You are on page 1of 6

PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN

PERILAKU SEKSUAL BAGI SISWA CEREBRAL PALSY

Ari Wahyudi 1

Abstract: This colaborative action research aims to implement a counselling program to deal with the
sexual behaviors of students with cerebral palsy. The program was developed collaboratively by the re-
sercher and advisory teachers. Data were collected from observation to the students and interviuews
with the students, teachers, and parents. The results of the qualitative analysis indicate that the counselling
program helps effectively develop the students’ sexual behaviors in accordance with the local norms
and values.

Kata kunci: perilaku seksual, siswa cerebral palsy, layanan bimbingan.

Miller dan Rosenfeld pada tahun 1952 melaporkan ciuman dengan pacarnya di hadapan guru tanpa ada
bahwa anak Ceberal Palsy (CP) 45% mentally de- keraguan, menangis dan tidak mau pulang sekolah
fective, 25% borderline, 26% normal atau di atas sebelum dicium pacarnya, atau siswa laki-laki me-
normal. Asher dan Schonnel melaporkan bahwa 47% megang pantat dan payudara teman sekelasnya pada
mentally defective, 28% borderline dan 25% normal waktu istirahat.
atau di atas normal (Sumantri, 1996: 106). Berdasar- Perilaku siswa seperti pada contoh di atas meng-
kan kedua laporan penelitian tersebut, berarti hanya gambarkan adanya ketidakmampuan siswa dalam
sekitar 25% anak CP yang memiliki inteligensi yang mengendalikan diri berkaitan dengan perilaku sek-
normal. sualnya. Kondisi demikian dapat terjadi selain kare-
Ditinjau dari perkembangan bahasanya, dari 100 na faktor lingkungan dapat pula karena faktor ren-
orang yang memiliki anak CP ternyata ditemukan 50 dahnya tingkat intelektual (IQ), sehingga anak tidak
anak mengalami gangguan bicara (Sumantri, 1996). mampu mempersepsi dengan baik suatu nilai yang
Mereka tidak dapat berkomunikasi oral secara baik. bersifat abstrak. Dalam hal ini guru berfungsi seba-
Akibatnya mereka mengalami problem psikologik, gai pembimbing terhadap siswanya, hanya apabila
yakni kesulitan dalam mengungkapkan pikiran, ke- siswa tersebut melakukan perilaku yang negatif atau
inginan dan kehendaknya bahkan mudah tersing- kurang etis menurut norma sopan santun maupun
gung. agama. Artinya bimbingan yang diberikan guru ha-
Hasil observasi pendahuluan dan wawancara nya secara insidental saja. Walaupun bersifat insi-
dengan guru tentang sikap guru terhadap siswa CP dental guru, wali kelas dan kepala sekolah sudah
di SLTPLB YPAC Surabaya menunjukkan bahwa berusaha menasehati seoptimal mungkin.
mereka pada umumnya bersikap wajar dan penuh Hasil studi pendahuluan melalui observasi mau-
perhatian, namun masih sebatas apa yang dipersep- pun wawancara dengan guru tentang sikap orang
sinya dan bersifat insidental. Oleh karena itu, guru tua terhadap anaknya, di antaranya ada yang bersikap
akan melakukan pembimbingan terhadap siswanya, terlalu melindungi; dan ada sebagian yang lain ber-
hanya apabila siswa tersebut melakukan perilaku sikap acuh tak acuh, tidak atau kurang memperha-
yang negatif atau kurang etis menurut norma sopan tikannya, terutama kebutuhan psikisnya, seperti rasa
santun maupun agama. Sebagai contoh, siswa ber- kasih sayang; sedangkan mengenai kebutuhan yang

1
Ari Wahyudi (e-mail:ari_plb@yahoo.com) adalah dosen FIP Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jln. Lidah Wetan Surabaya (e-
mail: plb_unesa@yahoo.com).

