You are on page 1of 17

UJI AFRODISIAKA MINYAK ATSIRI KUNCUP BUNGA

CENGKEH (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.)


TERHADAP LIBIDO TIKUS JANTAN

SKRIPSI

Oleh:

ARIFIYANTI
K 100 050 042

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Potensi gangguan seksual setiap orang berbeda-beda. Penyebab gangguan

seksual dapat dibagi menjadi dua, yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor

fisik dan faktor psikis. Gangguan seksual yang disebabkan oleh faktor fisik adalah

gangguan seksual akibat adanya gangguan kesehatan, kebiasaan merokok, kurang

berolahraga, faktor genetika, kelainan pada saraf, dan anggota tubuh, konsumsi

obat-obatan, dan pengaruh radioterapi. Gangguan seksual yang disebabkan oleh

faktor psikis adalah gangguan akibat stress, depresi, kelelahan, dan rasa khawatir

yang berlebihan (Wijayakusuma, 2000).

Gangguan seksual lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

Prevalensinya 10% terjadi pada semua usia, lebih dari 50% terjadi pada pria

dengan usia antara 50 dan 70 tahun dan 40% dengan penurunan sel Leydig dan

penurunan luteinizing hormone (LH) (Yakubu et al., 2007). National Health and

Social Life Survey (NHSLS) dan Massachusetts Male Aging Study (MMAS)

Amerika pada tahun 1992 meneliti bahwa pertambahan usia pada pria secara

positif berhubungan dengan penurunan libido. Pria dengan usia 50-59 tahun

prevalensi penurunan libido tiga kali lebih tinggi dari pria dengan usia lebih muda

(Laumann et al., 1999).

Gangguan seksual memunculkan keinginan pada diri penderita untuk

melakukan suatu tindakan yang dapat menghilangkan gangguan tersebut. Salah

satunya dengan menggunakan afrodisiaka. Deskripsi afrodisiaka adalah bahan


organik, minyak esensial (minyak atsiri), obat, minuman herbal atau bahan yang

dapat membangkitkan gairah seksual (Oktavina, 2006).

Kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.).

merupakan salah satu tanaman yang diduga berkhasiat sebagai afrodisiaka. Pada

uji afrodisiaka dengan metode mating behaviour test menunjukkan bahwa ekstrak

etanol 50% kuncup bunga cengkeh pada tikus jantan dosis 100, 250 dan

500mg/kgBB signifikan meningkatkan aktivitas seksual, dilihat dari parameter

Mounting Frequency (MF). Pada uji afrodisiaka dengan metode libido test

menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50% kuncup bunga cengkeh dosis

500mg/kgBB signifikan meningkatkan Mounting Frequency (MF) tikus jantan.

Kandungan kimia cengkeh yang diduga berhubungan dengan efektifitas

afrodisiaka adalah senyawa sterol dan fenolik (Tajuddin et al., 2004).

Komponen minyak atsiri terbesar pada kuncup bunga cengkeh adalah

eugenol, dengan kadar sebesar 64-85%. Eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol)

merupakan salah satu senyawa fenolik, dilaporkan memiliki aktivitas vasodilator.

Efek vasodilator ini akan menyediakan suplai darah yang cukup di organ kelamin

pria, sehingga akan memperlama dan memperkuat terjadinya ereksi (Criddle,

2003).

Ekstrak etanol 50% kuncup bunga cengkeh telah menunjukkan efek yang

nyata sebagai afrodisiaka. Ekstrak etanol kuncup bunga cengkeh mengandung

senyawa polar maupun non polar, sehingga kemungkinan besar minyak atsiri yang

mengandung eugenol terdapat pula dalam ekstrak etanol. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut apakah minyak atsiri kuncup bunga cengkeh

masih dapat memberikan efek sebagai afrodisiaka.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : apakah minyak atsiri kuncup bunga cengkeh

mempunyai efek afrodisiak (peningkatan libido) terhadap tikus jantan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek afrodisiak

(peningkatan libido) minyak atsiri kuncup bunga cengkeh pada tikus jantan,

meliputi parameter ML (Mounting Latency) dan MF (Mounting Frequency).

