You are on page 1of 5

Naskah Khutbah Jum’at:

“MEMAKNAI HIJRAH”
Oleh: Nedi Arwandi, S.Pd.I.
(Disampaikan di Masjid At Taqwa Kel. Pancur Pungah Kab. OKU Selatan,
Jum’at, 13 September 2018 M / 3 Muharram 1440 H)

Khutbah Pertama:

ِ،‫ِ ِينزسن نتنءوزي ِبءعءزلءمن نءه ِاَلبسن نرر ِنواَزلننفنناَدء‬،‫ِ فنلن اَبزتءن ننداَنء ِلءدودجن نزوءدءه ِنولن ِاَنزتءنهنناَنء‬،‫ب ِاَلززنمنناَءن ِنواَلننناَءء‬ ‫لنن ِنر ب‬‫اَنزلمن نددء ِ ء‬
‫نز‬
‫ِ ِاَلنُمن نلزده ِنعنءن‬،‫ ِأنزشننهدد ِأنزن ِنل ِاَءلنننه ِإءلل ِاَلدن اَلزنكبءزيِ ندر ِاَلتنننعنناَءل‬.َ‫ب ِنغنددا‬ ‫د‬ ‫س ِنمنناَنذاَ ِتنزكءسن‬‫س‬ ‫ف‬
‫ز‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ِ ِونماَ ِتنزد ء‬:‫اَلنقاَئءءل‬
ِ ‫ري‬ ‫ن‬
‫د‬ ‫د‬ ‫ِ ِاَلنءذي ِيس نبح ِءبم نءدءه دك نل ِش ني ء‬،‫اَللش نبءيِءه ِواَلزءمثنناَءل‬
‫ ِنوأنزش ننهدد ِأنلن ِدمنلم ندداَ ِنعزب نددده‬.‫صنناَءل‬ ‫ن ن‬ ‫اَل‬ ‫و‬ ِ ‫و‬ ‫ب‬ ‫د‬
‫د‬ ‫ن‬ ‫غ‬
‫د‬ ‫ل‬
‫ز‬ َ‫ا‬ِ ‫ن‬ ‫ف‬‫ء‬ِ ‫ء‬ ‫ر نز‬ ‫ز د ن د نز‬ ‫ز ن ن‬
‫ء‬
ّ‫صنبل ِوسنللم‬ ‫ ِاَللدهنلمّ ِف ن‬.‫ت ِنوإءننلدهنزمّ ِنمبيِتدنزونن‬ ‫ك ِنميِب س‬ ‫ِ ِإءنل ن‬:‫ِ ِاَلنُمننلزدل ِنعلنزيِءه‬،‫نونردسزولدهد ِاَلذزي ِنحلذنرنناَ ِءمزن نداَءر ِاَلدفتدنزوءن‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫د‬ ‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
َ‫ ِأنلمننا‬.‫ينن‬ ‫ء‬
‫صننحاَبه ِاَلنزخيِننناَر أنزجنع ز ن‬ ‫ء‬ ‫ينن ِنوأن ز‬ ‫ء‬ ‫ل‬
‫ي ِنونعلنننىَ ِآلنه ِاَلطيِبب ز ن‬ ‫نعلنننىَ ِنسنيِبدنناَ ِدمنلمند ِنخنناَ نءت ِاَلننزبءيِننناَء ِنواَلزدمزرنسنل ز ن‬
.‫ل ِنونطاَنعتءءه ِلننعلدكزمّ ِتدنزفلءدحزونن‬ ‫ل ِأدوءصيِدكمّ ِوننزفءسي ِءبتننزقوىَ ِاَ ء‬
‫ ِفنننيِاَ ِعنباَند ِاَ ز ز ز ن ز ن‬.‫بننزعدد‬
‫ء ء‬
Hadirin sidang Jum’ah yang semoga dirahmati Allah,

