You are on page 1of 20

A.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalassemia


1. Pengertian
Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang diturunkan
secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih lantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan
terjadinya anemia hemolitik (Broyles, 1997). Dengan kata lain thalassemia
merupakan penyakit anemia hemolitik, di mana terjadi kerusakan sel darah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120
hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat
dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.
Secara normal, Hb A dibentuk oleh rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai
beta. Pada beta thalassemia, pembuatan rantai beta sangat terhambat. Kurangnya
rantai beta berakibat pada meningkatnya rantai alpha. Rantai alpha ini mengalami
denaturasi dan presitipasi dalam sel sehingga menimbulkan kerusakan pada
membrane sel, yaitu membrane sel menjadi lebih permeable. Sebagai akibatnya,
sel darah mudah pecah sehingga terjadi anemia hemolitik. Kelebihan rantai alpha
akan mengurangi stabilitas gugusan hem yang akan mengoksidasi hemoglobin
dan membrane sel, sehingga menimbulkan hemolisa.
Jenis thalassemia secara klinis di bagi menjadi dua golongan, yaitu
thalassemia mayor yang memberikan gejala yang jelas bila dilakukan pengkajian
dan thalassemia minor yang sering tidak memberikan gejala yang jelas.
2. Etiologi
Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan.
Banyak diturunkan oleh pasangan suami istri yang mengidap thalassemia dalam
sel-selnya. Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat
yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen
dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut
hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
Thalassemia digolongkan berdasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis
yang utama adalah:
a. Alfa – thalassemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – thalassemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25%
minimal membawa 1 gen).
b. Beta – thalassemia (melibatkan rantai beta)
Beta – thalassemia pada orang yang di daerah mediterania dan asia tenggara.
3. Manifetasi klinis
 Letargi
 Pucat
 Kelemahan
 Anorexia
 Diare
 Sesak nafas
 Pembesaran limfa dan hepar
 Ikterik ringan
 Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki
 Penebalan tulang kranial
4. Patofisiologis
Konsekuensi hematologic karena kurangnya sintesis satu rantau globin
disebabkan rendahnya hemoglobin intraseluler (hipokromia) dan kelebihan relatif
rantai lainnya.
β thalassemia. Dengan berkurangnya sintesis β globin, sebagian besar rantai α
yang diproduksi tidak dapat menemukan pasangannya rantai β untuk berikatan.
Rantai α yang bebas membentuk agregat yang sangat tidak stabil dan
menghasilkan berbagai akibat selanjutnya, yang terpenting adalah kerusakan
membrane sel, menyebabkan keluarnya K⁺ dan gangguan sintesis DNA.
Perubahan ini menyebabkan destruksi precursor sel darah merah dalam sumsum
tulang (eritropoesis inefektif) dan hemolisis sel darah abnormal dilimpa (status
hemolitik). Anemia yang disebabkannya bila parah menyebabkan ekspansi
kompensasi sumsum eritropoetik, yang dapat menembus korteks tulang dan
menyebabkan abnormalitas rangka pada anak-anak yang sedang bertumbuh.
Eritropoesis yang inefektif juga berkaitan dengan absorpsi berlebihan besi dari
makanan, yang bersama dengan berulangnya transfuse darah (diperlukan oleh
beberapa penderita) menyebabkan kelebihan besi yang parah.
α-thalassemia. Berkaitan dengan ketidakseimbangan sintesis rantai α dan rantai
non-α (β, % atau ⸹). Rantai non-α yang tidak mempunyai pasangan akan
membentuk agregat yang tidak stabil yang merusak sel darah merah dan
prekursirnya.
5. Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia

Pernikahan penderita thalassemia carier

penyakit secara autosomal resesif

Gangguan sintesis rantai globin α dan β

Pembentukan rantai α dan β di retikulosit tidak Rantai α kurang terbentuk dari pada rantai β
seimbang

 Rantai β kurang dibentuk dibandingkan α


 Rantai β tidak dibentuk sama sekali
 Rantai g dibentuk tetapi tidak menutupi
kekurangan rantai β
Thalassemia β Thalassemia β

