Professional Documents
Culture Documents
net/publication/299941226
CITATIONS READS
0 560
2 authors, including:
Azridjal Aziz
Universitas Riau
41 PUBLICATIONS 30 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Thermal fluid research for energy efficiency on heating an cooling, thermal storage, thermoelectric cooler and generator and solar thermal.. View project
PENGOLAHAN AIR PAYAU UNTUK KEGUNAAN AIR BERSIH DI KAWASAN SUNGAI SIAK, MENGGUNAKAN METODE RESISTANSI ELEKTRIK KAPASITAS 1200 L/JAM View
project
All content following this page was uploaded by Azridjal Aziz on 08 April 2016.
Oleh :
Desember 2013
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengembangan Residential Air Conditioning
hibrida Hemat Energi dengan Kondensor Dummy
sebagai Water Heater menggunakan Refrigeran
Hidrokarbon Subsitusi R-22 yang Ramah
Lingkungan
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap : Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST. MT.
NIDN : 0019057103
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Program Studi : Teknik Mesin S1
Nomor HP : 085263006442
Alamat surel (e-mail) : azridjal@yahoo.com
Anggota (1)
Nama Lengkap : Ir. Herisiswanto, MT.
NIDN : 0005026608
Perguruan Tinggi : Teknik Mesin, Universitas Riau
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra :-
Alamat :-
Penanggung Jawab :-
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Biaya Tahun Berjalan : Rp. 59.000.000,-
Biaya Keseluruhan : Rp. 160.000.000,-
Prof. Dr. H. Adrianto Ahmad, MT Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST., MT.
NIP. 19581018 198703 1 001 NIP. 19710519 20003 1002
Menyetujui;
Ketua Lembaga Penelitian
3
RINGKASAN
4
PRAKATA
Penulis yakin sepenuhnya bahwa laporan tahunan penelitian ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang
membangun agar laporan tahunan ini lebih baik dan mendekati sempurna.
ttd
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
RINGKASAN 3
PRAKATA 4
DAFTAR ISI 5
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR LAMPIRAN 8
BAB 1. PENDAHULUAN 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 16
BAB 4. METODE PENELITIAN 17
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 19
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 32
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY 37
LAMPIRAN 2. PRODUK PENELITIAN 44
6
DAFTAR TABEL
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Pipa Kondensor Dummy 37
Lampiran 2. Produk Penelitian
44
9
BAB 1. PENDAHULUAN
10
Tin-tai Chow., Gang Pei., Jun Dong., and Wei He., 2003, Jie Ji., and Gang Pei et al.,
2005).
Bertolak dari kasus mesin refrigerasi dan mesin pompa panas di atas, maka
berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem yang
menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas dalam satu mesin. Pada mesin
terpadu ini efek pendinginan dan efek pemanasan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan
secara bersamaan, sehingga penghematan energi buang mesin menjadi lebih tinggi.
Mesin terpadu dengan fungsi ganda ini dikenal dengan mesin refrigerasi hibrida,
karena mesin refrigerasi paling banyak beroperasi dengan siklus kompesi uap, maka
mesin ini disebut mesin refrigerasi siklus kompresi uap hibrida. (Jongmin Choi a,
Jongug Jeon b, and Yongchan Kim., 2007, Aziz, Azridjal, 2004, 2002)
Pemanfaatkan evaporator dan kondensor tersebut secara bersamaan, tentu
akan terjadi perubahan atau gangguan pada siklus keseluruhan, sehingga perlu
dilakukan pengujian pada instalasi yang sebenarnya untuk mendapatkan kondisi
kerja optimal mesin. Penggunaan kondensor dummy yang ditempatkan setelah sisi
keluar kompresor bertujuan menjaga kestabilan mesin refrigerasi sehingga mesin
dapat berfungsi dengan baik untuk memenuhi hukum keseimbangan termodinamika.
(Jose M. Corbera´n., Jacobo Segurado., Daniel Colbourne., and Jose´ Gonza´lvez.,
2008, Arif Hepbasli., and Yildiz Kalinci., 2009, Arora, CP, 2001).
Untuk mengoperasikan mesin refrigerasi hibrida dibutuhkan refrigeran
sebagai fluida kerja. Refrigeran yang paling banyak digunakan adalah refrigeran
halokarbon (halogenated refrigerant) salah satunya adalah jenis HCFC-22
(Hydrochlorofluorocarbon) atau R-22 . (Agarwal, Radhey S, 1997). Namun dari
hasil penelitian, refrigeran halokarbon R-22 menunjukkan sifat yang dapat merusak
lapisan ozon dan berpotensi besar terhadap peningkatan efek pemanasan global,
sehingga penggunaan refrigeran tersebut dicanangkan untuk dihapuskan pembuatan
dan pemakaiannya. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004).
Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah
refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang
dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai
pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah
lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat
energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000).