Mengawali khutbah siang hari ini, marilah kita memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah
SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang sedetik pun tak pernah berhenti kita rasakan.
Kebaikan dan kasih sayang-Nya senantiasa mengalir kepada kita, mengiringi tiaphembusan nafas
dan langkah kaki kita menapaki kehidupan. Dan setiap saat, nikmat itu terus bertambah, nikmat
yang satu, yang kadang belum sempat kita syukuri, sudah disusul dengan nikmat lainnya tanpa
mungkin bisa kita hitung jumlahnya. Sebagaimana firman-Nya: “wa in ta’udduu ni’mata L-laahi laa
tuhshuuhaa” (seandainya kalian diminta untuk menghitung berapa banyak jumlah nikmat Allah itu,
niscaya kalian tidak akan pernah sanggup menghitungnya). Dan sebagai wujud rasa syukur itu,
marilah kita terus berupaya meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT, dengan
cara imtitsaalu awaamirillahi wa(i)jtinaabu nawaahihi (mematuhi segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya). Terkait sikap taqwa ini, Sayyiduna Ali bin Abi Thalib KW pernah
menyatakan bahwa salah satu ciri prilaku taqwa adalah:

‫ِ ِواَلستعداَد ِليِوم ِاَلرحيِل‬،ِ ‫ِ ِواَلرضاَ ِباَلقليِل‬،ِ ‫ِ ِواَلعمل ِباَلتنُمزيل‬،ِ ‫اَلوف ِمن ِاَلليِل‬
(Takut akan siksa dan kemurkaan Dzat Yang Maha Mulia (Allah SWT), mengamalkan ajaran atau
perintah yang telah diturunkan oleh Allah, ridho atau “nrimo” atas segala anugerah Allah meskipun
sedikit, dan mempersiapkan diri dengan amal sholeh untuk menghadapi saat hari kematian tiba).

Tak lupa, shalawat dan salam semoga tetap tersampaikan kepada junjungan alam, baginda Nabi
Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya,
termasuk kita semua selaku ummatnya.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah, hari ini kita telah memasuki bulan Muharram 1440 H. Artinya, saat ini kita telah
memasuki tahun baru dalam sistem kalender Islam, yang biasa kita sebut dengan istilah tahun baru
hijriyah. Perhitungan tahun hijriyah ini dimulai dari hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah. Dan
melalui mimbar Jum’at ini, Khathib ingin sedikit mengingatkan kembali peristiwa yang amat
penting dalam sejarah Islam tersebut, sembari menyelami lebih jauh hakikat dan hikmah-hikmah
yang bisa kita petik di dalamnya.

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,

Sejarah telah mencatat, bahwa orang pertama yang meresmikan hijrah Nabi sebagai tonggak awal

1
dalam sistem kalender Islam adalah Umar bin Khattab RA, yakni ketika beliau menjabat sebagai
Khalifah ke-2 menggantikan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA. Peristiwa ini terjadi tepatnya pada
17 tahun setelah Nabi Hijrah. Sungguh pun demikian, Sayidina Umar bukanlah orang yang
memaksakan pendapatnya pribadi dalam menentukan kalender hijriyah. Beliau adalah orang yang
selalu bermusyawarah terlebih dahulu dengan para sahabat Nabi yang lain setiap menyikapi
problematika umat, termasuk dalam merumuskan sistem kalender Islam. Karenanya, beberapa
pendapat saat itu sempat bermunculan. Ada yang berpendapat, bahwa sistem penanggalan Islam
sebaiknya berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, bahwa tahun
diangkatnya Rasulullah sebagai utusan Allah adalah waktu yang paling tepat dalam menentukan
awal kalender Islam. Bahkan, ada pula yang berpendapat agar tahun wafatnya Rasulullah yang
dijadikan titik awal perhitungan penanggalan hijriyah. Dari beberapa usulan tersebut, Sayidina
Umar akhirnya lebih condong kepada pendapat Sayidina Ali bin Abi Thalib, yang mengusulkan
peristiwa hijrah Nabi sebagai tonggak sejarah paling penting dalam Islam, dibanding peristiwa
lainnya. Dengan alasan, karena hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah merupakan simbol
pembatas antara yang hak dan yang batil. Peristiwa ini (yakni, awal penentuan kalender Islam)
terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan hari Jum’at, tanggal 16 Juli 622 M.

