You are on page 1of 53

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/299941226

PENGEMBANGAN RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA HEMAT


ENERGI DENGAN KONDENSOR DUMMY SEBAGAI WATER HEATER
MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22 YANG
RAM....

Technical Report · December 2013


DOI: 10.13140/RG.2.1.4851.4960

CITATIONS READS

0 560

2 authors, including:

Azridjal Aziz
Universitas Riau
41 PUBLICATIONS   30 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Thermal fluid research for energy efficiency on heating an cooling, thermal storage, thermoelectric cooler and generator and solar thermal.. View project

PENGOLAHAN AIR PAYAU UNTUK KEGUNAAN AIR BERSIH DI KAWASAN SUNGAI SIAK, MENGGUNAKAN METODE RESISTANSI ELEKTRIK KAPASITAS 1200 L/JAM View
project

All content following this page was uploaded by Azridjal Aziz on 08 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN TAHUNAN

Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

PENGEMBANGAN RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA


HEMAT ENERGI DENGAN KONDENSOR DUMMY SEBAGAI
WATER HEATER MENGGUNAKAN REFRIGERAN
HIDROKARBON SUBSITUSI R-22 YANG RAMAH LINGKUNGAN

Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun

Oleh :

Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST. MT.


NIDN 0019057103
Ir. Herisiswanto, MT.
NIDN 0005026608

PUSAT PENELITIAN PENGEMBANGAN


TEKNOLOGI DAN ENERGI
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS RIAU

Desember 2013

1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengembangan Residential Air Conditioning
hibrida Hemat Energi dengan Kondensor Dummy
sebagai Water Heater menggunakan Refrigeran
Hidrokarbon Subsitusi R-22 yang Ramah
Lingkungan
Peneliti / Pelaksana
Nama Lengkap : Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST. MT.
NIDN : 0019057103
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Program Studi : Teknik Mesin S1
Nomor HP : 085263006442
Alamat surel (e-mail) : azridjal@yahoo.com
Anggota (1)
Nama Lengkap : Ir. Herisiswanto, MT.
NIDN : 0005026608
Perguruan Tinggi : Teknik Mesin, Universitas Riau
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra :-
Alamat :-
Penanggung Jawab :-
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Biaya Tahun Berjalan : Rp. 59.000.000,-
Biaya Keseluruhan : Rp. 160.000.000,-

Pekanbaru, 6 Desember 2013


Mengetahui,
Dekan, Ketua,

Prof. Dr. H. Adrianto Ahmad, MT Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST., MT.
NIP. 19581018 198703 1 001 NIP. 19710519 20003 1002

Menyetujui;
Ketua Lembaga Penelitian

Prof. Dr. Usman M. Tang, MS


NIP. 19640501 198903 1001

3
RINGKASAN

Siklus refrigerasi/siklus pendingin yang banyak digunakan saat ini adalah


Siklus Kompresi Uap (SKU) yang dioperasikan oleh kerja kompresor (Stoecker,
1994). Sasaran penelitian ini adalah Residential Air Conditioning (RAC atau
Perangkat Pengkondisian Udara Rumah Tangga) terutama dari sisi kondensor
(outdoor unit). Pada perangkat pengkondisian udara (AC) panas yang diserap di
ruangan yang dikondisikan oleh evaporator (indoor unit) dibuang percuma tanpa
dimanfaatkan di bagian luar ruangan melalui kondensor (outdoor unit). Energi dalam
bentuk panas yang terbuang percuma melalui kondensor ini (outdoor unit) dapat
digunakan menjadi energi yang bermanfaat sebagai sumber panas untuk
memanaskan air (water heater). Dengan penambahan sebuah kondensor dummy
setelah kompresor maka panas buang kondensor dapat digunakan sebagai water
heater, tanpa mengganggu kerja kondensor utama (outdoor unit), sehingga perlu
diteliti pengaruh penambahan kondensor dummy ini terhadap kinerja perangkat
pengkondisian udara secara keseluruhan.
Pada penelitian ini dari hasil rancangan, digunakan mesin refrigerasi hibrida
dengan daya pendinginan 1 PK, dari hasil rancangan dipilih AC Samsung
AS09TSMN, daya Low Watt 670 WATT, kapasitas pendinginan 8.900 BTU/jam
atau 2,6 kW. AC Samsung ini dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi hibrida dengan
menambahkan kondensor dummy. Kondensor dummy yang digunakan dibuat dari
pipa tembaga 3/8 in dengan panjang 6 meter tipe spiral. Kondensor dummy
ditempatkan dalam tangki air panas berkapasitas 50 L dengan isolator panas. Pada
mesin refrigerasi hibrida dalam penelitian ini, unit indoor ditempatkan pada ruang
uji. Mesin refrigerasi hibrida ini dapat diuji menggunakan refrigeran halokarbon R-
22 maupun refrigeran subsitusi jenis hidrokarbon HCR-22.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kondensor dummy pada
RAC hibrida sebagai recovery energi untuk menghasilkan air panas dan sekaligus
memberikan ruang yang nyaman, pengaruhnya tidak begitu berarti pada sistem RAC.
Recovery energi dari penambahan kondensor dummy, pada RAC hibrida, setelah
pengoperasian selama 120 menit terjadi kenaikkan temperatur air dari 30,29 oC
menjadi 50,42 oC, sedangkan ada pengoperasian 120 menit kedua temperatur naik
dari 50,42 oC menjadi 56,11 oC. Pada pengoperasian 120 menit ketiga setelah 60
menit pengoperasian, beda temperatur tangki sisi atau sisi bahwah cendrung tetap
pada 7 oC. Temperatur ruangan dapat dijaga pada temperatur 22 oC baik pada kondisi
1, kondisi 2, kondisi 3, dan kondisi 4. Tidak terlihat perbedaan yang berarti pada
temperatur dan tekanan sistem, dengan penambahan kondensor dummy. Tidak
terdapat penghematan energi kompresor yang berarti akibat penambahan kondensor
dummy. Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air, untuk kondisi
aktual pada keadaan stedi adalah 1,2 kW atau 1,8 kali daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem pendingin, jika dihitung secara teoritis, besarnya adalah 0,65
kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin.

4
PRAKATA

Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, atas kekuatan dan rahmat-Nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan
laporan tahunan penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :


1. Lembaga Penelitian Universitas Riau melalui Dirjen Dikti yang telah
mendanai penelitian ini melalui Penelitian Desentralisasi, Dana Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2013.
2. Bapak Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Riau dan Kajur dan Sekjur selaku Pengelola Jurusan Teknik
Mesin, Bapak Ir. Herisiswanto, MT., anggota peneliti, yang telah membantu
mewujudkan penelitian ini dan memberikan ide dan saran untuk
kesempurnaan penelitian ini. Rekan-rekan dosen Jurusan Teknik Mesin,
saudara Noverianto, Wahyudi Rahman dan Hardianto Ginting selaku
mahasiswa bimbingan tugas akhir yang telah membantu terwujudnya
penelitian ini serta semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan
dalam pelaksanaan penelitian ini.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa laporan tahunan penelitian ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang
membangun agar laporan tahunan ini lebih baik dan mendekati sempurna.

Pekanbaru, 6 Desember 2013


Ketua Peneliti,

ttd

(Dr. Eng.Azridjal Aziz, ST. MT.)


NIP. 19710519 200003 1 002

5
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
RINGKASAN 3
PRAKATA 4
DAFTAR ISI 5
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR LAMPIRAN 8
BAB 1. PENDAHULUAN 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 12
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 16
BAB 4. METODE PENELITIAN 17
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 19
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 32
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY 37
LAMPIRAN 2. PRODUK PENELITIAN 44

6
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi 12


Tabel 5.1. Sifat-sifat termodinamik R-22 19
Tabel 6.1. Rancangan Waktu Pelaksanaan Penelitian 32
Tabel L1.1. Sifat-sifat Termodinamik R22 pada Temperatur 47 oC 37
Tabel L1.2. Iterasi pipa kondensor 3/8 inchi 43

