You are on page 1of 7

ARTHROPODA

Oleh :
Nama : Rizqi Nahriyati
NIM : B1A015088
Rombongan : VI
Kelompok :2
Asisten : Niharoh Nur’ainy

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme
yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki
jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang
tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup
di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter (Karmana, 2007). Arthropoda
adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba,
udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar,
darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit (Hegna et
al., 2013). Filum arthropoda mencakup empat kelompok utama, yaitu Chelicerata,
Crustacea, Myriapoda, dan Hexapoda (Sasaki et al., 2013).
Para ahli zoologi memperkirakan bahwa ada sekitar satu miliar artropoda yang
hidup di bumi. Lebih dari 1 juta spesies diantaranya adalah serangga. Bahkan dua dari
tiga spesies yang diketahui adalah artropoda, dan anggota-anggota Filum Artropoda
dapat ditemukan di hampir semua habitat di biosfer. Berdasarkan kriteria
keanekaragaman, persebaran, dan jumlah spesies, artropoda dianggap sebagai filum
hewan yang paling sukses (Campbell, 2008). Menurut Thomas (2009), dilihat dari segi
manapun, hewan yang paling sukses di planet ini adalah arthropoda. Mereka telah
menaklukkan darat, laut dan udara, dan menghasilkan lebih dari tiga-perempat semua
mahluk hidup dan fosil organisme dikenal saat ini, atau lebih dari satu juta spesies.
Karena banyak spesies arthropoda belum didokumentasikan atau belum ditemukan,
terutama di hutan hujan tropis, jumlah sebenarnya dari spesies arthropoda mungkin
dalam puluhan juta. Salah satu perkiraan konservatif baru-baru ini menempatkan jumlah
spesies arthropoda di hutan tropis berkisar 6.000.000 hingga 9.000.000 spesies.
Menurut Rosnita et al (2016), arthropoda merupakan penyumbang terbesar
kekayaan fauna di dalam goa. Takson ini menduduki berbagai macam habitat dan trofik
rantai makanan di dalam goa. Oleh karena itu, mereka memiliki peran penting dalam
ekosistem goa dan keberadaannya perlu mendapat perhatian. Arthropoda memiliki
karakter yang unik atau khas yang mencakup aspek ekologi dan biologi.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah :