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,

Jika kita mengulas sejarah, ada hal yang unik dalam sistem kalender hijriyah. Karena dalam catatan
sejarah, peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah sesungguhnya terjadi pada bulan Rabiul
Awal, bukan pada bulan Muharram. Lalu mengapa justeru bulan Muharram yang dijadikan sebagai
tonggak pertama bagi awal penanggalan Islam?.

Kaum muslimin yang berbahagia,

Dalam kitab-kitab Tarikh atau sejarah Islam, banyak dijelaskan bahwa Nabi bertolak dari Mekkah
menuju Madinah terjadi pada hari Kamis terakhir di bulan Shafar, dan keluar dari tempat
persembunyiannya di Goa Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, bertepatan dengan hari Senin tanggal
13 September 622. Namun demikian, Sayidina Umar dan sahabat-sahabat Nabi yang lain saat
merumuskan sistem kalender Islam, lebih memilih bulan Muharram sebagai awal tahun hijriyah.
Ini karena, di bulan Muharram-lah sesungguhnya Nabi pertama kali memiliki ’azam (rencana)
untuk berhijrah. Mengingat pada bulan Muharram itu Rasulullah telah selesai dari seluruh
rangkaian kegiatan ibadah haji, juga karena bulan Muharram termasuk salah satu dari 4
bulan haram dalam Islam yang dilarang oleh Allah untuk berperang di dalamnya. Rasulullah sendiri
pernah menyebut bulan Muharram dengan sebutan “Syahrullah (Bulannya Allah)”, sebagaimana
diungkapkan dalam sabdanya:

‫صيِاَم ِبعند ِرمضاَنن ِشهدر ِاَل ِاَلحلردم‬


‫ل‬ ‫أفضدل ِاَل‬
“Sebaik-baik puasa di luar bulan suci Ramadhan adalah‫ د‬puasa di Bulan Allah, yaitu bulan
Muharram”. (Hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,

Peristiwa hijrah merupakan peristiwa penting yang di dalamnya tersimpan banyak hikmah yang
bisa kita petik. Setidaknya, ada 3 nilai penting dari peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke
Madinah yang perlu kita teladani dan transformasikan dalam kehidupan saat ini.

Pertama, transformasi keummatan (kemanusiaan). Mengingat, misi utama hijrahnya Nabi beserta
kaum muslim sesungguhnya adalah untuk menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena betapa
sebelum hijrah, penindasan dan kekejaman sangat sering dilakukan oleh orang-orang kaya dan
para penguasa terhadap masyarakat kecil yang lemah. Oleh karenanya, hijrah dalam hal ini
ditujukan untuk mewujudkan suatu tatanan sosial (kemasyarakatan) yang lebih baik.

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,

Kemudian yang Kedua, adalah transformasi kebudayaan atau peradaban. Hijrah dalam hal ini
dimaksudkan untuk mengentaskan masyarakat dari kebudayaan atau tabiat Jahiliyah menuju
kebudayaan dan peradaban yang Islami. Yaitu tatanan peradaban yang tidak memperbudak dan
menjerumuskan manusia, tetapi membebaskan manusia dengan pancaran cahaya ilahi. Dengan

2
demikian, hijrah pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan moral dan martabat kemanusiaan
secara universal, sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi.

