Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA
I. PENGERTIAN EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah
medis : 163,2001)
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam
nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric patologi : 99. 1984)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita hamil
dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)
Eklampsia dalam bahasa Yunani berarti “Halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul tiba-
tiba seperti petir. (Sinopsis obstetric : 203,1998)
Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999)
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai karena
seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba tanpa didahului oleh tanda –
tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau
dalam nifas dengan tanda – tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejangan yang diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan
eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan
bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
2. ETIOLOGI
Sebab eklampsia belum diketahui pasti, namun salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia
disebabkan ishaemia rahim dan plasenta (Ischaemia Utera Placentoe). Selama kehamilan, uterus
memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hidotidosa, hidramnian, kehamilan ganda, nultipara,
akhir kehamilan, persalinan, juga penyakit pembuluh darah ibu, diabetes peredaran darah dalam
dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desiduc yang menyebabkan
vasospesmus dan hipertensi.
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum sepenuhnya
difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk menerangkan
terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan
keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan
invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan
menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan
turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal
bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai
organ.
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik, mola hidatidosa,
hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia,
riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia, lebih sering dijumpai pada
penderita preeklampsia dan eklampsia.
3. FREKUENSI
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu Negara dan yang lain. Frekuensi rendah pada
umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik, penyediaan
tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre eklampsia yang sempurna.
4. MANIFESTASI KLINIS
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang,
dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang
pertama ini akan diikuti dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang
ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah
kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih
kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma
berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih
kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti
dengan koma yang lama bahkan kematian.
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50
kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung derajat
hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan
yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada
susunan saraf pusat.
5. PATOLOGI
Pada wanita yang meninggal akibat eklampsia dikarenakan adanya komplikasi pada hati, otak,
retina, paru-paru dan jantung. Pada keadaan umum dapat ditemukan necrose, haemoragia ,
aedema Hypernaema atau ishcaemia dan trombhosis.
6. TANDA DAN GEJALA
Gejala pada eklampsia diawali dengan timbulnya tanda-tanda preeklampsia yang semakin buruk,
seperti : gejala nyeri kepada di daerah frontal gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di
epigastrium dan hiperrefleksia.
Tingkat aura / awal keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepada diputar ke kanan / kiri.
Tingkat kejangan tonik, yang berlangsung kurang lebih 30 detik dalam tingkat ini seluruh otot
menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan mengggenggam dan kaki membengkok ke
dalam, pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
Tingkat kejangan klonik, berlangsung antara 1-2 menit, spesimustonik tonik menghilang, semua
otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup dan
lidah dapat tergigit kembali, bola mata menonjol, dan mulut keluar ludah yang berbusa muka
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi dapat terjadi dari tempat tidurnya
akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan penderita
menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
7. KLASIFIKASI EKLAMPSIA
a. Eklampsia gravidarum
• kejadian 150 % sampai 60 %
• serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
• Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
• Saat sedang inpartu
• Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu.
c. Eklampsia puerperium
• Kejadian jarang
• Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
8. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan tanda dan gejala
preeklampsia yang disusul oleh serangan kejang, maka diagnosis eklampsia tidak diragukan lagi.
1) Epilepsi
Dalam anamnesia diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda
preeklampsia tidak ada.
Apabila obat anesthesia locak tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejang.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup
dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia :
Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre
eklampsia.
Hipofibrinogemia
Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak
berwarna menjadi merah.
Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi.
Edema Paru
Nekrosis Hati
Sindrome Hellp
Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus.
Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania
Prematuritas
10. TERAPI
2. Penanganan Kejang
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2
)
Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
3. Penanganan Umum
Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100
mmHg.
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin.
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretic
Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella
(+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr (
20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
10. PROGNOSIS
Eklampsia di indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar
dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8 % -
25.5% sedangkan kematian lebih tinggi lagi,yakni 42,2 % - 48.9 %.Sebaliknya,kematian ibu dan
bayi di negara maju lebih kecil.Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang
maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal,penderita-penderita
eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat.Kematian ibu biasanya disebabkan
oleh perdarahan otak,dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,payah-ginjal,dan masuknya
isi lambung ke dalam jalan pernafasan waktu kejangan.Sebab kematian bayi terutama hipoksia
intrauterin dan prematuritas.
11. PENCEGAHAN
Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan diri sejak hamil muda.
Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila
ditemukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Sumber (http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-
keperawatan_07.html)
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
Data subyektif :
Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20
tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium,
mual muntah, penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
Data Obyektif :
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
Pemeriksaan penunjang :
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
2. Diagnosa keperawatan
Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada kehamilan
Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan hipertensi
pada kehamilan
Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
3. Intervensi keperawatan
Kriteria hasil:
Perfusi maksimal
Intervensi Rasional
Kriteria hasil:
DP 3: Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan dengan
hipertensi pada kehamilan
Kriteria hasil:
Edema minimal
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
DP 5: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada informasi
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Suhu : 36-37 °C
Intervensi Rasional
DP 8 : Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi fetal distress pada janin
Kriteria hasil :
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan dimana awalan kata
pada intervensi ditambah dengan kata kerja.misalnya jika pada intervensi keperawatan kaji TTV
maka pada implementasi keperawatan mengkaji TTV.(Judith M.W.2007)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil asuhan keperawatan yang dilakukan (Judith M.W. 2007)