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Arthropoda.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Arthropoda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda memiliki
beberapa karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain, yaitu memiliki tubuh
yang bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas,
anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal penamaan Arthropoda), simetri bilateral,
eksoskeleton berkitin; secara berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan
hewan, kanal alimentari seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem sirkulasi terbuka,
hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud sebuah struktur dorsal seperti pipa
menuju kanal alimentar dengan bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh berupa
sebuah rongga darah atau hemosol dan selom tereduksi, sistem syaraf terdiri atas sebuah
ganglion anterior atau otak yang berlokasi di atas kanal alimentari, sepasang
penghubung yang menyalurkan dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali syaraf
ganglion yang berlokasi di bawah kanal alimentari, ekskresi biasanya oleh tubulus
malphigi, tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material hasil ekskresi
melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada
silia atau nefridia (Lotoantja et al., 2013). Menurut Campbell (2008) tubuh arthropoda
sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton yang terbuat dari lapisan-lapisan
protein dan polisakarida bernama kitin. Kutikula bisa tebal dan keras pada beberapa
bagian tubuh maupun setipis kertas dan fleksibel di bagian-bagian yang lain, misalnya
di buku-buku. Eksoskeleton yang kaku melindungi hewan dan menyediakan titik
perlekatan bagi otot-otot yang menggerakkan tonjolan. Arthropoda memiliki organ-
organ indra yang berkembang dengan baik, termasuk mata, reseptor-reseptor olfaktorius
(penciuman), dan antena yang berfungsi untuk menyentuh maupun mencium bau.
Arthropoda umumnya diklasifikasikan dalam lima Subfilum, yang salah satunya
telah punah:
1. Subfilum Trilobita
Trilobita merupakan artropoda yang hidup di laut, yang ada sekitar 245 juta tahun
yang lalu. Anggota subfilum trilobita sangat sedikit yang diketahui karena pada
umumnya ditemukan dalam bentuk fosil (Suheriyanto, 2008).
2. Subfilum Chelicerata
Chelicerata merupakan hewan predator yang mempunyai selicerae dengan kelenjar
racun (Suheriyanto, 2008). Menurut Campbell (2008), tubuh chelicerata memiliki
satu atau dua bagian utama, enam pasang tonjolan (selicerae, pedipalpus, dan empat
pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar hidup di darat atau di laut.
3. Subfilum Myriapoda
Subfilum Myriapoda emiliki kepala yang tampak jelas dengan antena dan mulut
pengunyah. Kaki seribu dan lipan merupakan contoh dari subfilum Myriapoda
dimana kaki seribu merupakan herbivor dan memiliki dua pasang kaki untuk
berjalan di setiap segmen tubuh, sedangkan lipan merupakan karnivor yang
memiliki sepasang kaki untuk berjalan di setiap segmen tubuh dan cakar beracun
pada segmen tubuh pertama (Campbell, 2008).
4. Subfilum Hexapoda
Tubuh hexapoda terbagi-bagi menjadi kepala, toraks, dan abdomen. Hexapoda
memiliki antena, bagian mulut yang termodifikasi untuk mengunyah, mengisap
atau menjilat, memiliki tiga pasang kaki dan biasanya dua pasang sayap (Campbell,
2008).
5. Subfilum Crustacea
Crustacea filum Arthropoda adalah hewan akuatik yang terdapat di air laut dan di
air tawar. Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu crusta atau cangkang keras.
Crustacea memiliki cangkang yang keras disebabkan adanya endapan kalsium
karbonat pada kutikula. Spesies dari Crustacea air tawar dibagi menjadi dua
kategori yang berbeda yaitu spesies yang hanya ditemukan pada di air tawar dan
spesies yang dapat berpindah dari air tawar, air payau bahkan asin (Tantri, 2016).
Subfilum Chelicerata terbagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas Merostomata, kelas
Arachnida, dan kelas Pygnogonida. Salah satu contoh dari kelas Merostomata adalah
mimi (Limulus polyphemus) yang memiliki ciri morfologi seperti tubuhnya yang terbagi
dalam tiga bagian, yaitu bagian depan yang menyerupai "Tapal Kuda"dengan tepi yang
licin serta menutupi ruas-ruas kepala dan ruas-ruas dada (Cephalothorax), bagian tengah
opisthosoma yang menutupi 7 ruas perut (abdomen), dimana tepinya terdapat duri-duri
yang panjangnya bervariasi tergantung dari jenis kelamin hewan tersebut, dan terdapat
bagian yang paling belakang dengan bentuk menyerupai daun yang panjang dan
runcing, disebut sebagai duri ekor (Pratiwi, 1993). Ciri dari kelas Arachnida yaitu
tubuhnya terdiri dari chelicerae, cephalothorax dan perut. Bernapas dengan trakea dan
paru-paru dan tidak memilki antena dan rahang sejati. Kelas Pycnogonida ciri-cirinya
yaitu hidup di laut serta perkawinannya terpisah san cephalothorax dan perut mengalami
reduksi (Herlinda et al., 2004).
Subfilum Crustacea mencakup kelas Cephalocarida, Branchiopoda, Ostracoda,
Copepoda, Mystacocarida, Remipedia, Tantulocarida, Branchiura, Cirripedia dan
Malacostraca (Himawan, 2016). Malacostraca memiliki haemocyanin sebagai pembawa
pigmen, sementara copepoda, ostracods, teritip dan branchiopods memiliki hemoglobin.
Saluran pencernaan terdiri dari sebuah tabung lurus yang biasanya memiliki rempela
seperti "pabrik lambung" untuk menghaluskan makanan dan sepasang kelenjar
pencernaan yang menyerap makanan, struktur ini berlangsung dalam bentuk spiral.
Struktur yang berfungsi sebagai ginjal terletak didekat antena. Otak ada dalam bentuk
ganglia dekat dengan antena, dan kumpulan ganglia ditemukan di bawah usus
(Ceccaldi, 1989).
Subfilum Heksapoda (Insekta sensu lato) secara klasifikasi taksonomi terbagi
menjadi dua kelas besar: Entognatha dan Ectognatha (insekta). Entognatha terdiri dari
tiga ordo tanpa sayap, Protura (proturans), Collembola (springtails) dan Diplura
(diplurans). Ectognatha terdiri dari dua ordo tanpa sayap (Archaeognatha [bristletails]
dan Zygentoma [silverfishes]) dan semua serangga bersayap (Pterygota) (Sasaki et al.,
2013).
Subfilum Myriapoda terbagi menjadi empat kelas, yaitu kelas Diplopoda, kelas
Chilopoda, kelas Pauropoda, dan kelas Symphyla. Ciri dari kelas Chilopoda yaitu terdiri
dari 15-173 segmen. Tubuhnya rata, dorsal ventral dan memiliki maxillipedes.
Antenanya panjang dengan 12 segmen. Ciri dari kelas Diplopoda yaitu habitatnya di
darat dan bernapas dengan trakea. Makanan pokoknya berupa sayuran yang membusuk.
Sistem ekskresinya berupa pembuluh malpighi. Ciri umum dari Pauropoda yaitu
habitatnya di darat dengan tubuh terdiri dari 12 segmen. Tidak memilki alat pernapasan
khusus. Makanan pokoknya berupa binatang kecil dan sayuran. Panjang tubuhnya lebih
kecil dari 2 mm. Ciri-ciri umum dari kelas Symphyla yaitu habitatnya di tempat yang
basah dengan tubuhnya yang bersegmen. Makanan pokoknya berupa sayuran yang
membusuk. Panjang tubuhnya bervariasi antara 2,8-6 mm (Engemann & Hegner, 1968).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset,
kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves),
masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beberapa spesimen hewan
Phylum Arthropoda.

B. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Karakter pada spesimen diamati, digambar, dan dideskripsikan berdasarkan
morfologinya.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Campbell, N. A. 2008. Biologi. Jakarta: Erlangga.


Ceccaldi, H. J. 1989. Anatomy and Physiology of Digestive Tract of Crustaceans
Decapods Reared in Aquaculture. AQUACOP, IFREMER. Actes de Colloque. 9,
pp. 243–259.
Engemann, J. G. & Hegner, R. W. 1968. Invertebrate Zoology. New York: The
Macmillan Company.
Hegna, T. A., Legg, D. A., Moller, O. S., Roy, P. V. & Lerosey-Aubril, R. 2013. The
Correct Authorship of The Taxon Name 'Arthropoda'. Arthropod Systematics &
Phylogeny. 71(2), pp. 71–74.
Herlinda, S., Rauf, A., Sosromarsono, S., Kartosuwondo, U., Siswadi, Hidayat, P. 2004.
Artropoda musuh alami penghuni ekosistem persawahan di daerah Cianjur, Jawa
Barat. J, Entomol, Ind. 5(13), pp. 9-15.

Himawan, E. W. 2016. Pengaruh Penerapan Sistem Olah Tanah Konservasi Tahun Ke 5


Terhadap Kelimpahan dan Keragaman Artropoda Tanah pada Pertanaman Tebu di
PT Gunung Madu Plantation. Skripsi. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Karmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Lotoantja, A. S., Hasriyanti, & Anshary, A. 2013. Inventarisasi Arthropoda pada
Permukaan Tanah di Pertanaman Cabai (Capsicum Annum L.). E-Journal
Agrotekbis. 1(5), pp. 406-412.
Pratiwi, R. 2016. "Mimi" ("Horse Shoe Crab" ) Penyebar Maut yang Dilindungi.
Oseana. 18(1), pp. 25-34.
Rosnita, Ramadhan, A., & Mamu, H. D. 2016. Jenis Arthropoda Goa Gumbasalu
Kecamatan Bambalamotu Kabupaten Mamuju Utara dan Pengembangannya
Sebagai Media Pembelajaran. E-Jurnal Mitra Sains. 4(3), pp. 9-15.
Sasaki, G., Keisuke, I., Ryuichiro, M. Takashi, M. & Zhi-Hui, S. 2013. Molecular
Phylogenetic Analyses Support he Monophyly of Hexapoda and suggest The
Paraphyly of Entognatha. BMC Evolutionary Biologi. 13(236), pp. 1-9.
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN-Malang Press.
Tanti, N. 2016. Crustacea Air Tawar (Decapoda: Brachyura dan Caridea) di Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat. Thesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Thomas, C. D. 1990. Fewer species. Nature. 347(6290), pp. 237.

You might also like