Lalu yang Ketiga, adalah transformasi keagamaan. Transformasi inilah yang sesunguhnya dapat
dikatakan sebagai pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah. Persahabatan beliau dan kaum
Muslim dengan kalangan non-Muslim (Ahli Kitab: Yahudi dan Nasrani) yang ada di Madinah,
sesungguhnya adalah basis utama dari misi kerasulan yang diemban oleh Rasulullah. Dari catatan
sejarah kita dapat ketahui, bahwa orang yang pertama kali menunjukkan sekaligus mengakui
‘tanda-tanda kerasulan’ pada diri Nabi, adalah seorang pendeta Nasrani yang bertemu tatkala Nabi
dan pamannya, Abu Thalib, berdagang ke Syria. Kemudian, pada hijrah pertama dan kedua (ke
Abesinia), pun kaum Muslim ditolong oleh raja Najasy yang juga beragama Nasrani. Dan pada saat
membangun kepemimpinan di Madinah, kaum Muslim bersama kaum Yahudi dan Nasrani, saling
bahu-membahu dalam ikatan persaudaraan dan perjanjian yang damai. Fakta ini menunjukkan,
betapa ajaran Islam adalah ajaran yang rahmatan lil ‘alamin, yang mengajarkan kedamaian kepada
seluruh alam. Bukan agama yang mengajarkan teror dan kekerasan sebagaimana yang dilakukan
oleh para kelompok penganut ideologi garis keras.

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,

Penting untuk dipahami, bahwa hijrah tidak semata-mata bermakna perpindahan fisik dari satu
daerah ke daerah yang lain. Hijrah harus pula dimaknai hijrah mental-spiritual, sehingga akan
tercipta tatanan kehidupan masyarakat yang berlandaskan pada keluhuran moral, ikatan
persaudaraan (ukhuwah) dan kemashlahatan bersama (al-maslahatu al-ra’iyah). Dengan kata lain,
hijrah hakikatnya bukan sekadar pindah tempat, tetapi pindah kelakuan. Dari kelakuan yang tidak
baik menjadi lebih baik.

Sesuai dengan makna hijrah itu sendiri, yang secara lughawi bermakna at-tarku wal
bu’du(meninggalkan atau menjauhi). Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Zaadu al-
Ma’ajir aw ar-Risalah Tabuukiyah, dalam menjelaskan makna hijrah ini, beliau menyatakan:

‫ِ ِاَلجهنرة‬:‫ ِواَلجهرة ِاَلثاَنيِنة‬.‫ِ ِهجهرة ِباَلسمّ ِءمن ِبلد ِإل ِبلد ِوهذه ِأحكاَدمهاَ ِمعلومة‬:‫اَلجهرة ِهجهرتاَن‬
...ِ ‫ ِوهءذه ِاَءلجهرة ِهي ِاَءلجهرة ِاَلقيِقيِةد‬...‫باَلقلب ِإل ِاَل ِورسءوله‬
Ada 2 macam hijrah. Pertama adalah hijrah jismiyah, yakni berpindah dari satu negeri ke negeri
yang lain. Hijrah semacam ini hukum dan ketentuan-ketentuannya telah jelas. Dan yang kedua
adalah hijrah qalbiyyah, yakni berpindahnya hati menuju kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Inilah
sesungguhnya makna hijrah yang paling hakiki.

Senada dengan penjelasan Imam Ibnu al-Qayyim di atas, Imam ‘Izz bin Abdis Salam ad-Dimasyqi as-
Syafi’i dalam kitabnya Nadlratu an-Na’im juga mengatakan:

َ‫ِ ِوأفضننلهماَ ِهجهننرة ِاَلثإنن ِواَلعنندواَن؛ ِلننا‬،‫ِ ِوهجهننرة ِاَلثإنن ِواَلعنندواَن‬،‫ِ ِهجهننرة ِاَلوطنناَن‬:‫اَلجهننرة ِهجهرتنناَن‬
‫فيِهاَ ِمن ِإرضاَء ِاَلرحن ِوإرغاَم ِاَللنُمفس ِواَللشيِطاَن‬
Bahwa ada 2 macam hijrah, yaitu hijratul authan (meninggalkan suatu wilayah) dan hijratul itsmi
wal ‘udwan (meninggalkan perbuatan dosa dan permusuhan). Dari 2 macam hijrah itu, yang paling
utama adalah hijratul itsmi wal ‘udwan, karena di dalamnya ada keridhoan Dzat Yang Maha Rahman
dan ditundukkannya segala hawa nafsu dan bisikan syaitan. Ini sesuai dengan sabda Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i, dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA bahwa Nabi SAW
pernah ditanya:

