You are on page 1of 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelabuhan adalah fasilitas kelautan yang berfungsi sebagai tempat
bersandarnya kapal, naik turun penumpang dan bongkar muat barang.
Indonesia sebagai negara maritim menjadikan pelabuhan adalah sarana penting
yang harus terpenuhi. Pelabuhan juga berperan penting bagi Indonesia dalam
bidang ekonomi dan perdagangan. Indonesia sendiri memiliki 33 pelabuhan
utama, 217 pelabuhan pengumpul dan 990 pelabuhan pengumpan, yang jika
dijumlahkan total pelabuhan di Indonesia ada 1.240 buah pelabuhan. Salah satu
pelabuhan utama di Indonesia adalah Pelabuhan Tanjung Perak.

Pelabuhan Tanjung Perak berada di Kelurahan Perak Timur, Surabaya.


Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua
setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Sebagai pusat perdagangan
menuju kawasan Indonesia bagian timur, Pelabuhan Tanjung Perak merupakan
infrastruktur laut yang penting. Selain itu, Pelabuhan Tanjung Perak juga
menjadi kantor pusat PT. Pelabuhan Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan penduduk terus meningkat.


Pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan meningkat. Hal tersebut
berdampak pada usaha perdangan, dimana distribusi barang juga meningkat.
Tak dapat dipungkiri, hal terebut akan berimbas pada pelabuhan, yang mana
merupakan gerbang masuk barang dagangan. Apalagi Indonesia merupakan
negara bahari yang membuat distribusi barang banyak dilakukan melalui jalur
laut. Hal demikian juga terjadi pada Pelabuhan Tanjung Perak. Kegiatan
perdagangan yang terus meningkat membuat aktifitas bongkar muat juga
meningkat. Saking banyaknya kapal muatan, Pelabuhan Tanjung Perak sering
mengalami overload. Untuk itu diperlukan peningkatan fasilitas penunjang
tersebut.
Salah satu usaha tersebut yaitu pengembangan infrastruktur laut dari Pelabuhan
Tanjung Perak. Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan membangun
Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Pembangunan ini dilakukan untuk
meningkatkan jalur distribusi barang dagangan.

Dibangun di Teluk Lamong, Terminal Multipurpose Teluk Lamong atau sering


juga disebut TMTL, memerlukan adanya reklamasi pantai. Reklamasi pantai
merupakan kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa
teknis untuk pengembangan kawasan baru. Reklamasi bertujuan untuk
menambah luasan daratan untuk suatu aktivitas yang sesuai di wilayah tersebut.

Reklamasi termasuk ke dalam proyek besar, yang dalam kegiatannya pasti


menimbulkan dampak positif dan negatif. Demikian pula dengan
pembangunan TMTL, dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif.
Menyadari adanya pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan, maka rencana
kegiatan termasuk dalam kegiatan yang wajib AMDAL. Untuk itu peru
dilakukan studi mendalam mengenai dampak kegiatan terhadap lingkungan.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Seperti yang telah diketahui, peningkatan jumlah kapal muatan terus
meningkat secara signifikan. Hal tersebut membuat proses loading muatan juga
semakin lama. Antrian yang panjang dan tak jarang juga terjadi overload
sehingga para pengguna layanan harus menunggu sangat lama. Untuk itu
dilakukan pengembangan fasilitas pelabuhan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengembangan dilakukan dengan


membangun Terminal Multipurpose Teluk Lamong, yang selanjutnya akan
disebut TMTL. Karena pembangunan adalah pembangunan bangunan laut
yang pastinya dilakukan di wilayah laut/perairan maka diperlukan kegiatan
reklamasi. Reklamasi perlu dilakukan untuk mengubah kawasan yang berupa
teluk agar menjadi lahan berguna, dimana dalam hal ini adalah untuk dijadikan
TMTL. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, reklamasi wilayah peisir
dan pulau-pulau kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau
nilai tambah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditinjau dari aspek teknis,
lingkungan dan sosial ekonomi. Hal tersebut selaras dengan tujuan akan
dilakukannya reklamasi Teluk Lamong ini.

Kegiatan pengembangan fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak yang diawali


dengan reklamasi ini dilakukan di wilayah Teluk Lamong. Pemilihan lokasi
Teluk Lamong bukan tanpa alasan. Wilayah Tanjung Perak yang terbatas
menjadi salah satu pertimbangan. Tanjung Perak sudah dipenuhi dengan
insfrastruktur Pelabuhan Tanjung Perak, dimana luas wilayah yang tersisa
tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan TMTL. Selain itu, Teluk
Lamong menjadi jalur yang dilalui kapal-kapal muatan yang menggunakan
fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak. Dengan begitu, tidak perlu dilakukan
perubahan arus lalulintas kapal muatan yang rumit.

Pemilihan wilayah Teluk Lamong juga didasari dengan fasilitas jalur darat
yang mudah diakses. Dengan demikian, proses mobilisasi alat, material dan
juga pekerja nantinya akan lebih mudah dilakukan. Hal tersebut dapat
mendukung kegiatan pembangunan agar bisa dilakukan lebih cepat. Selain itu,
dengan mudahnya jalur darat ini, nantinya barang-barang hasil bongkar muat
dari kapal angkutan bisa lebih mudah didistribusikan ke wilayah-wilayah yang
dituju melalui transportasi darat. Hal tersebut akan membuat kegiatan distribusi
lebih cepat dan efisien.

Dengan demikian, kegiatan reklamasi dengan tujuan pembangunan Terminal


Multipurpose Teluk Lamong sebagai perluasan fasilitas Pelabuhan Tanjung
merak sudah melalui perencanaan yang matang. Selain itu, masih banyak
tujuan-tujuan dan manfaat-manfaat lain yang ingin dicapai. Berikut diuraikan
secara singkat tujuan dan manfaat dilakukannya kegiatan.

a. Tujuan
1. Pemanfaatan ruang yang berkualitas dalam rangka mewujudkan
pengembangan fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak untuk meningkatkan
pelayanan terhadap para pengguna layanan lalulintas dan bongkar-muat
barang.
2. Pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
3. Menjadikan wilayah Teluk Lamong dan sekitarnya menjadi wilayah
yang lebih strategis.
4. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas
lingkungan (revitalisasi) melalui penataan kembali dan penyediaan
sarana dan prasarana lingkungan.
5. Kontribusi dalam rangka meningkatkan aksesibilitas wilayah antara
Kawasan Teluk Lamong dengan wilayah di sekitarnya.

b. Manfaat
Kegiatan reklamasi yang dilakukan serta pengelilaan tanah hasil
reklamasi dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang dapat
memberikan keuntungan bagi pemrakarsa, Pemerintah Daerah, masyarakat
dan tak terkecuali untuk dunia usaha.
Rencana kegiatan reklamasi Teluk Lamong yang akan dilaksanakan
diharapkan akan memberi manfaat-manfaat bagi pihak-pihak yang
berkaitan. Berikut diantaranya:
1. Bagi Pemerintah
 Mendukung program pemerintah untuk mensukseskan rencana
Penataan Ruang dan Wilayah
 Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat serta kemampuan partisipasi kelembagaan masyarakat
dalam pembangunan khususnya dalam bidang pengadaan lahan
reklamasi sebagai lahan potensial yang cukup bagi kebutuhan
masyarakat.
 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), memberi
lapangan kerja bagi masyarakat luas, meningkatkan pelayanan jasa
pada bidang terkait, serta usahausaha ekonomi produktif
masyarakat setempat.
2. Bagi Masyarakat
 Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek, dapat
menumbuhkan usaha ekonomi produktif masyarakat dan pada
gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, serta kemampuan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
 Memelihara kelestarian lingkungan pantai dengan adanya
perlindungan pantai oleh pulau baru sebagai lahan reklamasi.
 Mempermudah pendistribusian barang ke masyarakat, termasuk
barang impor dan barang-barang dari luar wilayah.

