You are on page 1of 20

[Type text]

Skenario D
Bujang Cindo, remaja pria 17 tahun, dibawa oleh ibunya ke UGD Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang (RSMP). Sejak semalam, sekitar 9 jam lalu,dia gelisah
sekali, menggigil, berkeringat banyak, mata berair, pernafasan cepat, merasa nyeri tak
tertahankan disekujur otot tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus mengocor. Selain itu
juga, perutnya terasa sakit dan kramp, muntah-muntah, serta diare.
Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Bujang Cindo masih
berusia 3 tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha mereka
dan tidak pernah kawin lagi. Bujang Cindo adalah anaknya semata wayang. Bujang
Cindo belajar di sekolah SMA favorit dan bergaul dengan murid-murid anak orang
kaya.
Bujang Cindo beserta gengnya sangat boros menghabiskan uangnya mengikuti
gaya hidup modern. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di sekolah selalu rendah.
Sekarang dia duduk di kelas tiga dan prestasi sekolahnya semakin memburuk
sedangkan dia menghadapi ujian akhir.
Data Alloanamnesis dari Ibu : Bujang Cindo sering diajak teman-temannya
begadang
Data Autoanamnesis : tidak pernah pakai injeksi, dia takut disuntik
Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign :
 TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 RR : 30 x/menit
 Temp : 37,50C
Tidak ada bekas luka atau penggunaan jarum injeksi di lengan atau bagian lain.
Pemeriksaan Laboratorium :
 Darah rutin : dalam batas normal, kecuali leukositosis ringan 8000/mm3
 Urin : Heroin (+), marijuana (-), MDMA (-)

1
[Type text]

Identifikasi Masalah
1. Bujang Cindo, ♂, 17 tahun, ke UGD Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
(RSMP), sejak semalam, sekitar 9 jam lalu, gelisah sekali, menggigil, berkeringat
banyak, mata berair, pernafasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot
tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus mengocor. Selain itu juga, perutnya terasa
sakit dan kramp serta diare.

2. Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Bujang Cindo masih
berusia 3 tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha
mereka dan tidak pernah kawin lagi. Bujang Cindo adalah anaknya semata
wayang.
3. Bujang Cindo belajar di sekolah SMA favorit dan bergaul dengan murid-murid
anak orang kaya. Bujang Cindo beserta gengnya sangat boros menghabiskan
uangnya mengikuti gaya hidup modern. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di
sekolah selalu rendah. Sekarang dia duduk di kelas tiga dan prestasi sekolahnya
semakin memburuk sedangkan dia menghadapi ujian akhir.
4. Data Alloanamnesis dari Ibu : Bujang Cindo sering diajak teman-temannya
begadang
5. Data Autoanamnesis : tidak pernah pakai injeksi, dia takut disuntik
6. Pemeriksaan Fisik :
Vital Sign :
 TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 RR : 30 x/menit
 Temp : 37,50C
Tidak ada bekas luka atau penggunaan jarum injeksi di lengan atau bagian lain.
7. Pemeriksaan Laboratorium :
 Darah rutin : dalam batas normal, kecuali leukositosis ringan 8000/mm3
 Urin : Heroin (+), marijuana (-), MDMA (-)
Analisis Masalah
2
[Type text]

1. a. Apa penyebab dari semua gejala ?


Jawab : - Gejala putus obat
- Ulkus peptikum
- Pancreatitis akut
- Pneumonia

b. Bagaimana hubungan usia, sex, dengan keluhan yang dialami ?


Jawab :
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend
dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua
kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja
untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah
pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Lebih
sering pada usia belasan dan 20 tahun. Rasio laki – laki : wanita adalah 3:1

3
[Type text]

c. Bagaimana hubungan dari semua gejala ?