Perumusan Masalah
Pada mesin refrigerasi sejumlah energi dibutuhkan untuk mendapatkan efek
pendinginan untuk mendinginkan ruangan sedangkan pada sisi luar panas dibuang
(efek pemanasan) dari sistem ke lingkungan begitu saja tanpa dimanfaatkan. Panas
yang dibuang ke lingkungan tersebut kandungan energinya cukup besar, lebih besar
dari energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem dan lebih besar dari energi
yang diserap di ruangan yang dikondisikan. Panas yang dibuang ke lingkungan ini
dapat digunakan untuk memanaskan udara maupun air yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Udara panas dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan
sedangkan air panas dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air panas antara
lain untuk mencuci, mandi, dan memasak di rumah, kantor, industri, hotel dan rumah
sakit. Pemanfaatan panas buang ini dapat menghemat biaya energi listrik atau energi
gas yang dibutuhkan dalam proses pemanasan.
Sebagian besar mesin refrigerasi siklus kompresi uap menggunakan
refrigeran halokarbon R-22 yang telah diketahui dapat merusak lapisan ozon yang
11
berdampak negatif pada lingkungan global. Pada penelitian ini akan digunakan
refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22, dengan refrigeran hidrokarbon, perangkat
mesin refrigerasi tersebut tetap dapat digunakan, terjadi penghematan energi 5 - 25
%, tanpa penggantian komponen. (Azridjal Aziz dan Yazmendra Rosa, 2010, S.
Devottaa., A.S. Padalkar., and N.K. Sane, 2005).
Mesin refrigerasi hibrida tentu saja memiliki keunggulan dan kekurangan,
salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi penggunaan
energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan pada suatu
sisi akan mempengaruhi proses di sisi yang lainnya. Penelitian ini penting dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan perangkat mesin refrigerasi ini sebagai
Residential Air Conditioning yang sekaligus memanfaatkan panas buang dari
kondensor dummy sebagai water heater untuk berbagai keperluan air panas di rumah
tangga. Penghematan energi pada penggunaan panas buang kondensor tentu akan
mempengaruhi kinerja mesin refrigerasi, sehingga perlu dirancang mesin refrigerasi
dengan penambahan komponen kondensor dummy, agar kinerja mesin tetap normal
dan memenuhi hukum keseimbangan termodinamika.
12
BAB 2. TINJAUAN PUSAKA
Tinjauan Pustaka
Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk
sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi
atau disebut juga mesin pendingin adalah mesin yang dapat menimbulkan efek
refrigerasi tersebut, sedangkan refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida
kerja dalam proses penyerapan panas. Secara umum bidang refrigerasi mencakup
kisaran temperatur sampai 123 K. Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang
beroperasi pada kisaran temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics).
Pembedaan ini disebabkan karena adanya fenomena-fenomena khas yang terjadi
pada temperatur di bawah 123 K dimana pada kisaran temperatur ini gas-gas seperti
nitrogen, oksigen, hidrogen dan helium dapat mencair. (Arora, C. P, 2001)
Proses pengambilan/penyerapan energi tersebut terjadi di evaporator dengan
laju perpindahan panas sebesar Qe. Sedangkan proses pembuangan energi dalam
bentuk panas ke lingkungan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Qk. (Stoecker,
W.F. and Jones, J.W. 1994). Berdasarkan aplikasinya mesin refrigerasi dapat
dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004).
13
1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke
tekanan kondensasi.
2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair
jenuh.
3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi.
4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran
ke tingkat keadaan uap jenuh.
Qk
2
3
3 2
kondensor
kompresor
Wk
alat ekspansi
Tekanan
evaporator
4 1
1
4
Qe Entalpi
(a) (b)
Unjuk kerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan oleh beberapa parameter, di
antaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas pemanasan, daya kompresi,
koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF). Diagram tekanan-entalpi
pada gambar 2.1.b dapat membantu dalam menentukan parameter-parameter
tersebut.
14
.
dimana : Qe (dampak pendinginan di evaporator (Watt)), mae ( laju masa air masuk
evaporator (kg/s)), C Pae ( kalor jenis air (J/(kgK))), ∆Tae (perbedaan temperatur air di
evaporator (oC)).
b. Kapasitas pemanasan pada kondensor :
.
Q k = m ak × C P ,ak × ∆Tak (2)
.
dimana : Qk (dampak pemanasan di kondensor (Watt)), mak (laju masa air masuk
kondensor (kg/s)), C Pak (kalor jenis air (J/(kgK))), ∆Tak (perbedaan temperatur air di
kondensor (oC))
c. Daya kompressor :
Wk = η m × 3 ×V × I × Cosφ (3)
dimana : Wk (daya kompresor (Watt)), η m (efisiensi motor = 0,8), cos φ (faktor daya
= 0,83), V ( tegangan motor listrik (V)), I (arus motor listrik (A)).
15
e. PF atau faktor performansi didefinisikan sebagai perbandingan efek pemanasan di
kondensor terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Q
PF = k (5)
Wk
Refrigeran
Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk mentransfer panas di
dalam siklus refrigerasi. Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari
suatu ruang melalui proses evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui
proses kondensasi. Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran,
adalah: sifat kimia, sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat
kimianya refrigeran yang baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen
refrigerasi, dan tidak mudah terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan
pemanasan global (non-GWP(Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan
ozon (non-ODP (Ozone Depleting Potential)).