3. Bagi Pemrakarsa
 Kegiatan reklamasi sebagai lahan yang potensial sebagai
sebuah usaha/investasi (bisnis) jangka panjang diharapkan
dapat memberi manfaat/keuntungan ekonomifinansial yang
layak bagi perusahaan secara berkelanjutan.
 Dengan kegiatan ini diharapkan dihasilkan tata ruang terpadu
yang berhasil guna dan berdaya guna serta meningkatkan
kualitas lingkungan sekitar.
 Meningkatkan fasilitas pelabuhan, sehingga pengguna layanan
akan bertambah yang kemudian akan meningkatkan
pendapatan finansial perusahaan.

1.3.Peraturan Perundangan Terkait


1. Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Rencana Induk Pelabuhan
Nasional
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
4. Peraturan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan
dan Reklamasi
5. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
6. Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1. Lingkup rencana pembangunan Terminal Multipurpose Teluk


Lamong-Surabaya
a. Status dan lingkup rencana pembangunan
Kegiatan penyusunan studi AMDAL Terminal Multipurpose Teluk
Lamong-Surabaya telah dilakukan, namun pembangunan secara fisik
belum dilakukan. Penyusunan AMDAL dilakukan bersamaan dengan
penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study atau FS).
Proses penyusunan AMDAL adalah sosialisasi dan konsultasi public
antara pemrakarsa kegiatan dan penyusunan AMDAL dengan masyarakat
di daerah yang akan terkena dampak, tokoh masyarakat, maupun dengan
instansi atau SKPD terkait di jajaran Pemerintah Kota Surabaya,
Kabupaten Surabaya. Sosialisasi bertujuan untuk mengetahui aspirasi dan
masukan dari masyarakat sekitar tentang rencana pembangunan dan
pengoperasian Terminal Multipurpose Teluk Lamong-Surabaya.

b. Alternatif-alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL


Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong-Surabaya memiliki
dampak potensial yang penting pada bidang sosial-ekonomi masyarakat
sekitar kegiatan pembangunan, karena kegunaan lahan yang awalnya
sebagai area laut sebagai mata pencaharian, dijadikan sebagai lahan untuk
kegiatan pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Sebagai
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut adalah
mengatur rekrutmen pekerja dengan maksud agar tenaga lokal dari setiap
daerah disekitar Teluk Lamong dapat diikutsertakan dengan jumlah
proporsional, melakukan pengumuman bursa tenaga kerja (madya,
pekerja kasar) di Kantor Sekitar Teluk Lamong dan Kantor Tenaga Kerja
untuk di proyek pembangunan terminal, memberikan upah/gaji sesuai
Upah Minimum Setempat. Alternatif tersebut dilakukan dengan
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten, terutama
Dinas Tenaga kerja dan bekerja sama dengan Kepala Desa dan Kepala
Camat setempat.

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1. Iklim
Surabaya memiliki iklim tropis seperti kota besar di Indonesia pada
umumnya di mana hanya ada dua musim dalam setahun yaitu musim
hujan dan kemarau. Curah hujan di Surabaya rata-rata 165,3 mm.
Curah hujan tertinggi di atas 200 mm terjadi pada kurun Januari
hingga Maret dan November hingga Desember. Suhu udara rata-rata
di Surabaya berkisar antara 23,6 °C hingga 33,8 °C.

2.2.2. Geografis
Surabaya secara geografis berada pada 07˚09`00“ – 07˚21`00“
Lintang Selatan dan 112˚36`- 112˚54` Bujur Timur. Luas wilayah
Surabaya meliputi daratan dengan luas 350,54 km² dan lautan seluas
190,39 km²

2.2.3. Kualitas air


Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa 23 % wilayah di Kota
Surabaya kondisi kualitas air tanahnya asin, 26 % payau dan sisanya
pada kondisi tawar. Dibandingkan dengan tahun 2013, wilayah yang
terintrusi air laut di Kota Surabaya mengalami penurunan, sehingga
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kondisi kualitas air
tanah di Kota Surabaya.

2.2.4. Tanah
Secara geologis daerah Surabaya pada dasarnya terbentuk atas batuan
yang merupakan tanah liat dan pasir. Kondisi tanah di Surabaya
sebagian besar berupa tanah landform aluvial yang terjadi oleh
endapan sungai atau endapan pantai yang pada umumnya sangat subur
dan cocok untuk daerah pertanian. Namun pada sisi barat kota yang
merupakan daerah seperti perbukitan, tanah mengandung banyak
kapur yang tinggi dan kurang baik jika digunakan sebagai lahan
pertanian. Susunan tanah di Surabaya tidak merata atau tidak sejenis
danmempunyai daya dukung yang berbeda-beda. Di bagian kota lama,
yaitu kecamatan-kecamatan Wonokromo, Sawahan, Genteng, Tegal
Sari, Gubeng, Tambaksari, Simokerto, Semampir, Pabean Cantikan,
Krembangan, dan Bubutan, tebal tanahnya ±10 – 18 meter dan terletak
di atas dasar tanah liat. Demikian pondasi bangunan harus mencapai
kedalaman 25 – 30 meter. Di daerah perbukitan, yaitu sebelah barat
kota kebanyakan merupakan tanah liat. Jenis tanah yang ditemui di
daerah Surabaya adalah lempung dan lempung berpasir dengan
sebagian terdapat butiran penyusun tanah yang disebut dengan lanau.
Karena batu lanau juga termasuk bahan induk dari tanah di daerah
Surabaya.

2.2.5. Komponen Biologi


Daerah Surabaya merupakan daerah yang didominasi dengan dataran
rendah, kurang lebih sekitar 80% dari luas daerahnya sedangkan
sisanya yang 20% merupakan daerah perbukitan yang bergelombang
rendah. Yang termasuk wilayah dataran rendah yaitu, wilayah di
Surabaya Timur, Surabaya Utara, dan sebagian dari wilayah Surabaya
Selatan. Dataran rendah tersebut < 10 mdpl dan kemiringan pernukaan
hanya sebesar <3%. Dataran rendah tersebut yang memang sebagian
besar terbentuk oleh endapan aluvial yang terdiri dari endapan sungai
dan endapan pantai. Jika dilihat dari endapan sungai maka sebagian
besar merupakan endapan sungai Berantas serta cabang-cabang
sungainya dan endapan sungai Rowo. Endapan sungai umumnya
terdiri dari pasir. Sedangakan bagian timur dan bagian utara sampai
sepanjang selat Madura bentuk lahannya dipengaruhi oleh endapan
pantai Kenjeran yang masuk ke daratan sampai kurang lebih 5 km.
Endapan pantai tersebut bisa terdiri dari lempung, lempung berpasir,
lanau maupun ada yang menyebutnya lempung berlanau. Karena
terbentuk oleh endapan pantai maka pada tanahnya terdapat sisipan
tipis yang mengkilat yang pada umumnya adalah kepingan kerang.
wilayah penyebaran daerah perbukitan bergelombang rendah meliputi
daerah Lakarsantri dan Kecamatan Karangpilang. Jika diperkirakan
kurang lebih ketinggian bukit hanya mencapai 30 meter dari
permukaan laut dan kemiringannya hanya sebesar 5 – 15%.

2.2.6. Kependudukan

Surabaya memiliki luas sekitar 350,54 km² dengan penduduknya


berjumlah 2.765.487 jiwa (2010). Daerah metropolitan Surabaya yang
berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan terbesar kedua di
Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh sebuah bandar
udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda, serta dua pelabuhan,
yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.

Di wilayah sekitar lokasi pembangunan Terminal Multipurpose Teluk


Lamong terdapat Kelurahan Tambak Sarioso, dimana mayoritas
penduduk daerah tersebut adalah nelayan dan pengrajin perahu.
Meskipun tidak semuanya, masyarakat Kelurahan Tambak Sarioso
sebagain besar adalah nelayan tangkap dan belum melakukan sistem
budidaya sendiri. Jadi besarnya pendapatan mereka sangat tergantung
sekali dari hasil tangkapan yang diperoleh setelah melaut. Kondisi
ekonomi masyakat Kelurahan tersebut khususnya yang berprofesi
sebagai nelayan bisa dikatakan pas-pasan. Menurut survey yang
dilakukan, pendapatan masyarakat nelayan didaerah tersebut rata-rata
dibawah satu juta rupiah dan pemenuhan kebutuhan hanya pada sektor
primer.
2.2.7. Komponen Kesehatan Masayarakat
2.2.7.1. Peningkatan Angka Kesakitan
Dalam hal ini yang dapat dijadikan pedoman untuk indikator
peningkatan angka kesakitan adalah kualitas udara dan
peningkatan kebisingan pada saat mobilisasi peralatan berat
dan peralatan konstruksi, pengangkutan material, pekerjaan
galian dan timbunan, dan pekerjaan perkerasan badan jalan.

