Professional Documents
Culture Documents
Diajukan kepada:
Pembimbing: dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi, Med
Disusun oleh:
Vivi Anisa Putri 1710221021
Journal Reading
Disusun oleh:
Vivi Anisa Putri 1710221021
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan journal reading
dengan judul “Blood Lipid Levels Related to Allergic Rhinitis:A Significant
Association?”.
Penulisan journal reading ini merupakan salah satu syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung dan Tenggorokan Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Penulis
juga ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL,
M.Si selaku dokter pembimbing dan teman–teman coass yang membantu dalam
pembuatan journal reading ini. Penulis menyadari dalam penyusunan journal
reading ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.
Semoga journal reading ini dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam ilmu
kedokteran.
Penulis
KADAR LIPID DARAH BERKAITAN DENGAN RINITIS
ALERGI: SEBUAH HUBUNGAN YANG SIGNIFIKAN?
Ignazio La Mantia1, Claudio Andaloro1, Pasquale Gianluca Albanese2, Attilio
Varricchio3
ABSTRAK
Rinitis alergi adalah masalah yang umum meningkat secara drastis selama tiga
dekade terakhir. Beberapa penelitian menemukan kemungkinan hubungan antara
dislipidemia dan penyakit alergi namun mekanisme kausal yang ada tetap sukar
untuk dipahami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kadar lipid darah dan keberadaan rinitis alergi.
Penelitian prospektif multisenter dilakukan terhadap 160 pasien rinitis alergi dan
160 sukarelawan sebagai kontrol berdasarkan nilai usia, jenis kelamin, indeks
massa tubuh (IMT) dan profil lipid darah penuh. Kemungkinan korelasi antara
parameter dislipidemia abnormal dan tingkat keparahan rinitis alergi juga
dipelajari. Karakteristik demografis tidak berbeda antar kelompok. Sementara
kadar LDL-C, kolesterol total, serta rasio TC / HDL dan rasio LDL / HDL, secara
signifikan lebih tinggi (p <0,001) pada pasien dengan rinitis alergi, terdapat korelasi
positif antara parameter dislipidemia abnormal dan gejala alergi rinitis
moderat/berat (p <0,001).
Kami mendukung hipotesis bahwa dislipidemia berperan dalam manifestasi rinitis
alergi.
Analisis Statistik
Analisis deskriptif tentang parameter demografis dan parameter klinis relevan
telah dilakukan. Variabel kategorik disajikan sebagai frekuensi dan proporsi,
sedangkan variabel metrik dilaporkan sebagai rata-rata dan standar deviasi(SD).
Perbedaan proporsi untuk variabel kategorik pada dua kelompok Pasien
dianalisis dengan menggunakan uji Pearson χ2, untuk nilai metrik uji t sampel
independen atau uji Mann Whitney U non-parametrik digunakan sebagaimana
mestinya. Setelah itu, kami menyelidiki asosiasi antara tingkat lipid darah dan
kelompok studi menggunakan kedua model regresi logistik yang disesuaikan dan
yang tidak disesuaikan. Dalam analisis hubungan antara parameter dislipidemia
abnormal dan rhinitis alergi Uji korelasi Pearson digunakan untuk tingkat
keparahan. Semua tes statistik tersebut dilakukan dengan menggunakan STATA SE
9.2 (STATA Corp., TX) dengan Nilai P-kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara
statistik.
HASIL
Karakteristik pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini diperlihatkan pada
Tabel 1. Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok (pasien dan kontrol)
sehubungan dengan usia, jenis kelamin, tinggi, dan berat badan. Disana ada hanya
perbedaan kecil dalam nilai BMI, yang lebih tinggi pada kelompok rinitis alergi,
namun tidak signifikan secara statistik (p> 0,05).
Data kami menunjukkan bahwa peningkatan kadar LDL-C (OR: 1,85; 95%
CI: 1,05-3,18; p = 0,013) serta kolesterol total (OR: 4,66; 95% CI: 3.28-6.62; p
<0,001), rasio TC / HDL (OR: 1,14; 95% CI: 1,09-1,15; p <0,001) dan rasio LDL /
HDL (OR: 3,52; 95% CI: 2,15-4,24; p <0,001) berkaitkan dengan peningkatan
risiko rinitis alergi, yang bertahan setelah penyesuaian cofounder, sedangkan kadar
HDL-C maupun trigliserida dikaitkan dengan rinitis alergi (Tabel 2).
*disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh
Tabel 2 - Hubungan antara kadar lipid darah dan kelompok studi
Sebuah korelasi ditemukan antara parameter dislipidemia abnormal dengan
tingkat keparahan rhinitis alergi. Kadar lipid darah ditemukan lebih tinggi pasien
dengan gejala sedang / parah, terutama dengan gejala yang intermiten (p <0,001),
dibandingkan dengan pasien yang mengalami keparahan tingkat ringan (Tabel 3).