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap Standar 13


Gambar 2.2. Skema Mesin Refrigerasi Kompresi Uap Hibrida sebagai 14
Residential Air Conditioning dan Hot Room for Drying
Gambar 4.1. Skema rancangan mesin refrigerasi hibrida sebagai water 18
heater memanfaatkan panas buang kondensor dummy. (Diadaptasi dari
Fundamentals Of Thermodynamics, 7th ed, Claus Borgnakke Richard
E. Sonntag, John Wiley &
Sons, Inc., 2009
Gambar 5.1. Diagram P-h asumsi perancangan 19
Gambar 5.2. Rancangan kondensor dummy tipe spiral 22
(http://pemanasairwikaswh.com/wp-
content/uploads/2011/07/Manual-Book-WIKA-AWH.pdf)
Gambar 5.3. Tangki air panas yang dimodifikasi untuk kondensor 22
dummy (http://waterheater.indonesia123.biz/wp-
content/uploads/2013/04/water-heater-PRO-R-50V.jpg)
Gambar 5.4. Realisasi ruang uji mesin refrigerasi hibrida dari hasil rancangan 23
Gambar 5.5. Temperatur kondensor dummy in dan out, bottom dan top of the
Tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida kondisi 1 24
keadaan transien
Gambar 5.6. Temperatur kondensor dummy in dan out, bottom dan top of the
Tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida menuju 25
keadaan stedi (kondisi 2)
Gambar 5.7. Temperatur kondensor dummy in dan out, bottom dan top of the
Tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida kondisi 3 25
keadaan transien
Gambar 5.8. Temperatur kondensor in, bottom dan top of the Tank dan
temperatur room pada mode RAC hibrida kondisi 4 keadaan transien 26
Gambar 5.9. Daya kompresor berbagai kondisi (1, 2, 3 dan 4) pada RAC
hibrida standar model hibrida kondisi transien
Gambar 5.10. Tekanan kondensor dan evaporator pada mode RAC standar 27
darn hibrida kondisi11, 2, 3, dan 4
Gambar 5.11. Comparison of compressor power capacities as RAC hybrid mode 28
Gambar 5.12. Comparison of evaporator cooling capacities as RAC hybrid mode 28
Gambar 5.13. Comparison of condenser heating capacities as RAC hybrid mode 29
Gambar 5.14. Dummy condenser heating capacities as RAC hybrid mode 30
Gambar 5.15. Dummy condenser heating capacities theoritical and actual as RAC 30
hybrid mode
Gambar L2.1. Ruang Uji Mesin refrigerasi Hibrida
Gambar L2.2. Bagian dalam Ruang Uji Mesin refrigerasi Hibrida
Gambar L2.3. Kondensor dummy berdasarkan hasil rancangan
Gambar L2.4. Kondensor dummy berdasarkan hasil rancangan yang
akan dipasang dalam tangki air panas
Gambar L2.5. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak atas
Gambar L2.5. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak samping

8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Pipa Kondensor Dummy 37
Lampiran 2. Produk Penelitian
44

9
BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Siklus kompresi uap merupakan siklus yang terbanyak digunakan dalam
siklus refrigerasi/siklus pendingin (Stoecker, 1994). Refrigeran yang digunakan
dalam siklus tersebut terutama adalah refrigeran halokarbon, yang secara teknis
cukup baik, apalagi refrigeran jenis ini tingkat racun dan tingkat mampu nyalanya
rendah. Namun pada pertengahan tahun 1970-an diketahui bahwa klorin yang
terdapat dalam refrigeran halokarbon yang terlepas ke lingkungan dapat merusakkan
lapisan ozon di stratosfir. Hal ini akan berdampak pada lingkungan, dimana radiasi
UV intensitas tinggi yang mencapai bumi sebagai akibat perusakkan lapisan ozon
dapat menimbulkan kanker kulit (Stoecker, 1994).
Salah satu usaha dalam meningkatkan efisiensi pemakaian energi adalah
dengan memanfaatkan kembali (recovery) energi yang selama ini dibiarkan terbuang
pada suatu mesin konversi energi. Alasan paling umum digunakan dalam usaha
memodifikasi mesin refrigerasi adalah menghasilkan mesin refrigerasi yang hemat
energi. (M. M. Rahman., Chin Wai Meng., and Adrian Ng., 2007)
Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin refrigerasi sebagai sistem
pengkondisi udara yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman
bagi penghuni yang berada dalam suatu ruangan/gedung. Jadi AC tidak hanya
berfungsi memberikan efek dingin tetapi yang lebih penting adalah memberikan rasa
kenyamanan (comfort air conditioning) yaitu suatu proses perlakuan termodinamik
terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan
oleh penghuni yang berada di dalamnya. (Stoecker, 1994)
Perkembangan pemakaian sistem pengkondisian udara sudah sangat pesat,
hal ini dapat dilihat bahwa hampir semua gedung bertingkat, pusat perkantoran, pusat
perbelanjaan, perumahan (residential) menggunakan fasilitas ini. Peningkatan
penggunaan Residential Air Conditioning saat ini meningkat dengan tajam seiring
makin membaiknya daya beli masyarakat golongan menengah ke atas dan pengaruh
perubahan iklim akibat pemanasan global. Fasilitas ini dirancang untuk memenuhi
salah satu faktor yang dapat membantu membuat rasa nyaman bagi penghuni dalam
melakukan berbagai aktivitas.
Mesin refrigerasi yang berfungsi sebagai Residential Air Conditioning
digunakan untuk mengkondisikan berbagai ruangan pada bangunan rumah seperti
ruang kerja, ruang tidur, ruang tamu maupun ruang keluarga sehingga diperoleh rasa
sejuk dan nyaman. Rasa sejuk dan nyaman diperoleh sebagai efek pendinginan dari
evaporator yang dilengkapi dengan filter udara dan ionizer, sehingga kualitas
kenyamanan dan kebersihan udara ruangan dapat terjaga dengan baik. Mesin
refrigerasi adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi
dibutuhkan untuk menghasilkan efek pendinginan. Di sisi lain, panas dibuang oleh
sistem ke lingkungan untuk memenuhi prinsip-prinsip termodinamika agar mesin
dapat berfungsi. Panas dari kondensor yang terlepas ke lingkungan biasanya terbuang
begitu saja tanpa dimanfaatkan. Demikian juga pada mesin pompa panas, sejumlah
energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pemanasan dengan cara menyerap panas
dari lingkungan. Panas yang diserap dari lingkungan sebetulnya dapat dimanfaatkan
untuk mendinginkan sesuatu, tapi biasanya cenderung dibiarkan terbuang. (Jie Ji.,

10
Tin-tai Chow., Gang Pei., Jun Dong., and Wei He., 2003, Jie Ji., and Gang Pei et al.,
2005).
Bertolak dari kasus mesin refrigerasi dan mesin pompa panas di atas, maka
berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem yang
menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas dalam satu mesin. Pada mesin
terpadu ini efek pendinginan dan efek pemanasan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan
secara bersamaan, sehingga penghematan energi buang mesin menjadi lebih tinggi.
Mesin terpadu dengan fungsi ganda ini dikenal dengan mesin refrigerasi hibrida,
karena mesin refrigerasi paling banyak beroperasi dengan siklus kompesi uap, maka
mesin ini disebut mesin refrigerasi siklus kompresi uap hibrida. (Jongmin Choi a,
Jongug Jeon b, and Yongchan Kim., 2007, Aziz, Azridjal, 2004, 2002)
Pemanfaatkan evaporator dan kondensor tersebut secara bersamaan, tentu
akan terjadi perubahan atau gangguan pada siklus keseluruhan, sehingga perlu
dilakukan pengujian pada instalasi yang sebenarnya untuk mendapatkan kondisi
kerja optimal mesin. Penggunaan kondensor dummy yang ditempatkan setelah sisi
keluar kompresor bertujuan menjaga kestabilan mesin refrigerasi sehingga mesin
dapat berfungsi dengan baik untuk memenuhi hukum keseimbangan termodinamika.
(Jose M. Corbera´n., Jacobo Segurado., Daniel Colbourne., and Jose´ Gonza´lvez.,
2008, Arif Hepbasli., and Yildiz Kalinci., 2009, Arora, CP, 2001).
Untuk mengoperasikan mesin refrigerasi hibrida dibutuhkan refrigeran
sebagai fluida kerja. Refrigeran yang paling banyak digunakan adalah refrigeran
halokarbon (halogenated refrigerant) salah satunya adalah jenis HCFC-22
(Hydrochlorofluorocarbon) atau R-22 . (Agarwal, Radhey S, 1997). Namun dari
hasil penelitian, refrigeran halokarbon R-22 menunjukkan sifat yang dapat merusak
lapisan ozon dan berpotensi besar terhadap peningkatan efek pemanasan global,
sehingga penggunaan refrigeran tersebut dicanangkan untuk dihapuskan pembuatan
dan pemakaiannya. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004).
Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah
refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang
dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai
pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah
lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat
energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000).

Perumusan Masalah
Pada mesin refrigerasi sejumlah energi dibutuhkan untuk mendapatkan efek
pendinginan untuk mendinginkan ruangan sedangkan pada sisi luar panas dibuang
(efek pemanasan) dari sistem ke lingkungan begitu saja tanpa dimanfaatkan. Panas
yang dibuang ke lingkungan tersebut kandungan energinya cukup besar, lebih besar
dari energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan sistem dan lebih besar dari energi
yang diserap di ruangan yang dikondisikan. Panas yang dibuang ke lingkungan ini
dapat digunakan untuk memanaskan udara maupun air yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Udara panas dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan
sedangkan air panas dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air panas antara
lain untuk mencuci, mandi, dan memasak di rumah, kantor, industri, hotel dan rumah
sakit. Pemanfaatan panas buang ini dapat menghemat biaya energi listrik atau energi
gas yang dibutuhkan dalam proses pemanasan.
Sebagian besar mesin refrigerasi siklus kompresi uap menggunakan
refrigeran halokarbon R-22 yang telah diketahui dapat merusak lapisan ozon yang

11
berdampak negatif pada lingkungan global. Pada penelitian ini akan digunakan
refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22, dengan refrigeran hidrokarbon, perangkat
mesin refrigerasi tersebut tetap dapat digunakan, terjadi penghematan energi 5 - 25
%, tanpa penggantian komponen. (Azridjal Aziz dan Yazmendra Rosa, 2010, S.
Devottaa., A.S. Padalkar., and N.K. Sane, 2005).
Mesin refrigerasi hibrida tentu saja memiliki keunggulan dan kekurangan,
salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi penggunaan
energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan pada suatu
sisi akan mempengaruhi proses di sisi yang lainnya. Penelitian ini penting dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan perangkat mesin refrigerasi ini sebagai
Residential Air Conditioning yang sekaligus memanfaatkan panas buang dari
kondensor dummy sebagai water heater untuk berbagai keperluan air panas di rumah
tangga. Penghematan energi pada penggunaan panas buang kondensor tentu akan
mempengaruhi kinerja mesin refrigerasi, sehingga perlu dirancang mesin refrigerasi
dengan penambahan komponen kondensor dummy, agar kinerja mesin tetap normal
dan memenuhi hukum keseimbangan termodinamika.