2.2.7.2. Sanitasi Lingkungan


Dalam pengolahan sanitasi lingkungan harus diatur
sedemikian rupa dan jelas sehingga tidak mencemari
lingkungan sekitar pembangunan Terminal Multipurpose
Teluk Lamong-Surabaya. Pedoman untuk indikator sanitasi
lingkungan adalah pengoperasian basecamp untuk dalam
pembuangan limbah B3 dan sampah domestic non B3.
2.3. Pelingkupan
2.3.1. Proses Pelingkupan
Pelingkupan adalah proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang
kemungkinan terjadi akibat dari rencana kegiatan pembangunan
Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Proses pelingkupan juga
melibatkan masyarakat. Prosedur pelibatan masyarakat dalam proses
AMDAL harus mengacu pada peraturan perundangundangan yang
berlaku. Pelingkupan dilakukan melalui tiga tahap yaitu identifikasi,
evaluasi dan klasifikasi dampak.
2.3.1.1. Identifikasi
Identifikasi merupakan tahap awal untuk memperoleh
dampak yang mungkin akan terjadi seiring dengan usaha
atau kegiatan yang akan dilakukan. Berikut kemungkinan
dampak yang akan terjadi berdasarkan tahapan kegiatan.

Tahapan Dampah Potensial Yang


Komponen Kegiatan
Kegiatan Ditimbulkan
Perencanaan Pembangunan dan Proses Sosial
Survei Awal Sikap dan Presepsi Masyarakat
Proses Sosial
Pra Konstruksi
Sikap dan Presepsi Masyarakat
Rekruitmen Tenaga Kerja
Kesempatan Kerja
Pendapatan Masyarakat
Kualitas air tanah
Kualitas air permukaan
kuantitas air tanah
Bangkitan Lalulintas
Konstruksi Mobilisasi Tenaga Kerja
Keselamatan lalulintas
Limbah b3
Proses sosial
Sikap dan presepsi masyarakat
Kesempatan kerja
Peluang berusaha
Penadapatan masyarakat
Sanitasi Lingkungan
Kualitas udara
Kebisingan
Bangkitan Lalulintas
Kualitas Air Permukaan
Bangkitan Lalulintas
Mobilisasi Alat dan Material Keselamatan lalulintas
vegetasi
satwa liar
Sikap dan Presepsi Masyarakat
Sanitasi Lingkungan
K3
kualistas udara
Kebisingan
vegetasi
satwa liar
Sikap dan Presepsi Masyarakat
Pembersihan lahan
Kesempatan Kerja
Peluang berusaha
Pendapatan Masyarakat
Sanitasi Lingkungan
K3
Kualitas udara
Kebisingan
Pembangunan dan Fasilitas Kualitas air tanah
Penunjang Kualitas air permukaan
kuantitas air tanah
Limbah b3
vegetasi
satwa liar
Biota Perairan
Sikap dan Presepsi Masyarakat
Peluang berusaha
Pendapatan Masyarakat
Sanitasi Lingkungan
K3
Proses Sosial
Rekruitmen Tenaga Kerja Sikap dan Presepsi Masyarakat
Operasional Kesempatan Kerja
Peluang berusaha
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air tanah
Kualitas air permukaan
kuantitas air tanah
Bangkitan Lalulintas
Keselamatan lalulintas
Operasional Operasional Pelabuhan Limbah b3
Biota Perairan
Sikap dan Presepsi Masyarakat
Kesempatan Kerja
Peluang berusaha
Pendapatan Masyarakat
Sanitasi Lingkungan
K3
2.3.1.2. Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak merupakan proses lanjutan dari
identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan
evaluasi dampak adalah untuk menyaring dampak dari
proses identifikasi sebelumnya. Evalasi dilakukan dengan
mengelompokkan dampak ke dalam komponen
lingkungan, kemudian dievaluasi kemungkinan
kejadiannya terhadap tahap usaha atau kegiatan.
Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan
Matriks Dampak Potensial Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut
Rencana Kegiatan
Pra Konstruksi Konstruksi Operasi

Permbersiahn lahan
Rekruitmen Tenaga

Rekruitmen tenaga
Pembangunan Dan

Pembangunan dan
fasilitas penunjang
Mobilisasi alat dan
Mobilisasi Tenaga

kerja operasional
No Komponen Lingkungan/Parameter Lingkungan

Opersasional
Perencanaan

Survei Awal

Pelabuhan
Material
Kerja

Kerja
A GEOFISIKA-KIMIA
1.Kualitas udara x x x x x
2.Kebisingan x x x x x
3.Kualitas air tanah x x
4.Kualitas air permukaan x x x
5.kuantitas air tanah x x
6.Transportasi
a.Bangkitan Lalulintas x x x
b.Keselamatan lalulintas x x x
7.Limbah b3 x x
B BIOLOGI
1.Vegetasi x x x
2.Satwa liar x x x
3.Biota perairan x x
C SOSIAL
1.Proses sosial x x x
2.Sikap dan presepsi masyarakat x x x x x x x x
3.Kesempatan kerja x x x x
4.Peluang berusaha x x x x x
5.Penadapatan masyarakat x x x
D KESEHATAN MASYARAKAT
1.Sanitasi lingkungan x x x x x
2.K3 x x x x
2.3.1.3. Klasifikasi Dampak
Setelah evalasi telah dilakukan, selanjutnya tahap akhir
adalah klasifikasi dampak. Klasifikasi bertujuan untuk
menggolongkan dampak yang diperkirakan sebelumnya ke
dalam Dampak Penting Hipotetik (DPH) atau Dampak
Tidak Penting Hipotetik (DTPH). Data Penting Hipotetik
inilah yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan
rencana pengelolaan dan rencana pemantauan.
Klasifikasi dampak yang dilakukan menggunakan metode
penampisan. Penampisan dilakukan dengan menyaring
kembali dampak hasil evaluasi sebelumnya terhadap
kriteria-kriteria yang ditentukan. Proses penampisan pada
tabel berikut ini.
Tabel Proses Penampisan Dampak Potensial

Komponen Lingkungan Kriteria Penapisan Kesimpulan Penjelasan


Komponen
yang diprakirakan akan
Kegiatan
terkena dampak
No yang menjadi
Diskripsi 1 2 3 4
Sumber Komponen
Dampak
Dampak lingkungan
Potensial
A. Tahap Pra Konstruksi:
1 Perencanaan Sikap dan Munculnya T T Y T DPH Kegiatan Perencanaan Pembangunan dan
Pembangunan Persepsi sikap dan Survey Awal akan memperjelas rencana
dan Survey Masyarakat presepsi kegiatan yang akan berlangsung dan
Awal positif atau dampaknya bagi masyarakat disekitar proyek.
negatif dari
masyarakat
2 Rekruitmen Persepsi Terjadinya T Y T Y DPH Adanya tenaga kerja yang berasal dari luar
Tenaga Kerja Masyarakat kecemburuan daerah yang terlibat dalam pembangunan
(Tahap sosial proyek dengan berbagai latar belakang sosial
Konstruksi dan budaya yang berbeda dengan masyarakat
setempat. Kondisi ini akan memunculkan
berbagai macam perasaan seperti iri, dengki
dsb
Proses Gangguan T T T T DTPH Diperkirakan dapat menimbulkan gesekan-
Sosial Proses sosial gesekan yang berakibat pada terganggunya
proses sosial dan memungkinkan terjadinya
konflik sosial antara pendatang dengan
masyarakat setempat. Namun ini sudah
menjadi tanggung jawab pihak proyek dalam
pererkrutan tenaga kerja
Kesempatan Terbukanya T Y T Y DPH Penerimaan tenaga kerja untuk tahap
Kerja kesempatan konstruksi akan dilakukan secara terbuka dan
kerja membutuhkan tenaga kerja dengan
kualifikasi tertentu. Proses seleksi akan
dilakukan oleh pihak owner bekerjasama
dengan kontraktor, namun dengan tetap
memprioritaskan tenaga kerja lokal. Dari
sekitar 350 orang tenaga kerja yang
dikualifikasikan non teknis dapat menyerap
20% dari tenaga lokal, kegiatan ini berpotensi
menimbulkan terbukanya kesempatan kerja
bagi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

