Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang mana hasil dari kelainan sekresi
insulin secara progresif berupa resistensi insulin dan defisiensi insulin (American Diabetes
Association, 2012). Salah satu faktor risiko terjadinya resistensi insulin tersebut adalah gaya
hidup yang tidak sehat seperti aktivitas fisik yang kurang sehingga menyebabkan obesitas
dan sensitivitas insulin menurun (Soebardi, 2007). Oleh karena itu, olah raga merupakan
salah satu dari empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu edukasi, terapi gizi, olah
raga, dan terapi farmakologis (Soegondo, as cited in Wicaksono, 2014).
Selain sebagai tatalaksana pengontrolan kadar gula darah untuk pasien diabetes tipe 1
dan tipe 2, olah raga juga bermanfaat untuk keadaan prediabetes dan mencegah
perkembangan diabetes melitus tipe 2 (Colberg, 2016). Menurut studi yang dilakukan oleh
Colberg (2016), kebutuhan olah raga untuk pasien prediabetes, diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, dan pasien diabetes melitus yang sudah berkembang menjadi
keadaan komplikasi memiliki perbedaan. Fenomena yang ditemui selama membina keluarga
dengan salah satu anggota keluarganya menderita diabetes melitus, ditemukan bahwa
individu tersebut jarang melakukan olah raga walaupun telah mendapat dorongan untuk
melakukan olah raga dari anggota keluarga yang lain. Selain belum mengetahui manfaat dari
olah raga dalam mengontrol kadar gula darah dan jenis olah raga untuk penderita diabetes
melitus, individu tersebut marasa cemas jika terjadi perlukaan pada kakinya. Oleh karena
latar belakang tersebut, maka penulis melakukan analisis jurnal untuk mengetahui manfaat
olah raga terhadap pengontrolan kadar gula darah dan jenis olah raga yang dapat dilakukan
pada penderita diabetes melitus.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana manfaat olah raga terhadap pengontrolan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus?
2. Apa saja jenis olah raga yang dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah pada
penderita diabetes melitus?
C. Tujuan
1. Mengetahui manfaat olah raga terhadap pengontrolan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.
2. Mengetahui jenis olah raga yang dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui jenis olah raga yang dapat digunakan untuk mengontrol
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus, sehingga dapat memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap penederita diabetes melitus di komunitas.
Penderita diabetes melitus dapat mengetahui manfaat olah raga terhadap pengontrolan
kadar gula darah dan jenis olah raga yang dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah, sehingga mereka dapat menerapkan olah raga tersebut. Selain itu, mereka juga
dapat mengetahui kapan olah raga dapat dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
akibat kelainan pada insulin, sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik
dari Diabetes terkait dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai
organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
Association, 2014). Menurut studi epidemiologi, jumlah penyandang DM meningkat dari
sekitar 30 juta kasus pada tahun 1985, 177 juta pada tahun 2000, 285 juta pada tahun 2010, dan
diperkirakan jika situasi terus, lebih dari 360 juta orang pada 2030 akan memiliki DM
(Yazdanpanah et al., 2015).
a. Diabetes tipe 1 (hasil dari kerusakan sel beta, biasanya menyebabkan kekurangan insulin
absolut).
b. Diabetes tipe 2 (hasil dari kelainan sekretorik insulin secara progresif pada latar belakang
resistensi insulin).
c. Diabetes dengan tipe tertentu karena penyebab lain, misalnya, kelainan genetik pada
fungsi sel beta, kelainan genetik dalam aksi insulin, penyakit pankreas eksokrin (seperti
cystic fibrosis), dan penggunaan narkoba dan bahan kimia (seperti di pengobatan HIV /
AIDS atau setelah transplantasi organ).
d. Diabetes Mellitus gestasional (Diabetes didiagnosis selama kehamilan pada seseorang
yang tidak mengalaminya sebelumnya).
Beberapa pasien tidak dapat dengan jelas mengklasifikasikan sebagai Diabetes tipe 1 atau tipe
2. Presentasi klinis dan penyakit progresif bervariasi dalam kedua jenis Diabetes. Kadang-
kadang, pasien yang lain memiliki Diabetes tipe 2 dapat hadir dengan ketoasidosis. Demikian
pula, pasien dengan tipe 1 mungkin memiliki onset terlambat dan perkembangan penyakit yang
lambat (tanpa henti) walaupun memiliki penyakit autoimun. Kesulitan seperti di diagnosis
dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa (American Diabetes Association,
2012).
