You are on page 1of 31

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

DINAS PU DAN PENATAAN RUANG

PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG


(RTR) KAWASAN STRATEGIS
BATANGTORU DAN SEKITARNYA
FGD Jaring Aspirasi

PT. BUMI TORAN KENCANA


Materi Pembahasan
 Dasar Kebijakan
 Deliniasi dan Orientasi Kawasan
 Profil Kawasan
 Analisa Peran dan Kedudukan Kawasan
 Analisa Nilai Strategis Kawasan
 Analisa Kualitas Lingkungan Hidup
 Analisa Kemampuan dan Kesesuaian Lahan
 Analisa Kebutuhan Lahan
 Rumusan Isu Permasalahan
 Konsep Penataan Ruang Kaw. Strategis Kabupaten
Dasar Kebijakan
Perda No. 5 tahun 2017 ttg Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tapanuli Selatan 2017-2037

Pasal 44 ayat (2)


Kawasan strategis yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi :
a. Kawasan Sempadan Danau Siais berada di Kecamatan Angkola
Sangkunur; dan
b. Kawasan Hutan Lindung Batang Toru
Deliniasi Kawasan
Bagian barat Kab. Tapanuli
Selatan, berbatasan dgn Kab.
Tapanuli Tengah.

Luas 22.554,75 ha

Pada kawasan APL di antara


Hutan Lindung Batangtoru dan
CA Sibual-buali dan CA Lubuk
Raya. Dan Hutan Produksi

Wilayah administrasi :
1. Kec. Batangtoru (6
kelurahan/desa),
2. Kec. Marancar (8 desa,
seluruh desa),
3. Kec. Sipirok (5 desa), dan
4. Kec. Angkola Timur (1
desa).
Orientasi Kawasan
Berada di pantai barat Prov. Sumatera
Utara

Kawasan dicapai :
Bandara Kualanamo
• Dari Kota Medan, dicapai dengan
transportasi darat selama 10 jam
• Dari Bandara Kualanamu
menggunakan pesawat melalui
Bandara Aek Godang ke kawasan
Bandara Silangit
Kawasan Bandara Aek Godang dengan transportasi darat dicapai 1
Perencanaan jam, dan melalui Bandara Pinangsori
yang dengan transportasi darat
dicapai 1jam
• Dari Kota Padangsidempuan
Bandara menggunakan transportasi darat
Piinang Sori
dicapai 1 jam
Pendekatan
 Menerapkan prinsip Penataan ruang Berkelanjutan melalui kelestarian ekologi, sosial dan
ekonomi.
 Mencapai sasaran pelaksanaan penataan ruang Kawasan Strategis melalui perwujudan
kriteria penetapan kawasan strategis secara berkelanjutan
 Menurut Permen ATR/BPN no. 37/2016, kriteria penetapan KSK dengan sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup :
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna
yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko bencana alam;
dan/atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap
KONDISI KEPENDUDUKAN DAN SOSIAL BUDAYA

Pada tahun 2016 berdasarkan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2017


jumlah penduduk Kawasan Perencanaan sekitar 37.415 jiwa.
25,000

22,751

20,000
Kawasan Batan Toru

15,000

10,000
9,562

5,000

3,354
1,748

0
BATANG TORU MARANCAR SIPIROK ANGKOLA TIMUR
Axis Title

Series1
KONDISI PEREKONOMIAN
Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
Potensi Pertanian 500
70,000
450

60,000 400

50,000 350

300

40,000
250

30,000 200

150
20,000
100

10,000 50

0
0

Kentang
Kubis

Lobak
Bawang Putih
Tomat

Bayam

Petsai

Bawang Merah

Buncis
Ketimun
Kacang Panjang

Cabe
Terong

Kangkung

Labu Siam
Bawang Daun

Kacang Merah
Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Sumber: PPL Pertanian Kecamatan Batang Toru Tahun 2017


KONDISI PEREKONOMIAN Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa

Industri yang berkembang hanya berupa industri


rumah tangga.

