You are on page 1of 14

II-1

GEOMORFOLOGI

BAB II

GEOMORFOLOGI

Morfologi permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara proses eksogen dan

proses endogen (Thornbury, 1969). Proses eksogen merupakan proses yang

terjadi di permukaan bumi dan umumnya bersifat destruktif, seperti pelapukan,

pemindahan masa, erosi, glasiasi, dan sebagainya. Proses endogen merupakan

proses yang terjadi di bawah permukaan bumi dan umumnya bersifat konstruktif,

seperti deformasi, vulkanisme, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Lobeck (1939), bentuk bentang alam ditentukan oleh faktor

struktur, proses, dan tahapan. Struktur memberikan informasi mengenai geologi

bentang alam tersebut, seperti dataran atau plato, pegunungan sesar, sebagainya

dan sebagainya. Proses merupakan yang sedang terjadi pada bentang alam dan

memodifikasi kondisi aslinya, seperti terpotongnya sungai, mengalami glasiasi,

tererosi angin, terkena gelombang, dan sebagainya. Tahapan menjelaskan

seberapa jauh proses tersebut telah berlangsung dalam memodifikasi kondisi awal

dari bentang alam, menggunakan istilah muda, dewasa, dan tua.

Verstappen (1983), menyatakan bahwa proses eksogen dan endogen yang terjadi

pada masa lalu merupakan fakor-faktor yang dominan dalam pembentukan

bentang alam.

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-2
GEOMORFOLOGI

A. K. Lobeck (1939), lebih menekankan pada pengaruh struktur geologi dan

proses yang berpengaruh terhadap bentang alam yang ada sekarang. Kajian bab

geomorfologi dalam bab ini akan membahas geomorfologi regional dan

geomorfologi daerah pemetaan.

2.1. Geomorfologi Regional

Geomorfologi regional daerah pemetaan tersusun atas beberapa zona fisiografi

yaitu ;

1. Kaki Bukit Pantai Timur (East Coast Foothills).

2. Pegunungan Barisan (Barisan Mountain)

3. Embayment Meulaboh (Meulaboh Embayment)

Daerah pemetaan secara fisiografi termasuk dalam zona Pegunungan Bukit

Barisan. Fisiografi ini terdiri dari batuan berumur Pra-Tersier yang memiliki

tingkat resistensi yang tinggi. Pegunungan ini juga didasari oleh blok-blok sesar

yang berada pada formasi-formasi berumur Tersier yang lebih tua. Di bagian

Barat Laut dari daerah pemetaan terdapat zona fisiografi Teluk Meulaboh

(Meulaboh Embayment), yang merupakan daerah dengan relief rendah dan juga

terdapatnya sedimen-sedimen yang berumur Pliosen-Pleistosen. Sedangkan di

bagian timur laut daerah pemetaan terdapat zona fisiografi kaki bukit pantai timur

(East Coast Foothills), yang mengapit daerah pegunungan yang jaraknya berkisar

100 meter, yang terdiri dari lipatan, resistensi batuan yang rendah, dan sedimen-

sedimen Tersier muda. (Cameron, 1983).

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-3
GEOMORFOLOGI

Gambar 2.1 Peta pembagian fisiografi Sumatera, bersumber dari lembar Meulaboh (Cameron,
1983), kotak merah daerah pemetaan.

2.2. Geomorfologi Daerah Pemetaan

Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses

eksogen dan proses endogen. Metode yang digunakan dalam melakukan

penentuaan morfologi ini, selain observasi lapangan sebagai data primer, adalah

dengan analisis peta topografi dan citra satelit. Analisis geomorfologi pada

daerah pemetaan dilakukan melalui pengamatan awal, berupa interpretasi dari

foto udara atau citra satelit (google earth) atau peta topografi, dan melalui

pengamatan langsung di lapangan, sehingga kemudian diperoleh pola kelurusan,

pola kontur topografi, pola aliran sungai. Data-data tersebut kemudian diolah dan

dianalisis untuk menentukan satuan geomorfologinya (mengacu pada klasifikasi

Verstappen, 1983) (Gambar 2.2.).

