You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TONSILITIS

DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI


KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
DI RSK NGESTI WALUYO PARAKAN TEMANGGUNG

NURSING CARE TO CLIENT WITH TONSILLITIS


FOCUSING STUDY ON THE MANAGEMENT OF IMBALANCED NUTRITION :
LESS THAN BODY REQUIREMENTS
AT RSK NGESTI WALUYO PARAKAN TEMANGGUNG
Agam Sayogo1)
1) Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Magelang Poltekkes Kemenkes Semarang
E-mail: sayogo.agam@gmail.com
Jurusan Keperawatan : Poltekkes Kemenkes Semarang
JL. Perintis Kemerdekaan ; Kramat; Magelang Utara ; Magelang

ABSTRAK
Tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau virus,
prosesnya bisa akut ataupun kronis dan biasanya sering terjadi pada anak-anak. Salah satu
komplikasi yang timbul pada klien dengan tonsilitis adalah nyeri saat menelan makanan, hal ini
bila tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan penurunan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
cara untuk mengatasi hal tesebut adalah dengan cara melakukan pengelolaan yang tepat pada
pasien. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan klien tonsilitis dengan
fokus studi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan kasus kelolaan secara sistematis dengan satu
orang responden. Hasil penilitian didapatkan selama 3x24 jam adalah masalah klien teratasi
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Krbutuhan nutrisi anak yang mengalami tonsilitis harus
tetap terpenuhi agar tidak mengganggu tumbuh kembang anak itu sendiri.

Kata kunci : Tonsilitis, Malnutrisi, Gangguan Menelan, Pengelolaan Nutrisi, Nutrisi


pada Tonsilitis

ABSTRACT
Tonsillitis is an inflammation of the tonsils caused by bacteria or viruses, the process can be
acute or chronic and usually often occurs in children. One of the complications that arise in the
client with tonsillitis is pain when swallowing food, this if not handled properly can cause a
decrease in the fulfillment of nutritional needs, the way to overcome the problem is by doing
proper management of the patient. The purpose of this study is to describe the nursing care of
tonsillitis clients with a focus on the study of nutritional imbalances: less than the body's needs.
The method used is descriptive method that describes systematically managed cases with one
respondent. The results of the research obtained for 3x24 hours is that the client's problem is
resolved according to the specified criteria. The nutritional needs of children who experience
tonsillitis must remain fulfilled so as not to interfere with the child's growth and development.

Keywords : Tonsillitis, Malnutrition, Swallowing Disorders, Nutrition Management,