‫أن ر ء‬
‫ي ِاَزلزجهنرءة ِأنفز ن‬
‫ِ ِ)أنزن ِتننزهدجهنر ِنماَ ِنكءرنه ِنربر ن‬:‫ضدل ِ؟ ِنقاَنل‬
(‫ك‬
“Hijrah apakah yang paling utama”?. Beliau menjawab: “Yaitu hijrah meninggalkan perkara-perkara
yang tidak disukai oleh Tuhanmu”.

Hadirin yang dirahmati Allah,

3
‫‪Akhirnya, seiring pergantian tahun ini tanpa terasa umur kita pun telah berkurang satu tahun. Itu‬‬
‫‪berarti jatah hidup kita kian berkurang dan semakin mendekatkan kita pada hari kematian. Maka,‬‬
‫‪tepat sekali apa yang dikatakan oleh Robi’ah al-Adawiyyah kepada Sufyan at-Tsauri, sebagaimana‬‬
‫‪diceritakan dalam kitab Sifatu as-Shafwah:‬‬

‫إناَ ِأنت ِألياَم ِمعدودة‪ِ ِ،‬فإذاَ ِذهب ِيوم ِذهب ِبعضك‪ِ ِ،‬ويوشك ِإذاَ ِذهب ِاَلبعض ِأن ِيذهب‬
‫اَلكلل‪ِ ِ،‬فاَعمل‪.‬‬
‫‪“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagian dirimu‬‬
‫‪juga berlalu. Bahkan sering kali ketika sebagian harimu berlalu, itu bisa saja menghilangkan seluruh‬‬
‫”‪dirimu (yakni: mematikanmu). Oleh karena itu, beramal-lah.‬‬

‫‪Demikian khutbah ini disampaikan, semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang‬‬
‫‪yang berhijrah dalam pengertian yang hakiki, yakni meninggalkan perkara-perkara yang tidak baik‬‬
‫‪menuju‬‬ ‫‪perbuatan‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪lebih‬‬ ‫‪baik. Amin‬‬ ‫‪ya‬‬ ‫‪Rabbal‬‬ ‫‪‘Alamin‬‬

‫ت ِاَللنءه ِنواَللنده ِنغدفننوسر‬ ‫ء‬ ‫ء‬


‫إءلن ِاَلنذينن ِآنمنُمدنواَ ِنواَلنذينن ِنهنناَنجدرواَ ِنونجاَنه نددواَ ِءفنن ِنس نبءيِءل ِاَللنءه ِدأولنئءن ن‬
‫ك ِيننزردجننونن ِنرزحنن ن‬
‫نرءحيِسمّ‪.‬‬