 Gangguan pembentukan rantai α dan β

 Pembentukan rantai α dan β


 Penimbunan dan pengendapan rantai α

dan β

Tidak terbentuk HbA

Membentuk inclusion bodies

Menempel pada dinding eritrosit

Merusak dinding eritrosit

Hemolysis

 Eritropoesis darah yang tidak efektif dan penghancuran precursor eritrosit


dan intramedula

 sintesis Hb→eritrosit hipokrom dan mikrositer


 Hemolisis eritrosit yang immature

ANEMIA

Pengikat O2 Kompensasi tubuh Hipoksia


oleh RBC membentuk eritrosit oleh

sumsum tulang
Aliran darah organ

vital dan jaringan Tubuh merespon dengan


pembentukan eritropoetin
Hyperplasia sumsum tulang
Suplai O2/Na ke
O2 dan nutrisi tidak di
transpor secara adekuat Masuk ke sirkulasi jaringan
Ekspansi massif sumsum
tulang wajah dan kranium
Perfusi jaringan
Merangsang eritropoesis Metabolisme sel
terganggu
Deformitas tulang

Pembentukan RBC baru Pertumbuhan sel dan otak


yang immature dan terhambat
 Perubahan bentuk mudah lisis
wajah
 Penonjolan tulang Resiko Gangguan
tengkorak tumbuh kembang
Hb
 pertumbuhan pada
tulang maksila Perubahan
 Terjadi face cooley Perlu transfusi pembentukan ATP

Perasaan berbeda dengan orang lain Energy yang


Terjadi Fe dalam tubuh
dihasilkan
Gambaran diri negatif
Hemosiderosi
s Kelemahan fisik
Gangguan konsep Terjadi hemapoesis
diri: body image pigmentasi kulit (coklat di extramedula
kehitaman
Intoleransi aktifitas
Fibrosis
Hemokromatesis
Kerusakan integritas kulit