Nutrition in Tonsillitis.
PENDAHULUAN dan limfosit.Tonsilitis kronis pada anak
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dapat disebabkan karena anak sering
merupakan penyebab terpenting morbiditas menderita ISPA atau tonsilitis akut yang
dan mortalitas pada anak. Di Indonesia, tidak diterapi adekuat (Patricia, 2006).
kasus ISPA menempati urutan pertama Keterlibatan tonsil pada kasus infeksi tidak
dalam jumlah pasien rawat jalan. Hal ini menyebabkan perubahan pada durasi atau
menunjukan angka kesakitan akibat ISPA derajat beratnya penyakit. Tonsilitis sering
masih tinggi. ISPA juga merupakan salah terjadi pada anak, meskipun jarang pada
satu penyebab utama kunjungan pasien ke anak di bawah 1 tahun. Insiden meningkat
sarana kesehatan, yaitu 40-60% dari sesuai dengan bertambahnya umur,
seluruh kunjungan ke puskesmas dan 15- mencapai puncaknya pada umur 4-7 tahun,
30% dari seluruh kunjungan rawat jalan dan berlanjut hingga dewasa. Insiden
dan rawat inap rumah sakit. Jumlah tonsilitis streptokokus tertinggi pada usia
episode ISPA diperkirakan 3-6 kali 5-18 tahun, jarang pada usia di bawah 3
pertahun. Kejadian ISPA pada anak tahun dan sebanding antara laki-laki dan
terdapat lebih banyak pada anak laki-laki, perempuan (Ganong, 2001).
usia lebih muda, keluarga perokok, Usia 5-18 tahun merupakan usia pra
pendidikan rendah, kondisi ekonomi sekolah, sekolah dan remaja di mana di
kurang, dan lingkungan berdebu. usia tersebut kecenderungan memiliki pola
Manifestasi ISPA meliputi rinofaringitis diet dan perilaku yang kurang sehat.
(52%), faringitis (18%), rhinitis (12%), dan Seperti lebih menyukai makanan manis
tonsilitis (8%). Untuk seluruh kasus, (permen), jajan es, dan lebih memilih
prevalensinya tertinggi setelah nasofaring makan makanan dari luar (jajan). Sehingga
akut, yaitu 3,8% dengan insidensi sekitar berdampak pada imun yang dibentuk
6,75% dari jumlah seluruh kunjungan kurang baik, akhirnya mudah terserang
(Novialdi, 2011). penyakit terutama ISPA (Novialdi, 2011).
Pada tonsilitis kronik, ukuran tonsil dapat Faktor-faktor berikut ini mempengaruhi
membesar sedemikian sehingga disebut tonsilitis : rangsangan menahun (misalnya
tonsilitis kronik hipertrofi namun bisa juga rokok, makanan tertentu), cuaca,
tidak terjadi pembesaran atau yang disebut pengobatan tonsilitis yang tidak memadai,
tonsilitis kronik atrofi. Mengingat angka dan sering memiliki riwayat ispa dengan
kejadian yang tinggi dan dampak yang pengobatan yang tidak tuntas. Tonsilitis
ditimbulkan dapat mempengaruhi kualitas kronik dapat tampil dalam bentuk
hidup anak, maka pengetahuan yang hipertrofi hiperplasia atau bentuk atrofi.
memadai mengenai tonsilitis kronik Pada anak, tonsilitas kronik sering disertai
diperlukan guna penegakan diagnosis dan pembengkakan kelenjar submandibularis
terapi yang tepat dan rasional (Patricia, adenoiditis, rinitis dan otitis media
2006). (Barbara, 2006).
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis
palatina yang merupakan bagian dari kronik dibagi dua, yaitu konservatif dan
cincin waldeyer.Tonsilitis adalah infeksi operatif. Terapi konservatif dilakukan
(virus atau bakteri) dan inflamasi pada untuk mengeliminasi kausa, yaitu infeksi,
tonsil.Fungsi cincin waldeyer adalah dan mengatasi keluhan yang mengganggu.
sebagai benteng bagi saluran makanan Bila tonsil membesar dan menyebabkan
maupun saluran napas terhadap serangan sumbatan jalan napas, disfagia berat,
kuman-kuman yang ikut masuk bersama gangguan tidur, terbentuk abses, atau tidak
makanan/ minuman dan udara pernapasan. berhasil dengan pengobatan konvensional,
Selain itu, anggota-anggota cincin maka operasi tonsilektomi perlu dilakukan.
waldeyer ini dapat menghasilkan antibodi Selain itu Indikasi tonsilektomi pada
tonsilitis kronik bila sebagai fokal infeksi, kedua setelah nasofaring akut (5,6%)
penurunan kualitas hidup dan (Rikesdas, 2013). Berdasarkan data
menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini medical record tahun 2010 di RSUP dr. M.
sesuai dengan kesan masyarakat bahwa Djamil padang bagian THT-KL sub bagian
bila seorang anak telah dilakukan operasi laring faring ditemukkan tonsilitis
tonsilektomi si anak tidak mudah sakit, sebanyank 465 dari 1110 kunjungan di
lebih konsentrasi dalam belajar sehingga poliklinik sub bagian laring faring dan
dapat meningkatkan belajar pada anak menjalani tonsilektomi sebanyak 163
yang menderita penyakit amandel (tonsil) kasus, sedangkan jumlah kunjungan baru
sehingga banyak orang tua yang penderita tonsilitis kronik di RS Wahidin
menginginkan oprasi tonsilektomi pada Sudirohusodo Makassar periode Juni 2008