Refrigeran hidrokarbon merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti
refrigeran halokarbon . Refrigeran hidrokarbon tidak berpotensi merusak ozon
karena ODP = 0 dan GWP yang kecil. Refrigeran hidrokarbon juga tidak mengalami
reaksi kimia dengan oli pelumas yang digunakan untuk refrigeran halokarbon.
(Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000). Refrigeran hidrokarbon adalah refrigeran yang
ramah lingkungan, hal ini diperlukan agar kelestarian lingkungan terjaga, karena
lapisan ozon di stratosfir berfungsi melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet
intensitas tinggi yang berbahaya (antara lain dapat menimbulkan kanker kulit,
katarak mata, menurunkan immunitas tubuh, dapat membunuh phytoplankton yang
merupakan bagian dari rantai kehidupan laut). (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004)
16
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mesin refrigerasi ini adalah
- membuat prototipe mesin refrigerasi hibrida sebagai Residential Air
Conditioning dengan penambahan kondensor dummy untuk menjaga
keseimbangan termodinamika mesin yang dapat beroperasi menggunakan
refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R-22.
- mempelajari parameter yang mempengaruhi karakteristik perangkat Residential
Air Conditioning yang telah dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi hibrida,
diantaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas pemanasan, daya kompresi,
koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF).
- mempelajari penggunaan air sebagai media penyerapan panas buang yang
diperoleh dari kondensor serta pengaruhnya terhadap tekanan dan temperatur
sistem.
- mempelajari pengaruh penempatan inlet dan outlet pada tangki air kondensor
dummy.
- mempelajari kinerja mesin sebagai mesin pendingin terhadap mesin sebagai
mesin refrigerasi hibrida.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan akan terealisasi sebuah prototipe
mesin refrigerasi hibrida yang berfungsi ganda, sebagai mesin pendingin pada
Residential Air Conditioning sekaligus sebagai water heater pada kondensor dummy.
Mesin refrigerasi ini dirancang dan dimodifikasi dari perangkat Residential Air
Conditioning, sehingga dapat diperoleh parameter yang mempengaruhi karakteristik
mesin refrigerasi secara keseluruhan. Hasil karakteristik mesin ini dapat digunakan
sebagai parameter dalam menentukan kondisi optimal mesin sehingga modifikasi
perangkat pengkondisian udara menjadi mesin refrigerasi hibrida diharapkan tidak
mengganggu kinerja optimal sistem keseluruhan. Prototipe mesin refrigerasi hasil
penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada penggunaan secara nyata di rumah
tangga yang menggunakan Residential Air Conditioning.
Diharapkan dengan pemanfaatan efek pendinginan dan pemanasan secara
bersamaan, akan terjadi penghematan energi yang cukup berarti dengan
memanfaatkan energi yang terbuang percuma berupa panas buang dari kondesor
dummy. Efek pendinginanan dari mesin refrigerasi ini dapat digunakan sebagai
Residential Air Conditioning untuk pengkondisian udara di rumah tangga sehingga
diperoleh rasa sejuk, rasa nyaman dan kualitas udara ruangan yang lebih baik. Panas
buang dari perangkat mesin refrigerasi dapat digunakan sebagai water heater pada
kondensor dummy untuk keperluan air panas di rumah tangga antara lain untuk
keperluan mandi, cuci dan memasak.
17
BAB 4. METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode teoritis dan
eksperimental. Metode teoritis dilakukan untuk menentukan parameter rancangan
bagian-bagian utama mesin refrigerasi hibrida sedangkan metode eksperimental
dilakukan guna menguji hasil rancangan untuk mengetahui analisis kinerja mesin
refrigerasi hibrida. Skema rancangan mesin refrigerasi hibrida dapat dilihat pada
gambar 4.1. Siklus refrigerasi standar adalah siklus 1-2-3-4, sedangkan siklus
refrigerasi hibrida yang memanfaatkan panas buang pada kondensor dummy untuk
menghasilkan air panas dalam tangki adalah siklus 1-2-2a-2b-3-4.
Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman
terhadap konsep mesin refrigerasi hibrida yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R-22, dengan mempelajari
buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian terbaru yang relefan. Studi literatur ini
dapat dilakukan di perpustakaan maupun melalui internet. Pada tahapan ini juga
dilakukan proses perancanaan kondensor dummy yang dapat menghasilkan air
panas.
18
keluar kondensor dan tekanan masuk evaporator terhadap unjuk kerja sistem.
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin terhadap beban
pendinginan pada ruang uji mesin pendingin dan kemampuan penyediaan air
panas dari tangki kondensor dummy untuk keperluan penggunaan air panas.