Liver Limfa Jantung Pankreas Paru-paru

splenomegali Payah jantung DM Frekuensi napas


hepatomegali

Splenokromi Imunitas
Perut buncit Resiko pola napas
tidak efektif

Menekan Resiko terhadap infeksi


diagfragma

Compliance
paru-paru
Perkusi napas
terganggu
6. Tanda dan Gejala
a. Pucat
b. Fasies mongoloid fasies cooley
c. Gangguan pertumbuhan
d. Hepatosplenomegaly
e. Ada riwayat keluarga
f. Icterus atau sub icterus
g. Tulang; osteoporosis, tampak struktur mozaik
h. Jantung membesar karena anemia kronis
i. Ginjal juga kadang-kadang membesar disebabkan oleh hemophoesis ekstra
meduller
j. Kelainan hormoral seperti: DM, hipotiroid, disfungsi gonad
k. Serangan sakit perut dengan muntah dapat menstimulasi gejala penyakit
abdomen yang berat
7. Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak. Pada
orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif
kolelikiasis sering dijumpai, komplikasi lain:
a. Infark tulang
b. Nekrosis
c. Aseptic kapur femoralis
d. Asteomilitis (terutama salmonella)
e. Hematuria sering berulang-ulang
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan umum: makanan dengan gizi seimbang
b. Perawatan khusus:
1. Transpusi darah diberikan bila kadar Hb rendah sekali (kurang dari 6 gr%)
atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
2. Splenektomi, dilakukan pada anak yang berumur lebih dari 2 tahun dan
bila limpa terlalu besar sehingga resiko terjadinya trauma yang berakibat
perdarahan cukup besar.
3. Pemberian roborantia, hindari preparat yang mengandung zat besi.
4. Pemberian desferioxamin untuk menghambat proses hemosiderosis yaitu
membantu ekskresi Fe. Untuk mengurangi absorbsi Fe melalui usus
dianjurkan minum the.
5. Transplantasi sumsum tulang (bone marrow) untuk anak yang sudah
berumur diatas 16 tahun. Di Indinesia, hal ini masih sulit dilaksanakan
karena biayanya sangat mahal dan sarananya belum memadai.
9. Pengkajian
a. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalassemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit
darah yang paling banyak diderita.
b. Umur
Pada thalassemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalassemia
minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada
umur sekitar 4-6 tahun.
c. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran nafas bagian atas infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
d. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap
tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia
jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia
mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan
rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan.
Namun pada jenis thalassemia minor sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal.
e. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak yang sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
f. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur/istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa
lelah.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua
yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia,
maka anaknya beresiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu,
konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk
mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.
h. Riwayat ibu saat hamil (ante natal core-ANC)
Selama masa kehamilan, hendknya perlu dikaji secara mendalam adanya
factor resiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat.
Apabila diduga factor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai resiko
yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memastikan
diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
i. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
a. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
anak seusianya yang normal.
b. Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid,
yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
e. Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan
hati (hepatosplemagali)
g. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari
normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik
i. Kulit
Warna kulit pucat kekuning-kuningan. Jika anak telah sering mendapat
transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
10. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi: kadar Hb rendah, retikulosit tinggi, jumlah trombosit dalam
keadaan normal
b. Hapusan darah tepi: hipokrom mikrositer, anisofolkilositosis, polikromasia
sel target, normoblas pregmentosit
c. Fungsi sumsum tulang: hyperplasia normoblastik
d. Kadar besi serum meningkat
e. Bilirubin indirect meningkat
f. Kadar Hb Fe meningkat pada thalassemia mayor
g. Kadar Hb A2 meningkat pada thalassemia minor
11. Penegakan diagnosa
a. Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan
gambaran sebagai berikut:
1. Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna)
2. Hipokrom, yaitu jumlah sel berkurang
3. Poikilositosis, yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal
4. Pada sel target terdapat tragmentasi dan banyak terdapat sel normablast,
serta kadar Fe dalam serum tinggi
