You are on page 1of 37

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project mengenai tuberculosis di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tegal Alur 2. Penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan mini project ini, yaitu dr.
Rismauli Veronika P. Aruan selaku dokter pembimbing telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta memberikan dukungan dalam penyusunan
mini project ini, kepada Br. Roni selaku penanggung jawab program Tuberculosis,
penanggung jawab serta pelaksana program Ketuk Pintu Layani Dengan Hati ( KPLDH) dr.
Rani dan Zr. Nia. Serta seluruh keluarga besar Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2.
Penulis berharap mini project ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca mengenai kegiatan pencarian di duga penderita Tuberkulosis sekaligus
memperingati hari Tuberkulosis Nasional di wilayah kelurahan Tegal Alur 2.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis ingin meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalamnya. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan
mini project ini di kemudian hari.

Jakarta, 3 Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2. Tujuan ....................................................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Tuberculosis ........................................................................................... 4
2.2. Patologi ..................................................................................................................4
2.3. Klasifikasi tuberculosis ......................................................................................... 5
2.4. Manifestasi Klinis…………………….................................................................. 9
2.5. Pemeriksaan...........................................................................................................10
2.6. Pengobatan ............................................................................................................15
2.7. Panduan obat anti tuberculosis ...........................................................................18
BAB III METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian ...................................................................................................21
3.2. Tempat dan Waktu ................................................................................................ 21
3.3. Populasi dan Sampel.............................................................................................. 21
3.4. Instrumen ...............................................................................................................22
3.5. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................22
3.6. Alur Mini Project ..................................................................................................22
3.7. Wilayah Kerja ........................................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencarian Penderita tuberculosis …………………………………………….. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................31
5.2. Saran ......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................32

LAMPIRAN...........................................................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai “Global Emergency”. Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,
dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada
satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia
tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah
pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali
lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk
Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002. Jumlah
terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau
angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang
cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian
kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa
tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi.
Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen
Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443 penderita BTA positif yang diobati (23%
dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga perempat dari kasus TB ini
berusia 15 – 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya
muncul 115 orang penderita tuberkulosis menular (BTA positif) pada setiap
100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk
jumlah kasus TB setelah India dan China.

1|Page
1.1. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Mengurangi angka kejadian penderita Tuberculosis di wilayah kerja
puskesmas keluharan Tegal Alur 2
1.1.2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat di sekitar wilayah kerja
puskesmas Kelurahan Tegal alur 2 tentang penyakit tuberculosis
- Meningkatkan kesadaran bagi penderita tuberculosis tentang
pentingnya pengobatan rutin Tuberculosis di Puskesmas Kelurahan
Tegal alur 2
- Meningkatkan pengetahuan bagi mansyarakat tentang penularan dan
pencegahan Tuberculosis

1.2. Manfaat Penulisan


1.3.1. Bagi Masyarakat
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan
untuk mencegah penyebaran penyakit tuberculosis
 Meningkatkan kesadaran penderita tuberculosis agar lebih disiplin dalam
menjalani pengobatan

1.3.2. Bagi Tenaga Kesehatan dan Instansi


 Dapat mengetahui seberapa besar angka kesakitan tuberculosis di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tegal alur 2
 dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat maupun penderita
Tuberculosis secara langsung
 Ikut serta dalam program hari Tuberculosis Nasional

1.3.2. Bagi Penulis


 Memberikan pengalaman berharga dengan terjun langsung ke masyarakat dalam
pencarian terduga penderita tuberculosis
 Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan program
pemberantasan Tuberculosis

2|Page
 Mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dari saran dan umpan balik dalam
menjalankan mini project.
 Mengembangkan kemampuan dalan penulisan ilmiah serta sebagai pemenuhan
syarat dalam Program Internsip Dokter di puskesmas kelurahan Tegal Alur II.