B. Tahap Konstruksi:
3 Mobilisasi Transportasi Bangkitan Y Y T Y DPH Pada saat aktivitas mobilisasi tenaga kerja
Tenaga Kerja kelancaran diperkirakan berdampak terhadap kelancaran
lalulintas lalu lintas, karena akan terjadi penigkatan
volume kendaraan
Peluang Terbukanya T T T T DTPH Dengan adanya mobilisasi tenaga kerja dari
usaha peluang usaha luar maupun sekitar lokasi kegiatan ke lokasi
masyarakat tapak proyek, secara tidak langsung
membuka peluang usaha bagi masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan, diantaranya seperti
pemenuhan kebutuhan makan (warung), dan
lain sebagainya.
Sikap dan Munculnya T T T T DTPH Keresahan masyarakat sekitar akibat
Persepsi persepsi gangguan lalulintas dari adanya mobilisasi
masyarakat positif atau tenaga kerja.
negatif
Gangguan Meningkatnya T T T T DTPH Peningkatan resiko kecelakaan yang mungkin
lalulintas resiko terjadi, berupa potensi gangguan lalu lintas
kecelakaa pada lokasi pintu masuk dan keluar kawasan
proyek. Potensi gangguan tersebut bisa
terjadi mengingat adanya tambahan ± 63
mobil dan 170 motor.
Kualitas Peningkatan T T T T DTPH Pada saat tahap mobilisasi tenaga kerja akan
Udara Kadar Udara terjadi pergerakan kendaraan mobil dan
(debu, CO, motor yang diperkirakan akan menambah
NOx polusi udara dari emisi gas buang yang
dihasilkan oleh kendaraan tersebut.
4 Mobilisasi Kualitas Peningkatan T T T T DTPH Pada saat tahap mobilisasi alat dan material
Peralatan dan Udara Kadar Udara berlangsung seluruh bahan/material
Material (debu, CO, bangunan yang dibutuhkan direncanakan
NO2) akan diangkut dengan mobil pengangkut,
melewati jalan umum sehingga diperkirakan
akan terjadi peningkatan debu, peningkatan
kandungan CO, NO2 dari emisi gas buang
mobil pengangkut material.
Kebisingan Peningkatan Y Y Y T DPH Dumptruck yang akan digunakan dalam
Kebisingan aktivitas mobilisasi peralatan dan material
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi.
Maka masyarakat akan merasa sangat
kebisingan terhadap pergerakan lalulitas
akibat mobilisasi alat
Transportasi Gangguan Y Y T Y DPH Dampak gangguan lalulintas bagi pengguna
kelancaran jalan yang ditimbulkan akibat adanya
lalulintas mobilisasi kendaraan berat dan kendaraan
pengangkut material bangunan akan
berpotensi menimbulkan gangguan lalulintas
antara lain dumptruck ataupun kendaraan
pengangkut material beton cor yang memiliki
dimensi kendaraan yang cukup besar
Sikap dan Munculnya T T T T DTPH Adanya kecemburuan antara warga
persepsi sikap dan masyarakat yang tidak dapat terlibat dalam
Masyarakat presepsi proyek, adanya dampak terhadap kualitas
masyarakat udara, kebisingan serta gangguan kelancaran
lalulintas yang menganggu aktivitas
masyarakat sekitar lokasi akan menyebabkan
kenyamananmasyarakat terganggu. Kondisi
ini akan memunculkan sikap dan persepsi
negatif masyarakat.
keselamatan Gangguan T T T T DTPH Adanya kegiatan mobilisasi material akan
Lalulintas keselamatan berpengaruh terhadap keselamatan pengguna
lalulinta jalan disekitar lokasi proyek, terutama pada
lokasi keluar masuk kendaraan proyek. Hal
ini ini akan menambah jumlah potensial
konflik di lokasi tersebut.
sanitasi Penurunan T T T T DTPH kesediaan MCK yang tidak mencukupi
lingkungan sanitasi seperti,sumur,wc umum dan kamar mandi
lingkunga umum, kurangnya sarana air yang dapat
menimbulkan vector penyakit yang dapat
mengganggu kesehatan.
5 Pembersihan Kualitas Peningkatan T T T T DTPH Pembersihan lahan misal dengan pengerukan
Lahan Udara kadar debu atau penebangan akan meningkat kan kadar
debu. Selain itu, asap dari alat berat yang
digunakan juga berperan mengakibatkan
kualitas udara memburuk.
Kebisingan Peningkatan T T T T DTPH Akibat alat berat yang beroperasi misal
Kebisingan pemukulan, penghancuran atau gergaji mesin
untuk menebang pohon akan menimbulkan
kebisingan. Hal tersebut akan mengganggu
kenyaman masyarakat sekitar.
Flora Hilangnya T T T T DTPH Kegiatan pembersihan lahan akan langsung
vegetasi berdampak pada kelangsungan ragam hayati.
Pada daerah pesisir pantai, pada saat
pembersihan akan mengancam keberadaan
hutan mangrove, termasuk juga tanaman
bakau. Namun, dengan konservasi dan
perbaikan yang benar, hal tersebut akan bisa
diatasi.

Fauna Migrasi satwa T T T T DTPH Hilangnya vegetasi membuat habitat satwa


liar, liar terganggu. Dengan tergusurnya habitat
alaminya, bisa membuat satwa liar tersebut
melakukan migrasi ke permukiman warga.
Namun karena satwa liar yang ada bukan
merupakan satwa dilindungi, maka hal
tersebut tidak terlalu berpengaruh. Selain itu,
dengan konsevasi dan perbaikan vegetasi
yang dilakukan diharapkan satwa liar bisa
mendapatkan kembali habitatnya.
6 Pembangunan Kualitas Penurunan Y Y T Y DPH Pada proses pembangunannya, digunakan
Gedung dan Udara Kualitas sejumlah alat berat yang dapat berpotensi
Fasilitas Udara mengakibatkan penurunan kualitas udara
Pendukung karena peningkatan CO dan NO2, khususnya
untuk alat berat bermotor yang menimbulkan
asap. Selain itu, kegiatan seperti pengerukan,
pencampuran bahan seperti semen dan pasri
akan menghasilkan debu.