PEMBAHASAN
Hasil kami menunjukkan bahwa kadar LDL-C, kolesterol total, rasio TC /
HDL dan rasio LDL / HDL, secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan rinitis
alergi dibanding pada kelompok kontrol. Ini sesuai dengan temuan Kusunoki et al,
di mana didapatkan hubungan kolesterol total, LDL-C dengan atopi. Temuan
serupa dilaporkan oleh Fessler dkk [20], di mana peningkatan pada kolesterol total
dan non-HDL-C meningkatkan risiko atopi, akan tetapi hubungan ini tergantung
oleh ras. Temuan ini menunjukkan bahwa mungkin ras atau diet berpengaruh
tehadap hubungan asma dengan profil lipid serum.
Meskipun tidak ada korelasi yang signifikan antara HDL-C atau kadar
trigliserida dengan rhinitis alergi, hal ini berbeda dengan temuan Vinding et al [21],
yang menemukan bahwa baik HDL-C atau kadar trigliserida berkaitan dengan
sensitisasi aeroallergen dan mengamati kecenderungan hubungan dengan nilai
FENO, yang lebih tinggi pada anak-anak dengan penyakit saluran napas alergi.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
peningkatan IMT telah terjadi terkait dengan peningkatan prevalensi gangguan
atopik. Ciprandi dkk [22] menemukan bahwa nilai IMT secara signifikan lebih
tinggi pada pasien dengan rinitis alergi (P = 0,0002) atau asma alergi (P <0,0001),
dibandingkan dengan subjek kontrol
Laporan lain, seperti Sybilski dkk [23], menyatakan bahwa tidak ada
korelasi antara IMT dengan sensitisasi terhadap aeroallergen, jadi semakin tinggi
IMT berhubungan negatif dengan prevalensi rinitis alergi. Setelah laporan terakhir
tersebut, dalam penelitian kami, kami menemukan nilai BMI yang lebih tinggi pada
kelompok rinitis alergi dibandingkan dengan kelompok kontrol tapi ternyata tidak
mencapai signifikansi secara statistik.
Kami menemukan korelasi yang signifikan secara statistik antara tingkat
keparahan rinitis alergi dengan kadar dislipidemia abnormal lebih sering diamati
pada kelompok pasien rinitis dengan intensitas gejala sedang / parah dibandingkan
dengan yang gejala ringan.
Hal ini dapat menjelaskan dengan mekanisme bagaimana lipoprotein dapat
menjadi bagian dari patogenesis terjadinya alergi. Dengan kata lain, dislipidemia
menginduksi pergeseran terhadap respon imunologis yang berorientasi TH2 dan
kemudian meningkatkan reaksi peradangan alergi, seperti yang telah ditemukan
pada tikus [24-25]. Kolesterol serum juga dapat berpotensi terhadap peradangan
eosinofilik pada mereka dengan kerentanan genetik untuk atopi, dengan korelasi
yang signifikan antara kolesterol serum dengan penanda inflamasi yang meningkat,
seperti Jumlah eosinofil, interleukin-5, prostaglandin E 2 dan monosit protein
kemoatraktan-1. Peneliti juga menemukan bahwa penggunaan pravastatin dapat
menurunkan peradangan alergi paru. Obat antiinflamasi serupa efek dari statin
dalam berbagai dosis telah ditunjukkan pada penelitian hewan lain yang
menunjukkan potensi terapeutiknya pada asma [26].
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, kita hanya
bergantung pada kadar spesifik alergen IgE (ImmunoCAP) untuk diagnosis rinitis
alergi tanpa membedakan subtipe rinitis alergi atau rinitis non-alergi (NAR).
Kedua, desain penelitian ini tidak memungkinkan kita untuk membuktikan apakah
manifestasi alergi mendahului meningkatnya kadar lipid sebagai penentuan
hubungan kausalitas yang tentunya akan membutuhkan perbandingan dari waktu
ke waktu antara dua kelompok. Kami berasumsi, bahwa bagaimanapun juga
parameter metabolisme lemak berdampak terhadap terjadinya alergi dan tidak
sebaliknya.
KESIMPULAN
Kesimpulannya, melalui penelitian ini, kami mendukung hipotesis bahwa
metabolisme lipid berperan dalam manifestasi rinitis alergi. Temuan kami
menunjukkan potensi peran lipoprotein dalam patogenesis status alergi dan
mungkin membantu menjelaskan secara parsial hubungan positif antara
dislipidemia dengan asma. Mekanisme metabolik yang mendasari, bagaimanapun
juga, tetap perlu dijelaskan, dan untuk selanjutnya, studi yang lebih besar
diperlukan untuk menjelaskan jalur mekanistik ini.
DAFTAR PUSTAKA