3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex

2.2. Patologi
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses
patologik yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru,
terjadi karena kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman
M.tuberculosis. Kuman tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh
di dalam paru, terlebih di daerah apeks karena pO2 alveolus paling tinggi.
Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi
jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel
makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa
sebukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit
mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel
fagosit. Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat.
Kuman berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel
fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang baru
terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus yang intensif dan
berkesinambungan. Sel monosit semakin membesar, intinya menjadi eksentrik,
sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel
tersebut berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun
tidak ada ikatan interseluler dan bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian sel
datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian
berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma). Lama kelamaan
granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di
bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan jaringan di
sekitarnya menjadi sembab dan jumlah mikroba berkurang. Granuloma dapat
mengalami beberapa perkembangan , bila jumlah mikroba terus berkurang akan
terbentuk simpai jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan. Lama kelamaan
terjadi penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam kalsium
4|Page
berbentuk konsentrik maka disebut cincin Liesegang . Bila mikroba virulen atau
resistensi jaringan rendah, granuloma membesar sentrifugal, terbentuk pula
granuloma satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid
dan makrofag menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan
kaseosa. Pada saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel dan
terjadi perluasan penyakit. Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu
yang belum pernah terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang
telah terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan
disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan
penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi reaksi hipersensitiviti dan
sekaligus imuniti.
2.3. Klasifikasi Tuberculosis
2.3.1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru)
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
b. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis
aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis

2. Berdasarkan tipe pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru

5|Page
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
ataupengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus
dipikirkan beberapa kemungkinan :
o Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,
keganasan dll)
o TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologi.
6|Page
2.2.3. Tuberkulosis Ekstra Paru
Batasan tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif, atau histologi,
atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstraparu aktif, yang selanjutnya
dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus
penuh. TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit,
yaitu :
TB di luar paru ringan Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal. 2. TB diluar paru berat Misalnya : meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kencing dan alat kelamin.
Catatan :
Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru. Sebab itu
TB pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik
paru, dianggap sebagai penderita TB di luar paru. ƒ Bila seorang penderita
TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk kepentingan
pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru. ƒ Bila
seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

7|Page
Tuberculosis pada anak2
Diagnosis TB pada anak Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering
terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-
anak batuk bukan merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak

biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan

8|Page
menggunakan sistem skor IDAI telah membuat Pedoman Nasional
Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu
pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman
tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional pengendalian
tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.2

Diagnosis TB MBR
Diagnosis TB MDR Diagnosis TB MDR dipastikan berdasarkan pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan M.tuberkulosis. Semua suspek TB MDR diperiksa
dahaknya dua kali, salah satu diantaranya harus dahak pagi hari. Uji
kepekaan M.tuberculosis harus dilakukan di laboratorium yang telah
tersertifikasi untuk uji kepekaan. Sambil menunggu hasil uji kepekaan, maka
suspek TB MDR akan tetap meneruskan pengobatan sesuai dengan pedoman
pengendalian TB Nasional. 2
2.4. Manifestasi Klinis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang
lainnya Gejala klinik Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
- batuk ≥ 3 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak
ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala

9|Page
sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
2. Gejala sistemik
o Demam
o Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
2.5 Pemeriksaan
`2.5.1 pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut turut atau dengan
cara:
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Dahak Pagi ( keesokan harinya )
• Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup
berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen
tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim
ke laboratorium.
2.5.2 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-
macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif :
o Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
10 | P a g e
o Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
o Bayangan bercak milier
o Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
o Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi atau fibrotik
o Kompleks ranke
o Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
• Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan
paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .
Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologik tersebut.
• Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan
aktiviti proses penyakit Luas lesi yang tampak pada foto
toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb
(terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
• Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau
dua paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang
terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan
dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus
vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti
• Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang


Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR): Pemeriksaan PCR adalah teknologi
canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis.
11 | P a g e
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda :
o Enzym linked immunosorbent assay (ELISA) Teknik ini merupakan
salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa
proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik
ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu
yang cukup lama.
o Mycodot : Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam
tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan
(LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik.
Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan
bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan
timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah
3. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan
pada penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura
terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah
4. Pemeriksaan histopatologi
Jaringan Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsi paru
dengan trans bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy (TTB),
biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi
organ lain diluar paru. Dapat pula dilakukan biopsi aspirasi dengan jarum halus
(BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan biopsi dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis, terutama pada tuberkulosis ekstra paru Diagnosis pasti
infeksi TB didapatkan bila pemeriksaan histopatologi pada jaringan paru atau
jaringan diluar paru memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan
5. Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan
indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam
pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator
tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga
dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta
12 | P a g e
kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian
pula kadar limfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida ,
yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.
Limfositpun kurang spesifik.
6. Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah
dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi
tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu
diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya
atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bula. Pada
pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutama pada malnutrisi
dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi positif jika
diulang 1 bulan kemudian. Sebenarnya secara tidak langsung reaksi yang
ditimbulkan hanya menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang analog dengan ;
a) reaksi peradangan dari lesi yang berada pada target organ yang terkena
infeksi atau b) status respon imun individu yang tersedia bila menghadapi agent
dari basil tahan asam yang bersangkutan.

