You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PPOM

Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
a. PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis,
emfisema dan asma. (Brunner & Suddarth, 2002,hal 595)
b. Penyakit Paru Obstruktif Menahun /PPOM (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD)
adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema
atau bronkitis kronis. (http://medicastore.com/)
c. Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru, yang disertai
dengan kerusakan pada dindingnya.
Dalam keadaan normal, sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil
(bronkioli), membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka.
Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli kehilangan struktur
penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut.
Struktur saluran udara menyempit dan sifatnya menetap.
d. Bronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan pembentukan
dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara medis diketahui (misalnya
kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi pembentukan jaringan parut,
pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial oleh lendir dan kejang pada otot polosnya.
Penyempitan ini bersifat sementara.
e. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas, yang menyebabkan dipsnea, batuk dan mengi.
f. Penyakit paru obstruksi menahun adalah suatu gangguan yang ditandai oleh uji arus ekspirasi
yang abnormal yang tidak mengalami perubahan selama beberapa bulan diobservasi,
obstruksi aliran udara mungkin bersifat struktural ataupun fungsional. Obstruksi aliran udara
yang penyebabnya spesifik seperti penyakit yang berlokalisasi di saluran napas bagian atas
bronkiektas dan ksitik fibrosis tidak dimasukkan ke dalam PPOM (american thoracic society)
g. Kesimpulan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) adalah suatu penyumbatan menetap
pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis dan asma yang
mengakibatkan obstruksi jalan napas yang bersifat ireversibel dengan penyebab yang tidak
diketahui dengan pasti.

2. Epidemiologi
Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) kini mulai diperhitungkan sebagai salah satu
masalah kesehatan yang menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan pada paru dan
meningkatnya biaya pengobatan dan tahun ke tahun. Pada tahun 2002 lebih dan 20 juta
penduduk AS menderita emfisema dan sekitar 11,2 juta menderita bronkitis kronis, terutama
disebabkan oleh paparan asap rokok. Rerata angka kejadian PPOM di Jawa Timur 6,1%.
Penderita PPOM kebanyakan berusia lanjut, terdapat gangguan mekanis dan pertukaran gas
pada sistim pernapasan dan menurunnya aktivitas fisik pada kehidupan sehari-hari.
Peningkatan volume paru dan tahanan aliran udara dalam saluran napas pada penderita
emfisema akan meningkatkan kerja pernapasan. Penyakit ini bersifat kronis dan progrresif,
makin lama kemampuan penderita akan menurun bahkan penderita akan kehilangan stamina
fisiknya.

3. Etiologi
Ada 2 (dua) penyebab dari penyumbatan aliran udara pada penyakit ini, yaitu emfisema,
asma dan bronkitis kronis.
a. Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan pada alveoli. Jika suatu peradangan
berlangsung lama, bisa terjadi kerusakan yang menetap.
Pada alveoli yang meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akan menghasilkan
enzim-enzim (terutama neutrofil elastase), yang akan merusak jaringan penghubung di dalam
dinding alveoli.
Merokok akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada pertahanan paru-paru, yaitu
dengan cara merusak sel-sel seperti rambut (silia) yang secara normal membawa lendir ke
mulut dan membantu mengeluarkan bahan-bahan beracun.
b. Tubuh menghasilkan protein alfa-1-antitripsin, yang memegang peranan penting dalam
mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil estalase.
Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi, dimana seseorang tidak memiliki
atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema terjadi pada awal usia
pertengahan (terutama pada perokok).
4. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD/PPOM (Mansjoer, 1999)
adalah :
a. Kebiasaan merokok
b. Polusi udara
c. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
d. Riwayat infeksi saluran nafas.

5. Klasifikasi
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD/PPOM dapat diklasifikasikan yaitu :
a. Asma Bronkhial : dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan infeksi.
b. Bronkitis kronis : ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak
sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2
tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma
bronkial.
c. Emfisema : suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus.