anaknya dengan maksud dapat – Mei 2009 sebanyak 63 orang.
meningkatkan prestasi belajar anaknya, Dibandingkan dengan jumlah kunjungan
meskipun belum tentu tonsilnya sakit baru pada periode yang sama, maka angka
(Barbara, 2006). ini merupakan 4,7% dari seluruh jumlah
Salah satu bentuk penurunan kwalitas kunjungan baru. Insiden tonsilitis kronis di
hidup adalah penurunan prestasi belajar. RS Dr Kariadi Semarang 23,26%
Belajar adalah aktivitas (usaha dengan (Farokah, 2010).
sengaja) yang dapat menghasilkan Hal ini berdasarkan jurnal penelitian dari
perubahan berupa kecakapan baru pada diri Rajesh, 2009, yang menyatakan 70% kasus
individu. Proses dan hasil belajar tonsilitis dialami oleh anak sekolah yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara berumur 6 tahun keatas. Sedangkan hasil
lain kondisi fisiologis dan psikologis diri penelitian dari Sri, 2010, yang membagi
individu. Perubahan perilaku akibat belajar usia berdasarkan dua golongan umur yaitu
tersebut ditandai dengan adanya 3 – 7 tahun 15 sampel (75%) dan 8 – 12
keberhasilan proses belajar dan mengajar tahun 5 sampel (25%). Dari 20 penderita
yang digunakan sebagai indikator prestasi tonsilitis yang berobat di poliklinik THT-
belajar (Perry & Potter, 2006). KL RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
Dari uraian tersebut diatas dapat dari bulan November 2012 – Januari 2013
dimengerti bahwa anak dengan tonsilitis ditemukan enderita laki-laki 11 orang
kronik dapat terganggu kondisi fisiologis (55%) dan penderita perempuan 9 orang
dan psikologisnya sehingga dapat (45%). Hal ini berbeda dengan penelitian
mengganggu proses belajar. Permasalahan Juenvie di mana penelitian pada bulan Juni
yang timbul disini apakah benar pada anak s/d Juli 2010 didapatkan jumlah penderita
tonsilitis kronik memiliki prestasi belajar perempuan 8 orang (61,45%) dan laki-laki
yang kurang. 5 orang (38,46%).
Penelitian yang sudah ada tentang tonsilitis Malnutrisi adalah suatu keadaan gangguan
kronik dilakukan oleh Khargoshaie dkk, status gizi dimana terjadi
2010 kepada siswa kelas 4 SD yang ketidakseimbangan jangka lama antara
menunjukan bahwa tidak ada hubungan intake dan kebutuhan nutrisi pada
yang signifikan antara prestasi belajar seseorang (Hasnul, Nursasmi dan Usman,
dengan ukuran tonsil pada penderita 2014). Setiap individu memiliki penyebab
tonsilitis kronik hipertrofi dan penelitian yang berbeda diantaranya, kelemahan
lain oleh Farokah, 2013, terhadap siswi dalam self feeding, kelelahan, kondisi
Sekolah Dasar kelas 2 di kota Semarang depresi, kurangnya pengetahuan serta
memiliki hasil berbeda. disfagia yang mana hal ini dapat
Berdasarkan survey epidemiologi penyakit menyebabkan ketidakadequatan intake
THT di 7 provinsi (Indonesia), prevalensi nutrisi dalam tubuh klien (Suwita, 2014).
tonsilitis kronis sebesar 4,8% tertinggi Kejadian disfagia menjadi kontribusi utama
peyebab malnutrisi atau biasa disebut HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi seseorang sulit untuk menelan Klien bernama An. A, berusia 5 tahun,
(Hasnul, Nursasmi dan Usman, 2014). berjenis kelamin perempuan dan beragama
Islam. Klien masuk Rumah Sakit Ngesti
TUJUAN Waluyo Parakan pada tanggal 15 Januari
Menggambarkan asuhan keperawatan klien 2018 pukul 11.00 WIB. Klien beralamat di
tonsilitis dengan fokus studi Desa Wonokerjo, Tembarak, Temanggung.
ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari Pengkajian dilakukan pada tanggal 16
kebutuhan tubuh yang terdiri dari Januari 2018 pada pukul 08.00 WIB
pengkajian, diagnosa keperawatan, dengan sumber informasi adalah klien
intervensi keperawatan, implementasi, dan secara langsung dan dibantu oleh ibu
evaluasi keperawatan. kandung klien. Pengkajian dilakukan
dengan metode wawancara dan
MANFAAT pengamatan secara langsung disamping
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat pasien. Hasil pengkajian bahwa klien
memberikan sumbangan pemikiran, menyatakan nyeri pada bagian
informasi, dan sumber dalam penelitian tenggorokan saat menelan makanan, nyeri
selanjutnya dalam dunia keperawatan telan merupakan salah satu manifestasi
untuk kemajuan pengembangan ilmu klinis yang dialami klien tonsilitis. Lebih
keperawatan. Hasil penelitian ini dapat lanjut orang tua klien menyatakan bahwa
digunakan perawat sebagai acuan dalam sebelum sakit anaknya sering
memberikan asuhan keperawatan pada mengkonsumsi es saat dirumah. Diperoleh
klien tonsilitis dengan ketidakseimbangan hasil pula bahwa sebelumnya klien pernah
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. dirawat di RSK ngesti Waluyo Parakan