13 | P a g e
14 | P a g e
2.6. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.

Obat Anti Tuberkulosis (Oat)


Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Rifampisin
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol

15 | P a g e
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari :
• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
• Kanamisin
• Kuinolon
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam
klavulanat
• Derivat rifampisin dan INH

Dosis OAT
• Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
• INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15
mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten :
600 mg / kali
• Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu,
50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60 kg
: 1 000 mg BB < 40 kg : 750 mg
• Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB,
30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg
: 1500 mg BB 40 -60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg Dosis
intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
• Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg BB 40 - 60 kg : 750
mg BB < 40 kg : sesuai BB
• Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis
tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif,
sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat

16 | P a g e
antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan
pedoman pengobatan.

Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila
mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti
yang mampu menanganinya.

Efek samping OAT


Efek samping ringan dari OAT
Efek samping penyebab Penanganan
Tdak nafsu makan, mual, Rifampisin Obat diminum malam sebelum
sakit perut tidur
Nyeri sendi pyrazinamid Beri aspirin / allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6 100mg / hari
terbakar di kaki
Warna kemerahan pada Rifampisin Edukasi
air seni

Efek samping berat dari OAT


Efek samping Penyebab Penanganan
Gatal dan kemerahan Semua jenis OAT Beri antihistamin dan
pada kulit evaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin di hentikan
Gangguan Streptomisin Streptomisin di hentikan
keseimbangan
Ikterik Hampir semua OAT Hentikan semua OAT
sampai ikterik
menghilang
Bingung dan muntah Hampir semua obat Hentikan semua OAT
– muntah lakukan pemeriksaan
fungsi hati
Gangguan penglihatan Ethambutol Hentikan ethambutol

17 | P a g e
Purpura dan renjatan Rifampisin Hentikan rifampisin
(syok)

PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS


Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
• TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4 RH
Alternatf : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk
luluh paru)
c. TB di luar paru kasus berat

Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan,


dengan paduan 2RHZE / 7 RH, dan alternatif 2RHZE/ 7R3H3, seperti pada
keadaan:
a. TB dengan lesi luas
b. Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus, Pemakaian obat
imunosupresi / kortikosteroid)
c. TB kasus berat (milier, dll)
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil
uji resistensi

• TB Paru (kasus baru), BTA negatif


Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 RH
Alternatif : 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi minimal
b. TB di luar paru kasus ringan

• TB paru kasus kambuh Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4


macam OAT pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi
dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan
18 | P a g e
6 bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduan obat
yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan
obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (Program P2TB)

• TB Paru kasus gagal pengobatan


Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4 -5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitif (
seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan minimal
selama 1 - 2 tahun . Menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan dahulu 2
RHZES , untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi –
• Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan
paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (Program P2TB)
• Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
yang optimal
• Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru

• TB Paru kasus lalai berobat


Penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai
dengan kriteria sebagai berikut : - Penderita yang menghentikan pengobatannya
< 2 minggu, pengobatan OAT dilanjutkan sesuai jadual - Penderita
menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu
1. Berobat ≥ 4 bulan , BTA negatif dan klinik, radiologik negatif, pengobatan
OAT STOP
2. Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
3. Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang sama
4. Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan , BTA negatif, akan tetapi
klinik dan atau radiologik positif : pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang sama
5. Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu pengobatan
diteruskan kembali sesuai jadual.
• TB Paru kasus kronik
19 | P a g e
• Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 2 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan
walaupun resisten) ditambah dengan obat lain seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid
• Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
• Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan
• Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru Catatan : TB diluar paru lihat
TB dalam keadaan khusus