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry)

a. Sinonim

Bunga cengkeh adalah kuncup bunga Syzygium aromaticum (L.) Merr. &

Perry, sinonimnya yaitu Eugenia caryophyllata Thunb. non. Ileg, Eugenia

aromatic (L.) Bail., non. Berg, Eugenia caryopyllus (Spreng) Bullock & Harris

(Tjitrosoepomo, 1994).

b. Sistematika tanaman cengkeh


Menurut Tjitrosoepomo (1994) dan Van Steenis (1975), sistematika tanaman

cengkeh adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.

c. Nama daerah

Tanaman ini memiliki nama daerah antara lain bungeu lawang, bunga lawang,

singke, bunga lasang, sake, kembang lawang, cengkeh, bunga cengkeh

(Sumatra); sangke, seram, poriawane (Kalimantan); cengkeh, cengke (Jawa);

cengkeh, wunga lawang, cengke, singke, palasenge, sengke (Nusa Tenggara);

bunga rawan, senghe, bunga lawang, hungho lawa, cengke (Sulawesi);

poriawane, peela ano, pualowane, perawano, bunglawa gomode, bululawa,

buwalawa, gomede (Maluku) (Anonim, 1995).

d. Deskripsi tanaman cengkeh

Morfologi tanaman ini berbentuk pohon, bertajuk kerucut, tinggi mencapai

5-10 meter. Batang tampak jelas, kulit batang berwarna coklat hingga coklat tua.

Daun tunggal bertangkai, duduk berhadapan, helaian bulat telur terbalik atau

memanjang dengan pangkal yang tajam, kaku mengulit 2,5-5 kali 6-13,5 cm,
warna hijau kekuningan dengan sisi yang mengkilap berbintik–bintik karena

kelenjar-kelenjar minyak (Tjitrosoepomo, 1994).

Bunga berbilangan 4 berwarna merah jambu tersusun dalam tendon yang

keluar dari ketiak-ketiak daun atau ujung-ujung cabang. Kelopak sedikit

memanjang di atas bakal buah, hijau kuning, kemerahan, tinggi 1-1,5 cm,

pinggiran taju kelopak bulat telur sampai segitiga, tinggi 4 cm. Mahkota bulat

melingkar, kemerah-merahan, lekas gugur. Benang sari tumbuh dengan baik,

panjangnya 0,5 cm. Tangkai putik pendek. Buah berupa buni memanjang atau

bulat telur terbalik (Tjitrosoepomo, 1994).

e. Kandungan kimia dan khasiat tanaman

Semua bagian pohon (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.)

mengandung minyak atsiri, mulai dari akar, batang (gagang) daun sampai bunga

(Ketaren, 1985). Minyak astiri daun cengkeh terdiri atas eugenol (80,6-85,1%) >

asetil eugenol > kariofilen. Kuncup bunga mengandung 16-23% minyak astiri

yang terdiri dari 64-85% eugenol, 10% zat samak tipe gallat; sianidin

ramnoglukosida merupakan pigmen utama bunga; kuersetin, kaemferol, mirisetin

dan isokuersitrin. Daun mengandung 0,11% asam gallat, metil gallat, turunan

triterpen, asam oleanolat (kariofilin), asam betulinat. Kulit batang mengandung

asam betulinat, friedelin, epifriedelinol, sitosterim, eugenin (suatu senyawa ester

dari epifriedelinol dengan suatu asam lemak rantai panjang), C27H55C00H

(Tjitrosoepomo, 1994). Tanaman cengkeh juga mengandung beberapa flavonoid,

diantaranya : apigenin 6-C-[beta-D-xylopyranosyl-(1’’’Æ2’’-beta-D-

galactopyranoside]-7-O-beta-D-glucopyranoside dan apigenin 6-C-[beta-D-


xylopyranosyl-(1’’’Æ2’’)-beta-D-galactopyrano side]-7-O-beta-D-(6-O-p-

oumarylglucopyranoside) (Nassar, 2006). Cengkeh juga mengandung

campesterol, karbohidrat, lipid, rhamnetin, sitosterol, stigmasterol dan vitamin

(Barnes et al., 2002). Khasiat cengkeh antara lain sebagai afrodisiaka (Khan,

1893), antiemetik (Barnes et al., 2002), karminatif, antispasmodik (Pourgholami,

1999), antikarsinogenik (Zheng, 1992), analgetik, antivirus terutama Herpes

simplex (Kurkawa, 1998).