Kuantitas Penurunan - - - - DTPHK pada proses pembangunan infrastruktur,


Air tanah Kuantitas Air misal saja pembuatan beton membutuhkan air
Tana yang cukup banyak. Selain itu, akan banyak
pekerja yang melakukan pekerjaannya,
dimana pekerja tersebut juga menyumbang
penggunaan air yang juga tidak sedikit. Bila
pada pemenuhannya digunakan air tanah,
maka proses pembangunan gedung dan
fasilitas pendukung ini akan berdampak pada
berkurangnya kuantitas air tanah.
Kebisingan Peningkatan Y T Y Y DPH Beberapa alat berat yang beroperasi saat
Kebisingan pembangunan pastinya akan menimbulkan
kebisingan. Misal saja pada saat
pemancangan. Hal tersebut akan betpotensi
menimbulkan kebisingan bagi masyarakat di
sekitar lokasi proyek.
Kuantitas Peningkatan T T T T DTPH
permukaan aliran
air permukaan
Sikap dan Munculnya T T T T DTPH Adanya masyarakat yang tidak terlibat dalam
persepsi sikap dan kegiatan proyek akan menimbulkan
Masyarakat presepsi kesenjangan dan kecemburuan. Menurunnya
masyarakat kualitas udara, gangguan kebisingan serta
gangguan kelancaran lalu lintas akan
membuat kenyamanan masyarakat sekitar
terganggu. Hal tersebut akan menimbulkan
persepsi negatif dari masyarakat.
Sanitasi Penurunan T T T T DTPH Pada proses pembangunan gedung dan
lingkungan sanitasi infrastruktur akan banyak pekerja yang
lingkunga melakukan pekerjaannya. Masing-masing
pekerja tersebut akan menghasilkan limbah
domestik baik padat maupun cair sehingga
terjadi penurunan sanitasi lingkungan.
K3 Terjadinya T T T T DTPH Proses kegiatan pembangunan sudah diatur
kecelakaan dalam standar-standar tertentu, juga akan
kerja selalu diawasi sehingga kecelakaan di
lapangan saat pembangunan bisa
diminimalisir.
7 Penerimaan Kesempatan Terbukanya T T Y T DPH Penerimaan tenaga kerja untuk operasional
Tenaga Kerja kerja lapangan Mall akan dilakukan secara terbuka dan
Operasional kerja. transparan serta memprioritaskan tenaga
kerja lokal, namun dengan tetap
memperhatikan kualifikasi yang dibutuhkan.
Diperkirakan akan dibutuhkan tenaga kerja
sekitar 645 orang karyawan untuk
operasional Mall dan diharapkan sekitar 20%
diantaranya dapat diisi oleh tenaga kerja
lokal di sekitarnya. Kegiatan ini potensial
memberikan tambahan kesempatan kerja bagi
warga masyarakat.
Sikap dan Munculnya T T Y T DPH Rekrutmen tenaga kerja memunculkan
Persepsi sikap dan kecemburuan antara yang diterima sebagai
Masyarakat persepsi pekerja dan yang tidak serta memiliki potensi
masyarakat konflik dengan pekerja yang direkrut dari
luar wilayah mereka. Pada tahap ini juga
dimungkinkan terjadi bangkitan lalulintas
yang menganggu aktivitas masyarakat sekitar
lokasi, sehingga masyarakat merasa
kenyamananya berkurang, kondisi ini sangat
rentan terhadap terjadinya konflik
C Tahap Operasi
8 Operasional Kualitas Penurunan Y Y Y T DPH Operasional mal diperkirakan akan
Pusat Udara Kualitas mengakibatkan adanya bangkitkan kendaraan
Perbelanjaan Udara >30 kendaraan perjam, sehingga akan
dan Fasilitas mengakibatkan peningkatan konsentrasi
Pendukungnya Kebisingan Peningkatan Y T T T DPH CO dan NO2 di sekitar lokasi pintu masuk
Kebisingan mal dan dalam area parkir. Disamping itu
penggunaan genset sebagai cadangan
penggunaan daya listrik juga berpotensi
menimbulkan peningkatan konsentrasi CO
dan NO2 di dalam area mal.

Bangkitan Gangguan Y Y T Y DPH Aktivitas mal merupakan kegiatan yang


Lalu Lintas kelancaran membuat bangkitan lalu lintas. Lokasi mal
lalulintas berada di jalan utama yang kapasitas jalannya
hampir terpakai secara penuh yaitu VCR-nya
lebih dari 0,8, sehingga gangguan kelancaran
lalu lintas akibat operasionalisasi mal.
Kualitas Air Penurunan - - - - DTPHK Adanya hasil limbah dari kegiatan mal mulai
Permukaan kualitas air dari kegiatan kamar madi, kegiatan dapur
permukaan rumah makan yang ada di dalam mall,
kegiatan bersih-bersih. Air limbah tersebut
mengalami pengolahan sebelum dibuang ke
sungai Code.
Sikap dan Munculnya T T Y T DPH Kegiatan pembangunan memerlukan
Persepsi sikap dan konstruksi. Pada kegiatan konstruksi akan
Masyarakat persepsi mengakibatkan terganggunya jalur lalu lintas
masyarakat yanh digunakan masyarakat yang notabene
seorang nelayan. Hal tersebut akan
menyulitkan masyarakat yang bekerja
sebagai nelayan untuk mencari hasil
tangkapan. Dari Hal tersebut akan muncul
sikap dan persepsi masyarakat yang kurang
setuju.
Transportasi Bangkitan T T T T DTPH Meningkatnya pergerakan lalu lintas akibat
lalulintas operasional pelabuhan akan meningkatkan
jumlah potensi konflik pada jaringan jalan
disekitarnya.
Peluang Terbukanya T Y T Y DPH Operasional terminal laut akan memberikan
usaha peluang usaha tambahan peluang berusaha yang diciptakan
dan dari pemilik usaha yang menyewa blok/ruko
kesempatan untuk membuka usaha baik perdagangan,
kerja bagi hiburan maupun kuliner, kos, laundry dan
masyarakat di lain sebagainya. Kegiatan ini diprakirakan
sekitar lokasi juga akan memberikan peluang bagi warga
kegiatan masyarakat untuk dapat terlibat di dalamnya
diantaranya sebagai tenaga kerja / karyawan.
Peningkatan Kesejahteraan T Y T Y DPH Dengan adanya Operasional terminal laut
Pendapatan masyarakat akan memberikan peluang bagi warga
masyarakat masyarakat untuk dapat terlibat di dalamnya
diantaranya sebagai tenaga kerja / karyawan.
penerimaan tenaga kerja untuk tahap
operasional, dan tumbuhnya peluang usaha di
sector lain, dengan sendirinya pendapatan
masyarakat, baik yang berada di sekitar
lokasi kegiatan, dan di sekitar lokasi.
Peningkatan pendapatan merupakan dampak
penting hipotetik karena akan berakibat
terhadap naiknya permintaan terhadap barang
dan jasa yang berarti pula ikut menggerakkan
roda perekonomian di wilayah tersebut
Sanitasi Penurunan T T T T DTPH Penurunan sanitasi lingkungan merupakan
Lingkungan sanitasi dampak penting hipotetik karena pada
lingkungan kegiatan ini akan ada karyawan yang cukup
banyak dan juga pengunjung yang cukup
banyak setiap harinya. Dan masing-masing
akan menghasilkan limbah domestic padat
maupun cair dimana limbah cair per orang
per harinya berkisar 2 liter/hari.

Keterangan :

Kriteria Penapisan 1 : Apakah Beban Terhadap Komponen Lingkungan Tersebut Sudah Tinggi ?

Kriteria Penapisan 2 : Apakah Komponen Lingkungan Tersebut Memegang Peranan Penting Dalam Kehidupan Sehari-Hari Masyarakat

: Sekitar (Nilai Sosial-Ekonomi) Dan Terhadap Komponen Lingkungan Lainnya (Nilai Ekologis) ?

Kriteria Penapisan 3 : Apakah Ada Kekhawatiran Masyarakat Yang Tinggi Tentang Komponen Lingkungan Tersebut ?