20 | P a g e
BAB III
METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian
Mini project ini menggunakan metode penelitian cross sectional pencarian
sample diduga penderita tuberculosis dengan cara simple random sampling yaitu
pencarian dilakukan bersamaan dengan kegiatan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (
KPLDH) dan memberikan anjuran pemeriksaan dahak bagi penderita batuk
berdahak dan/atau lebih dari tiga hari. Selain itu, pencarian penderita terduga
Tuberkulosis juga dilakukan pada pasien yang berobat ke balai pengobatan umum
(BPU) puskesmas Tegal Alur 2.
3.2. Tempat dan Waktu
Kegiatan mini project dilakukan di beberapa wilayah kerja puskesmas tegal
alur 2 meliputi beberapa RT yaitu Rt/Rw 01/11, 03/11, 04/11, 05/11, 06/11, 08/11,
11/11 yang termasuk wilayah pendataan program KPLDH dan anjuran pemeriksaan
dahak juga di lakukan pada pasien yang berobat ke balai pengobatan umum (BPU)
puskesmas Tegal Alur 2 yang memiliki kriteria batuk berdahak dan/atau lebih dari
tiga hari.
Pengumpulan data dilakukan selama bulan Febriari 2018 – Maret 2018 yang
bertepatan dengan hari Tuberculoasis Sedunia.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dari mini project ini adalah seluruh warga yang menderita batuk
berdahak dan/atau lebih dari tiga hari baik yang di temukan saat pendataan ataupun
yang berobat ke balai pengobatan umum di Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2.
Pemilihan sample dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, yaitu :
Kriteria inklusi:
i. Menderita batuk berdahak
ii. Berdahak
iii. Batuk lebih dari tiga hari
iv. Bersedia memeriksakan dahak ke puskesmas kelurahan tegal alur 2
b. Kriteria eksklusi:
i. Tidak bersedia memeriksakan dahak
ii. Batuk kurang dari tiga hari
iii. Batuk tidak berdahak

21 | P a g e
3.4. Instrumen
1. senter untuk memeriksan faring diduga penderita Tuberculosis
2. stetoskop untuk pemeriksaan fisik diduga penderita Tuberculosis
3. buku dan pulpen untuk mencatan hasil pemeriksaan
4. pot dahak yang sudah di beri label nama dan alamat diduga penderita
Tuberculosis

3.5. Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam survey ini menggunakan data primer berupa
pencatatan langsung hasil pemeriksaan dahak langsung pada penderita di duga
tuberculosis yang dilakukan di puskesmas kelurahan tegal alur 2 Hasil pemeriksaan
di kumpulkan setiap hari selama bulan maret bertepatan dengan hari Tuberculosis
nasional. Setiap hari selama bulan maret penulis melakukan pencarian di duga
penderita Tuberculosis dari rumah kerumah bersama petugas kegiatan Ketuk pintu
layani dengan Hati ( KPLDH).
3.6. Alur Mini Project

Mengikuti kegiatan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati


(KPLDH)

Mencari penderita batuk berdahak dan/atau selama


lebih dari tiga hari

Memberikan edukasi tentang Tuberculosis dan


menganjurkan untuk mengumpulkan dahak pagi saat
bangun tidur dan setelah makan pagi

Penderita diduga TB mengantarkan dahak untuk di


lakukan pemeriksaan

Pencatatan hasil pemeriksaan dahak

22 | P a g e
3.7. Wilayah Kerja
Kondisi Geografis Kelurahan Tegal Alur
❖ Terletak di Bagian Barat Jakarta
❖ Ketinggian dataran antara 0,5 – 1 meter diatas permukaan laut
❖ Luas wilayah : 496,69 Ha
Batas-batas
- wilayah Utara : Kel. Kamal Muara ( Jakarta Utara )
- Timur : Kel. Cengkareng
- Barat Barat : Kel. Kamal
- Selatan : Kel. Pegadungan

Kondisi Topografi Kelurahan Tegal Alur


Kelurahan Tegal Alur merupakan daerah dataran rendah, bahkan dibeberapa wilayah
RW merupakan daerah cekungan, sehingga setiap musim penghujan selalu mengalami
banjir. Penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Peruntukan lahan Dalam persen
Pemukiman 50
Perdagangan 10
Kantor 10
Industry 25
Lain – lain 5

23 | P a g e
Kelurahan Tegal Alur dilalui oleh dua (2) sungai/kali yang melewati dua(2) wilayah
yang berbeda yaitu :
1. Sebelah Utara dilalui oleh sungai / kali Tanjungan
2. Sebelah Selatan sampai ke Barat dilalui oleh sungai/kali Semongol

Kondisi Demografi Kelurahan Tegal Alur


Jumlah Penduduk : 87.379 jiwa
Jumlah KK : 29.154 KK
Jumlah RT : 165 RT
Jumlah RW : 16 RW
Kepadatan Penduduk : 18.551 jiwa / Km2
Pertumbuhan Penduduk : 3,02 jiwa / Km2

No Tahun Penduduk Jumlah


Laki - laki Perempuan
1. 2013 45.472 42.456 87.928
2. 2014 45.454 42.788 88.242
3. 2015 46.125 42.894 89.019
perseptember