‫ت ِنواَلنبذزكءر ِاَزلنءكزيِنءمّ‪ِ ِ,‬نوتنننقبلننل‬ ‫باَرنك ِاَل ِءل ِولندكمّ ِءف ِاَلزدقرآءن ِاَلزعءظيِءمّ‪ِ ِ,‬ونننفعءن ِوإءلياَدكمّ ِءبناَ ِفءيِءه ِءمن ِاَليناَ ء‬
‫ز ن ز ن نزن ز ز ن ن‬ ‫نن د ز ن ز‬
‫ل ِنهن ننذاَ ِنواَزسننتننزغءفدر ِاَلنن ن ِاَلزنعءظزيِن ننمّ ِء زلنن ِنولندكن نزمّ‬‫ء‬‫و‬‫ن‬ ‫ن‬‫ن‬‫ق‬‫ل ِ‬
‫د‬
‫زد ن د ز ز ز‬‫و‬‫ن‬ ‫ن‬
‫د‬ ‫ق‬‫ن‬
‫أ‬ ‫ ِ‬ ‫مّ‪.‬‬‫ن‬ ‫ن‬
‫يِ‬
‫ز‬
‫ءمبننن ِوءمزنُمدكن نمّ ِتءلنوتنن نه ِإءننلنه ِهن نو ِاَللسن نءميِع ِاَلزعلء‬
‫ز ن ز ن د د دن‬
‫نفاَزستننزغءفدرزوده‪ِ ِ،‬إءنلده ِدهنو ِاَلزغندفزودر ِاَللرءحزيِدمّ‪.‬‬
‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫ضننل ِنشنزهنر ِاَلزدمنحنلرءم ِنعلننىَ ِنغ زءيءه ِءم زن ِدشندهزوءر ِاَلنعناَءم‪ِ ِ،‬أنزشننهدد‬ ‫ضنءل ِنواَزءلنزننعناَءم‪ِ ِ،‬اَلنذي ِفن ل‬ ‫اَنزلنزمدد ِللءه ِءذزي ِاَلنف ز‬
‫ء‬
‫ك ِلننده ِءفنن ِدربدنزوبءيِلتءءه ِنوأدلدنزوءهيِلتءءه‪ِ ِ,‬نوأنزسننناَئءءه ِنوءص ننفاَتءءه‪ِ ِ,‬نكنمنناَ ِقننناَنل ِتنننعنناَنل‪ِ:‬‬ ‫أنزن ِنل ِإءلنننه ِإءلل ِاَلدن ِنوزح نندده ِنل ِنش نءريز ن‬
‫صللىَ ِاَلندن ِنعلنزيِنءه ِنونعلنننىَ‬ ‫ء‬ ‫ك ِءذي ِاَ ز ء‬
‫للل ِنواَءلزكنراَم(‪ِ ِ،‬نوأنزشنهدد ِأنلن ِممدداَ ِنعزبددده ِنونردسزولدده‪ ِ ِ،‬ن‬ ‫ن‬ ‫)تنننباَنرنك ِاَزسدمّ ِنرب ن‬
‫س‪ِ ِ,‬اَءتلندقنواَ ِاَلننن ِنح لق ِتدننقناَتءءه‬ ‫د‬ ‫ناَ‬‫اَلل‬
‫نُم‬ ‫ ِ‬ ‫ناَ‬ ‫ه‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬
‫أ‬ ‫ناَ ِ‬‫ن‬‫يِ‬ ‫ن‬
‫ن‬ ‫ف‬‫د‪ِ ِ:‬‬
‫د‬ ‫ع‬
‫ز‬ ‫ن‬
‫ن‬ ‫ماَ ِب‬
‫ل‬ ‫ن‬
‫أ‬ ‫اَ‪ِ ِ,‬‬
‫ر‬ ‫د‬ ‫ن‬ ‫يِ‬
‫ز‬
‫آلءءه ِوأنصحاَبءءه ِاَلبنررءة ِاَلءكراَءم‪ِ ِ،‬وسلمّ ِتنسلءيِمداَ ِنكثء‬
‫ن ز ن ن نن ن ن ن ن ز ز‬
