You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

1. Pengertian

Diabetes melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan oleh


ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(M.black 1997).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol, yang dikarekteristikkan dengan hiperglikemi karena defisiensi insulin.
(Barbara Engram,1996).

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar gula
didalam sel yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan
kebutuhan tubuh.(Polaski,1996).

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus adalah suatu
penyakit atau sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan
kebutuhan tubuh.

2. Patofisiologi

a. Etiologi

1) Kelainan fungsi dan jumlah sel beta

Kelainan disini dimana fungsi dan jumlah sel beta yang menurun sehingga insulin tidak
dapat diproduksi secara optimal.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi diet, obesitas, kehamilan.

3) Herediter

b. Manifestasi Klinik

Gejala utama yang sering dijumpai pada diabetes melitus adalah :

1) Poliuri
2) Polidipsi

3) Badan terasa lemas.

4) Penurunan berat badan

5) Baal dan kesemutan pada ekstemitas bawah

6) Gatal-gatal

7) Luka yang sukar sembuh

8) Pandangan kabur

9) Impotensi dan asidosis metabolik

c. Proses Penyakit

Proses perjalanan penyakit diabetes melitus diawali dengan defisiensi insulin sehingga
fungsi untuk menghantarkan gula darah dari ektra sel ke intra sel menjadi tidak adekuat.
Hal ini menyebabkan sel kelaparan dan menimbulkan rasa lapar yang berlebihan atau
yang disebut dengan polipagi.

Untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh maka hati/hepar akan membakar lemak
(lipolisis) dan protein yang nantinya menghasilkan benda keton (ketogenesis) didalam
darah (ketonemia), bila tidak diatasi akan mengakibatkan ketosis yang pada akhirnya
menimbulkan asidosis metabolik.

Defisiensi insulin juga menimbulkan peningkatan glukosa didalam darah (hioperglikemi),


hal ini menimbulkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga menghambat difusi nutrisi
dan oksigen ke sel. Selain itu hiperglikemia juga dapat menimbulkan glukosuria atau
terdapatnya glukosa didalam urine yang dikarenakan ketidakmampuan daya tampung
ginjal sehingga cairan dan elektrolit didalam sel akan berpindah ke ekstra sel yang pada
akhirnya sel mengalami dehidrasi dan ketidakseimbangan cairan dan elektrrolit. Paa
tahap dehidrasi terjadi hiperosmolaritas yang akhirnya tubuh memberi respon rasa haus
(polidipsi).

d. Klasifikasi

1) Tipe I : IDDM (Insulin Dependend Diabetes Melitus)

IDDM merupakan tipe DM yang tergantung pada insulin karena tidak adanya produksi
insulin di dalam tubuh. Biasanya disebabkan oleh kerusakan pankreas akibat dari genetik,
infeksi dan respon autoimun.
2) Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependend Diabetes Melitus)

NIDDM merupakan tipe DM yang tidak tergantung pada insulin karena tubuh masih
dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang sedikit. Karakteristik untuk diabetes
melitus tipe II adalah biasa disebut dengan Adult diabetes, usia serangan biasanya setelah
usia 30 tahun keatas, tipe serangan atau muncul gejala tersembunyi, produksi insulin
kurang dari normal, normal atau lebih, insiden sekitar 85 – 90 %, kemungkinan terjadi
ketosis minimal, insulin diperlukan pada 20 –30 % pasien, biasanya karena kegemukan
dan herediter, penatalaksanaan dengan pengaturan diet, olahraga, OHO, dan atau insulin.

e. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada klien dibetes melitus adalah :

1) Komplikasi akut

a) Hipoglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah <>

b) Hiperglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah > 120 mg/dl, hal ini disebabkan asupan nutrisi
yang berlebihan.

c) Ketoasidosis

Keadaan dimana terjadi peningkatan keasaman tubuh oleh keton.