2. Minyak Atsiri Kuncup Bunga Cengkeh

Minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi tiga golongan yaitu,

minyak mineral (mineral oil), minyak nabati, dan hewani yang dapat dimakan

(edible fat) dan minyak atsiri (essensial oil). Minyak atsiri dikenal juga dengan

nama minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil, volatile) dihasilkan oleh

tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami

dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan

bau tanaman penghasilnya (Ketaren, 1985).

Bunga mengandung 20% minyak, sedangkan bagian gagang dan daun

mengandung sekitar 4-6% minyak. Rendemen dan sifat fisika kimia minyak atsiri

tergantung dari sumber dan mutu cengkeh, perlakuan sebelum penyulingan

(dirajang atau tanpa dirajang) dan metode yang digunakan (penyulingan air,

penyulingan air dan uap atau penyulingan langsung) (Ketaren, 1985).

Ada tiga macam sistem penyulingan dikenal, yaitu :

a. Penyulingan dengan air


Pada penyulingan dengan air terjadi kontak langsung antara simplisia dan

air mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar atau digerus

halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, kemudian

sulingan ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk untuk simplisia

kering yang tidak rusak dengan pendidihan (Ketaren, 1985).

b. Penyulingan dengan air dan uap

Penyulingan dengan cara ini memakai alat semacam dandang. Simplisia

diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang, sedangkan air di lapisan bawah.

Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung. Cara ini baik untuk

simplisia basah atau kering yang rusak dengan pendidihan (Ketaren, 1985).

c. Penyulingan dengan uap

Penyulingan dengan cara ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam

boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Uap air panas yang biasanya

bertekanan lebih dari 1 atmosfir dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan yang

digunakan tidak berbeda dengan penyulingan dengan air dan uap, hanya

diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Cara ini baik

digunakan untuk membuat minyak atsiri dari biji, akar, kayu yang umumnya

mengandung komposisi minyak yang bertitik didih tinggi (Ketaren, 1985).

3. Fungsi Dan Disfungsi Seksual Pria

a. Fungsi seksual Pria


Proses seksual pria berdasarkan pada aktivitas fungsional selama siklus

seksual, yaitu libido, ereksi, ejakulasi, orgasme, dan detumescence (Yakubu et al.,

2007).

1) Libido, merupakan kebutuhan biologis untuk aktivitas seksual (rangsangan

seksual) dan sering kali ditandai sebagai perilaku seksual (Yakubu et al.,

2007).

2) Ereksi, adalah kondisi pelebaran dan kekakuan penis yang telah mencapai

puncak untuk penetrasi ke dalam vagina. Sewaktu jaringan erektil penis terisi

darah, vena mengalami tekanan, dan aliran keluar terhambat sehingga turgor

organ bertambah (Ganong, 2002). Ereksi dapat timbul karena rangsangan

psychogenic dan sensory, berupa imajinasi, visual, auditory, olfactory,

gustatory, tactile, dan genital reflexogenic (Yakubu et al., 2007).

3) Ejakulasi, terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, emisi yaitu pergerakan semen

ke dalam uretra dan tahap kedua, ejakulasi sebenarnya yaitu terdorongnya

semen keluar uretra pada saat orgasme (Ganong, 2002). Semen adalah ejekulat

yang berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari

kelenjar prostat, kelenjar lain, dan spermatozoa (Ganong, 2002).

4) Orgasme, merupakan puncak dari aktivitas seksual (Yakubu et al., 2007).

5) Detumescence, yaitu penurunan penis setelah ejakulasi. Pada tahap ini, bagian

tubuh yang mengalami perubahan akibat perangsangan dan peningkatan setelah

tahap orgasme akan berangsur-angsur kembali normal (Yakubu et al., 2007).

b. Disfungsi seksual pria


Menurut Yakubu et al. (2007) disfungsi seksual dapat diklasifikasikan

menjadi:

1) Gangguan libido (gairah seksual). Disfungsi ini meliputi gairah seksual

hipoaktif, yaitu berkurang atau tidak munculnya fantasi seksual dan hasrat

untuk melakukan aktivitas seksual serta perilaku seksual kompulsif, yaitu

perilaku seksual yang lebih komplek.

2) Disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah kesulitan mencapai kondisi penetrasi.

Hal ini setidaknya terjadi 50% dari aktivitas seksual selama rentang waktu

enam bulan.

3) Gangguan ejakulasi

Gangguan ejekulasi dapat dibagi menjadi:

a) Ejakulasi prematur

Ejakulasi prematur merupakan disfungsi seksual yang paling umum terjadi

pada laki-laki dan dapat diikuti oleh ejakulasi dengan rangsangan seksual yang

minimal secara persisten atau temporal yang terjadi sebelum, ketika atau

setelah penetrasi dan sebelum seseorang menginginkan hal tersebut; sulit dalam

berkomunikasi; kondisi yang tidak muncul sebagai efek langsung dari suatu

obat.

b) Ejakulasi nyeri. Ejakulasi yang terjadi sebagai efek samping dari antidepresan

trisiklik, yaitu nyeri pada organ genital selama atau sekejap setelah ejakulasi.

c) Ejakulasi yang terhambat. Ejakulasi tidak terjadi sepenuhnya.

d) Ejakulasi retrograde. Ejakulasi terjadi saat ejakulasi dipaksa kembali ke dalam

testis, tidak melewati uretra untuk dikeluarkan penis pada waktu orgasme.
4) Gangguan orgasme. Gangguan orgasme adalah penundaan secara persisten

atau temporal atau tidak terjadi orgasme selama aktivitas seksual.

5) Kegagalan detumescence. Kegagalan detumescence adalah perpanjangan waktu

ereksi, biasanya berakhir sekitar empat jam atau lebih.

c. Faktor–faktor penyebab disfungsi seksual

Gangguan psikologi berupa perasaan cemas, depresi, stress, takut akan

kegagalan seksual. Di samping itu ada faktor lain seperti insufisiensi vaskuler,

defisiensi androgen. Penyakit-penyakit penyebab disfungsi seksual antara lain

diabetes mellitus, hipertensi, parkinson’s disease, stroke, hati, ginjal. Gaya hidup,

seperti konsumsi alkohol dan merokok bisa juga menjadi penyebab disfungsi

seksual (Yakubu et al., 2007).

d. Terapi disfungsi seksual pria

Disfungsi seksual dapat diobati dengan terapi psikologi, untuk membantu

mengatasi masalah cemas, takut, perasaan bersalah yang berefek pada fungsi

seksual; terapi obat, misalnya terapi testosteron untuk kasus insufisiensi androgen;

terapi surgical atau terapi non surgical, seperti digunakan pompa vacuum untuk

memperlebar penis dan mengurangi tekanan di dalam corvora cavernosa.

Pengobatan dapat pula dengan fitoterapi, yaitu menggunakan tanaman obat

(Yakubu et al., 2007).

4. Afrodisiaka

Afrodisiaka berasal dari kata aphrodite dalam mitologi Yunani yang

berarti dewi cinta (seksual), kecantikan, dan kesetiaan. Afrodisiaka didefinisikan


sebagai substansi yang mampu meningkatkan dorongan dan kepuasan seksual,

berupa makanan, obat, tindakan serta alat. Rangsangan cahaya, sentuhan, bau,

rasa (pengecapan), dan suara (pendengaran) bisa juga dikatakan sebagai

afrodisiaka (Yakubu et al., 2007).

Afrodisiaka dibedakan menjadi :

a. Afrodisiaka sintesis

1) Sildenafil citrate

Obat ini telah diakui Food and Drug Administration (FDA) untuk

pengobatan disfungsi ereksi. Sildenafil citrate merupakan salah satu inhibitor

phosphodiesterase. Dengan rangsangan seksual, nitric oxide dilepaskan oleh

neuron atau sel endhotelial pada jaringan penil, sehingga meningkatkan aktivitas

guanylate cyclase, yaitu enzim yang bertanggung jawab untuk mengubah

guanylate triphosphate menjadi cGMP. Pada proses ini, cGMP adalah

neurotransmitter vasodilator pada jaringan corporal. Katabolisme cGMP

dimediasi oleh phosphodiesterase. Inhibitor selektif dari phosphodiesterase

isoenzyme tipe 5 telah ditemukan pada jaringan genital. cGMP akan merelaksasi

dinding arteri penis dan darah akan mengumpul, sehingga ereksi terjadi. Sildenafil

kira-kira empat jam akan mengurangi jumlah phosphodiesterase isoenzyme tipe 5

dari penis dan membentuk cGMP yang lebih, sehingga ereksi lebih mudah terjadi,

lebih kuat dan lebih lama (DiPiro, 2005).