‫ب ِنواَللشننهاَندءة‪ِ،‬‬ ‫ل ِوأننزنتدنمّ ِدمسنلءمزونن‪ِ .‬نسنأندل ِاَلننن ِتعناَل ِأنزن ِيننردزقنننُمنناَ ِوإءيلناَدكمّ ِنخزشنيِنتنهد ِءفن ِاَلغنزيِن ء‬ ‫ء‬
‫ز ن ز‬ ‫ز‬ ‫نونل ِنتندزوتدلن ِإ ل ن ز ز د‬
‫ء ء‬ ‫ء ء ءء ء‬
‫ين نن‪ِ ِ,‬نوأنزن ِيننزهن ن نديننننُماَ ِنجزيِعن ن نداَ ِنسن ن ننواَءن ِاَللسن ن نبءزيِءل‪ِ ِ،‬نو ن‬
‫صن ن نلرزواَ ِنونسن ن نلبدمزواَ‬ ‫نوأنزن ِ نزينعلننُمنن نناَ ِنوإءيلن نناَدكزمّ ِمن ن نزن ِعبنن نناَده ِاَلدتلق ز ن‬
‫ء‬ ‫لنن‪ِ ِ,‬نكمنناَ ِأنمردك نمّ ِاَلنن ِبءننذلء ن ء ء‬ ‫علنننىَ ِس نيِدناَ ِدملم نءد ِب نءن ِعب نءد ِاَ ء‬
‫ك ِءفنن ِكتننناَبءه ِاَلكري ن‪﴿ِ ِ:‬إءلن ِاَللننه ِنونمنلئنكتننهد‬ ‫ن نن د د‬ ‫ن ز نز‬ ‫ن‬
‫ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫صنبل ِنعلننىَ ِسنيِدناَ‬ ‫صنلرواَ ِنعلنزيِنه ِنونسنلبدمواَ ِتنزسنليِمداَ﴾ً‪ِ .‬فنناَللدهلمّ ِ ن‬ ‫بنن ِينناَ ِأنينرنهناَ ِاَلنذينن ِآنمنُمدنواَ ِ ن‬
‫صرلونن ِنعلننىَ ِ نُماَللء ب‬ ‫يد ن‬
‫ءء ء‬ ‫ء ءء‬ ‫ء ء‬ ‫ءء‬ ‫ء‬
‫ي‪ِ ِ:‬أنء زب ِبنزكءر‬ ‫ض ِاَللدهلمّ ِنعءن ِاَلدلننفاَء ِاَللراَشديزنن ِاَلنئلمة ِاَلنزهدينب ز ن‬ ‫ي‪ِ .‬نواَزر ن‬ ‫صنحاَبءه ِأنزجنع ز ن‬ ‫دمنلمد ِنونعنلىَ ِآله ِنوأن ز‬
‫ص ننحاَبنءة‬ ‫ض ِاَللدهلمّ ِنعءن ِاَل ل‬ ‫صبديءق‪ِ ِ،‬وعمر ِاَلنفاَروءق‪ِ ِ،‬وعثزماَنن ِءذي ِاَلنُمنوريءن‪ِ ِ،‬وأنءب ِاَلسنُمن ء ء‬
‫ي ِنعلي‪ِ ِ،‬نواَزر ن‬ ‫ز د ز نز ن ن ن ن ز‬ ‫اَل ب ز ن د ن ن د ز ن د ن‬
‫ك‬ ‫ك ِنونكنرءم ن ن ن‬‫ببن ن ن‬ ‫ي ِنونم ن نزن ِتنبءنعده ن نزمّ ِبءءإزحنسن نناَءن ِإءنلن نن ِين ن نزوءم ِاَل ن نبديزءن‪ِ ِ،‬نو ننُم‬
‫علن نناَ ِنمنعده ن نزمّ ِء ننُم‬ ‫ء‬
‫ين نن‪ِ ِ،‬نونع ن نءن ِاَلتنن نناَبءع ز ن‬
‫ء‬
‫أنزجنع ز ن‬
‫ء‬ ‫نوإءزحنساَنء ن‬
‫ي‪.‬‬ ‫ك ِنياَ ِأنزكنرنم ِاَلنزكنرم ز ن‬