63
64 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 13, Nomor 1, Februari 2006, hlm. 63−68

sifatnya materi hampir sebagian besar memenuhi- Surabaya, dan bagaimanakah bentuk program la-
nya. Akibat dari sikap orangtua tersebut, anak cen- yanan bimbingan perilaku seksual yang ideal yang
derung menjadi kurang mandiri, mudah tersinggung, dapat diterapkan oleh guru, wali kelas dan orang tua
dan semaunya sendiri. siswa dalam melakukan tugasnya?
Secara formal guru dituntut untuk berperan se- Sejalan dengan fokus permasalahan, tujuan ka-
bagai pembimbing (Departemen Pendidikan Na- jian ini adalah menemukan program layanan bim-
sional, 1999). Dalam Pedoman Bimbingan di Seko- bingan perilaku seksual yang dapat diterapkan oleh
lah, peranan guru mata pelajaran dan pelatih dalam guru, wali kelas dan orang tua dalam membantu
pelayanan bimbingan adalah (a) membantu mema- menangani permasalahan perilaku seksual siswa
syarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa, (b) CP di SLTPLB YPAC Surabaya yang menjadi
membantu guru pembimbing/konselor mengidentifi- tanggung jawabnya. Secara operasional, program ini
kasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan, hendak menghimpun data tentang layanan bimbing-
(c) mengalihtangankan siswa yang memerlukan la- an perilaku seksual yang selama ini dilakukan oleh
yanan bimbingan kepada guru pembimbing/konselor, guru, wali kelas, dan orang tua di SLTPB YPAC
(d) menerima siswa alih tangan dari pembimbing Surabaya, dan (2) menyusun program layanan bim-
atau konselor yaitu siswa yang menurut guru pem- bingan perilaku seksual yang ideal dan dapat diim-
bimbing atau konselor memerlukan layanan penga- plementasikan dalam tugas nyata yang dilakukan
jaran khusus (seperti pengajaran perbaikan, dan pro- oleh guru, wali kelas, dan orang tua.
gram pengayaan), (e) membantu mengembangkan
suasana kelas, hubungan guru, siswa dan hubungan METODE
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayan-
an bimbingan, (f) memberikan kesempatan dan ke- Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
mudahan kepada siswa yang memerlukan layanan ini adalah penelitian tindakan kolaboratif (collabo-
atau kegiatan bimbingan untuk mengikuti atau men- rative action research), yaitu pendekatan berupa
jalani layanan atau kegiatan yang dimaksudkan, (g) penelaahan atau inkuiri melalui refleksi dan dilaku-
berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan ma- kan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu (guru,
salah siswa, seperti pembahasan kasus, dan (h) mem- siswa dan kepala sekolah). Penelitian bertujuan un-
bantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam tuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta
rangka penilaian layanan bimbingan dan upaya tindak keabsahan dari praktik-praktik sosial atau kependi-
lanjutnya. dikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman me-
Mengingat di SLTPLB menggunakan sistem reka mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi
mata pelajaran/bidang studi, guru yang mengajar di kelembagaan tempat praktik-praktik itu dilaksana-
kelas dan menjadi wali kelas mendapat tugas tam- kan (Natawidjaja,1997).
bahan (a) membantu guru pembimbing/konselor Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini
melaksanakan tugas-tugas khusus di kelas yang men- terbagi dalam empat tahap. Pertama, peneliti meli-
jadi tanggung jawabnya, (b) membantu guru mata hat kondisi di lapangan yang meliputi kegiatan apa
pelajaran atau pelatih melaksanakan peranannya yang selama ini dilakukan oleh guru, wali kelas, dan
dalam pelayanan bimbingan, khususnya di kelas yang orang tua dalam menjalankan layanan bimbingan
menjadi tanggung jawabnya, (c) membantu mem- perilaku seksual di SLTPLB-D (Tunadaksa) YPAC
berikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khu- Cabang Surabaya; dan bentuk-bentuk dukungan sis-
susnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tem yang diadakan untuk membantu pelaksanaan
(Departemen Pendidikan Nasional, 1999). Pengamat- layanan bimbingan perilaku seksual yang dilakukan
an di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua oleh wali kelas dan orang tua. Kedua, peneliti me-
guru dapat menjalankan peran tersebut. rumuskan masalah di lapangan yang menjadi kepe-
Gejala penyimpangan perilaku seksual pada dulian wali kelas dan orang tua. Rumusan masalah
siswa SLTPLB YPAC Surabaya, dan sikap orang ini disusun bersama wali kelas dan orang tua dengan
tua yang cenderung over protection dan rejection, cara diskusi. Adapun rumusan ini disusun berdasar-
dan guru yang belum memposisikan dirinya seba- kan hasil kegiatan pada tahap I (pertama). Ketiga,
gai guru BP mengisyaratkan perlunya kajian kemi- peneliti merumuskan penerapan bimbingan perilaku
traan aktual dalam upaya pemecahannya. Perma- seksual yang dilakukan secara individual oleh wali
salahan yang perlu dikaji dalam kemitraan ini ada- kelas terhadap siswa yang mempunyai masalah
lah kegiatan apa yang selama ini dilakukan oleh guru, perilaku seksual. Ada 7 siswa yang dipilih sebagai
wali kelas dan orang tua dalam menjalankan tugas subjek penelitian dengan mempertimbangkan ke-
layanan bimbingan perilaku seksual di SLPLB YPAC sesuaian antara data empirik, kurikulum SLTPLB/
Wahyudi, Program Layanan Bimbingan Perilaku Seksual bagi Siswa Cerebral Palsy 65