Gambar 4.1. Skema rancangan mesin refrigerasi hibrida sebagai water heater
memanfaatkan panas buang kondensor dummy. (Diadaptasi dari Fundamentals Of
Thermodynamics, 7th ed, Claus Borgnakke Richard E. Sonntag, John Wiley & Sons,
Inc., 2009)
19
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Pada mesin refrigerasi hibrida evaporator dan kondensor sama-sama
dimanfaatkan. Dalam perancangan sistem pengujian digunakan asumsi-asumsi :
sistem bekerja pada siklus kompresi uap standar, fluida kerja adalah refrigeran R-22
Sebagai data awal perancangan ditetapkan :
• Tekanan Evaporasi = 583,78 kPa [ Te = 5 0C]
• Tekanan Kondensasi = 1729 kPa [Tk = 45 0C]
Perancangan Evaporator
Evaporator adalah alat penukar kalor yang di dalamnya terjadi proses
perpindahan panas fluida kerja yang berubah fasa dari cairan menjadi gas
(refrigeran) ke fluida lain disekitarnya. Seperti halnya alat penukar kalor lainnya
evaporator memiliki banyak jenis. Pada perancangan ini direncanakan digunakan
adalah evaporator jenis tabung dan pipa (Sheel and Tube) dimana refrigeran
mendidih di dalam pipa dan air sebagai fluida pendingin mengalir diluar pipa dan
masih di dalam cangkang (Holman, 1991).
Perancangan Kondensor
Bentuk kondensor direncanakan sama dengan bentuk evaporator yaitu jenis
tabung dan pipa (Sheel and Tube) tetapi fenomenanya berbeda dengan evaporator
karena refrigeran mengembun didalam pipa dan air sebagai fluida pendingin
mengalir diluar pipa dan masih di dalam cangkang. Laluan pipa didalam tabung
dibuat berselang seling yang tujuannya untuk meningkatkan koefisien perpindahan
panas kondensor ini.(Holman, 1991)
22
Rancangan kondensor dummy dengan asumsi temperatur pipa kondensor
47 C dan temperatur pipa evaporator 6 oC, dengan temperatur air masuk tangki
o
Gambar 5.3. Tangki air panas yang dimodifikasi untuk kondensor dummy
(http://waterheater.indonesia123.biz/wp-content/uploads/2013/04/
water-heater-PRO-R-50V.jpg)
23
Mesin refrigerasi hibrida pada penelitian ini memanfaatkan panas buang
kondensor dummy untuk menghasilkan air panas dalam tangki air panas. Pemilihan
tangki air panas yang akan digunakan sangat bergantung kepada kapasitas mesin
pendingin yang digunakan. Tangki air panas seperti yang ditunjukkan di gambar 5.3
dipilih untuk dimodifikasi (tangki air panas dari pemanas air elektrik merek Delizia
kapasitas 50L), elemen pemanas elektriknya diganti kondensor dummy dan beberapa
penyesuaian dan pengujian agar tidak terjadi kebocoran saat telah diisi dengan air.
Gambar 5.4. Realisasi ruang uji mesin refrigerasi hibrida dari hasil rancangan
24
lingkungan rata-rata pengujian kondisi 1 adalah 27,1 oC. Ruangan dijaga pada
temperatur 22 oC, dengan mengatur bukaan pintu ruangan sebagai beban pendinginan.
Pada pengujian mode RAC hibrida keadaan transien, dproses pemanasan air dimulai
dari nol (saat mesin mulai dihidupkan) sampai 120 menit (kondisi 1), energi dari
kalor buang kondensor dummy diserap oleh air dalam tangki yang berada dalam
kondisi penuh. Gambar 2 menunjukkan hubungan antara perubahan temperatur yang
terjadi pada RAC hibrida terhadap waktu untuk memanaskan air di dalam tangki.
Gambar 5.5. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top
of the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida kondisi 1 keadaan transien
Perpindahan kalor antara kondensor dummy dengan air didalam tangki menyebabkan
temperatur air naik dari 30,29 oC menjadi 50,42 oC, dimana temperatur condenser
dummy in dan out cenderung berada pada variasi temperatur yang sama. Hal ini
berarti kalor yang diterima oleh air cenderung konstan sehingga temperatur air akan
terus naik sampai keadaan stedi tercapai.
Temperatur air bagian bawah tangki naik dari 28,6 oC menjadi 34,54 oC, karena
temperatur air pada bagian atas sudah cukup tinggi. Pada saat bersamaan ruangan
(room) mengalami proses penyerapan kalor sehingga temperaturnya turun dan
mencapai keadaan stedi setelah 75 menit, dengan temperatur ruangan 22 oC, seperti
tampak pada Gambar 5.5.
Mode pengujian RAC hibrida kondisi 2, dilakukan pada keadaan temperatur air
panas dalam tangki menuju stedi, dimana pemanasan air merupakan lanjutan dari
kondisi 1 selama 120 menit seperti tampak pada Gambar 5.6. Pada kondisi 2,
temperatur air bagian atas tangki tetap mengalami kenaikan dari 50,42 oC menjadi
56,11 oC, kenaikan temperatur tidak terlalu tinggi karena perbedaan temperatur
antara kondensor dummy dan air cendrung turun, dan menuju keadaan stedi pada
menit ke-105. Temperatur air bagian bawah tangki naik dari 34,54 oC menjadi 40,31
25
o
C, hal ini karena aliran air panas dari bagian atas tangki mempengaruhi bagian
bawah tangki. Temperatur bagian atas tangki tetaplebih panas dari temperatur bawah
tangki karena masa jenis air turun seiring naiknya temperatur air, air panas akan
lebih ringan dari air dingin, sehingga air panas akan mengumpul di bagian atas
tangki. Pada saat bersamaan, temperatur ruangan pada kondisi 2 ini dapat dijaga
cenderung tetap pada temperatur 22 oC seperti tampak pada Gambar 5.6.