12
BAB 2. TINJAUAN PUSAKA

Tinjauan Pustaka
Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk
sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi
atau disebut juga mesin pendingin adalah mesin yang dapat menimbulkan efek
refrigerasi tersebut, sedangkan refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida
kerja dalam proses penyerapan panas. Secara umum bidang refrigerasi mencakup
kisaran temperatur sampai 123 K. Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang
beroperasi pada kisaran temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics).
Pembedaan ini disebabkan karena adanya fenomena-fenomena khas yang terjadi
pada temperatur di bawah 123 K dimana pada kisaran temperatur ini gas-gas seperti
nitrogen, oksigen, hidrogen dan helium dapat mencair. (Arora, C. P, 2001)
Proses pengambilan/penyerapan energi tersebut terjadi di evaporator dengan
laju perpindahan panas sebesar Qe. Sedangkan proses pembuangan energi dalam
bentuk panas ke lingkungan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Qk. (Stoecker,
W.F. and Jones, J.W. 1994). Berdasarkan aplikasinya mesin refrigerasi dapat
dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004).

Tabel 2.1. Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi

Jenis Mesin refrigerasi Contoh

Refrigerasi Domestik Lemari es, dispenser air

Refrigerasi Komersial Pendingin minuman botol, box es krim,


lemari pendingin supermarket
Refrigerasi Industri Pabrik es, cold storage, mesin pendingin
untuk industri proses
Refrigerasi transport Refrigerated truck, train and containers
Pengkondisian udara domestik dan AC window, split, dan package.
Komersial
Chiller Water cooled and air cooled chillers
Mobile Air Conditiong (MAC) AC mobil

Siklus Kompresi Uap Standar


Sebuah siklus kompresi uap standar memiliki empat komponen utama yaitu
kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator (gambar 2.1). Siklus yang
paling banyak digunakan untuk merealisasikan uraian di atas pada sistem refrigerasi
adalah siklus kompresi uap.
Secara umum ada dua bagian penting dalam siklus kompresi uap yaitu :
1. Bagian yang bertekanan tinggi mulai dari sisi keluar kompresor hingga sisi masuk
katup ekspansi.
2. Bagian yang bertekanan rendah mulai sisi keluar katup ekspansi hingga sisi
masuk kompresor.
Proses-proses termodinamik yang terjadi pada siklus kompresi uap standar
adalah:

13
1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke
tekanan kondensasi.
2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair
jenuh.
3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi.
4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran
ke tingkat keadaan uap jenuh.

Qk

2
3
3 2
kondensor
kompresor

Wk
alat ekspansi

Tekanan
evaporator
4 1

1
4
Qe Entalpi
(a) (b)

Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap Standar

Unjuk kerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan oleh beberapa parameter, di
antaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas pemanasan, daya kompresi,
koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF). Diagram tekanan-entalpi
pada gambar 2.1.b dapat membantu dalam menentukan parameter-parameter
tersebut.

Mesin Refrigerasi Hibrida


Usaha memodifikasi siklus kompresi uap standar dilakukan untuk efisiensi
penggunaan energi. Berbagai pengembangan telah dilakukan pada mesin refrigerasi
kompresi uap untuk mendapatkan efisiensi dan prestasi yang lebih baik. Salah satu
pengembangan tersebut adalah dengan membuat sistem refrigerasi hibrid. Pada
sistem refrigerasi hibrid ini, mesin dapat berfungsi sebagai mesin pendingin dan
pompa panas. Efek refrigerasi dilayani oleh evaporator dan efek pemanasan dilayani
oleh kondensor. (Amrul, 2001).
Pada alat uji mesin refrifgerasi hibrida dengan siklus standar, jika prestasinya
ditinjau dari sisi air (gambar 2.2.), maka akan didapatkan :
a. Kapasitas pendinginan pada evaporator adalah :
.
Q e = m ae × C P ,ae × ∆Tae (1)

14
.
dimana : Qe (dampak pendinginan di evaporator (Watt)), mae ( laju masa air masuk
evaporator (kg/s)), C Pae ( kalor jenis air (J/(kgK))), ∆Tae (perbedaan temperatur air di
evaporator (oC)).
b. Kapasitas pemanasan pada kondensor :
.
Q k = m ak × C P ,ak × ∆Tak (2)

Gambar 2.2. Skema Mesin Refrigerasi Kompresi Uap Hibrida sebagai


Residential Air Conditioning dan Hot Room for Drying

.
dimana : Qk (dampak pemanasan di kondensor (Watt)), mak (laju masa air masuk
kondensor (kg/s)), C Pak (kalor jenis air (J/(kgK))), ∆Tak (perbedaan temperatur air di
kondensor (oC))

c. Daya kompressor :
Wk = η m × 3 ×V × I × Cosφ (3)

dimana : Wk (daya kompresor (Watt)), η m (efisiensi motor = 0,8), cos φ (faktor daya
= 0,83), V ( tegangan motor listrik (V)), I (arus motor listrik (A)).

d. Koefisien performansi adalah perbandingan antara efek pendinginan yang


diperoleh terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Koefisien performansi pada evaporator:
.
Qe
COP = .
(4)
Wk

15
e. PF atau faktor performansi didefinisikan sebagai perbandingan efek pemanasan di
kondensor terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Q
PF = k (5)
Wk

Refrigeran
Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk mentransfer panas di
dalam siklus refrigerasi. Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari
suatu ruang melalui proses evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui
proses kondensasi. Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran,
adalah: sifat kimia, sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat
kimianya refrigeran yang baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen
refrigerasi, dan tidak mudah terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan
pemanasan global (non-GWP(Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan
ozon (non-ODP (Ozone Depleting Potential)).
Refrigeran hidrokarbon merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti
refrigeran halokarbon . Refrigeran hidrokarbon tidak berpotensi merusak ozon
karena ODP = 0 dan GWP yang kecil. Refrigeran hidrokarbon juga tidak mengalami
reaksi kimia dengan oli pelumas yang digunakan untuk refrigeran halokarbon.
(Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000). Refrigeran hidrokarbon adalah refrigeran yang
ramah lingkungan, hal ini diperlukan agar kelestarian lingkungan terjaga, karena
lapisan ozon di stratosfir berfungsi melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet
intensitas tinggi yang berbahaya (antara lain dapat menimbulkan kanker kulit,
katarak mata, menurunkan immunitas tubuh, dapat membunuh phytoplankton yang
merupakan bagian dari rantai kehidupan laut). (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004)

16
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mesin refrigerasi ini adalah
- membuat prototipe mesin refrigerasi hibrida sebagai Residential Air
Conditioning dengan penambahan kondensor dummy untuk menjaga
keseimbangan termodinamika mesin yang dapat beroperasi menggunakan
refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R-22.
- mempelajari parameter yang mempengaruhi karakteristik perangkat Residential
Air Conditioning yang telah dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi hibrida,
diantaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas pemanasan, daya kompresi,
koefisien performansi (COP) dan performansi faktor (PF).
- mempelajari penggunaan air sebagai media penyerapan panas buang yang
diperoleh dari kondensor serta pengaruhnya terhadap tekanan dan temperatur
sistem.
- mempelajari pengaruh penempatan inlet dan outlet pada tangki air kondensor
dummy.
- mempelajari kinerja mesin sebagai mesin pendingin terhadap mesin sebagai
mesin refrigerasi hibrida.

Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan akan terealisasi sebuah prototipe
mesin refrigerasi hibrida yang berfungsi ganda, sebagai mesin pendingin pada
Residential Air Conditioning sekaligus sebagai water heater pada kondensor dummy.
Mesin refrigerasi ini dirancang dan dimodifikasi dari perangkat Residential Air
Conditioning, sehingga dapat diperoleh parameter yang mempengaruhi karakteristik
mesin refrigerasi secara keseluruhan. Hasil karakteristik mesin ini dapat digunakan
sebagai parameter dalam menentukan kondisi optimal mesin sehingga modifikasi
perangkat pengkondisian udara menjadi mesin refrigerasi hibrida diharapkan tidak
mengganggu kinerja optimal sistem keseluruhan. Prototipe mesin refrigerasi hasil
penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada penggunaan secara nyata di rumah
tangga yang menggunakan Residential Air Conditioning.
Diharapkan dengan pemanfaatan efek pendinginan dan pemanasan secara
bersamaan, akan terjadi penghematan energi yang cukup berarti dengan
memanfaatkan energi yang terbuang percuma berupa panas buang dari kondesor
dummy. Efek pendinginanan dari mesin refrigerasi ini dapat digunakan sebagai
Residential Air Conditioning untuk pengkondisian udara di rumah tangga sehingga
diperoleh rasa sejuk, rasa nyaman dan kualitas udara ruangan yang lebih baik. Panas
buang dari perangkat mesin refrigerasi dapat digunakan sebagai water heater pada
kondensor dummy untuk keperluan air panas di rumah tangga antara lain untuk
keperluan mandi, cuci dan memasak.