2) Komplikasi kronik

a) Penyakit makrovaskuler, mempengaruhi pembuluh darah koroner, vaskularisasi perifer


dan sirkulasi serebrovaskuler,misalnya makroangiopati pada pembuluh darah perifer
sehingga bila luka sukar sembuh, hipertensi akibat peningkatan viskositas dan penurunan
elastisitas pembuluh darah.

b) Penyakit mikrovaskuler, mikro angiopati pada mata menyebabkan retinopathy, pada


ginjal menyebabkan nefropathy dan bila berlanjut menyebabkan gagal ginjal

c) Penyakit neuropati syaraf sensori motorik otonum serta mengakibatkan timbulnya


impotensi , baal atau kesemutan.
3. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula
didalam darah, meliputi 5 komponen yaitu :

a. Diet

Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan pengontrolan gula
darah pada penyakit DM.

1) Intake Kalori

Langkah awal dengan menentukan kebutuhan kalori dasar dengan mempertimbangkan


usia, jenis kelamin dan berat badan.

2) Distribusi kalori

Pemberian kalori difokuskan pada jumlah harian dari karbohidrat, protein dan lemak.

b. Exercise

Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja insulin
meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.

c. Monitor kadar gula darah

d. Pengobatan

Pengobatan pada tipe I (IDDM) hanya dengan menambah insulin dari luar karena tubuh
gagal memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Pada tipe II (NIDDM) dilakukan
dengan pemberian obat untuk jangka panjang atau pendek, pengaturan diet serta
pemberian insulin.

e. Pendidikan kesehatan

Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda dan
gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.

4. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data sekaligus


sebagai tahap awal dari proses keperawatan. Cara yang digunakan dalam pengkajian
yaitu : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan dan kegemukan

c. Riwayat kesehatan sekarang

1) Subyektif : Keluhan 3 P (polipagi, polidipsi, dan poliuri, riwayat pengobatan, riwayat


penyakit keluarga, riwayat penyakit infeksi pankreatitis), stres, intake makanan yang
berlebihan.

2) Kardiovaskuler : pusing, palpitasi, perubahan tekanan darah dan nadi.

3) Status mental : cemas, takut, gelisah

4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman napas, napas berbau keton.

5) Integumen : perubahan turgor kulit, suhu dan warna kulit

6) Gastrointestinal : polipagi, polidipsi, mual, muntah dan penurunan berat badan.

7) Metabolik : peningkatan kadar gula darah

8) Perkemihan : poliuri, glukosuria

9) Neuromuskulair : tremor, sakit kepala, lemas, gangguan pengelihatan, perubahan


tingkat kesadaran, kekakuan otot/baal.

10) Status cairan : intake output, turgor kulit, kelembaban mukosa.

11) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah,rasa baal da kesemutan.

d. Tes diagnostik.

1) Serum elektrolit ( Na,k,CL)

2) Glukosa darah meningkat

3) BUN (Blood Ureum Nitrogen) dan creatinin : untuk mengetahui kondisi ginjal.

4) Ph dan PCO2 : mengetahui adanya diabetik ketoasidosis.

II. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan, diagnosa yang
sering muncul pada pasien dengan diabetes melitus menurut Doengoes 1999 adalah :

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia.

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuri,
intake inadekuat.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan


kadar glukosa, adanya ulkus.

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

III. Perencanaan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Mual berkuarng, tidak ada muntah, nafsu makan baik, terjadi peningkatan
berat badan, tidak ada polipagi, kojungtiva ananemis, gula darah dalam batas normal,
tidak ditemukan tanda-tanda hipoglikemi.

Intervensi :

1) Kaji intake makanan yang masuk,

R/ mengetahui keadekuatan intake nutrisi

2) Timbang BB secara rutin,

R/ mengidentifikasi adanya penurunan BB terkait dengan intake nutrisi

3) Monitor kadar gula darah,

R/ mengetahui penurunan atau peningkatan kadar gula darah akibat penggantian cairan
atau terapi insulin
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, nadi cepat, sakit
kepala, gemetar),

R/ karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi( gula darah akan berkurang, dan
sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi)

5) Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk mau makan

R/ meningkatkan rasa keterlibatannya ; memberikan informasi pada keluarga untuk


memahami kebutuhan nutrisi klien.

6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan pemeriksaan gula darah.