Gambar 5.6. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of
the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida menuju keadaan stedi
(kondisi 2)
Gambar 5.7. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of
the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 3
Perubahan temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of the
tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 3 selama 120 menit
pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 5.7. Pada kondisi 3, saat penggunaan air
panas dalam tangki, air mengalir ke dalam tangki pada laju aliran massa air rata-rata
26
konstan pada 0,0403 kg/s, sehingga tangki air selalu penuh. Pada penggunaan air
panas selama 120 menit, air pada bagian atas tangki mencapai keadaaan stedi setelah
pemakaian selama 60 menit sedangkan air bagian bawah tangki cenderung konstan
pada 27,7 oC karena kalor dari kondensor dummy langsung digunakan untuk
menaikkan temperatur aliran air pada rentang temperatur yang kecil. Beda
temperatur bagian atas tangki dan bagian bawah tangki pada keadaan stedi adalah 7
o
C dari temperatur 35 oC dan 28 oC.
Pada mode pengujian RAC standar kondisi 4, pada mode ini RAC berfungsi tanpa
pemanfaatan kondensor dummy atau pada kondisi pemakaian RAC pada umumnya
dapat dilihat pada Gambar 5.8. RAC dioperasikan selam 120 menit setelah keadaaan
stedi tercapai. Temperatur pada bottom of the tank dan top of the tank tetap berada
temperatur 32 oC karena pada kondisi 4 tidak terjadi pemanasan di tangki air,
karena kondensor dummy tidak digunakan. Temperatur kondensor rata-rata yang
didapatkan pada kondisi 4 adalah 62 oC, sedangkan temperatur ruangan dapat dijaga
pada 22 oC.
Gambar 5.8. Temperatur kondensor in, temperatur bottom dan top of the tank dan
temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 4
Besar daya kompresor yang digunakan pada pengujian RAC baik mode RAC hibrida
maupun RAC standar dari kondisi 1, kondisi 2, kondisi 3 dan kondisi 4 pada
pengoperasian selama 120 menit dapat dilihat pada Gambar 5.9. Dari Gambar 5.9.
dapat dianalisis bahwa daya kompresor pada kondisi 1, kondisi 2 dan kondisi 4
cenderung seragam dibanding daya kompresor pada kondisi 3. Terjadi penghematan
daya kompresor walaupun tidak terlalu besar setelah beroperasi selama 30 menit
pada kondisi 3, hal ini karena tidak terjadi akumulasi panas di tangki air, kalor
buangan dari kondensor dummy langsung digunakan untuk memanaskan air,
sehingga temperatur dan tekanan kondensor dummy turun lebih rendah dibanding
kondisi 1, 2 dan 4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penambahan
kondensor dummy tidak bepengaruh pada daya kompresor, daya kompresor
27
cenderung tetap, penghematan daya kompresor hanya terjadi pada saat pemakaian air
panas (kondisi 3) walaupun tidak terlalu besar.
Gambar 5.9. Daya kompresor berbagai kondisi (1,2,3, dan 4) pada RAC hibrida
standar model hibrida kondisi transien
Gambar 5.10. Tekanan kondensor dan tekanan evaporator pada mode RAC standar
dan model RAC hibrida pada kondisi 1, 2, 3, dan 4
28
terjadi perubahan yang berarti pada tekanan kondensor dan tekanan evaporator
dengan penambahan kondensor dummy, sehingga RAC beroperasi secara wajar.
Grafik batang pada gambar 5.11 menunjukkan daya kompresor yang dibutuhkan saat
penggunaan air panas dari kondensor dummy pada kondisi 3 adalah sebesar 0,67 kW
atau terjadi penghematan sekitar 1,47% dibanding kondisi 4. Penghematan yang
terjadi sangat kecil, dan hampir tidak terjadi penghematan daya kompresor pada saat
29
proses pemanasan air pada kondisi 1 dan 2. Jadi jika dilihat dari daya kompresor
pada berbagai kondisi, tidak terjadi perubahan yang berarti pada penggunaan daya
kompresor.
Daya pendinginan yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada gambar 5.12, saat
penggunaan kondensor dummy pada kondisi 1, kondisi 2 dan kondisi 3 berkurang
sekitar 5,64 % sampai 7,84% dibanding pada kondisi 4 (pengoperasian tanpa
kondensor dummy). Berkurangnya daya pendinginan yang dihasilkan ini, karena
pada saat yang bersamaan terjadi proses pemanasan air dari panas buang kondensor
di kondensor dummy. Berkurangnya daya pendinginan yang dihasilkan ini
sebanding dengan besarnya panas buang yang dilepaskan di kondensor.
Daya pemanasan yang dihasilkan saat penggunaan kondensor dummy pada kondisi 1,
kondisi 2 dan kondisi 3 berkurang sekitar 4,83% sampai 8,19% dibanding pada
kondisi 4 (pengoperasian tanpa kondensor dummy), dapat dilihat pada gambar 5.13.