Maka berdasarkan proses keterbentukannya daerah pemetaan terdiri dari 3 (tiga)

satuan geomorfik yaitu :

1. Satuan Geomorfik Pegunungan Terkikis

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-4
GEOMORFOLOGI

2. Satuan Geomorfik Lembah Vulkanik

3. Satuan geomorfik Dataran Alluvial

Gambar 2.2. Bentuk – bentuk bentang alam menurut Verstappen, 1983.

2.2.1. Satuan Geomorfik Pegunungan Terkikis

Satuan Geomorfik Pegunungan Terkikis pada lokasi pemetaan, memperlihatkan

rangkaian gunung-gunung yang banyak mengalami proses erosi atau pengikisan,

tercermin pada lereng–lereng gunung dan sungai-sungai yang melaluinya.

Satuan geomorfik pegunungan terkikis ini hampir menempati seluruh daerah

pemetaan atau dengan luas ± 80% dari seluruh lokasi pemetaan. Satuan geomorfik

pegunungan terkikis ini ditempati oleh satuan tufa, batugamping, batulempung,

dan batupasir (Foto 2.1. dan lampiran peta geologi).

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-5
GEOMORFOLOGI

Foto 2.1. Kenampakan Satuan Geomorfik Pegunungan Terkikis

2.2.2. Satuan Geomorfik Lembah Vulkanik

Satuan geomorfik lembah vulkanik di daerah pemetaan berupa lembah atau

cekungan yang terbentuk akibat adanya depresi atau penurunan permukaan tanah

pada daerah pemetaan. Zona depresi ini merupakan lembah kawah bekas gunung

api Talago.

Zona depresi pada daerah penelitian memiliki lereng yang terjal (Foto 2.2) dan

berdasarkan interpretasi peta topografi zona depresi ini memiliki garis kontur

rapat yang relatif membulat serta memiliki elevasi lebih tinggi dari pada

sekitarnya, dimana kontur rapat berada pada elevasi 1400 - 1875 mdpl (gambar

2.4) serta kenampakan citra dari google earth memperlihatkan adanya cekungan

yang membulat dan memiliki lereng yang curam di daerah tersebut (gambar 2.3).

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-6
GEOMORFOLOGI

Gambar 2.3. kenampakan zona depresi menggunakan Google Earth

Gambar 2.4. Kenampakan zona depresi pada peta topografi

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-7
GEOMORFOLOGI

Foto 2.2. Kenampakan Satuan Geomorfik Lembah

Satuan geomorfik lembah vulkanik ini ditempati oleh satuan Tufa Talago

(lampiran peta geologi). Satuan gemorfik ini pada daerah pemetaan berada

dibagian Barat daerah pemetaan.

Luas satuan geomorfik lembah vulkanik ini diperkirakan memiliki luas ± 15%

dari luas daerah pemetaan (lampiran peta geomorfologi), meliputi BR. Pintu Rime

Tanah Abu yang ditandai oleh warna merah. Sungai-sungai yang mengalir pada

desa Jagong, yang merupakan satuan geomorfik ini adalah sungai Wh. Jejem

(Foto 2.2).

2.2.3. Satuan Morfologi Dataran Alluvial

Pada daerah penelitian terdapat bentang alam alluvial, dimana bentang alam ini

merupakan bentang alam yang terbentuk akibat dari proses fluviatil. Proses

tersebut mengakibatkan batuan mengalami pelapukan, tererosi, transportasi dan

terendapkan pada daerah yang lebih rendah. (Foto 2.3)

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-8
GEOMORFOLOGI

Foto 2.3. Kenampakan Satuan Morfologi Dataran Alluvial

Satuan dataran ini pada daerah penelitian tersebar setempat dengan luas ±5% dari

total keseluruhan daerah penelitian yang ditandai dengan warna biru. Sungai yang

berada didaerah satuan ini adalah A. Kulit (lampiran peta geologi dan peta

morfologi). Berdasarkan peta topografi satuan ini memperlihatkan kontur yang

jarang, sedangkan di lapangan memperlihatkan relif alam datar khususnya

disekitar sungai A. Kulit dengan kondisi batuan yang lepas dan tidak kompak

dengan berbagai jenis dan ukuran. Morfologi ini dimanfaatkan masyarakat

sebagai daerah kawasan pertanian atau persawahan.