D, program BP di SLB, teori bimbingan dan teori lah mendapatkan data tersebut, wali kelas langsung
belajar. Tahap keempat, implementasi (uji coba) cara menangani masalah siswa. Kadang masalah dibi-
layanan bimbingan perilaku seksual melalui wali carakan bersama dengan guru-guru, kepala seko-
kelas dan orang tua secara individual. lah, atau orang tua untuk mencarikan jalan keluar
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan da- dari permasalahan tersebut.
lam tahap implementasi adalah perencanaan, tindak- Wali kelas melaksanakan bimbingan secara
an, observasi, dan refleksi. Dalam langkah perenca- individual di luar jam belajar-mengajar. Siswa di-
naan ditetapkan aspek perilaku seksual yang akan panggil ke ruang guru atau ke ruang kelas pada
ditangani, sesuai dengan materi bimbingan yang di- waktu istirahat. Guru-guru mengawasi siswanya
ajarkan oleh wali kelas dan orang tua siswa. Peneliti pada waktu istirahat agar supaya dapat mengurangi
bersama wali kelas dan orang tua merumuskan per- atau menghilangkan perilaku seksual yang kurang
siapan penerapan bimbingan untuk uji coba pelak- atau tidak terkendali. Kepala sekolah pada prinsip-
sanaan bimbingan perilaku seksual bagi siswa CP. nya telah memberikan bimbingan perilaku seksual
Mereka merumuskan layanan bimbingan, menen- terhadap siswa CP baik itu melalui bimbingan se-
tukan metode penerapan bimbingan, dan merumus- cara klasikal maupun individual, khususnya bagi
kan cara mengevaluasi proses dan hasil penerapan siswa yang mempunyai perilaku seksual yang ku-
bimbingan dalam pelaksanaan program bimbingan. rang terkendali. Psikolog tidak menangani secara
Langkah tindakan berupa pelaksanaan cara me- langsung, hanya memberikan assessment bagi siswa
nerapkan layanan bimbingan perilaku seksual oleh baru dan siswa lama, serta melaksanakan evaluasi-
wali kelas. Bimbingan terhadap siswa CP dilakukan nya setiap tahun. Psikolog bekerjasama dengan guru,
secara individual pada jam yang sudah ditentukan. wali kelas, kepala sekolah dan orang tua siswa.
Hasil bimbingan perilaku seksual oleh wali ke- Bimbingan khusus yang berdiri sendiri tidak
las dan orang tua, diobservasi. Data yang diperoleh dilakukan. Case conference dari tim ahli termasuk
direfleksi. Peneliti mengkaji, melihat dan memper- dokter, psikolog, dan ahli-ahli lain dilakukan untuk
timbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang assessment kemampuan siswa dan menentukan cara
dilakukan. Apabila pada langkah ini terdapat hasil pelayanan yang baik dalam pendidikan, terapi oku-
