Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Bagi Pemerintah
a. Mendukung program pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
b. Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
serta kemampuan partisipasi kelembagaan masyarakat dalam
pembangunan.
c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), memberi
lapangan kerja bagi masyarakat luas, meningkatkan pelayanan jasa
pada bidang terkait, serta usahausaha ekonomi produktif masyarakat
setempat.
2. Bagi Masyarakat
a. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek, dapat
menumbuhkan usaha ekonomi produktif masyarakat dan pada
gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, serta kemampuan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
b. Memenuhi kebutuhan lahan konstruksi bagi masyarakat yang lebih
berkualitas dalam jumlah yang cukup.
c. Memelihara kelestarian lingkungan pantai
1.3. Peraturan
Agar rencana usaha atau kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang
dari aturan-aturan yang ada, maka dalam perencanaannya mengacu pada
aturan-aturan yang berlaku. Diantaranya:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Rencana Induk Pelabuhan
Nasional
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
4. Peraturan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan
dan Konstruksi
5. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
6. Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian
BAB II
RENCANA USAHA DAN KEGIATAN
2.1.Identitas Pemrakarsa dan Penyusun
Berikut ini merupakan pemrakarsa proyek Pengembangan Terminal
Multipurpose Teluk Lamong, yaitu:
1. Pelindung : Presiden Indonesia
Alamat Instansi : Jl. Merdeka Timur No. 3 Telp: 031-362209
2. Pengarah : Walikota Surabaya
Alamat Instansi : Jl. Taman Surya No. 1 Telp: 031-5312144
3. Pembina : a. Sekretaris Daerah Kota Surabaya
b. Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris
Daerah Kota Surabaya
Alamat Instansi : Jl. Taman Surya No. 1 Telp: 031-5312144
4. Ketua : PT. Pelindo III Kota Surabaya
Alamat Instansi : Jl. Perak Timur No. 610 Kota Surabaya Telp.
(0314) 392322
5. Wakil Ketua : Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Surabaya
Alamat Instansi : Jl.Sumedang No. 28 Surabaya Telp. (031) 396893,
395749
6. Sekretaris : Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan
Kabupaten Surabaya
Alamat Instansi : Jl. Merdeka Timur No. 3 Telp: 031-362209,
326792, 326793
7. Wakil Sekretaris : Kepala Bidang Pengembangan Program dan
Sumberdaya Manusia Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kota Surabaya.
Alamat Instansi : Jl. Taman Surya No. 1 Telp: 031-5312144
Berikut ini merupakan penyusun Studi AMDAL:
1. Penanggungjawab : Tim Kelompok 8 UM TS Andal
Alamat Instansi : Jalan Semarang No. 8 Kota Malang
2. Staff Tenaga Ahli :
a. Agustian Rosul Zam Zami – Ahli Kimia dan Ahli Biologi
Alamat : Jl. Karanganyar No. 100 Madura
b. Andrew Muhamad K. – Ahli Sosial dan Budaya ; dan Manajemen
Konstruksi
Alamat : Jl. Padjajaran No. 24 Surabaya
c. Danang Putra Wahyu Pratama – Ahli Biologi dan Ahli Kesehatan
Masyarakat
3.1.1. Iklim
Seperti halnya daerah lain yang termasuk dalam wilayah Indonesia, maka di Kota
Surabaya juga hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada bulan
Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau di Indonesia.
Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak
mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik setelah melewati
beberapa lautan, dan pada bulan-bulan tersebut biasanya terjadi musim hujan.
Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan
pada bulan April - Mei dan Oktober - November.
3.1.2. Kebisingan
Pengukuran yang lazim dipakai untuk menyatakan tingkat kebisingan adalah
desibel’ terukur pada skala A (‘A’ weighted decibels (dBA)). Satuan ini merupakan
suatu skema yang memadukan tingkat kebisingan dalam rentang frekuensi yang
dapat didengar oleh manusia dan diukur terhadap spektrum intensitas fisik dengan
frekuensi. Skala ukuran ini bersifat logaritmik (dari pada linear). Tingkat
kebisingan 10 dBA dianggap sebagai ‘ambang batas pendengaran’ tipikal
(minimum) dan 130 dBA – 140 dBA adalah ‘ambang batas menyakitkan’
(maksimum).
3.1.5. Hidrooseanografi
3.1.5.1. Batimetri
Wilayah studi terdapat di wilayah utara daerah Surabaya atau perairan terminal
teluk lamong. Berdasarkan data sekunder yang ada pada lembaran peta Dishidros
(Lembar 86 dan 86A). Dari peta tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui
bentuk profil batimetrinya. Dari analisis peta batimetri di lokasi studi menunjukkan
kedalaman cukup landai, di mana untuk kedalaman 2 m ditemukan pada jarak 250
m km dari pantai, untuk kedalaman 5 m ditemukan pada jarak 1 – 2 km dari pantai.