6. Patofisiologi
Walaupun COPD/PPOM terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan
fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian
bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan. Hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal.
Akibat otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan
hipertrofi pada kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi.
Penyempitan saluran pernafasan terutama disebabkan oleh elastisitas paru-paru yang
berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-
tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas
mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2
(CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia (CO2 di dalam darah/cairan tubuh lainnya
meningkat).
Pada orang noirmal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru
akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup.
Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak
yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak,
akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya
dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusi baik, sehingga
penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di
alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi
hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.
(Soemardi, 1996).

7. Gejala Klinis
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan berat badan dan kelemahan.
g. Takikardia, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.
Gejala-gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah batuk
dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal
perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama
pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan
semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek. Pada umur sekitar 60 tahun,
sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya
sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar
mandi, mencuci baju, berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami
penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang
berat sehingga penderita menjadi malas makan. Pembengkakan pada kaki sering terjadi
karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul
bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik :
a. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada
meningkat).
b. Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
c. Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak
jantung berkurang.
d. Suara nafas berkurang

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan
ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema), peningkatan bentuk
bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi (asthma)
b. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dari dispnea
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal :
bronchodilator.
c. TLC : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun pada emfisema.
d. FEV1/FVC : ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital. (FVC)
menurun pada bronchitis dan asthma.
e. ABGs : menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2 normal
atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun pada asthma, pH
normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema
sedang atau asthma).
f. Bronchogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps bronchial
pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronchitis)
g. Darah Komplit : peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan eosinofil (asthma).
h. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, pemeriksaan
sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi.
i. ECG : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia (bronchitis),
gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis, emfisema), axis QRS vertikal
(emfisema)
j. Exercise ECG, Stress Test : menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi
keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program
10. Prognosis
30 % penderita PPOM dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu satu tahun
dan 95 % meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan oleh kegagalan
pernafasan, pneumonia, pneumotorak (masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia
jantung atau emboli paru (penyumbatan arteri yang menuju ke paru-paru). Penderita PPOM
juga memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya kanker paru.

11. Penatalaksanaan
1. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi :
 Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari.
 Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya
adalah H. Influenza dan B. Catarhalis yang memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic
seperti kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan peak flowrate.
Namun hanya dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder
atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik yang lebih kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas CO2.
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya golongan
adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan sulbutamol g diberikan tiap 6
jam dengan5 mg dan atau protropium bromide 250 nebulizer atau aminofilin 0,25 – 05 g IV
secara perlahan.
2. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 – 0,5/hari dapat
menurunkan ekserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien, maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.
c. Fisioterapi.
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik.
e. Mukolitik dan ekspekteron.
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan PaO2
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien
PPOK/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi pekerjaan.

12. Komplikasi
a. Infeksi yang berulang
b. Pneumotoraks spontan
c. Eritrosit karena keadaan hipoksia kronik
d. Gagal nafaskor pulmonal

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses
keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan informasi
yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam kasus ini antara lain ;
a. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang
digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan dimana kliwen
mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien
menurun.
c. Pola nutris metabolik.
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan minnum klien
dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang, kaji adanya mual muntah ataupun
adanyaterapi intravena, penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi
badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh
gambaran status nutrisi.
d. Pola eliminasi.
1) Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output.
2) Eliminasi proses, kaji terhadap prekuensi, karakteristik,
kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/intervensi
dalam Bab.
e. Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga penggunaan
alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada klien tentang
penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung seperti berdebar,
nyeri dada, badan lemah.
f. Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang. Apakah klien
memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu, menulis, memdengarkan musik,
menonton televise. Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap. Sering bangun
saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.
g. Pola persepsi kogniti
Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran. Adakah
klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah
gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat
orientasi terhadap tempat waktu dan orang.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus asa/frustasi/stress
dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
i. Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di masyarakat dan
keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan
dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.
j. Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul.
Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
k. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar
pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini
terhadap penyesuaian diri, ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
l. Pola system kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji apakah ada nilai-nilai
tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d peningkatan produksi secret, sekresi tertahan dan tebal
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi
c. Pola nafas tak efektif b.d nafas pendek, obstruksi jalan nafas
d. Nyeri b.d proses peradangan pada selaput paru-paru
e. Kelebihan volume cairan b.d hipertrofi pada kelenjar-kelenjar mucus
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh
g. Kurang pengetahuan mengenai proses dan prognosis penyakit b.d kurang informasi