R/ anti emetik berfungsi untuk menghilangkan rasa mual.

b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diuresis osmotik, poliuri, intake inadekuat.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, tidak ada poli uri, polipagi dan
polidipsi, tanda-tanda vital dalam batas normal, kebutuhan cairan terpenuhi, kesadaran
komposmentis, serum elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi status cairan,

R/ mengetahui kondisi cairan dalam tubuh dan memperkirakan kekurangan volume total

2) Observasi tanda- tanda vital tiap 4 jam,

R/ hipovolemik dapat dimanifestasikan dengan hipotensi dan tachicardi

3) Kaji adanya perubahan mental/sensori,

R/ perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau rendah,
elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral dan hipoksia

4) Ukur intake dan output

R/ memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
dari terapi yang diberikan

5) Ukur berat badan tiap hari


R/ memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung
dan selanjutnya dlam memberikan cairan pengganti.

6) Kaji pengisian kapiler, turgor kulit dan , membran mukosa.

R/ merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

7) Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, Na, Kalium, CL, BUN, creatinin,

R/mengkaji tingkat hidrasi dan adanya kerusakan fungsi ginjal

8) Pertahankan jumlah intake cairan sesuai dengan berat badan.

R/ mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

Tujuan : Persepsi sensori baik

Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam
batas normal, adanya respon sensori yang baik serta mengenali lingkungan.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital, kaji ststus mental.

R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang menigkat
dapat mempengaruhi fungsi mental.

2) Kaji adanya kehilangan sensori kaki seperti kesemutan atau baal,

R/ neuropati perifer dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang berat , kehilangan
sensasi sentuhan atau distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.

3) Kaji lapang pandang klien.

R/ retinopati dapat menggangu pengelihathan yang memerlukan terapi korektif

4) Bantu klien dalam ambulasi,

R/ meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi

5) Pantau nilai laboratorium seperti Hb,Ht, Gula darah, creatinin.


R/ Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapadt menurunkan status mental.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Tidak terdapat kelemahan fisik

Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, Tanda-tanda vital dalam
batas normal, tidak ada kelemahan, dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gula darah
dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien

R/ mengetahui kemampuan klien dalam beraktifitas terkait dengan jenis bantuan yang
diberikan

2) Support aktivitas klien secara aktif dan pasif dengan melibatkan keluiarga

R/ Keterlibatan keluarga dalam memotivasi klien dapat membantu klien untuk


meningkatkan rasa percaya diri

3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan seseudah beraktifitas

R/ mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis

4) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan

R/ membantu memandirikan klien

e. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan kadar


glukosa.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi, leukosit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital


R/ adanya proses infeksi akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh dan denyut
nadi

2) Kaji tanda- tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka

R/ adanya tanda infeksi yang terdeteksi lebih dini dapat menghindarkan proses
penyebaran infeksi

3) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif

R/ kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
mikroorganisme

4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika dan pemeriksaan laboratorium

R/ penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah

Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya serta cara pengobatan dan
perawatan, klien dapat berprilaku sehat dan berpartisipasi dalam pengobatan

Intervensi :

1) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien tentang DM

R/ mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat klien terkait dengan jenis
penyuluhan yang akan diberikan dan metodee penyuluhan

2) Berikan penkes tentang : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut
pengobatan dan diet yang ditentukan

R/ memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit DM dan


ppengaturan diet dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku

3) Libatkan keluarga dalam perawatan klien

R/ Keterlibatan keluarga akan memotivasi klien

4) Tanyakan hal yang belum dimengerti

R/ mengevaluasi hasil penyuluhan


5) Beri reinforcement positif atas jawaban klien yang sesuai

R/ meningkatkan harga diri

I V. Evaluasi

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia teratasi dengan tidak ditemukannya mual, muntah, polipagi.

b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diuresis osmotik, poliuri teratasi dengan tidak ditemukan adanya poliuri, tanda-
tanda dehidrasi tidak ditemukan, TTV dalam batas normal.

c. Perubahan persepsi sensori teratasi.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi tidak terjadi,


adanya ulkus.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi teratasi.

You might also like