b. Kadar hemoglobin rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi karena
sel darah merah berumur pendek (kurang dari 100 hari) sebagai akibat dari
penghancuran sel darah merah di dalam pembuluh darah.
12. ASKEP
1. Identitas klien
Nama : An B
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Perumahan Miranti 53 Purworejo Jateng
Tanggal masuk : 30 April 2015
Tanggal pengkajian : 1 Mei 2015
2. Alasan dirawat
a. Keluhan utama
Muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas dengan normal
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke poliklinik anak RS. Dr Sardjito pada tanggal dengan
keluhan muka pucat dan badan terasa lemah, tidak bisa beraktifitas secara
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 5,2 gr/dl, leukosit 9200 mm³,
trombosit 284.000, segmen 49%, limfosit 49%, batang 1%. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan rawat inap untuk
mendapatkan transfuse
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit waktu kecil: pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah
berumur 2 tahun ketahuan anak menderita thalassemia.
2. Pernah dirawat di rumah sakit: anak sering dirawat di RS karena
thalassemia.
3. Obat-obatan yang digunakan: anak belum pernah diberikan obat
sendiri selain dari petugas kesehatan.
4. Tindakan (operasi): belum pernah dilakukan operasi pada anak B.
5. Alergi: tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
6. Kecelakaan: anak belum pernah mengalami kecelakaan.
7. Imunisasi: lengkap
 Hepatitis B I,II,III umur 12 bulan, 14 bulan dan 20 bulan
 BCG 1 kali umur 1 bulan
 DPT I,II,III umur 2,3,4 bulan
 Polio I,II,III,IV umur 2,3,4,5 bulan
 Campak 1 kali umur 9 bulan
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Selama hamil ibu klien memeriksakan kehamilannya secara teratur
sebanyak 15 kali, ibu mendapat multivitamin dan zat besi, imunisasi TT
1x dan selama kehamilan tidak ada keluhan.
b. Intra natal
Anak lahir pada umur kehamilan cukup bulan, lahir di puskesmas
setempat secara spontan, pervagina letak sungsang, lahir langsung
menangis BBL 2900 gram dan PB 51 cm dan kondisi saat lahir sehat.
c. Post natal
Pemeriksaan bayi dan masa nifas di lakukan di RS, Puskesmas setempat.
Kondisi klien pada masa itu sehat.
4. Kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan
anaknya pada petugas kesehatan di rumah sakit.
b. Nutrisi
Makanan yang disukai: anak suka makan nasi dengan daging ayam
Alat makan yang dipakai: sendok dan piring
Pola makan/jam: selama di RS anak makan 3x sehari masing-masing habis
setengah porsi
Jenis makanan: nasi TKTP
c. Aktivitas
Aktivitas klien di RS terbatas di tempat tidur, berbaring, duduk dan
membaca buku di tempat tidur.
d. Tidur
Pola tidur anak cukup 8-9 jam
e. Eliminasi
BAB : anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
BAK : anak BAK 6-8 kali sehari warna kuning
f. Pola hubungan
Yang mengasuh: anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
Hubungan dengan anggota keluarga: baik
Hubungan anak dengan orang tua: baik
Pembawaan secara umum: anak berpenampilan rapi
Lingkungan rumah: lingkungan rumah bersih, rumah permanen milik
sendiri ventilasi cukup sinar matahari cukup, lantai keramik atap genteng
g. Koping keluarga
Stressor pada anak/keluarga: anak dan keluarga cukup familiar dengan
petugas dan rumah sakit karena sudah sering dirawat di RS.
h. Kognitif dan persepsi
Pendengaran: anak tidak mengalami gangguan pendengaran
Penglihatan: penglihatan anak normal
Penciuman: penciuman anak baik
Taktil dan pengecapan: anak dapat membedakan halus dan kasar
i. Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan
pergaulannya dengan teman-temannya. Klien termasuk anak yang mudah
bergaul dan disukai oleh teman-temannya
j. Seksual
Anak berjenis kelamin laki-laki tidak ada kelainan genetalia
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Ku: lemah, kesadaran: compos mentis
b. TB/BB: 125 cm/23 kg
c. Lingkar kepala: 54 cm
d. Mata: conjunctiva anemis, sklera icterus
e. Hidung: tidak ada kelainan struktur, gerak cuping hidung tidak ada
f. Mulut: mukosa mulut pucat, mulut bersih gigi caries (+)
g. Telinga: telinga klien bersih dan tidak ada kelainan
h. Tengkuk: tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran limfe
i. Dada: bentuk simetris, ictus cordis tak tampak
j. Jantung: bunyi jantung S₁ tunggal, S₂ split tak konstan, bising jantung (-)
k. Paru-paru: suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada
l. Perut
Pembesaran hepar tak teraba, pembesaran lien: (+)
Distensi abdomen (-), kembung (-), peristaltic usus (+)
m. Genitalia: tidak ada kelainan
n. Ekstremitas: tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstermitas bebas,
tonus otot normal, tidak ada edema, akral agak dingin
o. Kulit: kulit bersih, turgor kulit normal, hiperpigmentasi (-)
p. Tanda-tanda vital: suhu 36,4°C, nadi 94x/menit, respirasi 24x/menit
6. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan Hasil normal Interprestasi
Hb 5,2 gr% 12-14 gr% Menurun
Hmt 43 gr% 37-47 gr% Normal
Leukosit 10,5x 10³/mm³ 6000-10.000/mm³ Naik
Trombosit 285x 10³/mm³ 250-450x 10³/mm³ Normal