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawat Kriteria Hasil
an
1. Bersihan Setelah diberikan1. Kaji /pantau Pernapasan dapat
jalan nafas asuhan keperawatan frekuensipern melambat dan
tak efektif diharapkan tidak a-pasan. Catat frekuensi ekspirasi
b.d terjadi peningkatan rasio inspirasi memanjang
peningkatan produksi secret, /ekspirasi. dibanding inspirasi
produksi ventilasi/oksigenisasi2. Berikan
secret, adekuat untuk pasien posisi Peninggian kepala
sekresi kebutuhan, yang nyaman, tempat tidur
tertahan dan pencapaian klirens misalnya mempermudah
tebal jalan nafas dengan peninggian fungsi pernapasan
KH : kepala tempat dengan
1. RR dalam batas tidur, duduk menggunakan
normal dan sandaran gravitasi
2. Irama nafas dalam tempat tidur.
batas normal 3. Auskultasi
3. Pergerakan secret bunyi napas,
keluar dari jalan catat adanya Beberapa derajat
nafas bunyi napas spasme bronkus
4. Bebas dari suara misalnya : terjadi dengan
nafas tambahan mengi, obstruksi jalan napas
krokels dan dan dapat/tidak
ronki. dimanifestasikan
dengan adanya
bunyi napas
adventisius,
misalnya :
penyebaran, krekels
basah (bronchitis),
bunyi napas redup
dengan ekspirasi
4. Tingkatkan mengi (emfisema),
masukan atau tidak adanya
cairan sesuai bunyi napas (asma
toleransi berat).
jantung.
Hidrasi membantu
5. Dorong menurunkan
latihan napas kekentalan secret,
abdomen mempermu-dah
pengeluaran secret.

6. Kolaborasi :
a. Berikan obat Memberi pasien
sesuai indikasi beberapa cara untuk
: mengatasi dan
bronkodilator, mengontrol dispnea
Xantin,
Kromolin, Menurunkan spasme
Steroid jalan napas, mengi
oral/IV dan dan produksi secret
inhalasi,
antimikrobial,
analgesic
b. Berikan
humidifikasi
tambahan :
misal
nebuliser
ultranik
c. Fisioterapi
dada
d. Awasi GDA,
foto dada,
nadi oksimetri
2. Gangguan Setelah diberikan
1. Kaji Berguna dalam
pertukaran asuhan keperawatan frekuensi, evaluasi derajat
gas diharapkan tidak kedalaman distress pernapasan
berhubunga terjadi gangguan pernapasan, dan kronisnya
n dengan pertukaran gas, catat proses penyakit.
ketidaksam mempertahankan pengguanaan
aan tingkat oksigen yang otot
ventilasi- adekuat untuk aksesorius,
perfusi keperluan tubuh napas bibir,
(obstruksi dengan KH : ketidakmamp
jalan napas
1. Tanpa terapi uan Sianosis mungkin
oleh sekret, oksigen, SaO2 95 bicara/berbinc perifer (terlihat pada
spasme % dan pasien tidak ang. kuku) atau sentral
bronkus). mengalami sesak 2. Kaji/awasi (terlihat sekitar bibir
napas. secara rutin atau danun telinga).
2. Tanda-tanda vital kulit dan Keabu-abuan dan
dalam batas normal warna dianosis sentral
3. Tidak ada tanda- membrane mengindikasikan
tanda sianosis. mukosa. beratnya hipoksemia
Pengiriman oksigen
dapat diperbaiki
dengan posisi duduk
3. Tinggikan tinggi dan laithan
kepala tempat napas untuk
tidur, bantu menurunkan kolaps
pasien untuk jalan napas, dispnea
memilih dan kerja
posisi yang napas.Kental tebal
mudah untuk dan banyak sekresi
bernapas. adalah sumber
Dorong napas utama
dalam
perlahan atau
napas bibir
sesuai dengan Gangguan
kebutuhan/tol pertukaran gas pada
eransi jalan napas kecil,
individu dan pengisapan
dibuthkan bila batuk
4. Dorong tak efektif.
mengeluar-
kan Bunyi napas
sputum/secret mingkin redup
pengisapan karena penurrunan
bila aliran udara atau
diindikasikan area konsolidasi.
5. Auskultasi Adanya mengi
bunyi napas, mengindikasikan
catat area spasme bronkus/ter-
penurunan tahannya sekret.
aliran udara Krekles basah
dan/atau menyebar
bunyi menunjukan cairan
tambahan. pada
interstisial/dekompe
nsasi jantung.
Dapat
memperbaiki/mence
gah memburuknya
hipoksia. Catatan ;
6. Berikan
emfisema koronis,
oksigen
mengatur
tambahan
pernapasan pasien
yang sesuai
ditentikan oleh
dengan
kadar CO2 dan
indikasi hasil
mungkin
GDA dan
dikkeluarkan dengan
toleransi
peningkatan PaO2
pasien.
berlebihan.
3. Pola nafas Setelah diberikan
1. Ajarkan Membantu pasien
tak efektif asuhan keperawatan pasien memperpanjang
b.d nafas diharapkan terjadi pernafasan waktu ekspirasi.
pendek, perbaikan dalam diafragmatik Dengan teknik ini
obstruksi pola pernafasan dan pasien akan bernafas
jalan nafas dengan KH : pernafasan lebih efisien dan
1. Pasien tidak bibir efektif.
mengalami sesak
2. Berikan Memungkinkan
napas. dorongan pasien untuk
2. Tanda-tanda vital untuk melakukan aktivitas
dalam batas normal menyelingi tanpa distres
aktifitas berlebihan.
dengan
periode
istirahat Menguatkan dan
3. Berikan mengkondisikan
dorongan otot-otot pernafasan
penggunaan
pelatihan otot-
otot
pernafasan