2.3. Sungai

Sungai merupakan wadah atau tempat berkumpulnya air yang berasal dari air

hujan yang kemudian dialirkan ke tempat yang lebih rendah dan berakhir di

danau, laut, ataupun sungai yang lebih besar. Sungai bermula dari proses erosi

lembah, kemudian berkembang menjadi erosi alur. Dimensi erosi alur dikontrol

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-9
GEOMORFOLOGI

oleh erodibilitas tanah (kemampuan tanah terkena erosi) dan biasanya terjadi pada

tanah berbutir halus.

Pembahasan yang akan dikemukakan tentang sungai pada daerah pemetaan yaitu

meliputi tentang pola pengaliran sungai, stadia sungai, dan genetik sungai, serta

aspek-aspek pengontrolnya.

2.3.1. Pola Pengaliran Sungai

Menurut Arthur D. Howard, 1967 pola pengaliran merupakan suatu kenampakan

jalur-jalur pengaliran pada suatu daerah yang dibentuk oleh anak sungai dengan

induknya. Howard membagi pola pengaliran atas pola dasar (basic patern), pola

ubahan (modified basic patern), dan gabungan modifikasi pola dasar (other

modified pattern). Setiap pola pengaliran sungai mencerminkan faktor

pengontrolnya. Identifikasi dan analisa terhadap hal tersebut akan memberikan

informasi mengenai yang mengendalikan suatu bentang alam.

Gambar 2.5. Model-model pola aliran sungai (Howard, 1967).

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-10
GEOMORFOLOGI

Faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan pola pengaliran adalah

kemiringan lereng, perbedaan resistensi batuan, kontrol struktur, dan

pembentukan pegunungan.

Berdasarkan pengamatan dan interpretasi terhadap peta topografi diperoleh bahwa

pola aliran sungai daerah pemetaan adalah pola aliran rektangular dan paralel.

Pola aliran rektangular yang menempati sebelah utara, sampai barat laut daerah

Linge, dan Burni Bulat, dengan luas daerah ± 80% dari luas seluruh daerah

pemetaan. Sungai utamanya antara lain Wh. Hilang, Wh. Jambu air, Wh Jejem,

dan Wh Brawan (lampiran peta pola aliran sungai). Pola aliran ini mengaliri

memotong batupasir, batugamping, batulanau, tufa, dan alluvial, (lampiran peta

geologi).

Pola aliran sungai paralel yang menempati di sebelah timur laut sampai tenggara

di daerah Payakude, dan Gading, luas area ± 20% dari luas seluruh daerah

pemetaan. Sungai-sungai utamanya antara lain yaitu A. Pelas, A. Gedabuhan, Wh.

Nangka, A. Burni lintang, A. Berapit, A. Loyangah, A. Debir, A. Sarinor, dan A.

Pancuran (lampiran peta pola aliran sungai).

2.3.2. Stadia Sungai

Stadia sungai adalah tingkat pertumbuhan dari sungai tersebut. Prinsip dasar

dalam penentuan stadia sungai yaitu dengan mengamati morfologi lembah sungai

dan ciri-cirinya. Menurut Arthur D. Howard (1987), stadia sungai dibagi menjadi

tiga bagian yaitu sungai stadia muda, sungai stadia dewasa, dan tua.

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-11
GEOMORFOLOGI

Periode sungai tersebut dikontrol oleh tingkat erosional vertikal terhadap

horizontal. Perioda muda terdapat kegiatan erosi yang kuat, khususnya erosi ke

bawah, terdapat air terjun, kaskade; penampang longitudinal tak teratur; longsor

yang banyak terjadi pada tebing-tebingnya. Pada periode dewasa terjadi

kesetimbangan. Penampangnya graded hanya cukup untuk membawa beban

(load), terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi. Dataran banjir, meander,

oxbow lakes, alur teranyam, tanggul alam, dan undak-undak sungai menunjukkan

kondisi “graded”. Sungai yang telah sama sekali graded. termasuk ke dalam

perioda tua.