Jawab :

4
[Type text]

SUHU 

Rangsangan area preoptik


anterior hipotalamus

Impuls saraf

Ke jaras otonom

Medula spinalis

Melalui jaras
simpatis

Sekresi asetil
kolin

Menghasilkan
sekret encer dan
cair

Di rangsang kuat

Sekret prekusor
di bentuk dalam
jumlah banyak

Tersebar di kulit
seluruh tubuh

KERINGAT
BANYAK

5
[Type text]

2. Bagaimana secara psikologis kondisi anak terhadap perkembangan (pola asuh,


ayah meninggal dan ibu sibuk dengan multi axial) ?
Jawab:
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak
dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat
dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif.

Macam-macam Pola Asuh Orang tua


Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak,
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh
ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak,
tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua
tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,
memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari
anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
6
[Type text]

oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat
untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara
fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak
mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

Dalam kasus ini dimasukkan dalam PPDGJ Axis 4  mslh primary suport grup .

3a.Bagaimana hubungan riwayat hidup dengan gejala-gejala Bujang Cindo ?


merupakan faktor predisposisi dimana perhatian yang kurang dari sang ibu dan
ketiadaaan peran ayah di usia yang masih 17 tahun menyebabkan ketelibatan
terhadap penyalahgunaan obat

3b. Bagaimana hubungan pola asuh, gaya hidup, dengan keluhan?


Jawab :
Pola asuh yang permisif dan gaya hidup yang modern merupakan faktor predis
posisi untuk kasus penyalahgunaan narkoba.

3c. Bagaiman hubungan penyalahgunaan NAPZA dengan prestasi yang menurun?


Jawab:
pada seseorang yang mengalami ketergantungan NAPZA memiliki gangguan
kognitif yaitu penurunan daya nalar, daya ingat dan daya konsentrasi serta tidak
perduli dengan diri sendiri dan masa depan . Pada kasus Buajng Cindo
merupakan pengguna NAPZA sehingga prestasi sekloahnya semakin memburuk.

7
[Type text]

4. a. Apa makna dari alloanamnesis ?


Jawab :
Bujang Cindo sering diajak teman-temannya begadang
pada seseorang yang ketergantungan oleh NAPZA memiliki perubahn tingkah
laku dan emosi.

5. Apa makna dari autoanamnesis ?


Jawab :
Mengidentifikasikan bahwa pasien menggunakan obat – obat tersebut melalui
oral bukan dari suntikan. Bila Pasien menggunakan suntikan kemungkinan
bisa tertular penyakit AIDS.
Biasanya alat yang digunakan oleh pasien adalah sedotan minuman dari plastik,
gulungan uang kertas yang digulung untuk menyedot heroin, dankertas timah
bekas bungkus rokok untuk tempat heroin di bakar.

6. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik ?


Jawab :
T: 37,50 C → subfebris
HR : 100 x/menit → dalam batas normal
TD: 130/80 mmHg → dalam batas normal

7. a. Apa interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan laboratorium ?


Jawab :
Pemeriksaan Normal Kasus Interpretasi
Darah Rutin DBN DBN Normal
4500 –
Leukosit 3
8000/mm3 Dalam batas normal
10000/mm
Terdeteksi, biasanya
Heroin (-) Urine (+)
heroin ilegal mengandung

8
[Type text]

acetilkodein sebagai
pengotor akibat proses
produksi
Marijuana (-) Urine (-) Normal
MDMA (-) Urine (-) Normal

b. Apa itu heroin? (isi kandungan)


Jawab :
Heroin (diasetilmorfin) termasuk golongan opioid agonis dan merupakan
derivat morfin yang terbuat dari morfin yang mengalami asetilasi pada gugus
hidroksil pada ikatan C3 dan C6.
Nama lain dari heroin: smack, junk, china ehirte, chiva, black tar, speed
balling, dope, brown, dog,negra, nod, white hores, stuff.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Heroin diabsorpi dengan baik disubkutaneus, intramuskular dan permukaan
mukosa hidung atau mulut.
Distribusi
Heroin dengan cepat masuk kedalam darah dan menuju ke dalam jaringan.
Konsentrasi heroin tinggi di paru-paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di
dalam otot skelet konsentrasinya rendah. Konsentrasi di dalam otak relative
rendah dibandingkan organ lainnya akibat sawar darah otak. Heroin
menembus sawar darah otak lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan
morfin atau golongan opioid lainnya
Metabolisme
Heroin didalam otak cepat mengalami hidrolisa menjadi monoasetilmorfin
dan akhirnya menjadi morfin, kemudian mengalami konjugasi dengan asam
glukuronik menajdi morfin 6-glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat
dibandingkan morfin sendiri. Akumulasi obat terjadi pada pasien gagal ginjal.
Ekskresi
9
[Type text]