Sedangkan untuk kedalaman 8 m ditemukan pada jarak 2,7-3,5 km dari pantai dan
> 10 m ditemukan pada jarak 3,7 – 4,8 km dari pantai. Batimetri di lokasi studi dan
sekitarnya sebagaimana Gambar 40.
Kedalaman pada sebelah barat Kota Surabaya umumnya lebih dangkal
dibandingkan dengan sebelah timur. Daerah barat umumnya bervegetasi mangrove,
sehingga mudah terjadi pendangkalan, oleh karena mangrove merupakan
perangkap alami sedimen.
3.1.5.3. Gelombang
Gelombang yang paling umum dikaji dalam bidang teknik pantai adalah gelombang
yang dibangkitkan oleh angin dan pasang surut. Gelombang tersebut
membawa/memiliki energi untuk membentuk pantai, arus dan transpor sedimen
dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang
bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan salah satu faktor utama
dalam penentuan morfologi dan komposisi pantai serta penentuan proses
perencanaan dan desain pembangunan pelabuhan, terusan (waterway), struktur
pantai, alur pelayaran, proteksi pantai dan kegiatan pantai lainnya (CERC 1984).
Prediksi parameter gelombang dengan menggunakan metode SMB (Sverdrup
Munk Bretschneider), metode ini berdasarkan pertumbuhan energi gelombang,
dengan mentranformasikan data angin dari pengukuran di darat menjadi angin laut.
Analisis angin yang dapat membangitkan gelombang pada wilayah studi adalah dari
barat, barat laut, utara, timur laut dan dan sedangkan dari arah lain tidak digunakan,
oleh karena angin tersebut di anggap dari darat yang tidak dapat membangkitkan
gelombang.
Hasil prediksi gelombang setiap musim selama Tahun 2004 – 2014 dari arah angin
yang membangkitkan gelombang disajikan pada Tabel 25, dimana terlihat pada
musim barat gelombang maksimum yang terbentuk dominan berasal dari arah barat
(70,37 %) dan dari barat laut (22,22 %) dengan tinggi dan periode gelombang
masing-masing berkisar pada interval 0,9 – 2,7 m dan 3,6 – 5,2 s (dari arah barat)
dan 1,8 – 3,5 m dan 5,4 – 6,7 s (dari arah barat laut).
Pada musim peralihan I arah gelombang yang terbentuk sudah lebih bervariasi,
meskipun masih dominan dari arah barat (53,33 %) dengan tinggi dan periode
gelombang berkisar 1,0 – 3,2 dan 3,7 - 5,5.
Pada musim timur gelombang maksimum sudah berubah arah dengan dominan dari
arah timur laut dan timur (masing-masing 37,04 %) dengan tinggi dan periode
gelombang pada berkisar 1,6 – 3,4 m dan 5,2 – 6,7 s (timur laut) 1,3 – 2,5 m dan
4,4 – 5,5 s.
Pada musim peralihan II arah gelombang maksimum sudah dominan dari arah timur
laut (50 %), tinggi dan periode gelombang berkisar 1,7 – 3,2 m dan 5,5 – 6,8 s.
Dari hasil prediksi gelombang menunjukkan bahwa setiap musim parameter
gelombang yang terbentuk terjadi perbedaan. Hal ini disebabakan karena adanya
perbedaan faktor yang mempengaruhi dan membangkitkan gelombang seperti
kecepatan angin, durasi, arah angin, dan fetch (CHL 2006). Angin yang berhembus
di atas permukaan laut menimbulkan tegangan pada permukaan laut, dimana
semakin lama angin bertiup, semakin besar pula energi yang dapat membangkitkan
gelombang (Davis 1991; Triatmodjo 1999).
Perbedaan faktor koreksi angin (U*) dan panjang fetch (Feff) mempengaruhi tinggi
dan periode gelombang signifikan (Hs dan Ts). Meskipun faktor koreksi angin dari
dari koreksi kecepatan angin darat menjadi angin laut dari kelima arah angin setiap
arah hampir sama, akan tetapi yang diperoleh panjang fetch-nya yang
membangkitkan gelombang (dari arah utara, timur, barat dan barat laut)
perbedaanya cukup besar (lihat Tabel 25). Hal ini disebabakan karena panjang fetch
membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk akibat energi
3.2.2. Zooplankton
Zooplankton adalah jenis plankton hewani. Jenis ini hanya mampu memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber energinya. Berbeda dengan fitoplankton yang mampu
memanfaatkan unsur inorganik sebagai sumber nutrisinya. Biota ini sudah mampu
bergerak baik dalam upaya untuk mempertahankan diri maupun di dalam mencari
makan. Jenis zooplankton mempunyai ukuran relatif beragam sesuai dengan sejarah
hidupnya. Dalam hal ini ada diantaranya yang selamanya terdapat dalam ukuran
planktonik, namun sebagian besar merupakan jenis yang dapat berubah ukuran pada
umur dewasanya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, kemampuan fungsional zooplankton sangat
ditentukan oleh kualitas maupun kuantitas fitoplankton. Hal ini disebabkan sumber
nutrisi utama bagi kehidupannya adalah fitoplankton. Sama halnya dengan
pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya di wilayah studi maka dapat
diperlihatkan profil zooplankton. Ini juga dimaksudkan untuk memperlihatkan
sejauh mana lingkungan fisik memberikan konstribusi kehidupan biota yang ada.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 32), indeks keragaman berkisar
antara 1,50 sampai 1,85. Nilai ini menunjukkan perairan memiliki kestabilan cukup
stabil dan tingkat pencemaran ringan.