2) Testosterone cypionate

Testoteron cypionate merupakan salah satu testosterone replacement

regimen. Mekanisme dari obat ini adalah dengan menyediakan testosteron


eksogen dan memperbaiki level serum testosteron ke dalam range normal (300-

1100ng/dL). Obat ini juga mengoreksi gejala hypogonadism, termasuk malaise,

penurunan mood, dan penurunan libido. Testosteron dapat secara langsung

menstimulasi reseptor androgen pada sistem syaraf pusat dan bertanggung jawab

dalam pengaturan perilaku seksual secara normal (DiPiro, 2005).

3) Alprostadil

Alprostadil juga dikenal sebagai prostaglandin E1, menstimulasi adenyl

cyclase, menyebabkan peningkatan produksi cAMP. Dalam hal ini, cAMP yaitu

neurotransmitter yang menyebabkan relaksasi otot pembuluh darah arteri dan

jaringan sinusoidal pada corpora. Alprostadil secara komersil sebagai sediaan

injeksi intracavernosal dan intraurethral (DiPiro, 2005).

b. Afrodisiaka alami

1) Tribulus terrestris

Tribulus terrestris dikenal sebagai obat yang dapat meningkatkan fungsi

seksual. Kandungan aktif tanaman ini adalah steroid, saponin, flavonoid, alkaloid,

asam lemak tak jenuh, vitamin, tanin. Kandungan aktif utama adalah saponin tipe

furostanol, yang disebut protodioscin. Penelitian Tomnova (1987), Viktorov et al.

(1994), Gauthaman et al. (2002, 2003), Teuscher dan Lindequist (1994)

menunjukkan bahwa ekstrak Tribulus terestris dapat meningkatkan fungsi

reproduksi (libido) pada manusia, tikus, dan mencit (Grigorova et al., 2008).

2) Yohimbine

Yohimbine merupakan alkaloid dari tanaman Pausinystalia yohimbe,

dikenal selama beberapa dekade sebagai obat disfungsi ereksi dan peningkat
libido. Yohimbine meningkatkan level noradrenalin hingga 66%. Noradrenalin

menstimulasi pusat seksual otak pada hipotalamus. Jika yohimbine memblok

pengambilan noradrenalin, menyebabkan peningkatan denyut jantung, agitasi

mental, dan cenderung untuk meningkatkan gairah seksual (Mason, 2003).

3) Panax ginseng

Ginseng merupakan obat tradisional Cina untuk pengobatan impotensi

seksual. Efek ini mewakili sifatnya sebagai tonikum, restorative, dan

adaptogenic. Penelitian Chen et al menunjukkan bahwa ginsenosida merelaksasi

corpus cavernosum kelinci, dimediasi oleh nitric oxide, dilepaskan dari sel

endotelial atau neural, sehingga tanaman ini memiliki efek afrodisiaka. Penelitian

menyatakan bahwa peningkatan nitric oxide menyebabkan efek ginseng sebagai

antioksidan dan proteksi organ, termasuk proteksi kardiovaskuler. Studi klinis

Choi et al. menunjukkan bahwa efek positif ginseng pada impotensi seksual

adalah untuk disfungsi ereksi, merubah rigiditas maupun ukuran penis, libido, dan

kepuasan seksual (Nocerino et al., 2000).