Kriteria Penapisan 4 : Apakah Ada Kebijakan Dan/ Atau Peraturan Yang Akan Dilanggar Dan/ Atau Dilampaui Oleh Dampak Tersebut ?
2.3.2. Hasil Proses Pelingkupan
Dari penampisan dilakukan, didapatkan Dampak Penting Hipotetik.
Berikut daftar dampak penting hipotetik yang diperkirakan akan
terjadi.
 Tahap Pra Konstruksi

Komponen Komponen Lingkungan


Kegiatan yang diprakirakan akan
yang terkena dampak
No Penjelasan
menjadi Diskripsi
Komponen
Sumber Dampak
lingkungan
Dampak Potensial
1 Perencanaan Sikap dan Munculnya Kegiatan Perencanaan
Pembangunan Persepsi sikap dan Pembangunan dan Survey
dan Survey Masyarakat presepsi Awal akan memperjelas
Awal positif atau
rencana kegiatan yang akan
negatif dari
berlangsung dan
masyarakatdampaknya bagi
masyarakat disekitar
proyek.
2 Rekruitmen Persepsi Terjadinya Adanya tenaga kerja yang
Tenaga Kerja Masyarakat kecemburuan berasal dari luar daerah
(Tahap sosial yang terlibat dalam
Konstruksi pembangunan proyek
dengan berbagai latar
belakang sosial dan budaya
yang berbeda dengan
masyarakat setempat.
Kondisi ini akan
memunculkan berbagai
macam perasaan seperti iri,
dengki dsb
Kesempatan Terbukanya Penerimaan tenaga kerja
Kerja kesempatan untuk tahap konstruksi akan
kerja dilakukan secara terbuka
dan membutuhkan tenaga
kerja dengan kualifikasi
tertentu. Proses seleksi akan
dilakukan oleh pihak owner
bekerjasama dengan
kontraktor, namun dengan
tetap memprioritaskan
tenaga kerja lokal. Dari
sekitar 350 orang tenaga
kerja yang dikualifikasikan
non teknis dapat menyerap
20% dari tenaga lokal,
kegiatan ini berpotensi
menimbulkan terbukanya
kesempatan kerja bagi
masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan

 Tahap Konstruksi

Komponen Komponen Lingkungan


Kegiatan yang diprakirakan akan
yang terkena dampak
No Penjelasan
menjadi Diskripsi
Komponen
Sumber Dampak
lingkungan
Dampak Potensial
3 Mobilisasi Transportasi Bangkitan Pada saat aktivitas
Tenaga Kerja kelancaran mobilisasi tenaga kerja
lalulintas diperkirakan berdampak
terhadap kelancaran lalu
lintas, karena akan terjadi
penigkatan volume
kendaraan
Kebisingan Peningkatan Dumptruck yang akan
Kebisingan digunakan dalam aktivitas
mobilisasi peralatan dan
material memiliki tingkat
kebisingan yang tinggi.
Maka masyarakat akan
merasa sangat kebisingan
terhadap pergerakan lalulitas
akibat mobilisasi alat
Transportasi Gangguan Dampak gangguan lalulintas
kelancaran bagi pengguna jalan yang
lalulintas ditimbulkan akibat adanya
mobilisasi kendaraan berat
dan kendaraan pengangkut
material bangunan akan
berpotensi menimbulkan
gangguan lalulintas antara
lain dumptruck ataupun
kendaraan pengangkut
material beton cor yang
memiliki dimensi kendaraan
yang cukup besar
6 Pembangunan Kualitas Penurunan Pada proses
Gedung dan Udara Kualitas pembangunannya,
Fasilitas Udara digunakan sejumlah alat
Pendukung berat yang dapat berpotensi
mengakibatkan penurunan
kualitas udara karena
peningkatan CO dan NO2,
khususnya untuk alat berat
bermotor yang menimbulkan
asap. Selain itu, kegiatan
seperti pengerukan,
pencampuran bahan seperti
semen dan pasri akan
menghasilkan debu.
Kebisingan Peningkatan Beberapa alat berat yang
Kebisingan beroperasi saat
pembangunan pastinya akan
menimbulkan kebisingan.
Misal saja pada saat
pemancangan. Hal tersebut
akan betpotensi
menimbulkan kebisingan
bagi masyarakat di sekitar
lokasi proyek.
7 Penerimaan Kesempatan Terbukanya Penerimaan tenaga kerja
Tenaga Kerja kerja lapangan untuk operasional Mall akan
Operasional kerja. dilakukan secara terbuka dan
transparan serta
memprioritaskan tenaga
kerja lokal, namun dengan
tetap memperhatikan
kualifikasi yang dibutuhkan.
Diperkirakan akan
dibutuhkan tenaga kerja
sekitar 645 orang karyawan
untuk operasional Mall dan
diharapkan sekitar 20%
diantaranya dapat diisi oleh
tenaga kerja lokal di
sekitarnya. Kegiatan ini
potensial memberikan
tambahan kesempatan kerja
bagi warga masyarakat.
Sikap dan Munculnya Rekrutmen tenaga kerja
Persepsi sikap dan memunculkan kecemburuan
Masyarakat persepsi antara yang diterima sebagai
masyarakat pekerja dan yang tidak serta
memiliki potensi konflik
dengan pekerja yang direkrut
dari luar wilayah mereka.
Pada tahap ini juga
dimungkinkan terjadi
bangkitan lalulintas yang
menganggu aktivitas
masyarakat sekitar lokasi,
sehingga masyarakat merasa
kenyamananya berkurang,
kondisi ini sangat rentan
terhadap terjadinya konflik

 Tahap Operasi

Komponen Lingkungan
Komponen
yang diprakirakan akan
Kegiatan
terkena dampak
No yang menjadi Penjelasan
Diskripsi
Sumber Komponen
Dampak
Dampak lingkungan
Potensial
8 Operasional Kualitas Penurunan Operasional mal
Pusat Udara Kualitas diperkirakan akan
Perbelanjaan Udara mengakibatkan adanya
dan Fasilitas bangkitkan kendaraan >30
Pendukungnya kendaraan perjam,
sehingga akan
mengakibatkan
peningkatan konsentrasi
Kebisingan Peningkatan CO dan NO2 di sekitar
Kebisingan lokasi pintu masuk mal
dan dalam area parkir.
Disamping itu
penggunaan genset
sebagai cadangan
penggunaan daya listrik
juga berpotensi
menimbulkan peningkatan
konsentrasi CO dan NO2
di dalam area mal.
Bangkitan Gangguan Aktivitas mal merupakan
Lalu Lintas kelancaran kegiatan yang membuat
lalulintas bangkitan lalu lintas.
Lokasi mal berada di jalan
utama yang kapasitas
jalannya hampir terpakai
secara penuh yaitu VCR-
nya lebih dari 0,8,
sehingga gangguan
kelancaran lalu lintas
akibat operasionalisasi
mal.
Sikap dan Munculnya Kegiatan pembangunan
Persepsi sikap dan memerlukan reklamasi.
Masyarakat persepsi Pada kegiatan reklamasi
masyarakat akan mengakibatkan
terganggunya jalur lalu
lintas yanh digunakan
masyarakat yang notabene
seorang nelayan. Hal
tersebut akan menyulitkan
masyarakat yang bekerja
sebagai nelayan untuk
mencari hasil tangkapan.
Dari Hal tersebut akan
muncul sikap dan persepsi
masyarakat yang kurang
setuju.
Peluang Terbukanya Operasional terminal laut
usaha peluang akan memberikan
usaha dan tambahan peluang
kesempatan berusaha yang diciptakan
kerja bagi dari pemilik usaha yang
masyarakat di menyewa blok/ruko untuk
sekitar lokasi membuka usaha baik
kegiatan perdagangan, hiburan
maupun kuliner, kos,
laundry dan lain
sebagainya. Kegiatan ini
diprakirakan juga akan
memberikan peluang bagi
warga masyarakat untuk
dapat terlibat di dalamnya
diantaranya sebagai
tenaga kerja / karyawan.
Peningkatan Kesejahteraan
Dengan adanya
Pendapatan masyarakat
Operasional terminal laut
masyarakat
akan memberikan peluang
bagi warga masyarakat
untuk dapat terlibat di
dalamnya diantaranya
sebagai tenaga kerja /
karyawan. penerimaan
tenaga kerja untuk tahap
operasional, dan
tumbuhnya peluang usaha
di sector lain, dengan
sendirinya pendapatan
masyarakat, baik yang
berada di sekitar lokasi
kegiatan, dan di sekitar
lokasi. Peningkatan
pendapatan merupakan
dampak penting hipotetik
karena akan berakibat
terhadap naiknya
permintaan terhadap
barang dan jasa yang
berarti pula ikut
menggerakkan roda
perekonomian di wilayah
tersebut
BAB III
METODE STUDI