Berkurangnya daya pemanasan yang dihasilkan ini sebanding dengan besarnya daya
pendinginan yang diperoleh di evaporator.
Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasaan air adalah sebesar 0,45
kWyang diperoleh dari kondensor dummy, dapat dilihat pada gambar 5.14. Recovery
energi ini dihitung dari asumsi bahwa kondensor dummy, melepaskan kalor buang
refrigeran setelah keluar kompresor pada kondisi uap superpanas dan memasuki
kondensor utama setelah mencapai kondisi uap jenuh (recovery energi teoritis). Pada
30
kondisi sebenarnya tidak bisa ditentukan dalam fasa apa refrigeran saat berada di
kondensor dummy ataupun kondensor utama.
Gambar 5.15 menunjukkan, besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air,
jika dihitung pada kondisi aktual yaitu besarnya kalor yang diterima air dari
kondensor pada kondisi stedi adalah 1,2 kW atau sekitar 1,8 kali daya yang
dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin. Sedangkan jika manfaat recovery
31
energi dihitung secara teoritis, besarnya adalah 0,65 kali daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem pendingin. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa penggunaan
kondensor dummy, pengaruhnya tidak berarti terhadap daya pendinginan di
evaporator dan daya pemanasan di kondensor. Manfaat recovery energi yang didapat
adalah sebesar 0,65 - 1,8 kali daya kompresor, sebagai penghematan energi yang
diperoleh pada kondisi operasi sebagai sistem hibrida.
32
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Bulan Ke
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur
1 Rancangan kondensor dummy 1/4
inci
2 Pembuatan dan pemasangan
kondensor dummy 1/4 inci pada
tangki air panas
3 Uji performansi dengan variasi
beban pendinginan
3 Komparasi sistem pendingin dengan
refrigeran berbeda
4 Persiapan artikel untuk jurnal
Internasional
bereputasi/nasional/terakreditasi
4 Submit artikel untuk jurnal
Internasional
bereputasi/nasional/terakreditasi
5 Laporan akhir penelitian
34
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kemajuan penelitian mesin refrigerasi
hibrida sebagai water heater adalah:
• Dari hasil rancangan mesin refrigerasi hibrida dengan daya pendinginan 1 PK, maka
dipilih AC Samsung AS09TSMN, daya Low Watt 670 WATT, kapasitas pendinginan
8.900 BTU/jam atau 2,6 kW. AC Samsung ini dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi
hibrida dengan menambahkan kondensor dummy, yang dibuat dari pipa tembaga 3/8
in dengan panjang 6 meter tipe spiral.
• Kondensor dummy ditempatkan dalam tangki air panas berkapasitas 50 L yang
dimodifikasi dari tangki air panas electric water heater. Modul elemen pemanas
listriknya diganti dengan kondensor dummy. Mesin refrigerasi hibrida unit indoor
ditempatkan pada ruang uji. Pada ruang uji ini dilakukan pengujian kinerja mesin
sesuai parameter pengujian yang akan dianalisis seperti beban pendinginan, laju
pendinginan, serta pengaruh penambahan kondensor dummy.
• Mesin refrigerasi hibrida ini dapat diuji menggunakan refrigeran halokarbon R-22
maupun refrigeran subsitusi jenis hidrokarbon HCR-22.
• Recovery energi dari penambahan kondensor dummy, pada RAC hibrida, setelah
pengoperasian selama 120 menit terjadi kenaikkan mtemperatur air dari 30,29 oC
menjadi 50,42 oC, sedangkan ada pengoperasian 120 menit kedua temperatur naik dari
50,42 oC menjadi 56,11 oC. Pada pengoperasian 120 menit ketiga setelah 60 menit
pengoperasian, beda temperatur tangki sisi atau sisi bahwah cendrung tetap pada 7 oC.
Temperatur ruangan dapat dijaga pada temperatur 22 oC baik pada kondisi 1, kondisi 2,
kondisi 3, dan kondisi 4. Tidak terlihat perbedaan yang berarti pada temperatur dan
tekanan sistem, dengan penambahan kondensor dummy. Tidak terdapat penghematan
energi kompresor yang berarti akibat penambahan kondensor dummy.
• Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air, jika dihitung pada kondisi
aktual yaitu besarnya kalor yang diterima air dari kondensor pada kondisi stedi adalah
1,2 kW atau sekitar 1,8 kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
pendingin. Sedangkan jika manfaat recovery energi dihitung secara teoritis, besarnya
adalah 0,65 kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin. Secara
umum, dapat dinyatakan bahwa penggunaan kondensor dummy, pengaruhnya tidak
berarti terhadap daya pendinginan di evaporator dan daya pemanasan di kondensor.
Manfaat recovery energi yang didapat adalah sebesar 0,65 - 1,8 kali daya kompresor,
sebagai penghematan energi yang diperoleh pada kondisi operasi sebagai sistem
hibrida.