 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia Jumlah
0–4 5.464

5–9 5.429

10 – 14 5.866

15 – 19 6.046

20 – 24 7.039

25 – 29 6.481

30 – 34 6.598

35 – 39 6.661

24 | P a g e
40 – 44 6.639

45 – 49 6.880

50 – 54 6.518

55 – 59 6.814

60 – 64 3.629

65 – 69 3.450

70 – 74 2.840

> 75 2.665

Jumlah 89.019

 Jumlah RT/RW di Kelurahan Tegal Alur 2

No Rw Rt LMK
1 01 11 1
2 02 11 1
3 03 15 1
4 04 8 1
5 05 10 1
6 06 12 1
7 07 13 1
8 08 8 1
9 09 15 1
10 10 9 1
11 11 11 1
12 12 13 1
13 13 6 1
14 14 6 1
15 15 11 1
16 16 6 1
Jumlah 165 16

25 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pencarian penderita di duga Tuberculosis
Pencarian penderita diduga Tuberculosis dilakukan selama bulan
Februari 2018 sampai dengan tanggal 31 Maret 2018 bertepatan dengan hari
Tuberculosis Dunia. Pencarian dilakukan bersama pendataan kegiatan KPLDH di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2. Meliputi beberapa RT yaitu Rt
01/11, 03/11, 04/11, 05/11, 06/11, 08/11, dan 11/11 yang termasuk wilayah
pendataan program KPLDH dan anjuran pemeriksaan dahak juga di lakukan pada
pasien yang berobat ke balai pengobatan umum (BPU) puskesmas Tegal Alur 2
yang memiliki kriteria batuk berdahak dan/atau lebih dari tiga hari.
Kunjungan rumah penderita tuberculosis Paru :

Kunjungan rumah penderita meningitis Tuberculosis :

26 | P a g e
Follow up keluarga pasien meningitis Tuberculosis untuk dil akukan pemeriksaan dahak
seluruh keluarga

Kunjungan rumah penderita spondylosis Tuberculosis (TB)

27 | P a g e
Berikut hasil pencarian penderita diduga Tuberculosis yang bersedia dilakukan pemeriksaan
baik pada saat pendataan dilapangan maupun dibalai Pengobatan umum Puskesmas.

- Bulan Februari 2018


No Tanggal Nama Alamat Hasil
1 12-2-18 Jisman (65th) 9/10 AB
2 14-2-18 Uti (63th) 7/15 AB
3 17-2-18 Sri karyati (58th) 6/10 AB
5 20-2-18 Romalia (50th) 8/11 AB
6 20-2-18 Nanang (36th) 8/4 AB
7 21-2-18 Ayot (50th) 9/11 AB
8 23-2-18 Muh. Nur (38th) 9/11 AB
9 24-2-18 Rina (66th) 3/5 AB
10 26-2-18 Ricardo (17th) 8/5 AB
11 27-2-18 Agus (25th) MC 6/05 AB
12 28-2-18 Aisyah (20th) MC 6/05 AB

Bulan maret :
No Tanggal Nama Alamat Hasil
1 2-3-18 Lastini DE
2 2-3-18 Juni (47th) AB
3 2-3-18 Andre (13th) 3/5 AB
4 5-3-18 Alwi (63th) 1/5 AB
5 5-3-18 R. sinaga (60th) 11/15 AB
6 6-3-18 Aman (66th) 9/10 AB
7 6-3-18 Iwan (41th) 2/10 AB
8 6-3-18 Erlang (14th) AB
9 6-3-18 Ruhansyah (44th) 6/5 AB
10 7-3-18 T. Sahar (62th) 8/11 AB
11 8-3-18 Nadia (22th) 3/15 AB
12 8-3-18 Titi surni (53th) 2/11 AB
13 8-3-18 Lusi (37th) 1/5 AB
14 9-3-18 Rona (35th) 4/5 AB