Kegiatan perdagangan dan jasa, serta perkantoran swasta


berpusat di kawasan perkotaan Batangtoru.

Di kaw. Marancar didominasi kegiatan jual beli hasil pertanian


dan perkebunan (sembilan bahan pokok) yang terpusat di Pasar
Sempurna.

Kegiatan perdagangan berupa Pekan terdapat di Desa Huraba


dan Bulu Mario (Sipirok)
Tutupan Lahan
 Masih di dominasi hutan (hutan primer dan
hutan sekunder). Hutan primer berdekatan
dengan hutan lindung.
 Lahan persawahan menyebar di sepanjang sungai-
sungai yang memiliki daerah hulu pada CA Sibual-
buali dan CA Lubuk Raya dan mengalir ke S.
Batangtoru.
 Lahan terbuka dan semak belukar cenderung berada
di tepi sungai-sungai
Luas Tutupan Lahan (2017)
Jenis Tutupan Luas (Ha) % ase
Hutan Lahan Kering Primer 5.182,52 22,98
Hutan Lahan Kering Sekunder 9.368,24 41,54
Ladang 820,77 3,64
Lahan Terbuka 493,94 2,19
Perkebunan Campuran 3.052,04 13,53
Perkebunan Karet 122,79 0,54
Perkebunan Kopi 77,04 0,34
Perkebunan Sawit 491,13 2,18
Permukiman 244,59 1,08
Pertambangan 479,69 2,13
Sawah Irigasi 860,76 3,82
Sawah Tadah Hujan 91,28 0,40
Semak Belukar 882,47 3,91
Badan Air 247,85 1,10
Badan Jalan 139,64 0,62
Total 22.554,75 100,00
Peran dan Kedudukan Kawasan
 Kawasan penyangga bagi kelestarian penyangga ekosistem Pulau Sumatera berupa hutan
konservasi (CA Dolok Sibual-buali, CA Dolok Sipirok, CA Lubuk Raya), hutan lindung dan
hutan produksi. Karena posisi kawasan diapit ketiga kawasan hutan tsb.
Tutupan lahan hutan yang ada berfungsi sebagai penyangga kehidupan pada kawasan tsb
dan daerah hilirnya.(untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah).  bertambah dgn KONSERVASI
 Pusat kegiatan perkotaan di PKL Kawasan Perkotaan Batangtoru dan kawasan perdesaan di
PPL Marancar berorientasi pertanian, perkebunan dan pertambangan, mendukung fungsi
perdagangan dan jasa, perhubungan, pertanian dan perkebunan
 Kawasan pengembangan pemanfaatan sumber daya alam penting berupa pertambangan
mineral strategis (emas) dan pemanfaatan air sungai bagi pembangkit tenaga listrik untuk
menyuplai jaringan listrik interkoneksi Pulau Sumatera
 Kawasan pelestarian penyediaan sumberdaya air WS Sibundong – Batang Toru, CAT
Batangtoru dan DI dengan kewenangan pemerintah kabupaten bagi penyokong kebutuhan air
bagi kebutuhan domestik, perkebunan (PTP), perikanan dan irigasi di daerah hilir
 Pengembangan sistem jaringan jalan nasional ‘mengapit’ kawasan berupa jalan lintas barat
dan jalan jalur tengah Pulau Sumatera  untuk mendukung konektifitas dan kelancaran
mobilitas antar pusat-pusat kegiatan di Pulau Sumatera
Nilai Strategis Kawasan,
dengan pendekatan Nilai Konservasi Tinggi
 NKT 1 (Keanekaragaman spesies)
Konsentrasi dari keragaman biologi yang meliputi spesies endemik, dan spesies RTE (rare, threatened or endangered), yang signifikan pada
tingkat global, regional atau nasional

 NKT 2 (Ekosistem tingkat lanskap dan mosaik ekosistem)


Ekosistem tingkat lanskap yang luas dan mosaik ekosistem yang signifikan pada tingkat global, regional dan national; dan yang
mempunya populasi spesies mayor yang layak dalam pola-pola distribusi dan kelimpahan alami.

