You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN SKIZOFRENIA
SIMPLEK DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat


Tugas Praktik Program Profesi Ners Stase Jiwa

Disusun Oleh
NURUL FAJRIYAH
J230165029

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
SKIZOFRENIA SIMPLEK

A. Gambaran Kasus
1. Pendahuluan
Gambaran kasus yang diperoleh dari informan yaitu wawancara
dengan pasien, wawancara petugas satpol PP, dan informasi dari perawat.
Namun sebagian besar informasi diperoleh dari wawancara dengan pasien
dan pegus satpol PP, tehnik wawancara yang dilakukan adalah
Komunikasi Terapeutik. Komunikasi Terapeutik pada Fase Orientasi yang
digunakan Giving Recognition (Selamat pagi. Perkenalkan...), Broad
Opening, Making Observation (Saya mau tanya mas,apa yang membuat
mas murung ?...) Validation (baiklah, jadi mas sedih karena...), Giving
Information (hari ini kita akan melakukan...untuk...) dan Offering Self
(baiklah mas, disini saya akan menemani mas dan berdiskusi tentang....).
Komunikasi Terapeutik pada Fase Kerja menggunakan komunikasi
Exploring (apakah mas sudah mengetahui...), Reinforcement (bagus
sekali...), Validation (baiklah, kira-kira kita akan diskusi berapa lama ?..),
General Leads (baik, bisa kita mulai ya mas diskusinya..), dan
Clarification (kita berdiskusi tentang..dan selama..). Sedangkan pada Fase
Terminasi menggunakan komunikasi Summarizing (baik mas, sekarang
coba mas sampaikan lagi yang sudah kita diskusikan...), Giving
Recognition (baik mas, besok kita akan bertemu kembali dengan
membahas...), Broad Opening (baik, saya pamit dlu..Assalamualaikum..),
dan Repeating (baik, sekarang coba mas praktikan cara..).
2. Pengkajian Konsep Diri
Pasien bernama Tn. M berumur 37 tahun, berjenis kelamin laki-laki
dengan diagnosa medis skizofrenia simplek. Pasien dari suku jawa dan
beragama Islam. Sebelum masuk di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
pasien tinggal sendiri. Pasien memiliki tinggi badan 170 cm, dan berat
badan 88 kg. Pasien mengatakan rambutnya berwana hitam, pasien tidak
menjawab saat ditanya warna mata (sklera bening, konjungtiva tidak
anemis).
Pasien mengatakan belum memiliki istri, pasien memiliki dua saudara,
pasien mengatakan seorang anak yang paling tua (anak pertama), pasien
mengatakan berjenis kelamin laki-laki. Pasien mengatakan berwarga
negara indonesia dan bertempat tinggal di surabaya. Pasien mengatakan
dulu pernah tinggal di karanganyar dan sekarang memilih untuk tinggal di
Surabaya karena ingin hidup sendiri.
Pasien mengatakan berperan sebagai anak laki-laki, pasien
mengatakan suka hidup sendiri dan makan sendiri dan tidak suka
berkumpul dimasyarakata, pasien mengatakan lebih suka menyendiri dan
nonton tv. Pasien berharap bisa hidup sendiri tanpa ada yang mengganggu.
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, dan tidak ada
bagian tubuh yang tidak disukai pasien. Pasien mengatakan seluruh
anggota tubuhnya bagus.
3. Riwayat Penyakit Pasien
a) Faktor predisposisi
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Tn. M, ia mengatakan
lebih suka menyendiri dalam hal apa pun. Karena baginya dengan
menyendiri lebih menyenangkan. Apabila bersama orang lain belum
tentu yang diinginkan sama. Tn. M mengatakan sudah lama hidup
sendiri tidak memiliki keluarga. Tn. M mengatakan pergi meninggalkan
seluruh anggota keluarganya demi memenuhi keinginannya untuk hidup
sendiri. Aktivitas yang disukai dalam kesehariannya adalah bermain
tanah.
b) Faktor presipitasi
Setelah dilakukan pengkajian kepada petugas satpol PP, petugas
mengungkapkan selama tiga hari berturut-turut melihat Tn. M
berkeliaran di depan Kantor Dinas Kesehatan Karanganyar. Tn. M
membuat gelisah warga sekitar karena setiap ada warga yang berada
disekitarnya dan membawa makanan selalu direbut. Apabila tidak ada
warga yang berada disekitarnya aktivitas yang dilakukan Tn. M adalah
tidur disembarang tempat. Oleh karena itu petugas melakukan
pendekatan terhadap Tn. M dan membawa ke RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta.
4. Gambaran Status Mental Pasien Saat Ini
Penampilan umum Tn. M terlihat rapi. Petugas mengungkapkan
bahwa sebelum di bawa ke RSJD pasien di mandikan, di potong
rambutnya dan diganti bajunya. Pasien mampu berkomunikasi dengan
perawat meskipun terkadang jawaban yang diberikan tidak sesuai. Pasien
terlihat cenderung diam jika tidak diberikan pertanyaan. Pasien
mengatakan lebih suka menyendiri karena sudah terbiasa tidak memiliki
anak, orangtua, dan saudara dan dapat membantunya. Aktivitas motorik,
pasien tenang dan tidak gelisah. Saat dilakukan pengkajian tidak ada
kontak mata, terlihat tatapan mata pasien kosong. Isi pikir
Isi pikir Depersonalisasi, perasaan asing terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Daya tilik diri pasien yaitu tidak menyadari
bahwa dirinya sakit dan mengingkari penyakit yang diderita dengan