dengan masalah bronkhitis, saat itu klien
BAHAN DAN METODE menjalani rawat inap di rumah sakit selama
Penelitian yang digunakan adalah 5 hari.
penelitian deskriptif yang dimaksudkan Ibu klien menyatakan anaknya menjadi
untuk mendeskripsikan secara sistematis kurang nafsu makan akibat nyeri telan
dan akurat asuhan keperawatan yang yang dialaminya, lebih detail ibu klien
bersifat faktual. menyatakan bahwa anaknya hanya
Subyek dalam penelitian ini berjumlah menghabiskan sekitar 1/4 porsi makanan
satu orang yang dirawat di RSK Ngesti yang dierikan RS. Hal ini berbeda dengan
Waluyo Parakan dengan kriteria inklusi kondisi klien sebelum sakit dimana klien
adalah klien tonsilitis dengan masalah biasanya mampu untuk menghabiskan satu
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari porsi penuh makanan dan selalu makan 3
kebutuhan tubuh dan bersedia menjadi kali dalam sehari. Ibu klien menyatakan
responden. Adapun teknik yang klien nampak lebih dibandingkan sebelum
digunakan dalam penelitian adalah sakit. Klien mengalami penurunan berat
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik badan sekitar 3 kg dari sebelum sakit 26 kg
dan data penunjang dengan dan setelah sakit berat badannya menjadi
menggunakan format asuhan 23kg.
keperawatan, alat tulis dan alat Klien mengalami sulit tidur pada malam
kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada hari dan hanya tidur sekitar 3-4 jam, hal ini
bulan Januari 2018 di RSK Ngesti terjadi karena saat malam hari klien sering
Waluyo Parakan di Ruang Mawar. batuk tetapi dahaknya tidak kunjung
keluar. Hal ini berbeda dengan kondisi
klien sebelum sakit, karena biasanya klien
tidur 9 jam pada malam hari dan 2 jam menujukan peningkatan fungsi menelan,
pada siang hari. serta tidak ada penurunan berat badan.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukan Rencana keperawatan yang disusun untuk
bahwa keadaan umum klien cukup baik, mengatasi masalah klien yaitu: pertama,
klien nampak lemas, wajah terlihat pucat, berikan informasi pada keluarga mengenai
mukosa bibir kering, dan terlihat adanya pentingnya kebutuhan nutrisi . Kedua, kaji
pembesaran tonsil. Setelah dilakukan status nutrisi dan kemampuan menelan
pengukuran antropometri diperoleh hasil: klien. Ketiga, ajarkan keluarga mengenai
BB = 23,2 kg, TB = 120 cm, IMT = 15,28 makanan yang sesaui dengan kebutuhan
kg/m. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu klien. Keempat, anjurkan keluarga untuk
= 36,6’C, nadi = 98x/menit, dan respirasi membantu meningkatkan intake makanan
rate 24x/menit. klien yaitu dengan cara memberikan
Hasil pemeriksaan darah lengkap yang makanan sedikit tapi sering. Kelima,
dilakukan pada tanggal 15 Januari 2018 sediakan lingkungan yang nyaman untuk
diperoleh hasil: Hb = 12,4 g/dl, hematokrit meningkatkan nafsu makan klien.
= 36,8%, eritrosit = 5,11 X 10³/ul, leukosit Implementasi dilakukan pada tanggal 16-
11,56 X 10³/ul. Angka leukosit yang 18 Januari 2018. Pada hari pertama
melebihi nilai normal menunjukkan adanya pelaksanaan yaitu pada tanggal 16 januari
infeksi yang dialami klien. 2018 tindakan yang dilakukan pertama
Hasil pemeriksaan rontgen thorax yang adalah memberikan informasi pada
dilakukan pada tanggal 15 Januari 2018 keluarga mengenai pentingnya keutuha
diperoleh kesimpulan bahwa kesan rotgen nutrisi klien, pada tindakan ini keluarga
thorax normal dan tidak ada masalah. memberikan respon yang baik dengan
Setelah dilakukan pengkajian pada An.A menyatakan bahwa sudah memahami
dengan dibantu oleh ibu kandung klien terkait informasi yang diberikan perawat.
penulis mendapatkan proritas masalah Kemudian untuk implemesntasi
keperawatan yang dialami klien yaitu selanjutnya adalah mengkaji status nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari dan kemampuan menelan klien, diperoleh
kebutuhan tubuh. Dari prioritas masalah hasil BB = 23,2 kg, TB = 120kg dan IMT
keperawatan yang telah ditetapkan maka = 16,11 kg/m2, klien menyatakan masih
dibuat tujuan, kriteria hasil serta rencana sakit saat menelan makanan dan nampak
keperawatan yang akan dilakukan untuk hanya menghabiskan 3 sendok makanan
membantu mengatasi masalah yang yang diberikan RS. Klien nampak lemas,
dialami klien. mukosa bibir kering serta sering merengek
Diagnosa keperawatan yang muncul pada sakit pada bagian tenggorokan.
klien yaitu ketidakseimbangan nutrisi: Implementasi ketiga yaitu menjelaskan
Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan jenis makanan yang sesuai dengan
dengan gangguan menelan ditandai dengan kemampuanmenelan klien yaitu dengan