4. Nyeri b.d Setelah diberikan


1. Kaji skala Nyeri dada biasanya
proses asuhan keperawatan nyeri ada dalam beberapa
peradangan di-harapkan nyeri derajat pneumonia,
pada pasien berkurang juga dapat timbul
selaput /hilang dengan KH : komplikasi seperti
paru-paru 1. Skala nyeri 0-1 perikarditis dan
2. Wajah pasien tidak
2. Pantau TTV endokarditis.
meringis
Perubahan frekuensi
3. Pasien tidak
jantung atau TD
mengeluh nyeri
menunjukan bahwa
pasien mengalami
nyeri, khususnya
3. Berkan teknik
bila alasan lain
relaksasi/dis-
untuk perubahan
traksi pijatan
tanda-tanda vital.
punggung,
Dapat mengurangi
perubahan
rasa nyeri yang
posisi, musik
dirasakan oleh
tenang/perbin
pasien
cangan,
relaksasi/latih
an napas.
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
Obat ini dapat
analgetik dan digunakan untuk
antitusif menekan batuk non
sesuai dengan produktif/proksimal
indikasi atau menurunkan
mukosa berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/istira-
hat.
5. Kelebihan Setelah diberikan
1. Kaji status Pembatasan cairan
volume asuhan keperawatan cairan dengan akan menentukan
cairan b.d diharapkan pasien menimbang BB ideal, haluaran
hipertrofi tidak mengalami BB perhari, urin, dan respon
pada kelebihan cairan keseimbangan terhadap terapi
kelenjar- dengan KH : masukan dan
kelenjar 1. Tidak ada edema haluaran,
mucus 2. Input & output turgor kulit
seimbang tanda-tanda
vital
2. Batasi
masukan
Pemahaman
cairan
meningkatkan
3. Jelaskan pada
kerjasama pasien
pasien dan
dan keluarga dalam
keluarga
pembatasan cairan
tentang
pembatasan Untuk mengetahui
cairan keseimbangan input
4. Anjurkan dan output
pasien / ajari
pasien untuk
mencatat
penggunaan
cairan
terutama
pemasukan
dan haluaran
6. Intoleransi Setelah diberikan
1. Kaji pasien Mempengaruhi
aktivitas b.d asuhan keperawata dalam pilihan intervensi/
kelemahan diharapkan melakukan bantuan
secara pasien tidak aktivitas
menyeluruh mengalami 2. Awasi TTV Manifestasi
intoleransi aktivitas klien selama kardiopulmonal dari
dengan KH : dan sesudah upaya jantung dan
1. Pasien dapat aktivitas. paru-paru untuk
melakukan aktivitas Catat respon membawa jumlah
seperti biasa terhadap oksigen adekuat ke
2. Pasien tidak tampak tingkat jaringan
lemah aktivitas (pe-
ningkatan
denyut
jantung/teka-
nan darah,
pusing,
dispnea, Membantu bila
takipnea, dan perlu, harga diri
sebagai-nya) diting katkan bila
3. Berikan pasien melakukan
bantuan sesuatu sendiri.
aktivitas/
ambulasi bila Meningkatkan
perlu secara bertahap
tingkat aktivitas
4. Rencanakan sampai normal daan
kemajuan memperbaiki tonus
aktivitas otot
dengan klien.
Tingkatkan
tingkat
aktivitas
sesuai
toleransi
7. Kurang Setelah diberikan
1. Kaji ulang Memberikan dasar