mengatakan bahwa dirinya sehat tidak memiliki gangguan kesehatan fisik.
Perasaan asing terhadap orang lain dan lingkungan, pasien menganggap
diri nya berbeda dengan orang lain dan lebih suka menyendiri
dibandingkan berada dalam lingkungan yang rame.
5. Proses Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data pasien mengatakan
lebih suka menyendiri di bandingan dengan berkomunikasi dan berkumpul
dengan orang lain, pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengurung diri
di kamar, pasien mengatakan memilih meninggalkan rumah demi
mendapatkan kesepian tanpa keluarga. Pasien terlihat cenderung diam,
pasien terlihat tidak peduli dengan lingkungan sekitar, pasien menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh perawat dengan singkat.
Berdasarkan pengkajian diatas maka Diagnosa keperawatan yang
dapat ditegakkan adalah Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan
fisik yaitu kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain sebagai suatu pernyataan negatitif atau mengancam
berhubungan dengan perubahan status mental. Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah (1) bantu pasien untuk lebih terbuka dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial (2)
mengungkapkan keuntungan dari berinteraksi, dengan menggunakan
tehnik komunikasi terapeutik dan membina hubungan saling percaya (3)
ajarkan cara berkenalan dengan orang lain (4) demonstrasikan cara
berkenalan dan menjalin hubungan terapeutik dengan orang lain dan
lingkungan (Wijati et al.,2010).
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah membantu
pasien untuk mengungkapakan hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya
isolasi sosial. Setelah dilakukan interaksi, pasien mengungkapkan
dorongan dari hati yang mengingikan kesendirian dan sesunyian yang
membuat dirinya lebih tenang. Oleh karena itu pasien memutuskan untuk
pergi meninggalkan rumah dan pergi ke Surabaya untuk hidup sendiri.
Pasien mengatakan cara berfikirnya berbeda dengan orang lain sehingga
membuatnya tidak menyukai berinteraksi.
B. Pembahasan
Sesuai dengan pengkajian, ditemukan masalah keperawatan yang muncul
pada pasien Tn. M yaitu Isolasi Sosial, dimana pasien cenderung menarik diri
dan melakukan aktivitas sendiri. Berdasarkan tanda dan gejala tersebut Tn. M
tergolong dalam skizofrenia simplek. Dimana skizofrenia jenis ini terjadi
secara bertahap.
Seseorang yang tergolong dalam skizofrenia simplek biasanya
mengalami gangguan pada proses berfikir (Kaplan & Sadock, 2015). Pada
pasien yang mengalami gangguan proses berfikir sukar ditemukan waham
dan halusinasi. Feder, David Dodell (2014), memaparkan bahwa dari hasil
beberapa penelitian, menyatakan bahwa onset dan kambuhnya skizofrenia
salah satunya disebabkan oleh rusaknya hubungan sosial karena adanya
ketegangan dalam pola interaksi keluarga.
Pada awalnya penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam
pekerjaan dan akhirnya menjadi pengangguran. Bila tidak ada orang yang
menolongnya ia akan menjadi gelandangan, pengemis, pelacur, atau
“penjahat” (Prasetyo, 2016). Perubahan-perubahan perilaku tersebut menjadi
manifestasi dari kehilangan minat seseorang, berbuat sesuatu tanpa tujuan
hidup dan penarikan diri secara sosial (Abdullah, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka pola asuh orang tua pada masa awal
kehidupan anak sangat berperan dalam munculnya gangguan jiwa pada
masa berikutnya. Keluarga merupakan lingkungan mikrosistem yang
menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak. Pengalaman mental
seorang anak merupakan salah satu aspek psikis yang turut berpengaruh
dalam kesehatan mental seseorang pada masa berikutnya, disamping
faktor-faktor lain yang berupa proses belajar, kebutuhan, dan faktor
psikologis yang lain. Gangguan jiwa disebabkan oleh konflik-konflik
internal bahwa sadar yang muncul dari masalah-masalah yang tidak
terselesaikan di masa kanak-kanak awal. Situasi konflik pada masa dewasa
yang serupa dengan masa kanak-kanak akan mencetuskan gejala (Sandra
et al., 2014).
Menurut Yadav (2014), dalam penelitiannya yang bejudul “Efficacy of
Social Skills Training in Schizophrenia” mengungkapkan bahwa masalah
isolasi sosial bisa diselesaikan dengan memberikan latihan sosialisasi dengan
mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain yang tebukti efektif secara
statistik dalam mengatasi masalah isolasi sosial dan sudah diterapkan kepada
pasien dengan hasil pasien mau dan mampu berkenalan dengan pasien
lainnya.
Dasar teoritis dan penelitian sesuai dengan respon Tn. M yang
menunjukkan setelah terjalin hubungan saling percaya pasien mampu untuk
mengungkapkan hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial.
Pasien terlihat mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh perawat
dengan kontak mata (tatapan mata tidak kosong).

You might also like