17
BAB 4. METODE PENELITIAN

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode teoritis dan
eksperimental. Metode teoritis dilakukan untuk menentukan parameter rancangan
bagian-bagian utama mesin refrigerasi hibrida sedangkan metode eksperimental
dilakukan guna menguji hasil rancangan untuk mengetahui analisis kinerja mesin
refrigerasi hibrida. Skema rancangan mesin refrigerasi hibrida dapat dilihat pada
gambar 4.1. Siklus refrigerasi standar adalah siklus 1-2-3-4, sedangkan siklus
refrigerasi hibrida yang memanfaatkan panas buang pada kondensor dummy untuk
menghasilkan air panas dalam tangki adalah siklus 1-2-2a-2b-3-4.
Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman
terhadap konsep mesin refrigerasi hibrida yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon subsitusi R-22 dan refrigeran halokarbon R-22, dengan mempelajari
buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian terbaru yang relefan. Studi literatur ini
dapat dilakukan di perpustakaan maupun melalui internet. Pada tahapan ini juga
dilakukan proses perancanaan kondensor dummy yang dapat menghasilkan air
panas.

2. Tahap Pembuatan Prototipe Sistem


Pada tahapan ini dilakukan pembuatan prototipe yaitu sebuah mesin refrigerasi
uap hibrida yang dapat menggunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 dan
refrigeran halokarbon R-22. Pembuatan prototipe dilakukan dengan
memodifikasi perangkat pengkondisian udara dengan melakukan penambahan
beberapa komponen yang dapat melayani pengujian untuk pengambilan data
yang diperlukan.

3. Tahap Pengumpulan Data


Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan
menggunakan beberapa macam alat ukur antara lain : pressure gauge,
termometer, multimeter, stopwatch, anemometer. Data-data yang diambil
meliputi temperatur masuk dan keluar evaporator, temperatur masuk dan keluar
kondensor, laju aliran air masuk dan keluar tangki kondensor dummy, temperatur
air dalam tangki kondensor dummy, temperatur ruang uji mesin pendingin, lama
pemanasan air dalam tangki kondensor (kondisi transient) sampai mencapai
kondisi tunak/steady, besar beban pendinginan, tekanan pada sisi masuk
kompresor, tekanan pada sisi keluar kompresor, tekanan keluar kondensor dan
tekanan masuk evaporator.

4. Tahap Analisis Data


Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai
prinsip-prinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya akan diplot dalam
berbagai grafik dan gambar yang dapat memberikan informasi-informasi
mengenai pengaruh temperatur masuk dan keluar evaporator, temperatur masuk
dan keluar kondensor, laju aliran air pengisi dan laju aliran massa refrigeran,
tekanan pada sisi masuk kompresor, tekanan pada sisi keluar kompresor, tekanan

18
keluar kondensor dan tekanan masuk evaporator terhadap unjuk kerja sistem.
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin terhadap beban
pendinginan pada ruang uji mesin pendingin dan kemampuan penyediaan air
panas dari tangki kondensor dummy untuk keperluan penggunaan air panas.

5. Tahap Pembuatan Laporan


Pada tahapan ini seluruh hasil yang diperoleh dari tahapan sebelumnya dibuat
dalam bentuk laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ini juga dapat
dipublikasikan di jurnal terakreditasi/jurnal bereputasi internasional, atau
dipublikasikan di seminar nasional/internasional yang relefan, sehingga dapat
diperoleh masukan-masukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Gambar 4.1. Skema rancangan mesin refrigerasi hibrida sebagai water heater
memanfaatkan panas buang kondensor dummy. (Diadaptasi dari Fundamentals Of
Thermodynamics, 7th ed, Claus Borgnakke Richard E. Sonntag, John Wiley & Sons,
Inc., 2009)

19
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancangan Bagian-Bagian Utama Mesin Refrigerasi


Penelitian dilakukan di Laboratorium Perawatan dan Perbaikan, Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Di Laboratorium Perawatan dan
Perbaikan ini dilakukan pembuatan alat uji mesin refrigerasi kompresi uap hibrida
yang menggunakan refrigeran hidrokarbon pengganti R-22 (HCR-22). Fasilitas yang
terdapat di laboratorium ini cukup memadai untuk terlaksananya penelitian ini,
sehingga penelitian dapat dilakukan.
Diagram P-h asumsi perancangan dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1. Diagram P-h asumsi perancangan

Data termodinamik dan termofisik perancangan menggunakan tabel sifat-sifat


termodinamika R-22 sebagai refrigeran, data perancangan hasil analisis
termodinamika dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Sifat-sifat termodinamik R-22

Sifat Termofisik Titik 1 Titik 2 Titik 2’ Titik 3 Titik 4


(uap (uap panas (uap (cair (x=
jenuh) lanjut) jenuh) jenuh) 0,252)
Tekanan, kPa 583,78 1729 1729 1729 583,78
Enthalpi, kJ/kg 406,64 433,596 416,56 256,415 256,415
5
Kalor jenis 0,747 - 1,064 1,3725 1,186
tekanan
konstan, kJ/kg.
K
Massa jenis, 24,82 117,564 75,61 1105,8
3
kg/m
Viskositas, Pa.s 12 - 13,52 128,8 -
Konduktivitas 0,0098 0,0122 0,0778
termal, W/m.K 1
Entropi, 1,7429 1,7429 1,69075 - -
kJ/kg.K

20
Pada mesin refrigerasi hibrida evaporator dan kondensor sama-sama
dimanfaatkan. Dalam perancangan sistem pengujian digunakan asumsi-asumsi :
sistem bekerja pada siklus kompresi uap standar, fluida kerja adalah refrigeran R-22
Sebagai data awal perancangan ditetapkan :
• Tekanan Evaporasi = 583,78 kPa [ Te = 5 0C]
• Tekanan Kondensasi = 1729 kPa [Tk = 45 0C]

Analisis Data Termodinamik dan Termofisik Perancangan


Kapasitas refrigerasi rancangan diasumsikan Qe = 7000 btu/h = 2052 W =
2,052 kW (diambil dari spesifikasi AC Windows LG LWG 0760 ACG).
Proses termodinamika di dalam kompresor terjadi secara isentropik dari
tingkat keadaan 1 ke tingkat keadaan 2, s1 = s2 =1,74463 (kJ/kgK), maka untuk
mencari h2 dan v2 dapat dicari dengan interpolasi.
Dari analisa tingkat keadaan termodinamika siklus kompresi uap pada
gambar 5.1 diperoleh :
1. Kapasitas Refrigerasi (Qe) 150, 23 kJ/kg
.
2. Laju aliran massa refrigeran ( mref ) = 13,7 x 10-3 kg/s
3. Daya Kompresor (Wk) = 0,7 HP
Kompresor yang digunakan adalah jenis hermetik dengan daya 1 HP
4. Koefisien Prestasi (COP) = 3,9
5. Laju aliran panas yang dibuang kondensor (Qk) = 2,58 kW

Perancangan Evaporator
Evaporator adalah alat penukar kalor yang di dalamnya terjadi proses
perpindahan panas fluida kerja yang berubah fasa dari cairan menjadi gas
(refrigeran) ke fluida lain disekitarnya. Seperti halnya alat penukar kalor lainnya
evaporator memiliki banyak jenis. Pada perancangan ini direncanakan digunakan
adalah evaporator jenis tabung dan pipa (Sheel and Tube) dimana refrigeran
mendidih di dalam pipa dan air sebagai fluida pendingin mengalir diluar pipa dan
masih di dalam cangkang (Holman, 1991).

Perancangan Kondensor
Bentuk kondensor direncanakan sama dengan bentuk evaporator yaitu jenis
tabung dan pipa (Sheel and Tube) tetapi fenomenanya berbeda dengan evaporator
karena refrigeran mengembun didalam pipa dan air sebagai fluida pendingin
mengalir diluar pipa dan masih di dalam cangkang. Laluan pipa didalam tabung
dibuat berselang seling yang tujuannya untuk meningkatkan koefisien perpindahan
panas kondensor ini.(Holman, 1991)

Perhitungan Pipa Kapiler


Alat penurun tekanan yang digunakan dalam perancangan ini adalah jenis
pipa kapiler, yaitu pipa tembaga dengan diameter dalam yang sangat kecil hanya
beberapa milimeter atau kecil dari satu milimeter. Ukuran diameter pipa kapiler yang
dipilih dalam rancangan ini, adalah Di = 1,7 mm = 0,0017 m, dengan temperatur
kondensasi Tkon = 450 C dan temperatur evaporasi Tevap = 50 C (sesuai data
rancangan). Analisis pipa kapiler dihitung dengan persamaan-persamaan tertentu dari
literatur tentang refrigrasi. (Stoecker, 1994).
21
Hasil Perancangan Mesin Refrigerasi Hibrida
Dari perancangan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Kompresor, kompresor yang digunakan :
- kompresor hermetik jenis rotari
- daya kompresor sebesar 1 HP
2. Evaporator, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in yang disusun
sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 31
cm maka jumlah laluan seluruhnya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11
tingkat dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6. Data hasil perancangan
evaporator :
- Temperatur permukaan, Ts adalah 9,17 oC
- Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6175 m
- Panjang total pipa, L adalah 20,69 m
- Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h0 = 219,018 W/m2.0C
- Koefisien perpindahan kalor total, U0 = 172,7496 W/m2.0C
3. Kondensor, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in ini disusun
sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 33
cm maka jumlah laluannya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11 tingkat
dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6.
Data hasil perancangan kondensor :
- Temperatur permukaan, Ts adalah 40,93 oC
- Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6489 m
- Panjang total pipa, L adalah 21, 74 m
- Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h0 = 315,738 W/m2.0C
- Koefisien perpindahan kalor total, U0 = 236,469 W/m2.0C
4. Pipa kapiler, menggunakan pipa tembaga dengan diameter 1,7 mm, yang
bekerja pada temperatur kondensasi 45 oC dan temperatur evaporasi 5 oC
panjang pipa kapiler adalah 1,65 m

Pemilihan Mesin Pendingin


Pada penelitian ini dilakukan pemilihan mesin pendingin dengan daya
pendinginan ± 25% lebih besar dari rancangan. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi faktor pengotoran agar daya pendinginan rancangan tetap tercapai
untuk penggunaan jangka panjang. Mempertimbangkan hal ini maka dipilih AC
dengan daya 1 PK merek samsung tipe SAMSUNG AS09TSMN, daya Low Watt
670 WATT, kapasitas pendinginan 8.900 BTU/jam atau 2,6 kW.