SARAN
Perlu dilakukan metode trial and errror pada pembuatan dan pengujian mesin
refrigerasi hibrida sebagai water heater. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui kendala-
kendala yang akan dihadapi dan kemungkinan hambatan yang akan terjadi dalam
pelaksanaan penelitian selanjutnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Agarwal, Radhey S., 1997, Retrofitting of Domestic and Small Capacity Commercial
Refrigeration Appliances Using Hydrocarbon Blends, Proceedings Seminar on ODS
Phase-Out: Solutions for the Refrigeration Sector, Kuta.
2. Amrul, 2001, Kaji Eksperimental Karakteristik Mesin Refrigerasi Hibrid Kompresi
Uap Susunan Seri dan Paralel dengan Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-12,
Tesis, Jurusan Teknik Mesin, ITB, Bandung.
3. Arif Hepbasli., and Yildiz Kalinci., 2009, A review of heat pump water heating systems,
Renewable and Sustainable Energy Reviews 13 (2009) 1211–1229.
4. Arora, C. P, 2001, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International
Edition.
5. Aziz, Azridjal, 2002 Penggunaan Hidrokarbon sebagai Refrigeran pada Sistem
Refrigerasi Komersil (Commercial Refrigeration) dan Pengkondisi Udara (Air
Conditioning), Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
6. Aziz, Azridjal, 2002, Refrigeran Hidrokarbon sebagai Alternatif Pengganti Refrigeran
Halokarbon, Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
7. Aziz, Azridjal, 2004, Kaji Eksperimental Pengaruh Perubahan Suhu pada Siklus
Sekunder dan Siklus Primer terhadap Performansi Mesin Refrigerasi Hibrid dengan
Refrigeran HCR12, Jurnal Saintek (terakreditasi), UNP, Padang.
8. Aziz, Azridjal, 2008, Pengembangan Cold Storage Hemat Energi Sebagai Mesin
Refrigerasi Hibrida Memanfaatkan Panas Buang Kondensor Pada Drying Room
Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-22, Laporan Penelitian, Lembaga
Penelitian Universitas Riau.
9. Azridjal Aziz., and Yazmendra Rosa., 2010, Performansi Sistem Refrigerasi Hibrida
Perangkat Pengkondisian Udara Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-
22, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 7 no. 1.
10. Jie Ji., and Gang Pei et al., 2005, Performance of multi-functional domestic heat-pump
system. Applied Energy 80 (2005) 307–326.
11. Jie Ji., Tin-tai Chow., Gang Pei., Jun Dong., and Wei He., 2003, Domestic Air-
Conditioner and Integrated Water Heater for Subtropical Climate, Applied Thermal
Engineering, 23 (2003) 581–592.
12. Jongmin Choi a, Jongug Jeon b, and Yongchan Kim., 2007, Cooling performance of a
hybrid refrigeration system designed for telecommunication equipment rooms. Applied
Thermal Engineering 27 (2007) 2026–2032.
13. Jose M. Corbera´n., Jacobo Segurado., Daniel Colbourne., and Jose´ Gonza´lvez., 2008,
Review of standards for the use of hydrocarbon refrigerants in A/C, heat pump and
refrigeration equipment, International Journal of Refrigeration 31 (2008)748 – 756.
14. M. M. Rahman., Chin Wai Meng., and Adrian Ng., 2007, Air Conditioning and Water
Heating-An nvironmental Friendly and CostEffective Way of Waste Heat Recovery,
AEESEAP Journal of Engineering Education, Vol. 31, No. 2.
15. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000, Short Course on the Applications of Hydrocarbon
Refrigerants, International Conference on Fluid and Thermal Energy Conversion 2000,
Bandung.
16. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004, Training of Trainer Refrigeration
Servicing Sector, Training Manual, ITB, Bandung.
17. Stoecker, W.F. and Jones, J.W., 1994, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Erlangga,
Jakarta.
36
18. S. Devottaa., A.S. Padalkar., and N.K. Sane, 2005, Performance assessment of HC-290
as a drop-in substitute to HCFC-22 in a window air conditioner, International Journal
of Refrigeration 28 (2005) 594–604.