Heroin /morfin terutama diekstresi melalui urine (ginjal). 90% diekskresikan


dalam 24 jam pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urine 48 jam
heroin didalam tubuh diubah menjadi morfin dan diekskresikan sebagai
morfin
FARMAKODINAMIK
Mekanisme kerja
Opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor
spesifik yang berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi
transmisi dan modulasi nyeri. Terdapat 3 jenis reseptor yang spesifik, yaitu
reseptor μ (mu), δ (delta) dan κ (kappa). Di dalam otak terdapat tiga jenis
endogeneus peptide yang aktivitasnya seperti opiat, yitu enkephalin yang
berikatan dengan reseptor δ, β endorfin dengan reseptor μ dandynorpin
dengan resptor κ. Reseptor μ merupakan reseptor untuk morfin (heroin).
Ketiga jenis reseptor ini berhubungan dengan protein G dan berpasangan
dengan adenilsiklase menyebabkan penurunan formasi siklik AMP sehingga
aktivitas pelepasan neurotransmitter terhambat  penurunan kemampuan
berpikir  prestasi selalu rendah  Toleransi  pemakaian zat meningkat 
semakin memburuk.
Efek inhibisi opiat dalam pelepasan neurotransmitter
Pelepasan noradrenalin
Opiat menghambat pelepasan noradrenalin dengan mengaktivasi reseptor μ
yang berlokasi didaerah noradrenalin. Efek morfin tidak terbatas
dikorteks,tetapi juga di hipokampus,amigdala, serebelum, daerah
peraquadiktal dan locus cereleus.
Pelepasan asetikolin
Inhibisi pelepasan asetikolin terjadi didaerah striatum oleh reseptor deltha,
didaerah amigdala dan hipokampus oleh reseptor .Pelepasan dopamine
Pelepasan dopamin diinhibisi oleh aktifitas reseptor kappa
Tempat Kerja

10
[Type text]

Ada dua tempat kerja obat opiat yang utama, yaitu susunan saraf pusat dan
visceral. Di dalam susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah
termasuk korteks, hipokampus, thalamus, hipothalamus, nigrostriatal, system
mesolimbik, locus coreleus, daerah periakuaduktal, medula oblongata dan
medula spinalis. Di dalam sistem saraf visceral, opiat bekerja pada pleksus
myenterikus dan pleksus submukous yang menyebabkan efek konstipasi.
Efek ke sistem organ lainnya
Susunan saraf pusat
1. Analgesia
Khasiat analgetik didasarkan atas 3 faktor:
a. meningkatkan ambang rangsang nyeri
b. mempengaruhi emosi, dalam arti bahwa morfin dapat mengubah reaksi
yang timbul menyertai rasa nyeri pada waktu penderita merasakan rasa nyeri.
Setelah pemberian obat penderita masih tetap merasakan (menyadari) adanya
nyeri, tetapi reaksi khawatir takut tidaklagi timbul. Efek obat ini relatif lebih
besar mempengaruhi komponen efektif (emosional) dibandingkan sensorik
c. Memudahkan timbulnya tidur
2. Eforia
Pemberian morfin pada penderita yang mengalami nyeri, akan menimbulkan
perasaan eforia dimana penderita akan mengalami perasaan nyaman terbebas
dari rasa cemas. Sebaliknya pada dosis yang sama besar bila diberikan kepada
orang normal yang tidak mengalami nyeri, sering menimbulkan disforia
berupa perasaan kuatir disertai mual, muntah, apati, aktivitas fisik berkurang
dan ekstrimitas terasa berat.
3. Sedasi
Pemberian morfin dapat menimbulkan efek mengantuk dan lethargi.
Kombinasi morfin dengan obat yang berefek depresi sentral seperti hipnotik
sedatif akan menyebabkan tidur yang sangat dalam
4. Pernafasan