‫‪4‬‬
‫ك ِ نءسنزيِسع‬ ‫ت‪ِ ِ,‬إءنل ن‬ ‫ت ِاَلنحيِنآَءء ِءمزنُمنهنمّ ِواَلنمنواَ ء‬ ‫ت ِواَلزمسلءءمي ِواَلزمسنلءماَ ء‬ ‫ء ء‬ ‫ء ء ءء‬
‫زن د ز ن ز ن‬ ‫ي ِنواَلزدمزؤمننُماَ ن د ز ز ن ن د ز ن‬ ‫اَللدهلمّ ِاَزغفزر ِلزلدمزؤمنُم ز ن‬
‫ك ِاَلنعءظزيِ نءمّ ِنونكءرزءينن ِدجنزوءدنك‬ ‫ي ِاَلنقنءدي ِاَلنلودل‪ِ ِ,‬وعلنننىَ ِفن ء‬ ‫ت ِاَلنبننءد ر‬ ‫ء‬ ‫قنءرين ء‬
‫ض نل ن‬
‫ز‬ ‫نن‬ ‫د‬ ‫ب ِاَلنلدنعنواَت‪.‬ناَللده نلمّ ِأننزن ن‬ ‫ب ِنمزيِن د‬ ‫ز س‬
‫ص ننمنة ِفءزيِ نءه ِءمننن ِاَللش نزيِنطاَءن ِنوأنزولءيِننناَءئه‪ِ ِ،‬نواَلنع نزونن ِنعلنننىَ‬ ‫اَلع نلودل‪ِ ِ،‬وه ننذاَ ِعنناَم ِجءدي نسد ِقننزد ِأنقزنبنل‪ِ ِ،‬نس نأنلد ن ء‬
‫ك ِاَلع ز‬ ‫نن ز‬ ‫دن ن ن ن س ن ز‬
‫ك ِدزلزنفنىَ ِينناَ ِنذاَ ِاَلننلءل ِنواَءلزكننراَءم‪ِ .‬نربنلنُمنناَ ِآتءنُمنناَ‬ ‫ء‬ ‫نهنءذءه ِاَلنُملنزفن ء‬
‫س ِاَلنلمناَنرءة ِءباَلرسنزوء‪ِ ِ،‬نواَءلزشنتءنغاَنل ِء نباَ ِيندنقبربدء زنن ِإءلنزيِن ن‬
‫ل ِينأزدمدر ِءباَلزنعنزدءل ِنواَءلزحنسنناَءن‬ ‫ء ء‬ ‫ء‬ ‫ء‬
‫ب ِاَللنُماَءر‪ِ .‬عنباَند ِاَل!ِهل ِإءلن ِاَ ن‬ ‫ءف ِاَلردنزننيِاَ ِنحنسنُمندة ِنوءف ِاَلخنرءة ِنحنسنُمندة ِنوقننُماَ ِنعنذاَ ن‬
‫نوءإيزنتنننآَءء ِءذي ِاَلزدقزرنبنن ِنويننزنُمننهننىَ ِنعنءن ِاَلزنفزحنشننآَءء ِنواَلزدمزنُمنكنءر ِنواَزلبننزغنءي ِينعءظددكنزمّ ِلننعلدكنزمّ ِتنننذلكدرزونن‪ِ ِ,‬نواَزذدكندرواَ ِاَلنن‬
‫ضنلءءه ِينعءطكنمّ‪ِ ِ,‬ولننءذكر ِاَ ء‬ ‫ء‬ ‫ء ءء‬ ‫ء‬
‫لنن ِأنزكبن ندر‪ِ ِ,‬نواَلدن‬ ‫ن د‬ ‫اَلزنعظزيِنمّ ِينزذدكزردكزمّ ِنواَزشدكدرزوده ِنعنلىَ ِننعمه ِينءززددكنزمّ ِنواَزسنئننلدزوده ِمنزن ِفن ز د ز‬
‫صنُمننعدزونن‪.‬‬
‫يننزعلندمّ ِنماَ ِتن ز‬

‫‪5‬‬

You might also like