3.1 Metode pengumpulan dan analisis data

3.1.1. Komponen Fisik Kimia

Pertimbangan mengenai lokasi yang akan dijadikan sampling serta


jumlahnya bagi masing-masing aspek pengamatan komponen fisik kimia
akan diuraikan sebagai berikut:

a) Kualitas udara
Data kualitas udara akan dikumpulkan melalui pengukuran secara
langsung di lapangan dan pengambilan contoh udara untuk dianalisis di
laboratorium. Lokasi pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut:
 Lokasi pengambilan sampel berada di dekat lokasi rencana kegiatan
yang berpotensial menurunkan kualitas udara
 Arah angin dominan di sekitar lokasi proyek karena nantinya arah
angin ini akan berpengaruh pada pergerakan-pergerakan
mikroorganisme pada proyek yang mempengaruhi kualitas udara
b) Iklim
Data-data iklim digunakan sebagai data penunjang dalam menganalisis
dampak dampak yang akan muncul kedepannya sebagai akibat dari
perubahan cuaca sehingga dapat mempengaruhi proyek ini pada saat
keberlangsungannya.
c) Hidrologi
Pengumpulan data hidrologi akan dilakukan dengan menggunakan data
sekunder yang dimiliki oleh Dinas PU Pengairan Kota Surabaya,
wawancara dengan pemrakarsa dan data-data dari penelitian relevan
yang telah dilakukan.
3.1.2 Komponen Biologis/Hayati

Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung


pengambilan data di lapangan. Pengambilan data tersebut dilakukan pada
titik pengambilan sampel. Komponen biologi yang dimaksud pada proyek
ini mencakup flora dan fauna yang ada di dalam lokasi dan sekitar lokasi
pembangunan proyek pembangunan Teluk Lamong Terminal
Multipurpose.

a) Flora
Flora yang dimaksud adalah tumbuhan dan tanaman yang hidup pada
suatu ekosistem di antaranya hutan, sungai, rawa, perkebunan, sawah,
pekarangan dan lainnya. Parameter flora mencakup keberadaan jenis,
status keberadaan jenis, kelimpahan (populasi), fungsi dan habitat.
 Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status dari jenis
tumbuhan atau tanaman apakah tergolong tanaman langka,
dilindungi undang-undang atau endemik.
 Manfaat atau fungsi mencakup fungsi ekologis, ekonomis dan
estetis.
 Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah
perkiraan jumlah jenis yang ada berdasarkan hasil informasi
yang telah ada dari data sekunder maupun penghitungan
menggunakan metode ilmiah yang telah melalui tahap observasi.
Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup tumbuhan termasuk
melangsungkan daur hidupnya.

b) Fauna
Fauna yang dimaksud dalam komponen biologis ini adalah satwa
budidaya atau satwa yang tergolong liar (tidak dibudidaya). Aspek yang
diperhatikan sebagian besar sama seperti aspek pada flora dengan
tambahan aspek habitat.
 Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah apakah status
jenis satwa yang ada pada suatu daerah tersebut tergolong satwa
langka, dilindungi undang-undang atau endemik.
 Manfaat atau fungsi mencakup fungsi sebagai satwa mempunyai
nilai ekologis, ekonomi dan estetis.
 Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah
perkiraan jumlah jenis yang ada berdasarkan hasil data sekunder
yang telah ada maupun penghitungan menggunakan metode
ilmiah yang lazim melalui observasi.
 Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup satwa termasuk
melangsungkan daur hidupnya.

c) Biota Air
Biota air yang dimaksud adalah organisme (makhluk hidup) yang hidup
di air baik di dalam air , di dasar atau di permukaan air yang termasuk
flora maupun fauna. Komponen biota air yang mencakup plankton,
nekton dan benthos.
 Plankton adalah organisme air yang hidup melayang di dalam
atau permukaan air baik hewan atau tumbuhan yang mempunyai
ukuran mikroskopis atau dapat dilihat langsung. Plankton
berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan antara lain
dalam rantai makanan.
 Benthos adalah organisme air yang hidup di dasar perairan
(media dasar perairan) baik hewan atau tumbuhan yang
berukuran mikroskopis atau dapat dilihat langsung. Benthos
berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan antara lain
dalam rantai makanan.
 Nekton adalah organisme air yang hidup melayang dan aktif di
dalam air. Pada pedoman ini yang termasuk nekton adalah
difokuskan pada perikanan. Nekton berperan dalam
keseimbangan ekosistem perairan antara lain dalam rantai
makanan.
Adapun komponen parameter yang akan dilakukan penelitian
terhadap biota air ini yaitu sama seperti komponen parameter pada
fauna.

3.1.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data Sosial
Ekonomi Budaya yaitu menggunakan metode kuisioner. Kuisioner-kuisioner
tersebut berisikan pertanyaan mengenai kegiatan sosial masyarakat,
perekonomian, cagar budaya, serta pandangan masyarakat tentang
pembangunan terminal ini. Tahap selanjutnya setelah penyebaran kuisioner
tersebut yaitu pengolahan kuisioner menjadi data dimana data tersebut akan
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dampak yang mungkin
terjadi pada sektor sosial, ekonomi, dan budaya. Metode tersebut juga akan
dilengkapi dengan data sekunder mengenai data mengenai

3.2 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Untuk mendapatkan hasil studi AMDAL yang dapat digunakan secara


optimal dalam rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan
efektif, maka diperlukan suatu perencanaan yang terarah dalam melakukan
studi ini yang diinformasikan dengan suatu pendekatan studi yang sesuai.
Berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi AMDAL ini akan diawali
dengan suatu telaan terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku
(terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup), kajian yang mendalam
terhadap kondisi lingkungan (sebagai rona lingkungan hudup awal) di lokasi
TPA sekitarnya serta kajian terhadap rencana kegitana TPA sampah yang
ditinjau dari dimensi waktu pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakonstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi dengan fokus kajian pada kegiatan–
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Dari aspek–aspek kajian tersebut maka akan dapat ditentukan oleh ruang
lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas ekologi, batas sosial, dna
batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk
membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan
TPA sampah. Pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau
sekunder yang dikumpulkan. Dengan menggunakan berbagai data rona
lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana kegiatan, maka dalam studi
AMDAL ini dibuat matrik identifikasi dan perkiraan dampak yang akan terjadi
pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil identifikasi dan perkiraan dampak
yang mungkin timbul, maka dapat ditentukan besaran dan tingkat kepentingan
dampak terhadap komponen lingkungan fisika kimia, tata ruang, biologi, sosial
ekonomi dan budaya.

Penentuan dampak penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan


sebab akibat yang dikaji secara holistik mengunakan cara empiris (studi
banding dengan baku mutu lingkungan yang berlaku), perhitungan matematis
maupun penilaian berdasarkan keahlian atau profesi berdasarkan hasil evaluasi
dampak yang disusun atau menginformaikan dampak–dampak lingkungan
signifikan yang perlu dikelola dan dipantau. Penjabaran rinci dari rekomendasi
pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan akan ditungkan dalam
dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantau
lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah dengan dokument
AMDAL.

Teknik membuat prakiraan dampak terhadap sesuatu komponen tertentu


dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana hingga yang paling rumit.
Cara sederhana biasanya mudah dilakukan tetapi subyektivitasnya tinggi. Cara
yang rumit dilakukan dengan menggunakan cara-cara matematis yang lebih
obyektif. Adapun cara/teknik memprediksi dampak dapat dilakukan dengan :

 Cara/teknik sederhana
Pada cara ini dikenalkan berbagai teknik seperti intuitive, ad hock,
analog dan delphi,
 Cara/teknik pemodelan
Pada cara ini dikenalkan berbagai teknik model matematis, model
statistik hubungan regresi, statistik korelasional dan gratis,
 Cara/teknik pertimbangan keahlian profesi (professional judgment)
Cara ini sebenarnya merupakan cara kombinasi antara ketiga cara di
atas yang dilakukan oleh pakar bidang tertentu terhadap suatu
komponen lingkungan tertentu. Dengan pengalaman yang dimiliki
dan pengetahuan yang dikuasai oleh seorang pakar mata prakiraan
dampak sesuatu komponen lingkungan akan dapat ditentukan
dengan tepat.