11
[Type text]

Pemberian morfin dapat menimbulkan depresi pernafasan, yang disebabkan


oleh inhibisi langsung pada pusat respirasi di batang otak. Depresi pernafasan
biasanya terjadi dalam 7 menit setelah ijeksi intravena atau 30 menit setelah
injeksi subkutan atau intramuskular. Respirasi kembali ke normal dalam 2-3
jam
5. Pupil
Pemberian morfin secara sistemik dapat menimbulkan miosis. Miosis terjadi
akibat stimulasi pada nukleus Edinger Westphal N. III
6. Mual dan muntah
Disebabkan oleh stimulasi langsung pada emetic chemoreceptor trigger zone
di batang otak.
Efek perifer
1. Saluran cerna
o Pada lambung akan menghambat sekresi asam lambung, mortilitas lambung
berkurang, tetapi tonus bagian antrum meninggi.
o Pada usus beasr akan mengurangi gerakan peristaltik, sehingga dapat
menimbulkan konstipasi
2. Sistem kardiovaskular
Tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap tekanan darah, frekuensi
maupun irama jantung. Perubahan yang tampak hanya bersifat sekunder
terhadap berkurangnya aktivitas badan dan keadaan tidur, Hipotensi
disebabkan dilatasi arteri perifer dan vena akibat mekanisme depresi sentral
oleh mekanisme stabilitasi vasomotor dan pelepasan histamin
3. Kulit
Mengakibatkan pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tampak merah
dan terasa panas. Seringkali terjadi pembentukan keringat, kemungkinan
disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah di kulit akibat efek sentral
danpelepasan histamin
4. Traktus urinarius

12
[Type text]

Tonus ureter dan vesika urinaria meningkat, tonus otot sphincter


meningkat,sehingga dapat menimbulkan retensi urine.
IV. JENIS HEROIN
Jenis heroin yang sering diperdagangkan adalah:
1. Bubuk putih
Diperjualbelikan dalam kantung-kantung yang telah dikemas secara khusus
dengan ukuran 3x1,5 cm, berisi 100 mg bubuk dengan kadar heroin berkisar
antara 1-10%. Pada saat ini kadar heroin dalam bubuk cenderung meingkat,
rata-rata berkisar 35%. Biasanya bubuk tersebut dicampur dengan gula, susu
bubuk atau kanji. Banyak diperjualbelikan di daerah Asia.
2. Bubuk coklat
Bentuk, kemasan dan kadar heroin mirip dengan bubuk putih, hanya warnanya
yang coklat. Banyak didapatkan di daerah Mexico
3. Black Tar
Banyak diperjualbelikan di Usa. Warna hitam disebabkan oleh metode
prosesing. Bentuknya kecil-kecil seperti kacang dan lengket. Kadar heroin
didalamnya berkisar 20-80%. Pemakaian biasanya dilarutkan dengan sedikit
air kemudian dihangatkan diatas api. Setelah dilarutkan dapat dimasukkan ke
dalam alat suntik
Efek yang timbul akibat penggunaan heroin
Menurut national Institute Drug Abuse (NIDA), dibagi menjadi efek segera
(shortterm) dan efek jangka panjang (long term)
Efek segera (short term) Efek jangka panjang (long term)

o Gelisah o Addiksi
o Depresi pernafasan o HIV, hepatitis
o Fungsi mental berkabut o Kolaps vena
o Mual dan muntah o Infeksi bakteri
o Menekan nyeri o Penyakit paru (pneumonia, TBC)
o Abortus spontan o Infeksi jantung dan katupnya

13
[Type text]

c. Bagaimana hubungan gejala yang dialami dengan pemeriksaan laboratorium ?


Jawab :

Ditinggal
mati ayahnya

Pola hidup terganggu dan


pergaulan tidak terkontrol

Penyalahgunaan Masuk ke Dialirkan


NAPZA (Jenis Heroin tubuh darah
gol. opioid)

sistemik
Urin(+)Heroin

leukosit leukositosis

d. Bagaimana cara pemeriksaan heroin, marijuana, dan MDMA ?


