Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan
dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan
bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang
diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita
berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang
timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah
satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan
ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan
pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan gigitan binatang berbisa
3. Untuk memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan
BAB II
PEMBAHASAN
c. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan
propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh
golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin)
dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi
otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah,
hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi
pernafasan. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi,
Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut.,
Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
2) Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi
(hipertensi).
3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.
4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
c.
3. 3. 3. Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS.
Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang
tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat
terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan
muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi. Pada kasus yang
gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan
ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi
pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus emphysema. Tanda
lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata
akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.
4. Komplikasi
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada binatang
menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi
umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan
permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi
pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah
surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru.
Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350
ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan -
sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun
efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran
pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
5. Penatalaksanaan
1) Monitor sistem respirasi
2) Inhalasi oksigen
3) Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
4) Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
5) Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
6) Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak penatalaksanaan
dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru.
Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup banyak,
karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
7) Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung
8) Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9) Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End Expiratory Pressure /
PEEP) \
Penatalaksanaan\
1) General Management
a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
2) Spesifik terapi
a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada
kasus yang mengancam.
b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.
3) Pharmacologik terapi
Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5
mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam.
Pertahankan selama 24-48 jam.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal
muncul.
d. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia
rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia
yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
ruang yang gelap serta jauhkan dari menebabkan hal yang sama.
bahan-bahan yang mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat korosif Dapat menyebabkan luka bakar dan
terutama dengan kepekatan tinggi. kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Menghirup bahan ini dapat
menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, Jangan menghirup uap asam sulfat
bersifat membakar bahan organik dan pekat karena dapat menyebabkan
dapat merusak jaringan tubuh kerusakan paru-paru, kontak dengan
Gunakan ruang asam untuk proses kulit menyebabkan dermatitis,
pengenceran dan hidupkan kipas sedangkan kontak dengan mata
penghisapnya. menyebabkan kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang khas. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernafasan dan
sesak nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit
dapat menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan
menghirup gas ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata,
beracun. dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat menyebabkan
kematian.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama
terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), Bila tertelan berilah bubur
fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric aluminium hidroksida atau milk of
acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, magnesia diikuti dengan susu atau
dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium putih telur yang dikocok dengan air.
hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau Jangan diberi dengan karbonat atau
putih telur yang dikocok dengan air. soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida Bila tertelan berilah asam asetat
(NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
(CaO), soda abu, dan lain-lain. (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
dengan memberi susu atau putih
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum, susu,
minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.
b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan
akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler,
urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
1) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan),
atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
2) Bilas lambung:
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat
encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba
dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange
A Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan
hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi sirkulasi:
1) Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan
dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
2) Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2 x 24 jam.
Perawatan suportif meliputi:
1) Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor perubahan-perubahan
fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-
tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.
2) Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada
dokter.
3) Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan
adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai anjuran
dokter.
4) Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
5) Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions.
Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan; mendesah, sesak nafas, tenggorokan sakit atau
susah berbicara, pingsan atau lemah, infeksi, kemerahan, bengkak, nyeri, gatal-gatal di sekitar
area yang terkena.
Pada gigitan ular dapat ditemukan data; tampak kebiruan, pingsan, lumpuh, sesak nafas, syok
hipovolemik, nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare keluarnya darah terus menerus
dari tempat gigitan, flaccid paralysis dan miotoksisitas.
Gejala tidak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam setelah digigit oleh binatang berbisa.
Kondisi korban setelah digigit:
1) Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk
2) Sakit kepala, pusing dan pingsan
3) Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki
4) Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
5) Sukar bernapas dan berkeringat banyak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
( Anoreksia, Mual dan Muntah )
2) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak
adekuat
4) Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
5) Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
6) Rasa gatal, bengkak dan bintik–bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi.
D. Nursing Care Plan
No
TUJUAN INTERVENSI
Dx
keperawatan 1 x 24 jam
1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction,
Status Pernapasan 5.: Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi
: Kesadaran composmentis,
7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari
dangkal sekresi
keperawatan selama 1 x 24
1. Ketahui kesukaan makanan pasien
kriteria hasil : 3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
Status Gizi; Nilai Gizi makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui
BB meningkat, BB tidak
3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan
turun. nutrisi
yang adekuat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan
kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
B. SARAN
Penanganan pada kasus kegawat daruratan pasien dengan keracunan
dilaksanakan secara cepat dan tepat agar tingkat keberhasilannya dapat dirasakan
oleh pasien yg mengalami kontak dengan zat zat yang beracun dan mengurangi
komplikasi yang akan terjadi dan merusak organ yang sangat penting
.
DAFTAR PUSTAKA