37
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY
Data asumsi
= 9000 Btu/h = 2637 Watt = 2,637 Kw
1 Btu = 0,2930 Watt
P.kom = 1 Pk = 746 Watt
S1= S2 = 0,9184 kj/kg
= 0,7776
= 0,7776x
38
= 17,7215 + 261,64
= 279,36 kJ//kg
1. Dampak refrigerasi
- = 252,03 – 103,95
= 148,08
2. Laju aliran masa refrigerasi
Mref =
= 0,8375 Kw
= 837,5 w
= 1,12 hp (1 HP = 0,735 Kw sularso,1997)
= 3,94
5. Laju aliran panas dibuang Kondesor
Qk = Qre + Wk
= 2,637 + 0,67
= 3,307 Kw
39
Perencanaa kondensor
1. Laju perpindahan panas kondensor
Qkon = Mref
= 17,8 x kg/s ( 279,36 – 261,63 )
= 0,31559 kw
= 315,59 w
Qp = 1000 L/jam = 0,000278
Asumsi air masuk kondensor 27 C
i = 998,44 kg/
i = 4,18 kj/kg.K
2. Laju aliran masa
Mmax = i x Qp
= 998,44 x 0,000278
= 0,2776
Laju aliran masa air di satu perdua dari laju aliran masa iar maksimum :
Mw = ½ x Mmax
= ½ x 0,2776
= 0,1388
3. = Mw x Cw x
= +( )
= +( )
= + 0,54
=27,54
4. Beda temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)
Fx
= x( )
= x( )
=1 x ( )
40
= 19,82
5. Proses Pengembunan Refrigeran
=
=18672,96
<35000 , maka koefisien perpindahan panas pengembunan menggunakan
persamaan Chato, hc
= 0,555 [
=47 – 40
=7
h = + 3/8 x x7 = titik - titik 3
= 0,555 [
=1812,282 W/
6. Proses konveksi paksa
Tw =
=29,27
maka diperoleh sifat-sifat termofisik
= 995,8 kg/
= 8,087 x Pa.s
4,1786 kj/kg.K
= 0,611 W/kg.K
41
=
= 1,32
Ukuran basah penampang kotak kondensor 0,36 x0,36 , maka kecepatan air pada
kotak kondensor tanpa pipa adalah:
Vw =
=1,072 x
=0,12736 x
= 14,8985
7. Koefisien konveksi paksa rata-rata pada sisi air dihitung dengan persamaan
Zhukauskus
Ho= C x C2 x x x
Prs =
= 1,036
maka,
Ho= C x C2 x x x
42
= 0,9 x 1 x x x x(
= 200,21 W/ .K
8. Faktor Pengotoran
Sisi air R = 0,0003522 W/ .K
(TEMA Edition)
9. Koefisien perpindahan panas total pada kondensor
= + +R +
= + + 0,0003522 +
Uo = 157,058
10. Dimensi Kondensor
luas peemukaan perpindahan panas yang diperlukan kondensor dapat dihitung:
=
= 0,11
11. Panjang pipa tembaga yang diperlukan untuk kondensor adalah :
=
= 3,82 m
= ho x (Ts-Tw ) = x x (Tref-T )
=
= 0,02
T = Tref - ( )
= 47 - ( )
43
= 47- 6,5196
= 40,57
Panjang pipa kondensor dummy jenis pipa tembaga 3/8 in pada asumsi temperatur
refrigeran 47 oC adalah 3,16 meter. Temperatur refrigeran keluar kondensor dapat mencapai
80 oC, sehingga lebih banyak panas buang yang akan dilepaskan ke lingkungan air sekitar
kondensor dummy. Untuk itu dipilih panjang kondensor dummy dua kali dari hasil
perhitungan, yaitu panjang 6 meter.
44
LAMPIRAN 2. PRODUK PENELITIAN
45
Gambar L2.3. Kondensor dummy berdasarkan hasil rancangan
46
Gambar L2.5. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak atas
Gambar L2.6. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak samping
47
Gambar L2.7. Kondensor dummy dengan tutup tangki dan magnesium anoda untuk
mencegah perkaratan di dalam air
Gambar L2.8. Kondensor dummy dengan tutup yang sudah terpasang dalam tangki air panas
48
Gambar L2.9. Proses instalasi Sistem Refrigerasi tampak depan sisi outdoor
Gambar L2.10. Proses instalasi Sistem Refrigerasi tampak samping sisi outdoor
49
Gambar L2.11. Inlet dan outlet Kondensor dummy setelah dipasang pada instalasi sistem
50
Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST, MT.
b. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina/IVa/19710519 200003 1 002
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :-
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin
f. Perguruan Tinggi : Universitas Riau
g. Bidang Keahlian : Konversi Energi
h. Waktu untuk Penelitian ini : 15 jam/minggu
2. Anggota Peneliti
Anggota Peneliti I
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Herisiswanto, MT
b. Pangkat/Golongan/NIP : Penata /IIIc/19660205 199702 1 001
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Teknologi Mekanik
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin
f. Perguruan Tinggi : Universitas Riau
g. Bidang Keahlian : Produksi, Konversi Energi
h. Waktu untuk Penelitian ini : 10 jam/minggu
AlokasiWa
Bidang ktu
No Nama /NIDN Instansi Asal Uraian Tugas
Ilmu (jam/mingg
u)
Ketua peneliti,
koordinator tim,
bertanggung
jawab penuh
terhadap semua
kegiatan
penelitian,
mengkoordinasi
kan pelaksanaan
Dr. Eng. Azridjal
penelitian,
Aziz, ST. MT Universitas Teknik 15 Jam/
1 analisis hasil,
NIDN. 0019057103 Riau Mesin minggu
membuat
laporan akhir,
membuat
makalah untuk
seminar dan
publikasi di
jurnal serta
mengikuti
pertemuan
ilmiah .
51
Anggota
peneliti,
membantu ketua
tim,
bertanggung
jawab pada
pelaksanaan
penelitian,
Ir. Herisiswanto, Anggota pembuatan alat,
Universitas Teknik
2 MT 10 jam per pengujian
Riau Mesin
NIDN. 0005026608 minggu kebocoran,
pengujian dan
pengambilan
data pengujian
alat,dan
summary hasil
penelitian,
membuat
laporan
52