2. Etiologi
a. Diabetes tipe 1 (kerusakan sel beta, biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut)
i) Mediasi Imun
ii) Idiopatik
b. Diabetes tipe 2 (dapat berkisar dari sebagian besar resistensi insulin dengan defisiensi
insulin sampai dengan adanya kelainan sekretorik dengan resistensi insulin)
c. Diabetes tipe tertentu lainnya :
3. Patofisiologi
Individu dengan Diabetes tipe 1 mengalami penghancuran autoimun dari β-sel pancreas
yang menyebabkan defisiensi sekresi insulin yang menghasilkan gangguan metabolik yang
berhubungan dengan Diabetes tipe 1. Selain hilangnya sekresi insulin, fungsi α-sel pankreas
juga tidak normal dan ada sekresi berlebihan glukagon pada pasien Diabetes tipe 1.
Biasanya, hiperglikemia menyebabkan berkurangnya sekresi glukagon. Namun, pada pasien
dengan Diabetes tipe 1, sekresi glukagon tidak ditekan oleh hiperglikemia. Meskipun
kekurangan insulin adalah kelainan utama dalam Diabetes tipe 1, terdapat juga kelainan
dalam administrasi insulin. Ada beberapa mekanisme biokimia yang menjelaskan penurunan
respon jaringan terhadap insulin. Kekurangan insulin menyebabkan lipolisis yang tidak
terkendali dan peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma, yang menekan
metabolisme glukosa pada jaringan perifer seperti otot rangka. Hal ini mengganggu
pemanfaatan glukosa dan kekurangan insulin juga menurunkan ekspresi dari beberapa gen
yang diperlukan untuk jaringan target untuk merespon secara normal terhadap insulin
seperti glukokinase di hati dan GLUT 4 kelas transporter glukosa dalam jaringan adiposa
(Raju dan Raju, 2010cit Ozougwu, 2013).
Individu dengan Diabetes tipe 2 memiliki insulin yang beredar didalam darah, tidak
seperti pasien dengan Diabetes tipe 1. Berdasarkan atas toleransi glukosa oral menguji
unsur-unsur penting dari Diabetes tipe 2, Diabetes dengan tipe ini dapat dibagi menjadi
empat kelompok yang berbeda:
Diagnosis Diabetes
A1C ≥ 6,5%. Tes harus dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan metode yang NGSP bersertifikat dan standar untuk uji
DCCT. *
ATAU
Gula darah puasa ≥ 126 mg / dl (7,0 mmol / l). Puasa didefinisikan
sebagai tidak ada asupan kalori selama minimal 8 jam. *
ATAU
Glukosa plasma dua jam ≥ 200 mg / dl (11.1mmol / l) selama
OGTT. Tes harus dilakukan sebagai penjelasan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia, menggunakan beban glukosa yang mengandung
setara dengan 75 g glukosa anhidrat dilarutkan dalam air. *
ATAU
Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis
hiperglikemik, plasma acak glukosa ≥ 200 mg / dl (11,1 mmol / l).
* Dengan tidak adanya hiperglikemia tegas, kriteria 1-3 harus dikonfirmasi dengan tes
ulang (American Diabetes Association, 2014).
5. Komplikasi
Penyakit Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia. Apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya beberapa
komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit Diabetes diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu komplikasi makrovaskular dan komplikasi mikrovaskuler. Komplikasi vaskuler
yang dapat terjadi diantaranya adalah penyakit arteri coroner, penyakit arteri perifer, dan
stroke. Sedangakan yang termasuk di dalam komplikasi mikrovaskuler diantaranya yaitu
nefropati diabetik, retinopati diabetik dan neuropati diabetik (Fowler, 2008).
