Professional Documents
Culture Documents
Skenario D
Bujang Cindo, remaja pria 17 tahun, dibawa oleh ibunya ke UGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang (RSMP). Sejak semalam, sekitar 9 jam lalu,dia gelisah
sekali, menggigil, berkeringat banyak, mata berair, pernafasan cepat, merasa nyeri tak
tertahankan disekujur otot tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus mengocor. Selain itu
juga, perutnya terasa sakit dan kramp, muntah-muntah, serta diare.
Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Bujang Cindo masih
berusia 3 tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha mereka
dan tidak pernah kawin lagi. Bujang Cindo adalah anaknya semata wayang. Bujang
Cindo belajar di sekolah SMA favorit dan bergaul dengan murid-murid anak orang
kaya.
Bujang Cindo beserta gengnya sangat boros menghabiskan uangnya mengikuti
gaya hidup modern. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di sekolah selalu rendah.
Sekarang dia duduk di kelas tiga dan prestasi sekolahnya semakin memburuk
sedangkan dia menghadapi ujian akhir.
Data Alloanamnesis dari Ibu : Bujang Cindo sering diajak teman-temannya
begadang
Data Autoanamnesis : tidak pernah pakai injeksi, dia takut disuntik
Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
Temp : 37,50C
Tidak ada bekas luka atau penggunaan jarum injeksi di lengan atau bagian lain.
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : dalam batas normal, kecuali leukositosis ringan 8000/mm3
Urin : Heroin (+), marijuana (-), MDMA (-)
1
[Type text]
Identifikasi Masalah
1. Bujang Cindo, ♂, 17 tahun, ke UGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
(RSMP), sejak semalam, sekitar 9 jam lalu, gelisah sekali, menggigil, berkeringat
banyak, mata berair, pernafasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot
tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus mengocor. Selain itu juga, perutnya terasa
sakit dan kramp serta diare.
2. Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Bujang Cindo masih
berusia 3 tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha
mereka dan tidak pernah kawin lagi. Bujang Cindo adalah anaknya semata
wayang.
3. Bujang Cindo belajar di sekolah SMA favorit dan bergaul dengan murid-murid
anak orang kaya. Bujang Cindo beserta gengnya sangat boros menghabiskan
uangnya mengikuti gaya hidup modern. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di
sekolah selalu rendah. Sekarang dia duduk di kelas tiga dan prestasi sekolahnya
semakin memburuk sedangkan dia menghadapi ujian akhir.
4. Data Alloanamnesis dari Ibu : Bujang Cindo sering diajak teman-temannya
begadang
5. Data Autoanamnesis : tidak pernah pakai injeksi, dia takut disuntik
6. Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
Temp : 37,50C
Tidak ada bekas luka atau penggunaan jarum injeksi di lengan atau bagian lain.
7. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : dalam batas normal, kecuali leukositosis ringan 8000/mm3
Urin : Heroin (+), marijuana (-), MDMA (-)
Analisis Masalah
2
[Type text]
3
[Type text]
4
[Type text]
SUHU
Impuls saraf
Ke jaras otonom
Medula spinalis
Melalui jaras
simpatis
Sekresi asetil
kolin
Menghasilkan
sekret encer dan
cair
Di rangsang kuat
Sekret prekusor
di bentuk dalam
jumlah banyak
Tersebar di kulit
seluruh tubuh
KERINGAT
BANYAK
5
[Type text]
oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat
untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara
fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak
mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Dalam kasus ini dimasukkan dalam PPDGJ Axis 4 mslh primary suport grup .
7
[Type text]
8
[Type text]
acetilkodein sebagai
pengotor akibat proses
produksi
Marijuana (-) Urine (-) Normal
MDMA (-) Urine (-) Normal
10
[Type text]
Ada dua tempat kerja obat opiat yang utama, yaitu susunan saraf pusat dan
visceral. Di dalam susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah
termasuk korteks, hipokampus, thalamus, hipothalamus, nigrostriatal, system
mesolimbik, locus coreleus, daerah periakuaduktal, medula oblongata dan
medula spinalis. Di dalam sistem saraf visceral, opiat bekerja pada pleksus
myenterikus dan pleksus submukous yang menyebabkan efek konstipasi.