Rancangan Kondensor Dummy


Kondensor dummy adalah kondensor tambahan yang ditempatkan sebelum
kondensor utama atau ditempatkan setelah aliran refrigeran keluar dari kompresor
pada kondisi super panas tekanan dan temperatur tinggi. Ikhwan Nurhalim (2011)
menggunakan pipa tembaga 1/4 in dengan panjang pipa 8 meter untuk Air
Conditioning Water Heater (ACWH) yang ditempatkan dalam tangki air 50 L. Jeffri
R G Siburian (2011) menggunakan pipa tembaga 3/8 in dengan panjang pipa 5 meter
untuk ACWH untuk memanaskan air dalam tangki 120 L. Secara umum pada
pemasangan AC panjang pipa maksimum yang diijinkan antara bagian indoor
(evaporator) dan bagian outdoor (kondensor, kompresor dan pipa kapiler) adalah 15
meter dengan beda ketinggian maksimum 7,5 meter.

22
Rancangan kondensor dummy dengan asumsi temperatur pipa kondensor
47 C dan temperatur pipa evaporator 6 oC, dengan temperatur air masuk tangki
o

kondensor dummy 27 oC dan temperatur keluar kondensor 32 oC, diperoleh pipa


kondensor dummy sepanjang 6 meter. Kondensor dummy yang digunakan bertipe
spiral agar dapat dipasang seluruhnya di dalam tangki dengan lebih mudah sehingga
mudah dalam pemasangan dan perawatan nantinya. Sketsa kondensor dummy tipe
spiral dapat dilihat pada gambar 5.2. Kondensor dummy saat ini dalam proses
pembuatan, kendala yang dihadapi adalah rumitnya proses penekukan dan
pembuatan lilitan spiral dari pipa tembaga. Perlu percobaan trial and error dalam
pembuatan kondensor dummy, agar kondensor dummy dapat berfungsi dengan baik,
tanpa adanya lipatan atau tekukan patah/tajam yang dapat mengakibatkan terjadinya
kebocoran saat dialiri refrigeran.

Gambar 5.2. Kondensor dummy tipe spiral hasil rancangan


(http://pemanasairwikaswh.com/wp-content/uploads/2011/07/
Manual-Book-WIKA-AWH.pdf)

Pemilihan Tangki Air Panas untuk Kondensor Dummy

Gambar 5.3. Tangki air panas yang dimodifikasi untuk kondensor dummy
(http://waterheater.indonesia123.biz/wp-content/uploads/2013/04/
water-heater-PRO-R-50V.jpg)

23
Mesin refrigerasi hibrida pada penelitian ini memanfaatkan panas buang
kondensor dummy untuk menghasilkan air panas dalam tangki air panas. Pemilihan
tangki air panas yang akan digunakan sangat bergantung kepada kapasitas mesin
pendingin yang digunakan. Tangki air panas seperti yang ditunjukkan di gambar 5.3
dipilih untuk dimodifikasi (tangki air panas dari pemanas air elektrik merek Delizia
kapasitas 50L), elemen pemanas elektriknya diganti kondensor dummy dan beberapa
penyesuaian dan pengujian agar tidak terjadi kebocoran saat telah diisi dengan air.

Rancangan Ruang Uji


Ruang uji adalah ruang yang digunakan untuk menguji mesin refrigerasi
hibrida yang berfungsi sebagai ACWH. Ruang uji bisa dikondisikan sesuai dengan
parameter pengujian yang dibutuhkan untuk menganalisis kinerja mesin refrigerasi
hibrida yang dipasang dalam ruang uji. Dimensi ruang uji adalah panjang 2,26 m,
lebar 1,75 m dan tinggi 2 m. Realisasi ruang uji hasil rancangan dapat dilihat pada
gambar 5.4.

Gambar 5.4. Realisasi ruang uji mesin refrigerasi hibrida dari hasil rancangan

Hasil dan Pembahasan


Pada penelitian ini pengujian RAC dilakukan pada mode RAC hibrida dan pada
mode RAC biasa atau standar. Pengujian dilakukan pada keadaan transien dan pada
keadaan stedi, untuk melihat hubungan antara temperatur dan waktu pemanasan,
serta pengaruhnya terhadap daya kompresor. Pengujian RAC dilakukan dalam 4
kondisi: kondisi 1 yaitu kondisi pemanasan air dari kondensor dummy kondisi awal
dari 0 sampai 120 menit pada keadaan transien, kondisi 2 yaitu kondisi lanjutan
menuju keadaan stedi 120 menit ke-2, kondisi 3 yaitu kondisi penggunaan air panas
setelah keadaan stedi tercapai menuju kondisi stedi penggunaan air panas dan
pengujian 120 menit ke-3. Kondisi 1, kondisi 2 dan kondisi 3 adalah mode RAC
hibrida. Yang terakhir, kondisi 4 yaitu kondisi pada mode RAC standar atau biasa,
merupakan pengujian ke-4 yang dilakukan selama 120 menit. Temperatur

24
lingkungan rata-rata pengujian kondisi 1 adalah 27,1 oC. Ruangan dijaga pada
temperatur 22 oC, dengan mengatur bukaan pintu ruangan sebagai beban pendinginan.

Pada pengujian mode RAC hibrida keadaan transien, dproses pemanasan air dimulai
dari nol (saat mesin mulai dihidupkan) sampai 120 menit (kondisi 1), energi dari
kalor buang kondensor dummy diserap oleh air dalam tangki yang berada dalam
kondisi penuh. Gambar 2 menunjukkan hubungan antara perubahan temperatur yang
terjadi pada RAC hibrida terhadap waktu untuk memanaskan air di dalam tangki.

Gambar 5.5. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top
of the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida kondisi 1 keadaan transien

Perpindahan kalor antara kondensor dummy dengan air didalam tangki menyebabkan
temperatur air naik dari 30,29 oC menjadi 50,42 oC, dimana temperatur condenser
dummy in dan out cenderung berada pada variasi temperatur yang sama. Hal ini
berarti kalor yang diterima oleh air cenderung konstan sehingga temperatur air akan
terus naik sampai keadaan stedi tercapai.

Temperatur air bagian bawah tangki naik dari 28,6 oC menjadi 34,54 oC, karena
temperatur air pada bagian atas sudah cukup tinggi. Pada saat bersamaan ruangan
(room) mengalami proses penyerapan kalor sehingga temperaturnya turun dan
mencapai keadaan stedi setelah 75 menit, dengan temperatur ruangan 22 oC, seperti
tampak pada Gambar 5.5.

Mode pengujian RAC hibrida kondisi 2, dilakukan pada keadaan temperatur air
panas dalam tangki menuju stedi, dimana pemanasan air merupakan lanjutan dari
kondisi 1 selama 120 menit seperti tampak pada Gambar 5.6. Pada kondisi 2,
temperatur air bagian atas tangki tetap mengalami kenaikan dari 50,42 oC menjadi
56,11 oC, kenaikan temperatur tidak terlalu tinggi karena perbedaan temperatur
antara kondensor dummy dan air cendrung turun, dan menuju keadaan stedi pada
menit ke-105. Temperatur air bagian bawah tangki naik dari 34,54 oC menjadi 40,31

25
o
C, hal ini karena aliran air panas dari bagian atas tangki mempengaruhi bagian
bawah tangki. Temperatur bagian atas tangki tetaplebih panas dari temperatur bawah
tangki karena masa jenis air turun seiring naiknya temperatur air, air panas akan
lebih ringan dari air dingin, sehingga air panas akan mengumpul di bagian atas
tangki. Pada saat bersamaan, temperatur ruangan pada kondisi 2 ini dapat dijaga
cenderung tetap pada temperatur 22 oC seperti tampak pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of
the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida menuju keadaan stedi
(kondisi 2)

Gambar 5.7. Temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of
the tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 3

Perubahan temperatur kondensor dummy in dan out, temperatur bottom dan top of the
tank dan temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 3 selama 120 menit
pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 5.7. Pada kondisi 3, saat penggunaan air
panas dalam tangki, air mengalir ke dalam tangki pada laju aliran massa air rata-rata

26
konstan pada 0,0403 kg/s, sehingga tangki air selalu penuh. Pada penggunaan air
panas selama 120 menit, air pada bagian atas tangki mencapai keadaaan stedi setelah
pemakaian selama 60 menit sedangkan air bagian bawah tangki cenderung konstan
pada 27,7 oC karena kalor dari kondensor dummy langsung digunakan untuk
menaikkan temperatur aliran air pada rentang temperatur yang kecil. Beda
temperatur bagian atas tangki dan bagian bawah tangki pada keadaan stedi adalah 7
o
C dari temperatur 35 oC dan 28 oC.