yang tidak memuaskan, maka peneliti akan mela- pasional, latihan bina bicara dan latihan fisio terapi.
kukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal. Dengan demikian masalah perilaku seksual sampai
Lokasi penelitian adalah SLTPLB-D (Tuna- sejauh ini belum tertangani secara serius, karena
daksa) YPAC Surabaya. SLTPLB-D ini berstatus masalah ini dianggap masih tergolong wajar dan
swasta dan beralamat di Jalan Semolowaru Utara hanya karena ketidaktahuan norma, etika, kesopan-
V/2A Surabaya. Jumlah guru di SLTPLB 8 orang. an baik secara agama maupun sosialnya saja.
Mitra peneliti adalah wali kelas SLTPLB kelas I,II, Orang tua pada prinsipnya telah berusaha mem-
III/A dan III/B dan orang tua siswa. berikan layanan bimbingan perilaku seksual bagi
Data dikumpulkan dengan wawancara dan ob- anaknya. Karena kurang pengetahuan dalam hal bim-
servasi. Analisis data dilakukan dengan mengada- bingan, bila anak melakukan perilaku seksual yang
kan interpretasi data secara logis dan rasional. Un- kurang terkendali, maka orang tua marah-marah, lalu
tuk menjaga objektivitas dilakukan member check. memberi nasihat atau arahan. Sebagian orang tua
Mitra peneliti diminta untuk mengecek kebenaran berusaha memberikan bimbingan perilaku seksual
laporan yang sudah disusun. Untuk selanjutnya, pe- menurut agama yang dianutnya. Hasilnya, anaknya
neliti mengadakan perbaikan sesuai dengan saran penurut di rumah, tetapi di sekolah masih melakukan
dan masukan dari wali kelas yang dilibatkan dalam perilaku seksual yang kurang terkendali. Perilaku
penelitian. Triangulasi dilakukan dengan cara mem- tersebut menurut anak hanya sebagai adiknya saja,
bandingkan hasil observasi dengan hasil wawan- bukan sebagai pacar.
cara dengan guru, wali kelas dan orang tua. Infor- Bentuk program layanan bimbingan yang ideal
masi masing-masing guru juga dibandingkan dengan telah dirumuskan dalam karakteristik dan alternatif
wali kelas dan orang tua pada masalah yang sama. pendekatan kepembimbingan. Tabel 1 menunjuk-
kan ringkasan bentuk layanan ideal tersebut.
HASIL Pendekatan bimbingan perilaku seksual bagi
siswa CP di SLTPB YPAC Surabaya pada tabel 1
Wali kelas menampung dan mencari infor- terdapat 2 aspek besar yaitu aspek emosi dan aspek
masi dari berbagai pihak, baik itu laporan guru- etika pergaulan. Gangguan perilaku seksualnya akan
guru, kepala sekolah, orang tua siswa, maupun wali berwujud (1) kurang mampu mengendalikan pem-
kelas yang lain serta dari siswa yang lainnya. Sete- bicaraan yang berbau seksual, kurang mampu me-
66 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 13, Nomor 1, Februari 2006, hlm. 63−68