3.2.3. Benthos
Benthos sebenarnya dapat terdiri dari fitobenthic dan zoobenthic, yang termasuk ke
dalam biota fitobenthic di samping tumbuhan tingkat rendah seperti fitoplankton,
dapat juga algae atau rumput laut (sea grasses). Hewan bentos hidup relatif
menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena
selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut
dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu
ke waktu, karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya
berubah-ubah.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh factor biotik
maupun abiotik. Faktor biotik seperti produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos. Sedangkan faktor abiotik seperti suhu, arus, oksigen
terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan
nitrogen (N), kedalamam air dan substrat dasar. Secara fungsional, biota ini
mempunyai peranan yang mendasar dalam mekanisme rantai makanan
sebagaimana halnya dengan Fitoplankton. Peranan utamanya adalah sebagai
hirarkhi dasar dalam food web benthik. Komponen nekton demersal sangat
menggantungkan kepada kekayaan komponen ini, di samping sebagian diantaranya
akan pemakan serasah. Perbedaannya dengan fitoplankton adalah dalam
memanfaatkan pakan, maka biota ini sebagian besar bersifat filter feeder. Meskipun
nekton demersal tidak seluruhnya memanfaatkan biota ini, namun keberadaannya
cukup penting. Di samping kepentingan fungsional, maka oleh sifatnya yang sessile
maka beberapa jenis dari komponen hewan biota makrobenthos seringkali
dipergunakan sebagai indikator pencemaran perairan.
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 33) indeks keragaman (indeks diversitas) bentos
diperoleh nilai 0,24 sampai 0,61. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tidak stabil.
Kondisi ini disebabkan oleh karena tekanan dari kualitas air sebagai media hidup
benthos, meskipun hasil analisis sesaat menunjukkan kualitas air lebih baik.
3.2.4. Nekton
Jenis ikan laut sekitar Pembangunan terminal Lamong diketahui dan dicatat
berdasarkan data Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI
712) di wilayah penangkapan Pembangunan terminal teluk lamong dan Laut Jawa.
Berdasarkan data tersebut, ikan-ikan yang terdapat di perairan Pembangunan
terminal teluk Lamong dan sekitarnya terdiri dari ikan pelagis kecil, sebagian ikan
pelagis besar, ikan demersal dan jenis non ikan
3.3.1. Kependudukan
Berdasarkan data statistik Kecamatan Pademangan dan Penjaringan dalam angka
tahun 2014, menunjukkan penduduk sekitar pembangunan berjumlah 28.738 jiwa,
terdiri dari 15.173 jiwa lakilaki dan 13.565 jiwa perempuan, sedangkan penduduk
Kota Penjaringan pada tahun yang sama adalah 110.879 jiwa terdiri dari 58.474
jiwa laki-laki dan 52.405 jiwa perempuan. Rincian penduduk di kedua Kota ini
dibandingkan dengan penduduk Kecamatan masing-masing disajikan pada tabel
berikut:
Pra Konstruksi
Perencanaan
Rekruitmen
Pembangunan
Tenaga Kerja
dan Survei Awal
Sikap dan
Kesempatan
Proses Sosial Proses Sosial Persepsi
Kerja
Masyarakat
Sikap dan
Pendapatan
Persepsi
Masyarakat
Masyarakat
3. Diagram Alir Tahap Konstruksi
Konstruksi
Pembangunan Rekruitmen
Mobilisasi Mobilisasi Alat Pembersihan
dan Fasilitas Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dan Material Lahan
Penunjang Operasional
Kualitas Air
Kualitas udara kualistas udara Kualitas udara Proses Sosial
Tanah
Sikap dan
Kualitas air
Kebisingan Kebisingan Kebisingan Presepsi
permukaan
Masyarakat
Sikap dan
Keselamatan Bangkitan kuantitas air
Presepsi
lalulintas Lalulintas tanah
Masyarakat
Keselamatan Kesempatan
Limbah b3 Limbah b3
lalulintas Kerja
Peluang
Proses sosial vegetasi vegetasi
berusaha
Sikap dan
Pendapatan
presepsi satwa liar satwa liar
Masyarakat
masyarakat
Sikap dan
Kesempatan Sanitasi
Presepsi Biota Perairan
kerja Lingkungan
Masyarakat
Sikap dan
Peluang Sanitasi
K3 Presepsi
berusaha Lingkungan
Masyarakat
Penadapatan Peluang
K3
masyarakat berusaha
Sanitasi Pendapatan
Lingkungan Masyarakat
Sanitasi
Lingkungan
K3
4. Diagram Alir Tahap Operasional
4.2. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
1. Batas Wilayah Studi
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas
wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak penting dan dengan
memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan tenaga, serta saran dan
pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan. Batas wilayah
studi untuk studi AMDAL Pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan
Regional meliputi:
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang di mana kegiatan pembangunan
proyek dari mulai tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi berada yaitu
pada lahan seluas + 50 Ha di lokasi tapak proyek pembangunan Terminal
Multipurpose Teluk Lamong yang terletak di Kelurahan Tambak
Osowilangun Kecamatan Benowo Surabaya.