Jawab :
Nalorfine Test
Penafsiran hasil test : Kadar morfin dalam urin, bila sama dengan 5 mg%,
berarti korban minum heroin atau morfin dalam jumlah sangat banyak. Bila
kadar morfin atau heroin dalam urin 5-20 mg%, atau kadar morfin/heroin
dalam darah 0,1-0,5 mg%, berarti pemakaiannya lebih besar dosis lethalis.
Permasalahan timbul bila pasien memakai morfin bersama dengan heroin atau
14
[Type text]

bersama kodein. Sebab hasil metabolic kodein, juga ada yang berbentuk
morfin, sehingga morfin hasil metabolic narkotika tadi berasal dari morfinnya
sendiri dan dari kodein. Sebagai patokan dapat ditentukan, kalau hasil
metabolit morfinnya tinggi, sedang mensuplai morfin hanya sedikit, dapat
dipastikan korban telah mensuplai juga kodein cukup banyak.

e. Bagaimana aspek medicolegal dari NAPZA ?


Jawab:
Menurut Undang-Undang (UU) no 22 tahun 1997 tentang narkotika
(pasal 84 dan 85), tercantum konsekuensi hukuman yang berbeda bagi
pengguna Narkotika (Golongan I, II dan II) secara ilegal. Bagi pengguna
terhadap orang lain (pasal 84) dapat di kenakan hukuman penjaara paling lama
dari 5 sampai 15 tahun, atau dengan denda uang berkisar antara 250 juta
rupiah sampai 750 juta rupiah. Menggunakan Narkotika secara ilegal bagi diri
sendiri dapat dikenakan hukuman penjara paling lama dari 1 sampai 4 tahun
(pasal 85).

f. Bagaimana aspek farmakologi golongan obat-obat narkotika ? (jenis, reseptor,


farmakokinetik, farmakodinamik, cara kerja, indikasi,
efek, efek samping)
Jawab :
Golongan : stimulasi
Farmakokinetik: Bekerja dipusat, terutama dengan meningkatkan release
neurotransmiter, katekolamin, termasuk dopami.
Contoh :Kokain, Nikotin, Kafein

Golongan : Halusinogen
Farmakokinetik : Menghasilkan keadaan menggerakkan/ membangunkan
(hiperarousal) SSP berinteraksi dengan beberapa subtipe reseptor serotonin
(5- HT) diotak (antagonis reseptor 5-HT yang kuat).
15
[Type text]

Contoh : LSD, Meskalin, psisosidin


Efek :
Somatis : Pusing,lemah, tremor, mual, dan parestesi
Perseptif: Pandangan kabur, distorsi perseptif, ilusi visual atau halusinasi
Psikologis: gg.ingatan, kesulitan berfikir, perubahan suasana hati

Golongan : Analgesik narkotik


Farmakokinetik : Absorbsi, distribusi, methabolisme, ekresi.
Contoh : heroin, morfin, oxycodon, opioid
Farmakodinamik : Efek analgesi dengan mengikat reseptor khusus terutama
daerah otak dan corda spinalis dalam transmisi dan modulasi nyeri
Indikasi : Analgesi, Edem paru akut, Batuk, Diare
Efek : Efek sistemik saraf pusat, saraf perifer.
Efek samping : toleransi ketergantungan : fisik dan psikologis

Golongan : Sedatif Hipnotika


Contoh : Barbiturat, Benzodiazepam, Agonis Resesptor, GABA, Etanol.

g. Bagaimana gejala putus obat dan penatalaksanaanya ?


Jawab :
Kriteria Diagnostik untuk Putus Obat (DSM-IV)
A. Perkembangan suatu sindrom spesifik zat karena penghentian (atau
penurunan) pemakaian zat yang telah digunakan lama dan berat
B. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klini atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya.
C. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain.