penurunan BB dari 26kg menjadi 23,2kg, memberikan makanan yang tidak apadat
tidak nafsu makan, mukosa bibir kering agar saat menelan klien tidak merasa sakit.
dan klien nampak lemas. Kemudian dijelaskan pula mengenai pola
Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan diet yang sebaiknya diterapkan pada klien
guna mengatasi masalah yang dialami gangguan menelan yaitu dengan pola
klien yaitu: setelah dilakukan tindakan sedikit tapi sering, hal ini bertujuan agar
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien tetap terpenuhi dan
masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang status nutrisi klien dapat menjadi lebih
dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan baik. Pada kedua implementasi ini keluarga
kriteria hasil asupan nutrisi adekuat, menunjukkan respon yang sanagt baik
menunjukan peningkatan nafsu makan, dengan menyatakan bahwa sudah mengerti
mengenai penjelasan yang diberikan oleh jarang mengeluh sakit pada bagian
perawat. tenggorokannya. Tindakan selnjutnya
Hari kedua implementasi dlakukan pada adalah memotivasi keluarga untuk tetap
tanggal 17 Januari 2018. Tindakan pertama menerapkan pola diet sedikit tapi sering
yang dilakukan pada hari kedua agar kebutuhan nutrisi klien tetap
implementasi keperawatan adalah terpenuhi.
memonitor status nutrisi dan juga Evaluasi hasil dilakukan setelah dilakukan
kemampuan menelan klien. Hasil yang tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
diperoleh yaitu BB = 23,2kg, TB = 120 cm Hasil perawatan menujukkan bahwa
IMT = 16,11kg/m2. Hasil ini menujukkan masalah keperawatn yang dialami klien
bahwa status nutrisi klien tidak mengalami teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
perubahan dari hari sebelumnya. Ibu klien telah ditentukan yaitu pemenuhan nutrisi
menyatakan ankanya tidak begitu adekuat,menujukkan peningkatan nafsu
kesakitan saat menelan bila diberikan makan, menunjukkan peningkatan
makanan yang halus seperti bubur dan kemampuan menelan, serta tidak terjadi
susu. Ibu klien menyatakan saat pagi hari penurunan berat badan. Hal ini didapatkan
klien menghabiskan setengah porsi bubur karena klien menujukkan kemampuan
yang diberikan RS dan setengah gelas susu menelelan yang lebih baik yang ditandai
yang ia berikan. Hal ini menujukkan dengan kemampuannya menghabiskan satu
bahwa nafsu makan klien sudah lebih baik porsi penuh makanan yang diberikan RS
dari hari sebelumnya. Tindakan kedua serta menujukkan peningkatan berat badan
yang dilakukan adalah melakukan terapi walaupaun tidak signifikan tetapi cukup
bermain. Hal ini dilakukan pada siang untuk mengetahui bahwa kebutuhan klien
klien dengan tujuan agar klien merasa telah terpenuhi.
lebih nyaman saat makan dan mau untuk
menghabiskan makanannya, respon yang KESIMPULAN
ditunjukkan klien baik dan mengikuti Hasil pengkajian yang dilakukan pada
kegiatan bermain puzzle dengan perawat. klien ditemukan bahwa klien mengalami
Klien menghabiskan setengah porsi gangguan menelan dan menyebabkan tidak
makanan yang diberikan. Kemudian adekuatnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
tindakan selanjutnya adalah menganjurkan klien akibat tonsilitis yang dialaminya.
keluarga untuk menerapkan pola diet Berdasarkan data objektif dan subjektif
sedikit tapi sering agar kebutuhan nutrisi yang didapatkan selama proses pengkajian
klien tetap terpenuhi. dapat ditarik diagnosa keperawatan
Implementasi hari ketiga dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
tanggal 18 Januari 2018. Tindakan yang kebutuhan tubuh. Selanjutnya untuk
dilakukan yaitu memonitor status nutrisi mengatasi masalah yang dialami klien
dan kemampuan menelan klien. Diperoleh maka dirumuskan rencana keperawatan
hasil bahwa klien mengalami sedikit dan kriteria hasil yang diharapkan berjalan
peningkatan BB yaitu dari 23,2kg menjadi efektif dalam waktu 3x24 jam.
23,4 kg yang juga berdampak pada nilai Implementasi keperawatan dilakukan
IMT dari yang semula 16,11 kg/m2 secara bertahap dengan prinsip terapeutik
menjadi 16,25kg/m2. Ibu klien dan disesuaikan dengan respon yang
menyatakan bahwa anaknya mampu ditunjukkan klien.
menghaiskan satu porsi penuh makanan Evaluasi dilakukan setelah perawatan 3x24
yang diberiakn RS di pagi hari. Klien jam dengan hasil yaitu bahwa klien
nampak lebih baik baik dari hari menunjukkan bahwa masalah
sebelumnya, sudah tidak lemas, mukosa ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
bibir agak lembab, klien nampak ceria dan kebutuhan tubuh yang dialami klien telah
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang Universitas Indonesia, Jakarta, 2007 :
telah ditentukan. 221