ngendalikan dorongan seksual dan kurang memiliki sensitisasi sistimatis), (2) RET (Rational Emotif
rasa malu, (2) kurang dapat memahami etika perga- Therapy) yang meliputi teknik assertive training,
ulan, berbicara kotor, pelecehan seksual, bercinta di teknik homework assigment, teknik self modeling,
depan umum. Kedua aspek tersebut dapat ditangani dan teknik reinforcement (reward and punish-
dengan teknik bimbingan (1) terapi behavior (de- ment).

Tabel 1. Karakteristik dan Alternatif Pendekatan Kepembimbingan Perilaku Seksual bagi


Siswa Cerebral Palsy
Masalah perilaku
Aspek Pendekatan Metode
seksual

Emosi
1. Amarah 1. kurang mampu 1. konseling 1. terapi behavior (desensitisasi
- suka mengamuk mengendalikan individu sistimatis)
- mudah marah pembicaraan yang 2. konseling 2. RET
- mudah jenkel berbau seksual kelompok - teknik assertive training
- mudah tersinggung 2. kurang mampu - teknik homework assigment
- mudah bermusuhan mengendalikan - teknik self modelling
- suka membenci dorongan seksual - teknik reinforcement
2. Kesedihan 3. kurang memiliki (reward and punishment)
- suka muram rasa malu
- mudah putus asa
- merasa kesepian
3. Rasa takut
- kurang memiliki rasa takut
- mudah gugup
4. Kenikmatan
- dapat menikmati kesenangan
- merasa bangga
- mudah terpesona
5. Cinta
- dapat mencintai
- dapat memahami cinta dari orang
lain
- suka bersahabat
6. Jengkel
- mudah membenci
- seka mencela
7. Malu
- kurang memiliki rasa bersalah
- kurang memiliki rasa malu
Etika Pergaulan
1. Di dalam kelas 1. kurang dapat 1. konseling 1. terapi behavior (desensitisasi
- kurang menghargai teman atau memahami etika individu sistimatis)
guru pergaulan 2. konseling 2. RET
- suka bicara kotor 2. berbicara kotor kelompok - teknik assertive training
- suka membicarakan yang berbau 3. pelecehan seksual - teknik homework assigment
seksual 4. bercinta di depan - teknik self modelling
- suka melecehkan teman umum - teknik reinforcement
- pelecehan seksual terhadap teman (reward and punishment
atau guru
2. Di luar kelas
- Kurang menghargai teman atau
guru
- suka bicara kotor
- suka membicarakan yang berbau
seksual
- suka melecehkan teman
- pelecehan seksual terhadap teman
atau guru
Wahyudi, Program Layanan Bimbingan Perilaku Seksual bagi Siswa Cerebral Palsy 67

PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

Pada prinsipnya, jenis kasus perilaku seksual Kesimpulan


yang dilakukan oleh siswa CP di SLTPLB/D (Tu- Masalah gangguan perilaku seksual siswa CP
nadaksa) YPAC Surabaya berupa perilaku seksual SLTPLB YPAC Surabaya diatasi dengan program
kurang terkendali seperti berbicara kotor, pencem- bimbingan perilaku seksual, yang dikemas dalam
buru, ingin ciuman, ingin kawin, dan tindakan men- bentuk bimbingan mingguan di luar kegiatan belajar-
colek (paha, pantat, payudara). Ditinjau dari segi mengajar. Teknik bimbingan yang diterapkan adalah
etika, perilaku tersebut merupakan hal yang tidak desensitisasi sistematik untuk mengeliminasi peri-
etis. laku-perilaku seksual siswa yang menyimpang, ra-
Perilaku tersebut muncul karena faktor pem- tional emotive theraphy (RET) untuk menanggu-
bawaan dan faktor lingkungan. Faktor pembawaan langi keyakinan-keyakinan siswa tentang peilaku
adalah sesuatu pengaruh yang dapat mengakibat- seksual yang tidak sesuai dengan etika, serta pengu-
kan diri seseorang untuk berperilaku yang disebab- rangan kompulsif-obsesif siswa.
kan oleh faktor kecerdasan yang rendah, cacat tu- Subjek yang dikenakan uji coba terbatas me-
buh dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan nunjukkan adanya perubahan perilaku seksualnya
adalah perbuatan seseorang yang disebabkan oleh ke arah yang lebih positif seperti (1) frekuensi me-
keluarga yang broken home, ketidak-harmonisan, megang pantat, membuka kancing baju/celana di
atau faktor pendidikan yang kurang atau salah. Faktor lingkungan sekolah berkurang, dan akhirnya tidak
pendidikan menyangkut sikap yang diberikan orang dilakukan lagi; (2) siswa tidak lagi melakukan ke-
tua yang terlalu melindungi terhadap anaknya, sehing- biasaan memegang organ-organ seksual lawan je-
ga pendidikan berkesan serba boleh, misalnya diper- nis di lingkungan sekolah; (3) berdasarkan laporan
bolehkan melihat film TV yang kurang mendidik. dari orangtua, siswa tidak lagi melakukan kebiasa-
Demikian juga sebaliknya, orang tua bersikap cuek an memegang payudara pengantarnya di rumah; (4)
atau kurang perhatian terhadap anaknya, atau serba siswa dapat memahami bahwa tindakan memegang
tidak boleh dan bahkan menolak segala keinginan- pantat, berpelukan dan memegang organ seksual
nya. Kondisi demikian akan mengakibatkan siswa lawan jenis di sekolah dan atau tempat-tempat
menjadi tertekan, dan dapat mempengaruhi perilaku umum itu tidak baik; (5) siswa telah dapat membe-
seksual siswa. Hal ini sesuai dengan pendapatnya dakan antara perilaku yang sesuai dan yang tidak
Fitgerald dan Michael (dalam Sumantri, 1996) bah- sesuai dengan etika pergaulan; (6) siswa dapat me-
wa sikap orang tua merupakan salah satu sumber nyadari bahwa perilaku seksual yang dahulu sering
frustasi dan stress emosi bagi anak tuna daksa. dilakukan itu tidak sesuai dengan etika pergaulan.
Surya (1999) berpendapat bahwa faktor pem-
bawaan, misalnya cacat tubuh, dan faktor lingkung-
Saran
an seperti situasi keluarga yang kurang menunjang,
pendidikan keluarga yang tidak atau kurang baik, Saran yang dapat diberikan dalam kajian ini
atau pergaulan yang salah dapat menyebabkan pe- adalah (1) perlunya orang tua mengetahui secara
nyimpangan perilaku seksual. Lebih lanjut Surya dini perilaku seksual anaknya, sehingga dapat di-
(1988) menyatakan bahwa kemajuan ilmu penge- arahkan pada perilaku yang tidak menyimpang de-
tahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini ngan etika pergaulan, (2) perlunya komunikasi aktif
ikut pula memberikan pengaruh yang kuat bagi antara orangtua dengan pihak sekolah untuk sama-
timbulnya penyimpangan perilaku seksual. sama menanggulangi perilaku seksual anak CP
Oleh karena itu, menurut Surya (1994) layan- yang cenderung menyimpang dari etika pergaulan,
an bimbingan hanya dapat berfungsi pencegahan (3) perlunya kesinambungan program bimbingan
(preventif), dan pengembangan (kuratif). Dilihat perilaku seksual pada anak CP antara orang tua,
dari hubungan antara siswa dengan lingkungan, bim- wali kelas dan kepala sekolah baik yang dilakukan
bingan harus dapat menyalurkan menyesuaikan po- di sekolah maupun di rumah.
tensi yang dimiliki setiap siswa.
68 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 13, Nomor 1, Februari 2006, hlm. 63−68

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Kurikulum Pen- an Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pen-
didikan Luar Biasa (Pedoman Bimbingan di Se- didikan Tenaga Kependidikan.
kolah): Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Surya, M. 1994. Dasar-dasar dan Teori Konseling Pen-
Natawidjaja, R. 1997. Penelitian Tindakan (Action Re- didikan. Bandung: Bhakti Winaya.
search). Bandung: IKIP Bandung. Surya, M. 1999. Perilaku Seksual. Makalah disajikan
Sumantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: pada Seminar Kehidupan Remaja dan Seksual
Depdikbud Dirjen Dikti. Diselenggarakan oleh Jurusan Psikologi Pendidik-
Surya, M. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). an dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indo-
Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidik- nesia (UPI) Bandung, 1 Desember.

You might also like