Pada mode pengujian RAC standar kondisi 4, pada mode ini RAC berfungsi tanpa
pemanfaatan kondensor dummy atau pada kondisi pemakaian RAC pada umumnya
dapat dilihat pada Gambar 5.8. RAC dioperasikan selam 120 menit setelah keadaaan
stedi tercapai. Temperatur pada bottom of the tank dan top of the tank tetap berada
temperatur 32 oC karena pada kondisi 4 tidak terjadi pemanasan di tangki air,
karena kondensor dummy tidak digunakan. Temperatur kondensor rata-rata yang
didapatkan pada kondisi 4 adalah 62 oC, sedangkan temperatur ruangan dapat dijaga
pada 22 oC.

Gambar 5.8. Temperatur kondensor in, temperatur bottom dan top of the tank dan
temperatur room pada mode RAC hibrida pada kondisi 4

Besar daya kompresor yang digunakan pada pengujian RAC baik mode RAC hibrida
maupun RAC standar dari kondisi 1, kondisi 2, kondisi 3 dan kondisi 4 pada
pengoperasian selama 120 menit dapat dilihat pada Gambar 5.9. Dari Gambar 5.9.
dapat dianalisis bahwa daya kompresor pada kondisi 1, kondisi 2 dan kondisi 4
cenderung seragam dibanding daya kompresor pada kondisi 3. Terjadi penghematan
daya kompresor walaupun tidak terlalu besar setelah beroperasi selama 30 menit
pada kondisi 3, hal ini karena tidak terjadi akumulasi panas di tangki air, kalor
buangan dari kondensor dummy langsung digunakan untuk memanaskan air,
sehingga temperatur dan tekanan kondensor dummy turun lebih rendah dibanding
kondisi 1, 2 dan 4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penambahan
kondensor dummy tidak bepengaruh pada daya kompresor, daya kompresor

27
cenderung tetap, penghematan daya kompresor hanya terjadi pada saat pemakaian air
panas (kondisi 3) walaupun tidak terlalu besar.

Gambar 5.9. Daya kompresor berbagai kondisi (1,2,3, dan 4) pada RAC hibrida
standar model hibrida kondisi transien

Gambar 5.10. Tekanan kondensor dan tekanan evaporator pada mode RAC standar
dan model RAC hibrida pada kondisi 1, 2, 3, dan 4

Tekanan di evaporator dan tekanan di kondensor yang dihasilkan sebelum dan


setelah kompresor pada pengujian RAC baik mode RAC hibrida maupun RAC
standar dari kondisi 1, kondisi 2, kondisi 3 dan kondisi 4 pada pengoperasian selama
120 menit dapat dilihat pada Gambar 5.10. Dari Gambar 5.10 tampak bahwa variasi
tekanan pada kondisi 1, 2, 3 dan 4 baik untuk sisi tekanan tinggi di kondensor dan
sisi tekanan rendah di evaporator cenderung sama. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak

28
terjadi perubahan yang berarti pada tekanan kondensor dan tekanan evaporator
dengan penambahan kondensor dummy, sehingga RAC beroperasi secara wajar.

Gambar 5.11. Comparison of compressor power capacities as RAC hybrid mode

Gambar 5.12 Comparison of evaporator cooling capacities as RAC hybrid mode

Grafik batang pada gambar 5.11 menunjukkan daya kompresor yang dibutuhkan saat
penggunaan air panas dari kondensor dummy pada kondisi 3 adalah sebesar 0,67 kW
atau terjadi penghematan sekitar 1,47% dibanding kondisi 4. Penghematan yang
terjadi sangat kecil, dan hampir tidak terjadi penghematan daya kompresor pada saat

29
proses pemanasan air pada kondisi 1 dan 2. Jadi jika dilihat dari daya kompresor
pada berbagai kondisi, tidak terjadi perubahan yang berarti pada penggunaan daya
kompresor.

Daya pendinginan yang dihasilkan seperti ditunjukkan pada gambar 5.12, saat
penggunaan kondensor dummy pada kondisi 1, kondisi 2 dan kondisi 3 berkurang
sekitar 5,64 % sampai 7,84% dibanding pada kondisi 4 (pengoperasian tanpa
kondensor dummy). Berkurangnya daya pendinginan yang dihasilkan ini, karena
pada saat yang bersamaan terjadi proses pemanasan air dari panas buang kondensor
di kondensor dummy. Berkurangnya daya pendinginan yang dihasilkan ini
sebanding dengan besarnya panas buang yang dilepaskan di kondensor.

Gambar 5.13. Comparison fo condenser heating capacities as RAC hybrid mode

Daya pemanasan yang dihasilkan saat penggunaan kondensor dummy pada kondisi 1,
kondisi 2 dan kondisi 3 berkurang sekitar 4,83% sampai 8,19% dibanding pada
kondisi 4 (pengoperasian tanpa kondensor dummy), dapat dilihat pada gambar 5.13.
Berkurangnya daya pemanasan yang dihasilkan ini sebanding dengan besarnya daya
pendinginan yang diperoleh di evaporator.

Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasaan air adalah sebesar 0,45
kWyang diperoleh dari kondensor dummy, dapat dilihat pada gambar 5.14. Recovery
energi ini dihitung dari asumsi bahwa kondensor dummy, melepaskan kalor buang
refrigeran setelah keluar kompresor pada kondisi uap superpanas dan memasuki
kondensor utama setelah mencapai kondisi uap jenuh (recovery energi teoritis). Pada

30
kondisi sebenarnya tidak bisa ditentukan dalam fasa apa refrigeran saat berada di
kondensor dummy ataupun kondensor utama.

Gambar 5.14. Dummy condenser heating capacities as RAC hybrid mode

Gambar 5.15. Dummy condenser heating capacities theoritical and actual


as RAC hybrid mode

Gambar 5.15 menunjukkan, besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air,
jika dihitung pada kondisi aktual yaitu besarnya kalor yang diterima air dari
kondensor pada kondisi stedi adalah 1,2 kW atau sekitar 1,8 kali daya yang
dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin. Sedangkan jika manfaat recovery

31
energi dihitung secara teoritis, besarnya adalah 0,65 kali daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem pendingin. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa penggunaan
kondensor dummy, pengaruhnya tidak berarti terhadap daya pendinginan di
evaporator dan daya pemanasan di kondensor. Manfaat recovery energi yang didapat
adalah sebesar 0,65 - 1,8 kali daya kompresor, sebagai penghematan energi yang
diperoleh pada kondisi operasi sebagai sistem hibrida.

32
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Tahapan berikutnya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Tahapan Perancangan condenser dummy tipe tipe helical dengan diameter 1/4 inci.
2. Tahapan komparasi condenser dummy 3/8 inci dengan 1/4 inci Pada tahapan ini
dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa
macam alat ukur antara lain : pressure gauge, termometer, multimeter, stopwatch,
anemometer. Data-data yang diambil meliputi temperatur masuk dan keluar evaporator,
temperatur masuk dan keluar kondensor, laju aliran air masuk dan keluar tangki
kondensor dummy, temperatur air dalam tangki kondensor dummy, temperatur ruang
uji mesin pendingin, lama pemanasan air dalam tangki kondensor (kondisi transient)
sampai mencapai kondisi tunak/steady, besar beban pendinginan, tekanan pada sisi
masuk kompresor, tekanan pada sisi keluar kompresor, tekanan keluar kondensor dan
tekanan masuk evaporator.
3. Tahapan uji performansi dengan variasi beban pendinginan. Pada tahapan ini dilakukan
uji performansi sistem pendingin dengan beban pendinginan yang divariasikan
terhadap unjuk kerja sistem pendingin.
4. Tahapan variasi penggunaan bahan pendingin, pada tahapan ini akan dibandingkan
komparasi sistem pendingin dengan menggunakan refrigeran halokarbon (R-22) dan
refrigeran hidrokarbon (HCR-22).
5. Tahapan persiapan artikel lanjutan untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi,
jurnal nasional terakredistasi dan jurnal nasional
6. Tahapan Laporan Akhir
Pada tahapan ini seluruh hasil yang diperoleh dari tahapan sebelumnya dibuat dalam
bentuk laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian akan dipublikasikan di
seminar nasional/internasional yang relefan, sehingga dapat diperoleh masukan-
masukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Rancangan Waktu Pelaksanaan Tahapan Berikutnya


Pada tabel 6.1 dapat dilihat rancangan waktu pelaksanaan tahapan berikutnya yang
telah disesuaikan dari rancangan waktu dari proposal terdahulu.