Efek ke sistem organ lainnya
Susunan saraf pusat
1. Analgesia
Khasiat analgetik didasarkan atas 3 faktor:
a. meningkatkan ambang rangsang nyeri
b. mempengaruhi emosi, dalam arti bahwa morfin dapat mengubah reaksi
yang timbul menyertai rasa nyeri pada waktu penderita merasakan rasa nyeri.
Setelah pemberian obat penderita masih tetap merasakan (menyadari) adanya
nyeri, tetapi reaksi khawatir takut tidaklagi timbul. Efek obat ini relatif lebih
besar mempengaruhi komponen efektif (emosional) dibandingkan sensorik
c. Memudahkan timbulnya tidur
2. Eforia
Pemberian morfin pada penderita yang mengalami nyeri, akan menimbulkan
perasaan eforia dimana penderita akan mengalami perasaan nyaman terbebas
dari rasa cemas. Sebaliknya pada dosis yang sama besar bila diberikan kepada
orang normal yang tidak mengalami nyeri, sering menimbulkan disforia
berupa perasaan kuatir disertai mual, muntah, apati, aktivitas fisik berkurang
dan ekstrimitas terasa berat.
3. Sedasi
Pemberian morfin dapat menimbulkan efek mengantuk dan lethargi.
Kombinasi morfin dengan obat yang berefek depresi sentral seperti hipnotik
sedatif akan menyebabkan tidur yang sangat dalam
4. Pernafasan
11
[Type text]
12
[Type text]
o Gelisah o Addiksi
o Depresi pernafasan o HIV, hepatitis
o Fungsi mental berkabut o Kolaps vena
o Mual dan muntah o Infeksi bakteri
o Menekan nyeri o Penyakit paru (pneumonia, TBC)
o Abortus spontan o Infeksi jantung dan katupnya
13
[Type text]
Ditinggal
mati ayahnya
sistemik
Urin(+)Heroin
leukosit leukositosis
bersama kodein. Sebab hasil metabolic kodein, juga ada yang berbentuk
morfin, sehingga morfin hasil metabolic narkotika tadi berasal dari morfinnya
sendiri dan dari kodein. Sebagai patokan dapat ditentukan, kalau hasil
metabolit morfinnya tinggi, sedang mensuplai morfin hanya sedikit, dapat
dipastikan korban telah mensuplai juga kodein cukup banyak.
Golongan : Halusinogen
Farmakokinetik : Menghasilkan keadaan menggerakkan/ membangunkan
(hiperarousal) SSP berinteraksi dengan beberapa subtipe reseptor serotonin
(5- HT) diotak (antagonis reseptor 5-HT yang kuat).
15
[Type text]
- Mood disforik
- Mual atau muntah
- Nyeri otot
- Lakrimasi atau rinorea
- Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
- Diare
- Menguap
- Demam
- Insomnia
Penatalaksanaan :
Metadon, 20 – 80 mg sehari
17
[Type text]
Hipertensi + + + -
Takikardi - - + +
Lakrimasi + + - -
Hiperhidrosis + + + +
Rinorrhea + + - -
Diare + + + -
d. Apa yang akan terjadi bila keadaan ini tidak di atasi secara komprehensif ?
Jawab :
Dubia et malam
f. Bagaimana KDU?
Jawab :
3A – Mampu membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana/X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
19
[Type text]
Hipotesis
Bujang Cindo, laki-laki, 17 thn, mengalami keadaan menggigil, berkeringat banyak,
mata berair, pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot tubuh dan
sendi-sendinya, serta ingus mengocor disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan
terlarang
Kerangka konsep
Penyalahgunaan
obat-obat terlarang
Keluhan : 20
menggigil, berkeringat banyak, mata berair,
pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan
disekujur otot tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus
mengocor dan perutnya terasa sakit disertai diare