Menurut Soegondo 2007 dalam Wicaksono 2014, dalam Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia Tahun 2011, terdapat 4 Pilar
penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu:
a. Edukasi
Menurut Soebardi 2007 dalam Wicaksono 2014 terapi gizi yang dapat diberikan disini
adalah diet 1425 kalori/hari. Hal ini sesuai dengan rumus Broca yang diterapkan terhadap
pasien dengan memperhatikan, berat badan, indeks massa tubuh, umur, jenis kelamin,
jenis aktivitas fisik, Makanan sejumlah kalori tersebut terbagi menjadi tiga porsi besar
yaitu pagi (20%), siang (30%) dan malam (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10%-
15%) disetiap porsinya.
c. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani bagi penyandang Diabetes antara lain meningkatkan penurunan
kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah,
serta meningkatkan kemampuan kerja (Ova, 2010). Pola olahraga yang disarankan setiap
3-4 per minggu dengan tiap kali olahraga tidak kurang dari 30 menit (dianjurkan untuk
jalan sehat). Hal ini telah sesuai dengan PERKENI (2011) yang menyatakan bahwa
latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar DM tipe II. Latihan jasmani selain
untuk meningkatkan kebugaran juga bertujuan untuk menurunkan berat badan serta
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Olahraga yang disarankan adalah olahraga yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging atau berenang dan sebaiknya kegiatan jasmani juga disesuaikan
dengan umur dan kemampuan (Soebardi, 2007).
d. Intervensi farmakologis
BAB III
HASIL DAN ANALISIS
A. Identitas jurnal
Judul ArtikelUtama : Physical Activity/Exercise and Diabetes: A Position
Statement of the American Diabetes Association
Tahun : 2016
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Perawat mampu memberikan edukasi kesehatan kepada penderita diabetes melitus tentang
jenis olah raga yang tepat dan kapan dapat melakukan olah raga pada pasien diabetes
melitus.
2. Perawat dapat melakukan penelitian terkait jenis latihan untuk penderita diabetes melitus
yang efektif dan efisien
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manfaat olah raga pada penderita diabetes melitus tidak hanya pengontrolan kadar gula
darah, melainkan meningkatkan massa otot sehingga menurunkan kadar trigliserida dan
pecegahan jatuh. Kemudian jenis olah raga yang dapat digunakan untuk mengontrol kadar
gula darah pada penderita diabetes melitus.adalah olah raga aerobik, latihan tahanan,
latihan kelenturan, dan latihan keseimbangan.
B. Saran
Penderita diabetes melitus hendaknya memeriksa keadaan fisiknya apakah terdapat tanda
dan gejala hipoglikemi sebelum maupun selama melakukan olah raga, sehingga
hipoglikemi yang dapat diakibatkan oleh olah raga dapat dihindari
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2012. Standards of Medical Care in Diabetes - 2012. (Online)
http://care.Diabetesjournals.org/content/35/Supplement_1/S11.full (diakses 12 April
2015).
American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
(Online)http://care.Diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S81.full.pdf+html
(diakses 12 April 2015).
Colberg, S. R., Sigal, R.J., Yardley, J.E., Riddell, M.C., Dunstan, D.W., Dempsey, P.C.,
Horton, E.S., Castorino, K., Tate, D.F. 2016. Physical Activity/Exercise and Diabetes:
A Position Statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care, volume 39:
:2065–2079. DOI: 10.2337/dc16-1728.
Dodie, Natasya J., Tendean, L., Wantouw, B. 2013. PENGARUH LAMANYA DIABETES
MELITUS TERHADAP TERJADINYA DISFUNGSI EREKSI. Jurnal e-Biomedik
(eBM), Volume 1, Nomor 3. Fowler, M.J., 2008. Microvascular and macrovascular
complications of Diabetes...6th in a 12-part series. , 26(2), pp.77–82.
Martin, A.L. & Lipman, R.D., 2013. The future of Diabetes education: expanded opportunities
and roles for Diabetes educators. The Diabetes educator, 39(4), pp.436–46. (Online)
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23649727 (diakses pada 27 April 2015).
Wicaksono M.T.P. 2013. Diabetes Mellitus Tipe II Gula Darah Tidak Terkontrol dengan
Komplikasi Neuropati Diabetikum. Medula: 1 (3): 10-18.
Yazdanpanah, L., Nasiri, M. & Adarvishi, S., 2015. Literature review on the management of
diabetic foot ulcer. , 6(1), pp.37–53.