendengaran
7. Pola aktivitas
a. Makan :
b. minum :
c. BAK :
saat dirumah pasien melakukan aktivitas BAK secara normal, bau khas
urin, warna khas urin
45
Saat di RS pasien melakukan aktivitas BAK sebanyak 2-3 kali, bau khas
urin, warna khas urin
d. BAB :
saat dirumah pasien melakukan aktivitas BAB secara normal dan rutin, bau
khas feses, tekstur lembek
e. pola tidur :
Saat dirumah pasien tidur jam 22.00-05.00WIB. sekitar 7-8 jam perhari
Saat di RS pasien tidur jam 21.00-03.00 WIB. Sekitar 5-6 jam perhari
f. pola aktivitas :
2. Diagnosa
46
RR : 20x/mnt
Nadi : 88x/mnt
3. Intervensi
47
D/
1. Ansietas/ketakutan berhubungan - Gunakan pendekatan yang
dengan perubahan status menennangkan.
kesehatan (nyeri pada kepala, - Temani pasien untuk
kelelahan pada mata) memberikan keamanan dan
mengurangi takut.
- Dengarkan dengan penuh
perhatian.
- Bantu pasien mengenal
situasi
Yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
2 Kurang pengetahuan/informasi - Berikan penilaian tentang
tentang kondisi tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifi.
- Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat.
- Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
48
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
3 Intoleransi aktivitas yang - Bantu klien untuk
berhubungan dengan penglihatan mengidentifikasi aktifitas
kabur yang mampu dilakukan
bantu untuk memilih
aktifitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, sosial.
- Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas.
49
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Namun ada beberapa gangguan yang terjadi pada mata, antara lain;
Miopi (Rabun Jauh) adalah mata yang tidak mampu melihat benda yang jauh.
Jadi pada penderita miopi matanya terlalu cembung oleh karena itu dibantu
dengan lensa cekung sehingga bayangan tepat jatuh pada retina.
4.2 Saran
50