SARAN 8. Rusmarjono, 2006, Faringitis,


Tonsilitis merupakan salah satu penyakit Tonsilitis dan hypertropy adenoid.
yang biasanya menyerang anak-anak, dan Dalam Supardi, Buku Ajar Ilmu
hampir semua anak dengan yang tonsilitis Kesehatan Telinga- Hidung-
akan mengalami penurunan dalam Tenggorokan -Kepala Leher, 6th Ed,
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sebagai Fakultas Kedokteran Universitas
perawat kita harus tepat dalam membantu Indonesia, Jakarta, 2007
klien dalam menangani masalah nutrisi
tersebut karena pada anak-anak
pemenuhan nutrisi yang tepat akan sanagt
berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Farokah, 2005, Laporan Penelitian :
Hubungan Tonsilitis Kronik dengan
Presentasi Belajar Siswa Kelas II
sekolah dasar di Kota Semarang.

2. Ganong, W.f 2001, Fisiology


Kedokteran (Review of medical
physiology), Jakarta: EGC.

3. Herawati S, Rukmini S, Buku Ajar


Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan; Anatomi Faring.
Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta, 2004 : 13-15

4. Novialdi, 2011, Mikrobiologi


Tonsilitis Kronis. Bagian THT FK.
Universitas Andalas. Padang.

5. Perry GA & Potter, 2006, Clinical


Nursing Skills & Tehniques. Mosby.

6. Potter & Perry, 1999, Fundamental


Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Ed 4,Vol 2. Jakarta: EGC.

7. Soepardi, E A dan Nurbaiti Iskandar,


Jonny Bashiruddin, Restuti, R. D,
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-
Hidung- Tenggorokan-Kepala Leher,
6th Ed, Fakultas Kedokteran

You might also like