Tabel 6.1. Rancangan Waktu Pelaksanaan Berikutnya

Bulan Ke
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur
1 Rancangan kondensor dummy 1/4
inci
2 Pembuatan dan pemasangan
kondensor dummy 1/4 inci pada
tangki air panas
3 Uji performansi dengan variasi
beban pendinginan
3 Komparasi sistem pendingin dengan
refrigeran berbeda
4 Persiapan artikel untuk jurnal
Internasional
bereputasi/nasional/terakreditasi
4 Submit artikel untuk jurnal
Internasional
bereputasi/nasional/terakreditasi
5 Laporan akhir penelitian

34
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kemajuan penelitian mesin refrigerasi
hibrida sebagai water heater adalah:
• Dari hasil rancangan mesin refrigerasi hibrida dengan daya pendinginan 1 PK, maka
dipilih AC Samsung AS09TSMN, daya Low Watt 670 WATT, kapasitas pendinginan
8.900 BTU/jam atau 2,6 kW. AC Samsung ini dimodifikasi menjadi mesin refrigerasi
hibrida dengan menambahkan kondensor dummy, yang dibuat dari pipa tembaga 3/8
in dengan panjang 6 meter tipe spiral.
• Kondensor dummy ditempatkan dalam tangki air panas berkapasitas 50 L yang
dimodifikasi dari tangki air panas electric water heater. Modul elemen pemanas
listriknya diganti dengan kondensor dummy. Mesin refrigerasi hibrida unit indoor
ditempatkan pada ruang uji. Pada ruang uji ini dilakukan pengujian kinerja mesin
sesuai parameter pengujian yang akan dianalisis seperti beban pendinginan, laju
pendinginan, serta pengaruh penambahan kondensor dummy.
• Mesin refrigerasi hibrida ini dapat diuji menggunakan refrigeran halokarbon R-22
maupun refrigeran subsitusi jenis hidrokarbon HCR-22.
• Recovery energi dari penambahan kondensor dummy, pada RAC hibrida, setelah
pengoperasian selama 120 menit terjadi kenaikkan mtemperatur air dari 30,29 oC
menjadi 50,42 oC, sedangkan ada pengoperasian 120 menit kedua temperatur naik dari
50,42 oC menjadi 56,11 oC. Pada pengoperasian 120 menit ketiga setelah 60 menit
pengoperasian, beda temperatur tangki sisi atau sisi bahwah cendrung tetap pada 7 oC.
Temperatur ruangan dapat dijaga pada temperatur 22 oC baik pada kondisi 1, kondisi 2,
kondisi 3, dan kondisi 4. Tidak terlihat perbedaan yang berarti pada temperatur dan
tekanan sistem, dengan penambahan kondensor dummy. Tidak terdapat penghematan
energi kompresor yang berarti akibat penambahan kondensor dummy.
• Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air, jika dihitung pada kondisi
aktual yaitu besarnya kalor yang diterima air dari kondensor pada kondisi stedi adalah
1,2 kW atau sekitar 1,8 kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
pendingin. Sedangkan jika manfaat recovery energi dihitung secara teoritis, besarnya
adalah 0,65 kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin. Secara
umum, dapat dinyatakan bahwa penggunaan kondensor dummy, pengaruhnya tidak
berarti terhadap daya pendinginan di evaporator dan daya pemanasan di kondensor.
Manfaat recovery energi yang didapat adalah sebesar 0,65 - 1,8 kali daya kompresor,
sebagai penghematan energi yang diperoleh pada kondisi operasi sebagai sistem
hibrida.

SARAN
Perlu dilakukan metode trial and errror pada pembuatan dan pengujian mesin
refrigerasi hibrida sebagai water heater. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui kendala-
kendala yang akan dihadapi dan kemungkinan hambatan yang akan terjadi dalam
pelaksanaan penelitian selanjutnya.

35
DAFTAR PUSTAKA
1. Agarwal, Radhey S., 1997, Retrofitting of Domestic and Small Capacity Commercial
Refrigeration Appliances Using Hydrocarbon Blends, Proceedings Seminar on ODS
Phase-Out: Solutions for the Refrigeration Sector, Kuta.
2. Amrul, 2001, Kaji Eksperimental Karakteristik Mesin Refrigerasi Hibrid Kompresi
Uap Susunan Seri dan Paralel dengan Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-12,
Tesis, Jurusan Teknik Mesin, ITB, Bandung.
3. Arif Hepbasli., and Yildiz Kalinci., 2009, A review of heat pump water heating systems,
Renewable and Sustainable Energy Reviews 13 (2009) 1211–1229.
4. Arora, C. P, 2001, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill International
Edition.
5. Aziz, Azridjal, 2002 Penggunaan Hidrokarbon sebagai Refrigeran pada Sistem
Refrigerasi Komersil (Commercial Refrigeration) dan Pengkondisi Udara (Air
Conditioning), Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
6. Aziz, Azridjal, 2002, Refrigeran Hidrokarbon sebagai Alternatif Pengganti Refrigeran
Halokarbon, Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
7. Aziz, Azridjal, 2004, Kaji Eksperimental Pengaruh Perubahan Suhu pada Siklus
Sekunder dan Siklus Primer terhadap Performansi Mesin Refrigerasi Hibrid dengan
Refrigeran HCR12, Jurnal Saintek (terakreditasi), UNP, Padang.
8. Aziz, Azridjal, 2008, Pengembangan Cold Storage Hemat Energi Sebagai Mesin
Refrigerasi Hibrida Memanfaatkan Panas Buang Kondensor Pada Drying Room
Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-22, Laporan Penelitian, Lembaga
Penelitian Universitas Riau.
9. Azridjal Aziz., and Yazmendra Rosa., 2010, Performansi Sistem Refrigerasi Hibrida
Perangkat Pengkondisian Udara Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-
22, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 7 no. 1.
10. Jie Ji., and Gang Pei et al., 2005, Performance of multi-functional domestic heat-pump
system. Applied Energy 80 (2005) 307–326.
11. Jie Ji., Tin-tai Chow., Gang Pei., Jun Dong., and Wei He., 2003, Domestic Air-
Conditioner and Integrated Water Heater for Subtropical Climate, Applied Thermal
Engineering, 23 (2003) 581–592.
12. Jongmin Choi a, Jongug Jeon b, and Yongchan Kim., 2007, Cooling performance of a
hybrid refrigeration system designed for telecommunication equipment rooms. Applied
Thermal Engineering 27 (2007) 2026–2032.
13. Jose M. Corbera´n., Jacobo Segurado., Daniel Colbourne., and Jose´ Gonza´lvez., 2008,
Review of standards for the use of hydrocarbon refrigerants in A/C, heat pump and
refrigeration equipment, International Journal of Refrigeration 31 (2008)748 – 756.
14. M. M. Rahman., Chin Wai Meng., and Adrian Ng., 2007, Air Conditioning and Water
Heating-An nvironmental Friendly and CostEffective Way of Waste Heat Recovery,
AEESEAP Journal of Engineering Education, Vol. 31, No. 2.
15. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000, Short Course on the Applications of Hydrocarbon
Refrigerants, International Conference on Fluid and Thermal Energy Conversion 2000,
Bandung.
16. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004, Training of Trainer Refrigeration
Servicing Sector, Training Manual, ITB, Bandung.
17. Stoecker, W.F. and Jones, J.W., 1994, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Erlangga,
Jakarta.

36
18. S. Devottaa., A.S. Padalkar., and N.K. Sane, 2005, Performance assessment of HC-290
as a drop-in substitute to HCFC-22 in a window air conditioner, International Journal
of Refrigeration 28 (2005) 594–604.

37
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN PIPA KONDENSOR DUMMY

Perhitungan perencanaan kondensor dummy 3/8 inchi

Tabel L1.1. Sifat-sifat Termodinamik R22 pada Temperatur 47 oC

Sifat Titik 1 Titik 2 Titik 2’ Titik 3 Titik 4


Termo Uap Jenuh Uap Panas Cair Cair X= 0,252
Titik Lanjut Jenuh Jenuh

Tekanan 602,75 1815,2 1815,2 1815,2 602,75


(Kpa)

Enthalphi 252,03 279,36 261,63 103,95 103,95


(kj/kg)
Entropy 0,1984 0,1984 0,8644 - -
(kj/kg.K)

Data asumsi
= 9000 Btu/h = 2637 Watt = 2,637 Kw
1 Btu = 0,2930 Watt
P.kom = 1 Pk = 746 Watt
S1= S2 = 0,9184 kj/kg

= 0,7776

= 0,7776x

38
= 17,7215 + 261,64
= 279,36 kJ//kg
1. Dampak refrigerasi
- = 252,03 – 103,95
= 148,08
2. Laju aliran masa refrigerasi
Mref =

Mref = 17,8 x kg/s


3. Daya kompresor
Wk = Mref ( - )
= 17,8 x kg/s (289,57-252,03)
= 0,67 Kw
Efisiensi Kompresor 80 %
Wact =

= 0,8375 Kw
= 837,5 w
= 1,12 hp (1 HP = 0,735 Kw sularso,1997)

Kompresor yang digunakan yaitu 1 HP jenis Rotary


4. Koefisien Presentase
COP =

= 3,94
5. Laju aliran panas dibuang Kondesor
Qk = Qre + Wk
= 2,637 + 0,67
= 3,307 Kw