Hasil pemeriksaan penunjang lainnya:


Segmen = 49%, Limfosit = 49%, batang 1%, Normoblast 25/100%
7. Analisis data
no Data Masalah
1 DS: ibu klien mengatakan badan anaknya Anemia
lemah
DO: klien tampak anemis, konjungtiva
anemis, HB: 5,2 gr%, mukosa bibir pucat
2 DS: ibu klien mengatakan badan anaknya Resiko infeksi
lemah
DO: terpasang infus, klien tampak pucat,
konjungtiva anemis, HB: 5,2 gr%, mukosa
bibir pucat
3 DS: ibu klien mengatakan badan anaknya Keseimbangan nutrisi
lemah kurang dari kebutuhan
DO: porsi makan yang disediakan hanya
habis ⅟₂ porsi
4 DS: ibu klien mengatakan badan anaknya Fatique/kelemahan
lemah
DO: aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh
keluarga

8. Diagnosa keperawatan
a. Anemia berhubungan dengan proses infeksi
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
c. Fatique/kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan
pemakaian dan suplai oksigen/penurunan intake nutrisi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur/tindakan
invasive/penurunan status imunitas klien
9. Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1 Anemia NOC: setelah NIC:
dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-
keperawatan selama 3 x tanda terjadinya
24 jam diharapkan anemia, wajah
meminimalkan atau pucat, sklera
komplikasi anemia ikterik,
tidak terjadi dengan konjungtiva
kriteria hasil: anemis
1. Hb > atau sama 2. Monitor TTV
dengan 10 gr% 3. Pantau
2. Konjungtiva perubahan
tidak anemis fungsi mental,
3. Tidak sianosis gelisah, kulit
dingin atau
lembab
4. Kolaborasi
dengan dokter
tetapi intravena
dan transfuse
darah
5. Kolaborasi
pemberian diet
2 Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan
kebutuhan tubuh b/d asuhan keperawatan umum klien
intake inadekuat selama 3 x24 jam dan kaji tanda-
diharapkan tanda gejala
keseimbangan nutrisi dehidrasi dan
tercapai dengan kriteria observasi
hasil: tanda-tanda
1. Tidak terjadi vital sign
penurunan atau 2. Berikan cairan
peningkatan BB IV sesuai
dengan cepat indikasi
2. Turgor kulit 3. Kolaborasi
normal tanpa dengan ahli gizi
udema jumlah kalori
3. Melaporkan dan tipe nutrisi
peningkatan yang
selera makan dibutuhkan
4. Monitor jumlah
kalori dan
intake nutrisi
5. Bantu klien
menerima
program nutrisi
yang dibuat di
rumah sakit
6. Diskusikan
makanan
kesukaan dan
tidak disukai
3 Resiko infeksi NOC: NIC:
Setelah dilakukan 1. Terapkan
asuhan keperawatan pencegahan
selama 3 x 24 jam universal
diharapkan control 2. Berikan hiegine
terhadap resiko dengan yang baik
kriteria hasil: lingkungan atau
1. Bebas dari personal
tanda dan gejala 3. Batasi jumlah
infeksi pengunjung dan
2. Mampu anjurkan cuci
menjelaskan tangan ketika
tanda dan gejala kontak dengan
infeksi klien
3. Leukosit dalam 4. Monitor tanda
batas normal dan gejala
4. Tanda vital infeksi
dalam batas local/sistemik
normal 5. Pertahankan
teknik aseptic
dalam
perawatan klien
6. Pantau suhu
tubuh setiap 8
jam
7. Anjurkan untuk
menjaga
kesehatan
personal untuk
melindungi dari
infeksi
8. Pengendalian
infeksi: ajarkan
teknik cuci
tangan
9. Anjurkan untuk
lapor
perawat/dokter
bila dirasakan
muncul tanda-
tanda infeksi
4 Fatique/kelemahan NOC: NIC:
Setelah dilakukan 1. Tempatkan
asuhan keperawatan perawatan
selama 3 x 24 jam mandi di dekat
diharapkan aktivitas bed pasien
sehari-hari adekuat 2. Monitor
dengan kriteria hasil: kebersihan gigi
1. Kemampuan dan kuku
klien dalam 3. Libatkan
memenuhi keluarga dalam
ADL membantu
2. Toleransi klien
terhadap tanda- 4. Identifikasi
tanda vital kebutuhan
toileting
5. Jaga privasi
klien
6. Libatkan
keluarga dalam
membantu
klien

You might also like