28 | P a g e
15 9-3-18 Siti rofiqoh (52th) 7/5 AB
16 9-3-18 Onah (73th) 2/8 AB
17 10-3-18 Lusia (19th 6/5 AB
18 12-3-18 Hasanudin 7/15 AB
19 12-3-18 Deviana (15th) 7/15 AB
20 12-3-18 Roni (27th) 2/11 AB
21 12-3-18 Rohmah (48th) 7/11 AB
22 12-3-18 Dewi (25th) 7/15 AB
23 12-3-18 Damin (52th) 6/5 AB
24 12-3-18 Anda suhada (36th) 8/5 AB
25 12-3-18 Dewi AB
26 13-3-18 Wasinah AB
27 13-3-18 Dewi 6/5 AB
28 14-3-18 Nolis AB
29 13-3-18 Elon (62th) 7/11 AB
30 13-3-18 Adminah (66th) 7/11 AB
31 13-3-18 Titi (53th) 2/11 AB
32 13-3-18 Johan AB
33 14-3-18 Windy (13th) 5/4 AB
34 15-3-18 Agus (18th) 7/5 AB
35 15-3-18 Maryamah (40th) 5/15 AB
36 15-3-18 Waski (45) 6/11 AB
37 15-3-18 Siti maryam (58th) 3/5 AB
38 16-3-18 Mulyana (65th) 10/11 AB
39 16-3-18 Siti soya (35th) 4/11 AB
40 16-3-18 Ahmad yaya (38) 6/4 AB
41 19-3-18 Nurhidayat (27th) 8/10 AB
42 19-3-18 Edi (72th) 2/5 AB
43 19-3-18 Salmah (43th) 8/4 AB
44 19-3-18 Yanto (29th) 2/4 AB
45 19-3-18 Maesaroh (33th) 8/5 AB
46 19-3-18 Dewi (50th) 2/10 AB

29 | P a g e
47 19-3-18 Yudia (38th) 4/10 AB
48 20-3-18 Kito (40th) 4/10 AB
49 20-3-18 Umi Toyibah 4/10 AB
50 20-3-18 Ferni (32th) 8/4 AB
51 21-3-18 Asmidah (70th) 4/11 AB
52 21-3-18 Maruli (58th) 5/15 AB
53 22-3-18 Nuraeni AB
54 26-3-18 Bobi HI
55 26-3-18 Heri AP
56 28-3-18 Oding DE

Keterangan :
- AB : Terduga menderita TB Paru
- DE : Periksa BTA bulan ke dua
- HI : periksa BTA bulan ke lima
- AP : BTA akhir pengobatan/seminggu sebelum terakhir minum obat

Dari hasil pencarian penderita di duga Tuberculosis, terdapat total 68 penderita


yang melakukan pemeriksaan dahak di puskesmas kelurahan Tegal Alur 2. Terdapat
64 penderita terduga Tuberculosis yang bersedia dilakukan pemeriksaan dahak
Selama periode Februari 2018 – Maret 2018. Dari hasil pemeriksaan tersebut terdapat
3 penderita Tuberculosis positif. Dan 61 diantaranya dapat di nyatakan tidak
menderita Tuberculosis. Selain di duga penderita Tuberculosis, terdapat juga pasien
positif menderita Tuberculosis paru yang sedang rutin menjalani pengobatan di
puskesmas kelurahan Tegal Alur 2 sebanyak 2 orang yang memeriksakan dahak pada
pengobatan bulan kedua, 1 orang pada bulan ke lima dan 1 orang pada
pengobatan/seminggu sebelum terakhir minum obat.

30 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pencarian di duga penderita Tuberculosis dilakukan dari rumah kerumah
bersama dengan petugas pendataan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH).
Penderita batuk berdahak lebih dari tiga hari di anjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan dahak.
Selama pencarian penderita diduga Tuberculosis, terdapat total 68 orang yang
memeriksakan dahak ke puskesmas kelurahan Tegal Alur 2. Terdapat 3 orang
dinyatakan positif, 64 orang di nyatakan tidak menderita tuberculosis, sebanyak 2
orang yang memeriksakan dahak pada pengobatan bulan kedua, 1 orang pada bulan
ke lima dan 1 orang pada pengobatan/seminggu sebelum terakhir minum obat rutin
dalam pengobatan di Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2.

5.2. Saran
Pencarian penderita diduga tuberculosis sudah sangat efektif karena di lakukan
dari rumah kerumah sehingga kemungkinan besar akan terjaring jika terdapat
penderita positif. Namun masih sangat di perlukan follow up lebih lanjut bagi
penderita yang di anjurkan untuk memeriksakan dahak karena tingkat kesadaran
akan rentannya penularan dan lama nya pengobatan jika sudah terinfeksi
Tuberculosis di rasakan masih kurang.
Pemberian penyuluhan secara berkala tentang tuberculosis, juga mungkin perlu
dilakukan mengingat padatnya pemukiman penduduk saat di kunjungin dan
masih terdapat banyak rumah yang memiliki ventilasi udara kurang memadai.

31 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberculosis di Indonesa


2. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia dan direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
2011
3. Tuberculosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia.2006

32 | P a g e
LAMPIRAN

33 | P a g e
34 | P a g e

You might also like