b. Batas Ekologis
Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air
dan udara) dimana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang
ini adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang secara ekologis memberi
dampak terhadap aktivitas usaha dan/atau kegiatan. Berikut perkiraan
masing-masing batas ekologis.
Gangguan Utilitas radius ± 500 m dari lokasi proyek;
Perubahan Pola Arus radius ± 2 km dari lokasi proyek;
Perubahan gelombang radius ± 2 km dari lokasi proyek;
Gangguan Transportasi darat radius ± 1 km dari lokasi proyek;
Gangguan Transportasi Laut radius ± 2 km dari lokasi proyek;
Penurunan Kualitas Air Laut radius ± 1 km dari lokasi proyek;
Peningkatan Kebisingan radius ± 100 m dari lokasi proyek;
Penurunan Kualitas Udara radius ± 100 m dari lokasi proyek;
Peningkatan volume sampah padat radius ± 200 m dari lokasi proyek.
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah suatu ruang gerak tempat berlangsungnya
suatu kegiatan dan interaksi sosial. Di dalam ruang tersebut terdapat
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai-nilai tertentu
yang sudah mapan. Di sekitar rencana kegiatan Pembangunan Terminal
Multipurpose Teluk Lamong, merupakan tempat berlangsungnya proses
sosial, yang diakibatkan oleh dinamika sosial suatu kelompok masyarakat
yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar akibat dari rencana
kegiatan. Wilayah yang diprakirakan mengalami perubahan adalah daerah
sekitar tapak proyek yaitu Kelurahan Tambak Osowilangun dan Kelurahan
Tambak Sarioso.
d. Batas Administrasi
Batas administrasi adalah batas ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Kelurahan
Tambak Osowilangun Kecamatan Benowo Surabaya.
II Tahap Konstruksi
Bangkitan Kelancaran Lalu
1 1
Lintas Selama Masa Konstruksi
2 Peningkatan Kebisingan 4 Selama Masa Konstruksi
Gangguan Kelancaran Lalu
3 4
Lintas Selama Masa Konstruksi
4 Penurunan Kualitas Udara 4 Selama Masa Konstruksi
5 Perubahan Persepsi Masyarakat 4 Selama Masa Konstruksi
Seluruh proses ini memberikan dampak lanjutan terhadap kedalaman perairan dan
biota perairan atau biota laut. Karena biota laut yang ada di wilayah studi, sebagian
merupakan tujuan penangkapan nelayan maka dampak ini akan memperbanyak
masyarakat yang akan memberikan persepsi negative terhadap rencana kegiatan. -
Berdasarkan perkiraan dampak, dampak terhadap persepsi masyarakat adalah
dampak penting. Oleh karena itu, sumber-sumber dampak yang ditimbulkan oleh
berbagai macam kegiatan yang bermuara pada persepsi masyarakat menjadi
penting. - Bagan alir dampak juga menunjukkan bahwa kegiatan konstruksi juga
menimbulkan dampak hanya terjadi pada dampak primer (dampak tidak
menimbulkan dampak turunan). Dampak tersebut adalah gangguan utilitas dan
penurunan kualitas udara serta perubahan pola gelombang. Dampak penurunan
kualitas udara menjadi penting karena dampak tersebut terjadi di jalur
pengangkutan material. Berbeda dengan gangguan utilitas. Kelompok yang
terkena dampak adalah perusahaan-perusahaan yang punya utilitas atau mengelola
utilitas di sekitar area konstruksi.
Ali M, Mihardja DK, dan Hadi S. 1994. Pasang Surut Laut. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi [BPPT]. 1998. Pasang Surut. Tides
Application Software. Jakarta:BPP Teknologi.