 NKT 3 (Ekosistem dan habitat)


Ekosistem, habitat atau refugia yang rare, threatened atau endangered (RTE)

 NKT 4 (Jasa ekosistem)


Jasa ekosistem mendasar dalam situasi yang sangat penting, yang meliputi perlindungan daerah tangkapan air dan pengendali erosi dari
tanah-tanah rawan dan kemiringan.

 NKT 5 (Kebutuhan masyarakat)


Wilayah-wilayah dan sumberdaya yang sangat penting (fundamental) untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau
masyarakat adat (mis, mata pencaharian, kesehatan, gizi), yang diidentifikasi melalui pendekatan dengan masyarakat ini.

 NKT 6 (Nilai Kultural)


Wilayah-wilayah, sumberdaya, habitat dan lanskap di tingkat nasional atau global yang memiliki nilai budaya, arkeologi atau sejarah yang
penting dan/atau tempat-tempat yang sangat penting untuk budaya, ekologi, ekonomi, agama bagi masyarakat lokal atau masyarakat
adat, yang diidentifikasi melalui partisipasi mereka.
NKT 1
(Keanekaragaman
spesies)
Konsentrasi dari keragaman biologi yang
meliputi spesies endemik, dan spesies RTE
(rare, threatened or endangered), yang
signifikan pada tingkat global, regional atau
nasional

• Diindikasikan terdapat 6 (enam) koridor yang


menghubungkan HL blok baratdan CA Dolok Sibual-buali,
CA Lubuk Raya dan CA Dolok Sipirok
• Indikasi koridor-koridor ini tumpang tindih dengan
perladangan dan sawah masyarakat di beberapa area,
terbesar Huraba (berupa sawah),
• Koridor Aek Sitandiang menjadi lokasi pembangunan
PLTA
• Tidak ada tumpang tindih dengan permukiman
NKT 2
(Ekosistem tingkat lanskap
dan mosaik ekosistem)
Ekosistem tingkat lanskap yang luas dan
mosaik ekosistem yang signifikan pada tingkat
global, regional dan national; dan yang
mempunya populasi spesies mayor yang
layak dalam pola-pola distribusi dan
kelimpahan alami.

Bagian kesatuan ekosistem


Batangtoru
NKT 3
(Ekosistem dan habitat)
Ekosistem, habitat atau refugia yang rare,
threatened atau endangered (RTE)

• Kelangkaan di daerah kedua CA Sibual-buali dan


Lubuk Raya, sedikit di Aek Batang Paya dan Bulu
Mario
• Kelangkaan terluas di Batuhoring hingga ke tepi
sungai Batangtoru
• Kondisi terancam di sepanjang alur sungai
Batangtoru ke arah hutan lindung
NKT 4
(Jasa ekosistem)
Jasa ekosistem mendasar dalam situasi yang
sangat penting, yang meliputi perlindungan
daerah tangkapan air dan pengendali erosi
dari tanah-tanah rawan dan kemiringan.
NKT Gabungan

Menjadi dasar pertimbangan


penentuan zona inti
Kualitas Lingkungan Hidup
No Jenis Jasa Jenis DDL DTL
Ekositem

1 JASA 1. Pangan Dengan penilaian daya dukung dan


PENYEDIAAN 2. Air bersih
(PROVISIONING) 3. Serat (fiber)
daya tampung lingkungan hidup
4. Bahan bakar (fuel), Kayu dan Fosil (DDDTLH) berbasis Jasa Ekosistem
5. Sumberdaya genetik