pengetahua asuhan keperawatan proses pengetahuan dimana
n mengenai diharapkan klien dan penyakit/ klien dapat membuat
proses dan keluarga klien prognosis dan pilihan berdasarkan
prognosis menyatakan kemungkinan informasi
penyakit pemahaman kondisi/ yang dialami
b.d kurang proses penyakit, dan
2. Diskusikan Pasien sering
informasi pengobatan dengan obat mendapatkan obat
KH : pernapasan, pernapasan banyak
1. Klien dan efek samping sekaligus yang
keluarganya mau dan reaksi mempunyai efek
berpartisipasi yang tidak samping hamper
prosedur pengobatan diinginkan sama dan potensial
yang akan dilakukan interaksi obat.
2. Menunjukkan/melak Penting bagi pasien
ukan perubahan pola memahami
hidup yang perlu perbedaan antara
efek samping
menganggu (obat
dilanjutkan) dan
efek samping
3. Diskusikan merugikan (obat
pada klien dan mungkin
keluargan-nya dihentikan/diganti).
mengenai
prosedur Klien dan
pengobatan keluarganya
yang akan mengetahui
dilakukan prosedur pengobatan
yang akan dilakukan
4. Berikan dan mau
umpan balik berpartisipasi dalam
positif untuk prosedur pengobatan
upaya/
keterlibatan Meningkatkan harga
dalam terapi diri, mendorong
partisipasi dalam
program terapi
selanjutnya

4. Evaluasi
1. Tidak terjadi peningkatan produksi secret, ventilasi/oksigenisasi adekuat untuk kebutuhan,
pencapaian klirens jalan nafas
2. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas, mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk
keperluan tubuh
3. Terjadi perbaikan dalam pola pernafasan
4. Nyeri pasien berkurang /hilang
5. Pasien tidak mengalami kelebihan cairan
6. Pasien tidak mengalami intoleransi aktivitas dan dapat beraktifivitas secara normal
7. Pasien dan keluarga pasien menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit, dan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E.,1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta:EGC


Brunner & Suddarth, 2002,Keperawatan Medikal Bedah vol 8,Jakarta:EGC

Mawi,Martiem,Majalah Ilmiah vol 8 page 35, paru obstruksi menahun,


(PPOM),fromhttp://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=38956&src=a

Mardiyaningsih,Eko;Heni Kristiana. Asuhan Kerawatan Pada Klien Dengan


PPOM.Retrieved jumat 12 maret 2010.from
http://images.nersgun.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RonBZwoKCpYAADEYQ
3w1/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20KLIEN%20DENGAN%20PPOM.doc
?nmid=48339252

Medicastore,2001, Penyakit Paru Obstruktif Menahun.Retrieved Jumat, 12 maret


2010,Fromhttp://medicastore.com/penyakit/455/Penyakit_Paru_Obstruktif_Menahun_PPOM.
html

Pterchie.2005. Askep COPD.Retrieved Kamis, 15 April 2010, From www.pterchie.com

You might also like