Gejala Putus Opioid


16
[Type text]

- Mood disforik
- Mual atau muntah
- Nyeri otot
- Lakrimasi atau rinorea
- Dilatasi pupil, piloereksi, atau berkeringat
- Diare
- Menguap
- Demam
- Insomnia

Putus morfin dan heroin : 6 – 8 jam setelah dosis terakhir, setelah 2


periode satu sampai 2 minggu pemakaian kontinu, puncak intens selama
hari kedua atau ketiga, menghilang selama 7 – 10 hari setelahnya atau
menetap selama 6 bulan atau lebih.

Putus meperidine : dimulai cepat, puncak 8 – 12 jam, dan selesai dalam


4 – 5 hari.
Putus Metadon : dimulai 1 sampai 3 hari setelah dosis terakhir dan
selesai dalam 10 – 14 hari.

Penatalaksanaan :
Metadon, 20 – 80 mg sehari

8. Bila kumpulan gejala ini saling dikaitkan :


a. Gangguan apa yang mungkin terjadi pada kasus ini ?
Jawab :
Gejala Kasus Heroin Alkohol Sedatif
Demam + + + +
Takipneu + + - -

17
[Type text]

Hipertensi + + + -
Takikardi - - + +
Lakrimasi + + - -
Hiperhidrosis + + + +
Rinorrhea + + - -
Diare + + + -

b. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini ?


Jawab :
Withdrawal heroin syndrome, gejala putus obat golongan opioid.

c. Bagaimana cara mengaktifasi mengatasi secara komprehensif ?


Jawab :
- Jaga jalan nafas , perhatikan ABCnya
- Beri infus NaCl 0,9%/ ringer lactat untuk mengobati hipovolemi
- Metadon, 20 – 80 mg sehari

d. Apa yang akan terjadi bila keadaan ini tidak di atasi secara komprehensif ?
Jawab :
Dubia et malam

e. Apakah gangguan ini dapat diatasi sampai tuntas, bagaimana penanganannya?


Jawab :
Bonam jika segera diterapi dan dengan perawatan yang intensif serta
didukung dengan perhatian dari pihak keluarga dan orang-orang terdekat.
f. bagaimana pencegahan?
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan
NAPZA dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk
mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan
18
[Type text]

NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak


menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak
berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang
anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi
menggunakan NAPZA.

Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah


penyalahgunaan NAPZA :
1. Mengasuh anak dengan baik, penuh kasih sayang, penanaman disiplin
yang baik, ajarkan membedakan yang baik dan buruk.
2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat Hal ini membuat anak rindu
untuk pulang ke rumah.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4. Orang tua menjadi contoh yang baik. Orang tua yang merokok akan
menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5. Kembangkan komunikasi yang baik : Komunikasi dua arah, bersikap
terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
6. Memperkuat kehidupan beragama. Yang diutamakan bukan hanya ritual
keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam
agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat
berdiskusi dengan anak

f. Bagaimana KDU?
Jawab :
3A – Mampu membuat diagnosa klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana/X-ray). Dokter dapat memutuskan dan

19
[Type text]

memberikan terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan


(bukan kasus gawat darurat).

g. Bagaimana pandangan islam ?


Jawab :
QS Al Maidah ayat 90 :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman khamr, judi, berkorban
untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.
QS Al Baqoroh ayat 195 :
“Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada kecelakaan/kebinasaan (sebagaimana
akibat) tangan-tanganmu…”

Hipotesis
Bujang Cindo, laki-laki, 17 thn, mengalami keadaan menggigil, berkeringat banyak,
mata berair, pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot tubuh dan
sendi-sendinya, serta ingus mengocor disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan
terlarang
Kerangka konsep

Ditinggal meninggal Ibu yang sibuk dan


ayah (usia 3thn) tidak menikah lagi

Pola asuh yang


salah

Gaya hidup modern


negatif pada anak

Penyalahgunaan
obat-obat terlarang

Keluhan : 20
menggigil, berkeringat banyak, mata berair,
pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan
disekujur otot tubuh dan sendi-sendinya, serta ingus
mengocor dan perutnya terasa sakit disertai diare

You might also like