2 JASA 1. Pengaturan iklim


Penilaian gabungan terhadap isu
PENGATURAN 2. Pengaturan tata aliran air & banjir keseimbangan ekologis, sosial dan
(REGULATING) 3. Pencegahan dan perlindungan dari bencana alam
4. Pemurnian air ekonomi :
5. Pengolahan dan penguraian limbah
6. Pemeliharaan kualitas udara
1. Habitat Penting
7. Pengaturan penyerbukan alami (pollination) 2. Hidrologi
8. Pengendalian hama & penyakit
3. Iklim Mikro
3 JASA BUDAYA 1. Tempat tinggal & ruang hidup (sense of place) 4. Kestabilan Tanah
(CULTURAL)* 2. Rekreasi & ecotourism 5. Penyerapan Air Limbah
3. Estetika (Alam)
6. Permukiman
4 JASA 1. Pembentukan lapisan tanah & pemeliharaan kesuburan
PENDUKUNG 2. Siklus hara (nutrient cycle) 7. Pertanian dan Perkebunan
(SUPPORTING) 3.
4.
Produksi primer
Biodiversitas (perlindungan plasma nutfah)
8. Jasa Ekowisata
1 2

Ekoregion 3 Tutupan Lahan

Indeks
Jasa Ekosistem
 VULKANIK (V) EKOREGION
Akitivitas gunung api (kawah, kerucut gn api)
 FLUVIAL (F)
Aktivitas sungai (teras sungai, tanggul alam, dataran
banjir)
EOLIN (E)
Akibat proses angin (gumuk pasir,parabolik)
MARIN (M)
Proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan pasang
surut (laguna, pantai)
SOLUSIONAL (S)
Pelarutan pada batuan batu gamping, karst)
STRUKTURAL (S)
Pengaruh struktur geologis (Pegunungan patahan,
lipatan, perbukitan)
DENUDASIONAL (D)
Akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi (bukit
sisa, lembah sungai)
GLASIAL
Akibat gerakan es (gletser)
ORGANIK
Akibat pengaruh aktivitas organisme (mangrove,
gambut, terumbu karang)
ANTROPOGENIK
Akibat aktivitas manusia (waduk, kota, pelabuhan) Berbagai Fenomena Genesis
Verstappen, 1983)
Bentuklahan
(Santosa, 2014)
Lahan kurang memiliki dukungan kualitas
lingkungan hidup yang bersumber pada unsur-
unsur alami pada seluruh indikasi Koridor,
kecuali Koridor Huraba.
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Perlindungan dan penaman vegetasi pada koridor-
Rendah koridor tersebut membutuhkan kegiatan rehabilitasi
Sangat Rendah
lahan, pengayaan tanaman MPTs (agroforestry/
agrosilvoforestry), dan penanaman tanaman vertiver
pd areal yang curam atau bambu pada sempadan
sungai.

Jasa ekosistem ini sangat rendah pada tepi sungai


Batangtoru pada lahan-lahan yang menjadi terbuka
dan lahan pertambangan emas.

Pembukaan lahan di tepi sungai Batangtoru sangat


sensitif menekan daya dukung ini menjadi sangat
rendah.
Daya dukung hidrologi pada kawasan mulai
mengalami penurunan pada lahan-lahan terbuka
(semak belukar),

Kemampuan inflitrasi tanah rendah pada ekoregion


perbukitan lipat dan pegunungan lipatan. Walaupun
tutupan lahan hutan sekunder.

Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Kondisi daya dukung lingkungan hidup pd kawasan
perencanaan masih cukup baik bagi kegiatan permukiman
(tinggi dan sangat tinggi)

Pengembangan kegiatan permukiman di Desa Batuhoring


membutuhkan persyaratan agar kondisi kualitas lingkungan
hidup yang baik.

Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Kondisi daya dukung lingkungan hidup bagi kegiatan
pertanian dan perkebunan tinggi pada daerah yang
berdekatan sumber-sumber air di sekitar Sungai
Batangtoru dan sekitar anak-anak sungainya.

Beberapa lahan dengan tutupan lahan semak belukar dan


lahan terbuka menekan kualitas lingkungan menjadi rendah
sehingga membutuhkan persyaratan penanaman.

Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Lahan yang memiliki daya dukung bagi pengembangan
jasa ekowisata dengan memanfaatkan view pada
ketinggian dan/atau kemiringan yang cukup sehingga area
view yang lebih luas, yaitu berada :
• Tepi sungai Batangtoru,
• Bagian atas lereng perbukitan/gunung

Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Untuk menilaian kemampuan dan kesesuaian bagi kebutuhan lahan pembangunan.