4) Pasak bumi (Eurycoma longifolia)

Tanaman ini banyak ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Kandungan

aktif yang ada hubungannya dengan aktivitas seksual adalah β-sitosterol

(terkandung dalam akar), merangsang pengeluaran hormon androgen,

menghambat pengeluaran hormon estrogen, mencegah hiper-lipoprotein. N-

Nonakosana (terkandung dalam akar) untuk merangsang saraf pusat. Neoklovena

(terkandung dalam seluruh tanaman) untuk merangsang semangat, meredakan


keletihan Kemampuan pasak bumi dalam meningkatkan libido seksual dikaji pada

tikus yang dapat meningkatkan kuantitas seksual tikus (Gunawan, 2000).

5. Metode Uji Afrodisiaka

a. Tes mating behaviour

Tikus jantan ditempatkan dalam laboratorium (di kandang berukuran

14”x14”x14”, dengan cahaya 1 w) selama 3-6 hari sebelum percobaan. Tikus

betina dibuat estrus dengan suspensi ethinyl estradiol dosis 100 µg/hewan secara

oral sebelum dipasangkan dan progesteron dosis 1 mg/hewan secara sub kutan 6

jam sebelum percobaan. Alternatif lain yaitu estradiol benzoat (10 µg/100 gBB)

dan progesteron (0,5 mg/100 gBB) secara sub kutan sebelum percobaan.

Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, jam 20.00 di laboratorium yang sama dan

di bawah intensitas cahaya yang sama. Tikus betina dimasukkan ke dalam

kandang hewan jantan (1 betina untuk 1 jantan). Parameter yang digunakan dalam

mating behaviour test meliputi Mounting Frequency (MF) yaitu jumlah

tunggangan sebelum ejakulasi, Intromission Frequency (IF) yaitu jumlah

intromisi dari waktu perkenalan pada hewan betina sampai ejakulasi, Mounting

Latency (ML) yaitu interval waktu dari perkenalan pada hewan betina sampai

tunggangan pertama oleh hewan jantan, Intromission Latency (IL) yaitu interval

waktu dari perkenalan pada hewan betina sampai intromisi pertama oleh hewan

jantan, Ejaculatory Latency (EL) yaitu interval waktu dari intromisi pertama

sampai ejakulasi pertama, Post Ejaculatory Interval (PEI) yaitu interval waktu

dari ejakulasi pertama sampai intromisi berikutnya oleh hewan jantan.

b. Tes libido
Tikus betina dibuat estrus dengan terapi hormon dan semua hewan uji

dikondisikan seperti yang telah disebutkan dalam tes mating behaviour. Hewan

uji diamati dengan parameter Mounting Frequency (MF) yaitu jumlah tunggangan

sebelum ejakulasi. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, jam 20.00. Penis diolesi

salep xylocaine 5% pada 30, 15 dan 5 menit sebelum percobaan. Masing-masing

hewan uji ditempatkan secara individu dalam kandang dengan tikus betina estrus

yang ditempatkan dalam kandang yang sama. Hewan uji juga diamati untuk

intromisi dan ejakulasi.

c. Tes potensi

Hewan jantan dikandangkan secara terpisah selama percobaan. Larutan uji

diberikan 1 jam sebelum percobaan selama 7 hari. Pada hari ke-8 tes reflek penile

dilakukan dengan cara mendorong pembungkus preputial ke belakang glan

dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari selama periode 15 menit.

Rangsangan tersebut secara normal membatasi reflek alat kelamin. Frekuensi

reflek penile yang dapat dicatat yaitu Ereksi (E), Quick Flip (QF), Long Flip (LF),

dan Total Penile Reflexes (TPR) yaitu E + QF + LF (Tajuddin et al., 2004)

(Yakubu et al., 2007).

E. Landasan Teori

Ekstrak etanol 50% kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.)

Merr. & Perry.) dosis 100, 250 dan 500 mg/kgBB dengan metode mating

behaviour test dan dosis 500 mg/kgBB dengan metode libido test memiliki

aktivitas sebagai afrodisiaka terhadap tikus jantan, dilihat dari parameter


Mounting Frequency (MF). Senyawa sterol dan fenolik dari tanaman cengkeh

diduga berhubungan dengan efektifitas afrodisiaka. Eugenol adalah komponen

terbesar pada minyak atsiri kuncup bunga cengkeh, merupakan senyawa fenolik.

F. Hipotesis

Minyak atsiri kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. &

Perry.) memiliki efek afrodisiak (peningkatan libido) tikus jantan.

You might also like