Berdasarkan pengamatan lapangan stadia sungai di lokasi pemetaan terdiri dari

sungai stadia muda dan sungai stadia dewasa dengan penjelasan sebagai berikut:

2.3.2.1. Sungai Stadia Muda

Menurut Arthur D. Howard (1987),sungai stadia mudadicirikan oleh lembah

sungai yang berukuran sempit, tebingnya terjal, aktivitas erosi sebagian besar

vertikal, sungai berbentuk huruf “V”, sering menunjukkan air terjun atau

percepatan (rapids), gradient sungai tidak teratur yang disebabkan oleh struktur

batuan yang keras-lunak. Aliran sungainya cepat, airnya umumnya jernih.

Salah satu sungai stadia muda yang dapat dijumpai pada daerah pemetaan adalah

A. Pelas dan anak–anak sungai. Sungai ini dicirikan dengan lembah sungainya

sempit, arus yang deras, serta gradien sungai yang curam.

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-12
GEOMORFOLOGI

Air yang mengalir pada sungai ini pada umumnya masih jernih dan selalu

digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat mencuci baju, untuk dialiri ke

sawah para warga, dan kehidupan sehari–harinya.

Foto 2.4. Sungai stadia muda

2.3.2.2. Sungai Stadia Dewasa

Menurut Arthur D. Howard (1987),sungai stadia dewasa dicirikan oleh

pengurangan kecepatan aliran air yang mulai berkurang atau tidak, berkurangnya

daya angkut material, lembah sungai berbentuk seperti huruf “U”, sungai yang

berbelok-belok karenaendapan yang mengeras, dan di tempat endapan inilah yang

sering menjadi meander. Air yang mengalir pada sungai ini pada umumnya keruh.

Foto 2.5. Sungai stadia dewasa

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-13
GEOMORFOLOGI

Sungai stadia dewasa pada daerah pemetaan di jumpai pada sungai Kr. Peusangan

dan sungai Wh. Jagong yang dicirikan dengan lembah yang telah melebar, sungai

yang berkelok-kelok dan arus yang melemah, serta dilihat dari peta topografi yang

memiliki kontur yang bergelombang.

2.3.3. Genetika Sungai

Pembagian genetika sungai didasarkan pada Lobeck, 1939 yang menyebutkan

bahwa genetika sungai merupakan hubungan antara arah mengalirnya sungai

terhadap arah kedudukan perlapisan batuan ataupun kemiringan lereng. Genetika

sungai pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi maupun litologi batuan

disekitar daerah aliran sungai. Genetika sungai dapat dibagi atas lima jenis, yaitu ;

1. Sungai konsekuen

Sungai mengalir searah dengan kemiringan awal daerah kubah, pegunungan

blok yang baru terangkat, dataran pantai.

2. Sungai Subsekuen

Sungai yang mengalir sepanjang jurus perlapisan batuan dan membentuk

lembah sepanjang daerah lunak.

3. Sungai Obsekuen

Sungai yang mengalir berlawan arah dengan sungai konsekuen. Biasanya

pendek-pendek dengan gradien tajam dan merupakan sungai musiman yang

mengalir pada gawir. Umumnya merupakan cabang subsekuen.

4. Sungai Resekuen

Sungai yang mengalir searah kemiringan lapisan batuan dan searah sungai

konsekuen, tetapi cenderung baru atau terbentuk kemudian.

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh
II-14
GEOMORFOLOGI

5. Sungai Insekuen

Sungai yang tidak jelas pengendaliannya tidak mengikuti struktur batuan dan

tidak jelas mengikuti kemiringan lapisan batuan.

Hasil pengamatan aliran sungai terhadap kemiringan lereng struktur batuannya

diperoleh bahwa genetika sungai daerah pemetaan terbagi atas empat yaitu

resekuen, subsekuen, obsekuen, dan insekuen (Lampiran peta aliran sungai).

Geologi Daerah Pintu Rime Tana Abu dan sekitarnya Kec. Linge,
Kab.Aceh Tengah, Prov. Aceh

You might also like