Professional Documents
Culture Documents
VENTILASI MEKANIK
PENYUSUN
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk
Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama
pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat
yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal
tersebut merupakan indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay
yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Bila fungsi paru untuk
melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka
meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu
atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan, memberikan sedasi dan
Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif didapat untuk
diafragma (Hudak & Gallo, 2010). Ventilator ini kebanyakan digunakan pada gagal
dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilator ini sama dengan ventilasi
spontan. Ventilator tekanan negatif mudah digunakan dan tidak memerlukan intubasi
jalan nafas (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Ventilator ini dapat digerakkan
dan dipasang seperti rumah kura-kura, bentuk kubah diatas dada dengan
pernafasan normal. Namun, alat ini digunakan terbatas karena keterbatasannya pada
posisi dan gerakan seperti juga rumah kura-kura (Hudak & Gallo, 2010).
(1) Pressure-Cycled.
praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Ignatavicius & Workman,
2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Pada titik tekanan ini, katup inspirasi
tertutup dan ekshalasi terjadi dengan pasif. Ini berarti bahwa bila komplain atau
tahanan paru pasien terhadap perubahan aliran, volume udara yang diberikan berubah
Secara klinis saat paru pasien menjadi lebih kaku (kurang komplain) volume
udara yang diberikan ke pasien menurun-kadang secara drastis (Hudak & Gallo,
2010). Volume udara atau oksigen bisa bervariasi karena dipengaruhi resistansi jalan
nafas dan perubahan komplain paru, sehingga volume tidal yang dihantarkan tidak
konsisten (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Perawat harus sering memonitor
tekanan inspirasi, kecepatan, dan volume tidal (VT) ekshalasi untuk meyakinkan
ventilasi menit yang adekuat dan untuk mendeteksi berbagai perubahan pada
komplain dan tahanan paru. Pada pasien yang status parunya tak stabil, penggunaan
ventilator tekanan tidak dianjurkan. Namun pada pasien komplain parunya sangat
stabil, ventilator tekanan adekuat dan dapat digunakan sebagai alat penyapihan pada
(2) Time-Cycled
Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada waktu
praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008). Waktu ekspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah nafas per menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak & Gallo,
kecepatan respirasi, tetapi siklus waktu yang murni jarang digunakan pada pasien
dewasa. Ventilator tersebut digunakan pada bayi baru lahir dan infant (Smeltzer,
(3) Volume-Cycled.
Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit kritis saat ini
(Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Prinsip dasar
ventilator ini adalah bila volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien,
inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan (VT) ke paru pasien
komplain paru pasien, memberikan VT konsisten (Hudak & Gallo, 2010). Volume
udara yang dihantarkan oleh ventilator dari satu pernafasan ke pernafasan berikutnya
relatif konstan, sehingga pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
jumlah dan volume pernafasan setiap menit (Chulay & Burns, 2006). Pada mode
dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien
untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat
menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo, 2010). Biasanya
medula spinalis, disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisa karena obat-
2) Assist Mode
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT
yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas.
Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan (Hudak &
Gallo, 2010). Kesulitannya buruknya faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien
menjadi apnea model ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode yang
dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk
inspirasi maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control mode) dan
mempreset kepada volume tidal (Rab, 2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak
pernah berhenti bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode assist control,
semua pernafasan-apakah dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi yang
Assist control ventilation sering digunakan saat awal pasien diintubasi (karena
menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh pasien), untuk dukungan
ventilasi jangka pendek misalnya setelah anastesi, dan sebagai dukungan ventilasi
ketika dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan (Chulay & Burns, 2006). Secara
klinis banyak digunakan pada sindroma Guillain Barre, postcardiac, edema
pulmonari, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan ansietas (Rab, 2007).
merupakan kombinasi periode assist control dengan periode ketika pasien bernafas
Seperti pada mode kontrol frekuensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan untuk
bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat melakukannya. Namun tidak seperti pada
mode assist control, berapapun pernafasan dapat diambil melalui sirkuit ventilator
Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi bisa bervariasi. Akan tetapi,
ada ketertarikan kepada PCV karena risiko injuri paru-paru yang disebabkan oleh
pasien untuk menentukan volume inflasi dan durasi siklus respirasi dinamakan PSV.
PSV bisa digunakan untuk menambah volume inflasi selama pernafasan spontan atau
untuk mengatasi resistensi pernafasan melalui sirkuit ventilator. Belakangan ini PSV
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering terjadi pada
gas dan menambah berat kegagalan pernafasan. Suatu tekanan posistif diberikan pada
spontan digunakan pada pasien untuk meningkatkan kapasitas residu fungsional dan
memperbaiki oksigenasi dengan cara membuka alveolus yang kolaps pada akhir
ekspirasi. Mode ini juga digunakan untuk penyapihan ventilasi mekanik (Urden,
Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator
1) Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas, yang
2) Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal biasanya10
kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki FiO 2 21%.
Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya dalam rentang 50%
sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi FiO 2 lebih dari 50%
4) PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli tetap
biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga mencapai hingga 40 cmH2O untuk
kondisi seperti sindrom gawat nafas pada orang dewasa (ARDS). Setiap
sampai 30 menit melalui analisis gas darah arteri, hasil pengukuran SaO 2, atau
ventilator
2.1.1.7. Komplikasi Ventilasi mekanik
ventilator, penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat menyebabkan
infeksi pada paru-paru (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Aspirasi dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah intubasi dapat
dan melakukan suksion oral dan selang kontinyu secara adekuat (Hudak & Gallo,
2010).
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan
etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan
trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi
arteri dihambat oleh tekanan manset 30 mmHg. Bila edema laring terjadi, maka
3) Masalah mekanis
atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi,
bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak &
Gallo, 2010).
4) Barotrauma
mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit
menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala lain meliputi gelisah
yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan halauan urin, nadi
perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo,
2010).
vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon
antidiuretik dari hipofisis posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan
dan yang memellukan resusitasi cairan dalam jumlah besar dapat mengalami edema
luas, meliputi edema sakral dan fasial (Hudak & Gallo, 2010).
7) Peningkatan IAP
Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan dalam
hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan intravaskuler
intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob, Knuesel, Tenhunen, Pradl, Takala,
2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012), didapatkan bahwa ventilasi
nilai IAP yang tinggi ketika dirawat dan harus dimonitor terus-menerus khususnya
jika pasien mendapatkan PEEP walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain
dan hemodinamik pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS)
berhubungan dengan IAH masih sangat jarang dikaji. Manajement ventilator yang
optimal pada pasien dengan ARDS dan IAH meliputi: monitor IAP, tekanan
esofagus, dan hemodinamik; setting ventilasi dengan tidal volume yang protektif, dan
PEEP diatur berdasarkan komplain yang terbaik dari sistem respirasi atau paru-paru;
sedasi dalam dengan atau tanpa paralisis neuromuskular pada ARDS berat;
melakukan open abdomen secara selektif pada pasien dengan ACS berat (Pelosi &
Vargas, 2012).
menimbulkan kesulitan pada ICU yang disebabkan oleh karena faktor fisiologis dan
psikologis. Hal ini memerlukan kerja sama dari pasien, perawat, ahli respirasi, dan
setelah proses-proses dasar yang dibantu oleh ventilator sudah terkoreksi dan
kestabilan kondisi pasien sudah tercapai (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
tahapan. Pasien disapih secara bertahap dari (1) ventilator, (2) selang, dan (3)
oksigen. Penyapihan dari ventilasi mekanik dilakukan pada waktu sedini mungkin,
konsisten dengan keselamatan pasien. Penting artinya bahwa keputusan dibuat atas
tentang status klinis pasien diperlukan dalam membuat keputusan ini (Smeltzer, Bare,
ventilator sudah tidak diperlukan. Ketika pasien mulai menunjukkan bukti perbaikan
klinis, bisa digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang akan dilakukan pelepasan
bantuan ventilator. Secara umum, oksigenasi harus adekuat ketika bernafas dengan
jumlah oksigen yang dihirup berada pada tingkat non-toksik, dan pasien harus
memiliki hemodinamik yang stabil dengan dukungan vasopressor yang minimal atau
ketika tidak tersedasi dan harus bebas dari beberapa keadaan yang reversibel (misal:
Cortes, G.A., Dries, D.J., Marini, J.J. (2012). Annual Update in Intensive Care and
Emergency Medicine: Position and the Compromised Respiratory System. New
York, Springer.
Fink, M. P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005). Textbook of Critical
Care. Philadelphia, Elsevier Saunder.
Grossbach, I., Chlan, L., Tracy, M.F. (2011). Overview of Mechanical Ventilatory
Support and Management of Patient and Ventilator-Related Responses.
Critical Care Nurse, 31, 30-44. doi: 10.4037/ccn2011595.
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006) Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care. Philadelphia, Elsevier.
Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak, C.M., Gallo, B.M. (2013). Keperawatan Kritis:
Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Morton, P.G. & Fontaine, D.K. (2009). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia, Lippincott William & Wilkin. Volume 1.
Schumacher and Chernecky (2010). Critical Care & Emergency Nursing. US,
Elsevier.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott
Williams & Wilkins.
Sole, M.L., Klein, D.G., Moseley, M.J. (2013). Introduction to Critical Care Nursing.
Missouri, Elsevier Saunder.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing. USA,
Mosby Elsevier.