Dari berbagai model ini maka yang paling banyak dipergunakan adalah
model sederhana, sebab cara ini akan lebih mudak diketahui dan dipelajari.
Untuk mengetahui seluruh komponen lingkungan dan seluruh aktivitas
pembangunan yang diduga menimbulkan dampak dapat dipergunakan metoda
prediksi seperti "checklist", matriks interaksi, flow chart atau overlay. Namun
yang banyak dipergunakan karena pertimbangan mudah dilakukan adalah
metode matrik interaksi dan checklist. Metode pendekatan yang digunakan
dalam model formal dan informal adalah :

 Analogi
Dilakukan dengan mempelajari dampak lingkungan yang timbul
akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada area tertentu di
tempat yang sama dan atau di tempat lain yang kondisi lingkungan
sama dengan kondisi lingkungan area studi, sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam memperkirakan dampak di wilayah
studi
 Penilaian Para Ahli
Dalam pendekatan ini, hubungan dampak terhadap komponen/sub
komponen / parameter lingkungan ditetapkan berdasarkan
pengetahuan dari pengalaman para ahli yang tergabung dalam tim
studi ini.
 Model Matematika
Dalam metode ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan
dampak kegiatan terhadap komponen/ subkomponen/ parameter
lingkungan tertentu dirumuskan secara metematis.

3.3 METODE EVALUASI DAMPAK PENTING

Dampak penting dapat dievaluasi dengan melihat perolehan prakiraan


dampak. Diantara dampak-dampak yang mungkin muncul, dampak penting
adalah dampak yang memberikan dampak signifikan, sedangkan dampak kecil
dapat diabaikan. Evaluasi dampak penting dilakukan setelah dampak
teridentifikasi untuk tiap tahapan konstruksi.faktor yang turut dipertimbangkan
adalah perubahan-perubahan unsur lingkungan untuk setiap jangka waktu
pembangunan, misalnya tahunan.

Evaluasi didasarkan pada hubungan sebab akibat dari tiap tahap


pembangunan. Selanjutnya, kesatuan holistik seluruh dampak tersebut dikaji
dalam bagian ini. Adapun hubungan sebab akibat dapat muncul karena adanya
perubahan-perubahan di lingkungan yang akan terjadi.

Setelah hubungan sebab akibat dipahami, maka selanjutnya adalah


menentukan prioritas dampak secara kuantitatif maupun subjektif.

3.3.1 Komponen Fisik, Kimia, dan Biologis

Dalam mengevaluasi dampak tersebut, diperlukan metodologi yang sesuai


dengan kebutuhan agar terbentuk hasil evaluasi yang memuaskan. Metode yang
dipilih haruslah memenuhi fungsi evaluasi yaitu berfungsi dalam mengevaluasi
secara teradu kelompokkelompok komponen dan secara keseluruhan dampak,
dapat menunjukkan biaya dan keuntungan setiap dampak dan besarnya
masyarakat yang akan terkena dampak.

Beberapa metode evaluasi yang populer adalah (1) metode overlay, (2)
metode flowchart, (3) metode checklist, (4) metode matriks.
Adapun metode yang digunakan dalam kerangka acuan “Teluk Lamong
Terminal Multipurpose” ini adalah metode matriks Fisher dan Davies yang
digambarkan dalam tabel berikut.identifikasi dilakukan terhadap komponen
fisik, kimia, dan biologi serta dilakukan penilaian terhadap kejadian dampak
pada setiap tahapan pembangunan yaitu

(1) pra konstruksi,

(2) konstruksi,

(3) operasi, dan

(4) pasca operasi.

Komponen-komponen fisik, kimia, dan biologi yang diidentifikasi dalam


matriks:

(1) Komponen Fisik-Kimia


 Curah hujan
 Temperatur udara
 Kelembaban udara
 Kebisingan
 Erosi dansedimentasi
 Kualitas tanah
 Sumber daya mineral
 Air tanah
 Air permukaan
 Geologi dan seismologi
(2) Komponen Biologi
 Flora dan fauna penghalang
 Tanaman pertanian
 Zona biogeokimatik
3.3.2 Komponen Sosial, Ekonomi,dan Budaya

Evaluasi dampak penting terhadap aspek sosial, ekonomi, dan budaya


dilakukan dengan matriks yang serupa dengan kajian pada komponen fisik-
kimia dan biologis seperti tertera pada matriks. Kajian lebih dalam dengan
metode kaulitatif yaitu kuesioner dan observasi maupun metode lainnya yang
cocok dengan keperluan. Adapun kuesioner disebarkan ke berbagai kalangan
masyarakat yang terkena dampak, serta diberikan pula kepada pejabat
pemerintah, peneliti, dan masyarakat umum lainnya guna memperoleh masukan
dari berbagai sudut pandang dan dilakukan secara berkala.

Kemudian, observasi juga perlu dilaukan secara berkala untuk memperoleh


data rinci dari sumber primernya guna mengontrol dampak yang terjadi dari
waktu ke waktu.

Hasil kompilasi data pengamatan tersebut kemudian digunakan sebagai


masukan agar diketahui sostem yang tepat dan efisien untuk mmengelola
dampak penting di kawasan Surabaya dan sekitarnya, khususnya daerah sekitar
pembangunan.

3.3.3 Komponen Keseluruhan

Setelah evaluasi terhadap tiap komponen dilakukan, komponen keseluruhan


kegiatan Berdasarakan penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup maka hasil bahasan evaluasi dampak
yang bersifat holistik secara totalitas terhadap beragam dampak besar dan
penting lingkungan,dilakukan evaluasi penanganan dampak besar dan penting
secara garis besar.

Identifikasi menyeluruh ditujukan untuk memperoleh keputusan yang tepat


dan professional serta senetral mungkin terhadap semua pihak.adapun kriteria
mengenai ukuran dampak besar dan penting yaitu

1. Dampak terhadap lingkungan sekitar.


2. Luas wilayah yang terkena dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak.
5. Sifat komulatis dampak.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
BAB IV
PELAKSANAAN STUDI

4.1 PEMRAKARSA
4.1.1 Identitas Pemrakarsa
Nama Pemrakarsa : PT. PELINDO III

Alamat Kantor : Jl. Perak Timur No. 610 Surabaya 60165 -


Indonesia
Penanggung Jawab : Andrew Muhammad K
Jabatan : Ketua Tim Manajemen Proyek
Email : Andrewmk@gmail.com
Nama Proyek : Teluk Lamong

Lokasi Proyek : Jl. Raya Tambak Osowilangun, Kelurahan Tambak


Osowilangun, Kecamatan Benowo, Surabaya
4.2 TIM STUDI AMDAL
4.2.1 Identitas Tim Studi AMDAL
Nama Tim : Kelompok 8
Alamat Kantor : Gedung Kuliah D9 Teknik Sipil
Penanggung Jawab : Agustian Rosul Zam Zami
Jabatam : Ketua Kelompok
Email : Agustianrosulzz@gmail.com

Nama Tim : Kelompok 8


Alamat Kantor : Gedung Kuliah D9 Teknik Sipil
Penanggung Jawab : Danang Putra Wahyu Utama
Jabatam : Anggota Kelompok
Email : dngptr@gmail.com
4.3. Biaya Studi
Biaya studi mencakup komponen – komponen sebagai berikut
a. Biaya Renumerasi
 Biaya tenaga ahli dan narasumber (40%)
 Biaya staf penunjang, administrasi, dan keuangan (25%)
b. Biaya Reimbusement
 Biaya survei lapangan, peralatan, transportasi (15%)
 Biaya analisis laboratorium (15%)
 Biaya produksi laporan (20%)
 Biaya lain- lain (10%)

4.4. Waktu Studi


Bulan
No Kegiatan
I II III IV V VI
1 Persiapan X
2 Pengumpulan data X
3 PenulisanKA ANDAL X
4 Sidang KA ANDAL X
5 Perbaikan Laporan X
6 Laporan Final KA ANDAL X
7 Analisis dan sintesis X
8 Penulisan ANDAL, RKL- RPL X X
9 Sidang ANDAL, RKL-RPL X
10 Perbaikan Laporan X
11 Laporan Final ANDAL, RKL/RPL X

You might also like