Area tambang emas dan 1. SKL Morfologi 5. SKL Ketersediaan Air


pembangunan bendung, pembangkit
dan kuari berada/berdekatan dgn 2. SKL Kemudahan Dikerjakan 6. SKL Terhadap Drainase
lahan limitasi 7. SKL Erosi
3. SKL Kestabilan Lereng
Sangat Tinggi
4. SKL Kestabilan Pondasi 8. SKL Pembuangan Limbah
Tinggi
9. SKL Terhadap Bencana
Sedang
Rendah
Sangat Rendah • Lahan limitasi pengembangan - SKL Rendah dan SKL
Sangat Rendah
• Lahan pengembangan bersyarat - SKL Sedang
• Lahan potensial pengembangan – SKL Tinggi dan SKL
Sangat Tinggi

• Beberapa bangunan permukiman berada pada lahan


limitasi,al. Marancar Godang, Simaninggir, WEK III dan
WEK IV, di desa-desa Kec. Sipirok
PREDIKSI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN PERGERAKAN TANAH
KAWASAN PERENCANAAN

Prediksi Terkena Rawan Bencana Gempa


Bumi Skala Sedang Di Seluruh Kawasan

Prediksi Dampak Terkena Rawan Lonsor


Rendah Sebesar 1068,25 Ha berada Di
Kecamatan Batang Toru

Prediksi Dampak Terkena Rawan Lonsor


Sedang Sebesar 17.149,68 Ha Berada Di
Kawasan Kecamatan Angkola Timur 77,32
Ha, Kawasan Kecamatan Batang Toru
8.231,72 Ha, Kawasan Kecamatan Marancar
4.350,11 dan Kawasan Kecamatan Sipirok
4.490 Ha
Prediksi Dampak Terkena Rawan Lonsor
Tinggi Sebesar 4.336,82 Ha Berada Di
Kawasan Kecamatan Angkola Timur 17,65
Ha, Kawasan Kecamatan Batang Toru
2.226,28 Ha, Kawasan Kecamatan Marancar
891,49 Ha, Dan Kawasan Kecamatan Sipirok
1.201,40 Ha
Isu Permasalahan
1. Isu Lingkungan/Ekologis
• Lahan-lahan terbuka dan semak belukar menjadi penekakan jasa ekosistem (daya dukung dan
daya tamping lingkungan)
• Luas dan tersebarnya lahan-lahan dengan nilai konservasi tinggi yang terganggu dan dapat
terancam oleh kegiatan lain
2. Isu Sosial/Budaya
• Pembukaan ladang yang tidak terkendali dengan cara ladang berpindah mempercepat penurunan
jasa ekosistem area/kawasan
• Pembunuhan dan konsumsi terhadap fauna yang langkah terancam punah
3. Isu Ekonomi
• Rendahya tinggkat produksi dari matapencaharian masyarakat perdesaan karena cara bercocok
tanam yang tidak berorientasi bisnis, mengusahakan kegiatan pertanian cenderung subsisten.
• Belum berkembangnya sektor perekonomian baru menjadi alternatif mata pencaharian masyarakat
perdesaan dengan memanfaatkan jasa ekosistem
4. Isu keruangan
• Konflik pemanfaatan lahan antara : lahan sebagai koridor/habitat satwa dilindungi
dengan permukiman dan perladangan, perkebunan dan pertambangan serta infrastruktur
(PLTA). Konflik Ruang Ekologis vs Ruang Sosial dan Ekonomi
• Kegiatan pembangunan skala besar (pertambangan emas dan pembangunan/bangunan
PLTA) yang beresiko bencana banjir
• Penggunaan lahan yang tidak efisien/optimal (beberapa ekstentif), terutama
pertanian, akan menekan tingkat jasa ekosistem kawasan
• Ruang ekologis yang terancam terus menurun di beberapa tempat : kelangsungan
fungsi hidrologis dan ruang penyedia habitat keanekaragaman hayati

You might also like