39
Perencanaa kondensor
1. Laju perpindahan panas kondensor
Qkon = Mref
= 17,8 x kg/s ( 279,36 – 261,63 )
= 0,31559 kw
= 315,59 w
Qp = 1000 L/jam = 0,000278
Asumsi air masuk kondensor 27 C
i = 998,44 kg/
i = 4,18 kj/kg.K
2. Laju aliran masa
Mmax = i x Qp
= 998,44 x 0,000278
= 0,2776
Laju aliran masa air di satu perdua dari laju aliran masa iar maksimum :
Mw = ½ x Mmax
= ½ x 0,2776
= 0,1388
3. = Mw x Cw x

= +( )

= +( )

= + 0,54
=27,54
4. Beda temperatur rata-rata logaritmik (LMTD)
Fx

= x( )

= x( )

=1 x ( )

40
= 19,82
5. Proses Pengembunan Refrigeran
=

=18672,96
<35000 , maka koefisien perpindahan panas pengembunan menggunakan
persamaan Chato, hc

= 0,555 [

Asumsi temperatur kondensor Ts =40 Tref= 47 = 1.313

=47 – 40
=7
h = + 3/8 x x7 = titik - titik 3

=157,68 + 3/8 x 1,313 x 7 = 261,63 – 103,95


=161,127 W/ .K = 157,68

= 0,555 [

=1812,282 W/
6. Proses konveksi paksa
Tw =

=29,27
maka diperoleh sifat-sifat termofisik
= 995,8 kg/
= 8,087 x Pa.s
4,1786 kj/kg.K
= 0,611 W/kg.K

41
=

= 1,32
Ukuran basah penampang kotak kondensor 0,36 x0,36 , maka kecepatan air pada
kotak kondensor tanpa pipa adalah:
Vw =

=1,072 x

=0,12736 x

= 14,8985
7. Koefisien konveksi paksa rata-rata pada sisi air dihitung dengan persamaan
Zhukauskus

Ho= C x C2 x x x

Dimana Prs ditentukan berdasarkan Ts = 40


s = 0,65444 x 1 Pa.s
Cps= 4,1784 kJ/kg.K
Ks = 0,628 W/kg.K
= 994.59 kg/m

Prs =

= 1,036
maka,

Ho= C x C2 x x x

42
= 0,9 x 1 x x x x(

= 200,21 W/ .K
8. Faktor Pengotoran
Sisi air R = 0,0003522 W/ .K

Sisi Refrigeran R = 0,0001716 W/ .K

(TEMA Edition)
9. Koefisien perpindahan panas total pada kondensor

= + +R +

= + + 0,0003522 +

Uo = 157,058
10. Dimensi Kondensor
luas peemukaan perpindahan panas yang diperlukan kondensor dapat dihitung:
=

= 0,11
11. Panjang pipa tembaga yang diperlukan untuk kondensor adalah :
=

= 3,82 m

= ho x (Ts-Tw ) = x x (Tref-T )
=

= 0,02

T = Tref - ( )

= 47 - ( )

43
= 47- 6,5196
= 40,57

Tabel 1.2. Iterasi pipa kondensor 3/8 inchi

Ts1 D.TX Prs Hc Re Pr ho 1/Uo Uo Ao Ltotal Ts2


40 7 1.036 1812.28 14.8985 1.32 200.2098 0.00637 157.0585 0.114 3.82 40.57
40.01 6.99 1.037 1812.29 14.8985 1.32 200.2018 0.00637 157.0537 0.114 3.82 40.58
40.45 6.55 1.037 1812.37 14.8985 1.32 200.1938 0.00637 157.0496 0.114 3.82 40.92
40.58 6.42 1.037 1812.39 14.8985 1.32 200.1859 0.00637 157.0449 0.114 3.82 41.02
40.67 6.33 1.037 1812.41 14.8985 1.32 200.1779 0.00637 157.0402 0.114 3.82 41.09
40.74 6.26 1.037 1812.44 14.8985 1.32 200.1699 0.00637 157.0357 0.114 3.82 41.14
40.79 6.21 1.037 1812.47 14.8985 1.32 200.1619 0.00637 157.031 0.114 3.82 41.18
40.83 6.17 1.038 1812.44 14.8985 1.32 200.154 0.00637 157.0258 0.114 3.82 41.21
40.85 6.15 1.038 1812.44 14.8985 1.32 200.138 0.00637 157.016 0.114 3.82 41.23
40.86 6.145 1.038 1812.44 14.8985 1.32 200.13 0.00637 157.0111 0.114 3.82 41.23
40.86 6.144 1.038 1812.44 14.8985 1.32 200.1221 0.00637 157.0062 0.114 3.82 41.23
40.93 6.07 1.038 1812.45 14.8985 1.32 200.1141 0.00637 157.0014 0.114 3.82 41.29
40.95 6.05 1.040 1812.45 14.8985 1.32 200.0502 0.00637 156.962 0.114 3.82 41.31
40.96 6.04 1.041 1812.45 14.8985 1.32 199.9703 0.00637 156.9128 0.114 3.82 41.32
40.97 6.03 1.043 1812.63 14.8985 1.32 199.8902 0.00637 156.8654 0.114 3.83 41.32
40.98 6.02 1.046 1812.70 14.8985 1.32 199.7299 0.00638 156.7674 0.114 3.83 41.33
40.99 6.01 1.050 1812.74 14.8985 1.32 199.5691 0.00638 156.6688 0.114 3.83 41.34
41.02 5.98 0.930 1824.61 14.8985 1.32 205.7169 0.00623 160.5629 0.111 3.74 41.34
41.21 5.79 0.542 1831.80 14.8985 1.32 235.3915 0.00561 178.1818 0.100 3.37 41.34
41.31 5.69 0.542 1838.90 14.8985 1.32 235.3915 0.00561 178.2763 0.100 3.37 41.43
41.41 5.59 0.501 1845.93 14.8985 1.32 240.1492 0.00552 181.0877 0.099 3.31 41.49
41.51 5.49 0.394 1866.54 14.8985 1.32 254.898 0.00527 189.652 0.094 3.16 41.51

Panjang pipa kondensor dummy jenis pipa tembaga 3/8 in pada asumsi temperatur
refrigeran 47 oC adalah 3,16 meter. Temperatur refrigeran keluar kondensor dapat mencapai
80 oC, sehingga lebih banyak panas buang yang akan dilepaskan ke lingkungan air sekitar
kondensor dummy. Untuk itu dipilih panjang kondensor dummy dua kali dari hasil
perhitungan, yaitu panjang 6 meter.

44
LAMPIRAN 2. PRODUK PENELITIAN

Gambar L2.1. Ruang Uji Mesin refrigerasi Hibrida

Gambar L2.2. Bagian dalam ruang uji mesin pendingin hibrida

45
Gambar L2.3. Kondensor dummy berdasarkan hasil rancangan

Gambar L2.4. Kondensor dummy berdasarkan hasil rancangan yang akan


dipasang dalam tangki air panas

46
Gambar L2.5. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak atas

Gambar L2.6. Kondensor dummy dan tangki air panas tampak samping

47
Gambar L2.7. Kondensor dummy dengan tutup tangki dan magnesium anoda untuk
mencegah perkaratan di dalam air

Gambar L2.8. Kondensor dummy dengan tutup yang sudah terpasang dalam tangki air panas

48
Gambar L2.9. Proses instalasi Sistem Refrigerasi tampak depan sisi outdoor

Gambar L2.10. Proses instalasi Sistem Refrigerasi tampak samping sisi outdoor

49
Gambar L2.11. Inlet dan outlet Kondensor dummy setelah dipasang pada instalasi sistem

Gambar L2.12. Proses instalasi pengukur tekanan sistem

50
Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya

1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST, MT.
b. Pangkat/Golongan/NIP : Pembina/IVa/19710519 200003 1 002
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :-
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin
f. Perguruan Tinggi : Universitas Riau
g. Bidang Keahlian : Konversi Energi
h. Waktu untuk Penelitian ini : 15 jam/minggu
2. Anggota Peneliti
Anggota Peneliti I
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Herisiswanto, MT
b. Pangkat/Golongan/NIP : Penata /IIIc/19660205 199702 1 001
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Teknologi Mekanik
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin
f. Perguruan Tinggi : Universitas Riau
g. Bidang Keahlian : Produksi, Konversi Energi
h. Waktu untuk Penelitian ini : 10 jam/minggu

Tabel L1. Personil Pelaksana kegiatan dan tugas masing-masing anggota

AlokasiWa
Bidang ktu
No Nama /NIDN Instansi Asal Uraian Tugas
Ilmu (jam/mingg
u)
Ketua peneliti,
koordinator tim,
bertanggung
jawab penuh
terhadap semua
kegiatan
penelitian,
mengkoordinasi
kan pelaksanaan
Dr. Eng. Azridjal
penelitian,
Aziz, ST. MT Universitas Teknik 15 Jam/
1 analisis hasil,
NIDN. 0019057103 Riau Mesin minggu
membuat
laporan akhir,
membuat
makalah untuk
seminar dan
publikasi di
jurnal serta
mengikuti
pertemuan
ilmiah .

51
Anggota
peneliti,
membantu ketua
tim,
bertanggung
jawab pada
pelaksanaan
penelitian,
Ir. Herisiswanto, Anggota pembuatan alat,
Universitas Teknik
2 MT 10 jam per pengujian
Riau Mesin
NIDN. 0005026608 minggu kebocoran,
pengujian dan
pengambilan
data pengujian
alat,dan
summary hasil
penelitian,
membuat
laporan

52

View publication stats

You might also like