You are on page 1of 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih
proksimal terhadap kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada
parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan
balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises.
Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan
aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam
beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem
pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan
Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

2.2 Klasifikasi Hidronefrosis


Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk
Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla
datar dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4

Dilatasi pelvis
renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas antara
pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis).
Calices berbentuk ballooning alias menggembung.

Gambar.Grade Hidronefrosis
2.3 Etiologi Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini
berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu
ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)
a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c) Batu di dalam pelvis renalis
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal,
dan tumor
2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a) Batu di dalam ureter
b) Tumor di dalam atau di dekat ureter
c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e) Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,
rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f) Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi
ureter
3) Penyakit ureter kongenital
4) Penyakit ureter yang didapat didapat
b. Hidronefrosis Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:


1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi gram negatif
2.4 Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran
mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan
cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi
tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada
obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan
bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang
berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral
yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan
insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat
memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan
nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar
disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya
asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan
ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan
gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus
(poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih
atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus
menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal
ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis
(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung
kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan
oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat
menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap
asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena
suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus
ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung
menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa
minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu
perubahan menjadi ireversibel.

2.5 Manifestasi Klinis


Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal
kronik akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya
(smeltzer dan Bare,2002):
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
2.6 WOC Hidronefrosis
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis
mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan
hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan
diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat
dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.

2.8 Penatalaksanaan Medis


a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya :

1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin
bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria
bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi.
Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal.
Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada
ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan
batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui
gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan
sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic,
elektrohidrolik atau sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive
dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses
perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang
tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di
ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan
fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.

2.9 Komplikasi Hidronefrosis


Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik

2.10 Prognosis Hidronefrosis


Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang
berkaitan dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau keduanya
(bilateral) yang terkena, fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya, dan
lamanya hidronefrosis (akut atau kronis).
Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan
dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak
berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak
sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson,
2000).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Umum
3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
a. Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi pada
orang dewasa)
c. Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus)
d. Agama
e. Pendidikan
f. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine)
g. Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
pinggang
3. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami
penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih
sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes
mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah,
distraksi tergantung derajat keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)
g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
B. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor cukup
2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
3) Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/+).
4) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6) Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas
normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak
ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada
suara tambahan.
c. Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral
pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang
teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
d. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot
cukup.
C. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya <400 ml/ hari dalam 24-
28jam setelah ginjal rusak, Warna urin Kotor, terdapat sedimen kecoklatan
yang menunjukkan adanya darah, mioglobin, dan porfirin.
2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.
3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan
kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang
mengancam kehidupan.
b. Radiodiagnostik
1) USG abdomen
Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2) IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax
5) ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh

3.1.2 Analisis Data


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DO : Nyeri Akut
Obstuksi Aliran Urin
- Klien tampak
1 ↓
meringis
Tekanan saluran Kemih
- Pernafasan klien

cepat Kolik renalis/nyeri
- Tamnpak gelisah pinggang
- Skala nyeri klien 8 ↓
DS : Nyeri Akut
- Klien mengatakan
nyeri di bagian
pinggang
DO : Hidronefrosis Gangguan Eliminasi Urin
- Urin klien kurang ↓
dari 400 ml/ hari Refluks urin ke ginjal
dalam 24-28jam ↓
- Warna urin klien Retensi urin
2
kotor (coklat) ↓
DO : Gangguan pola eliminasi
- Klien mengatakan urin
urinnya yang keluar
sedikit
DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan
- Nafas klien berbau ↓ nutrisi kurang dari
ammonia Kerusakan ginjal kebutuhan tubuh
- Klien hanya ↓
menghabiskan Kegagalan ginjal
makan ¼ porsi membuang limbah
3- BB klien menurun metabolic
dari 69 menjadi 50 ↓
DS : Pe ureum dalam darah
- Klien mengatakan ↓
tidak mau makan Di sis. Pencernaan
- Klien merasa mual ↓
dan muntah Anoreksia, mual, muntah
DO : Hidronefrosis unilateral
4
- Suhu Badan klien ↓
37,90C Terdapat obstruksi
- Hasil pemeriksaan ↓
lab darah : Refluk urin ke ginjal
peningkatan ↓
leukosit, keratin Peningkatan jumlah urin
menurun di ginjal
- Diagnose ↓
Hidronefrosis Kontaminasi kuman
DS: ↓
- Klien merasa Risiko Infeksi
demam
- Klien merasa lemas
dan lemah

3.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada ginjal
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap
uremia
3.1.4 Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Peningkatan jumlah
a. Pain level a) Lakukan pengkajian
volume urin pada ginjal b. Pain control nyeri secara
KH : komprehensif termasuk
- Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri durasi, frekuensi, kulitas,
- Melaporkan bahwa dan factor presipitasi
nyeri berkurang dgn
b) Observasi reaksi
menggunakan nonverbal
manajemen nyeri c) Kaji kultur yang
- Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
nyeri d) Evaluasi pengalaman
- Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyamansetelah nyeri
e) Control lingkungan yang
berkurang dapat mempengaruhi
nyeri
f) Kaji tipe dan sumber
nyeri
g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan non
farmakologik
Gangguan pola eliminasi NOC NIC:
urin b/d perubahan jumlah
a) urinary elimination (a) Memenatau asupan dan
urin b) urinary continuece keluaran
kriteria hasil: (b) Memntau tingkat distensi
- intake cairan dalam kandung kemih dengan
rentang normal palpasi dan
- kantung kemih secara perkusimeransang reflex
penuh kandung kemih
- tdak ada residu urine
(c) Masukan kateter kemih
> 100-200cc (d) Menyediakan
- balance cairan penghapusan privasi
seimbang
Intoleransi aktifitas b/d NOC NIC
penurunan aktivitas a. alergiy conservation Energy management
b. self care:ADL (a) Obserpasi adanya
Kriteria hasil: batasan klien dalam
- Berpartisipasi dalam beraktivitas
aktivitas fisik tanpa
(b) kaji adnya faktor yang
disertai peningkatan menyebabbkan kelelahan
tekanan darah nadi dan
(c) monitor nutrisi dan
pernafasan sumber energi yang
- mampu melakukan adekuat
aktivitas sehari-hari (d) monitor akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebih
Activity terapy
(a) bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
(b) bantu untuk memilih
aktivitas konsisiten yang
sesuai dengan kemamuan
fisik dan psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan
aktivitas
(d) Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
Ketidakseimbangan nutrisi NIC NIC
kurang dari kebutuhan
a) Nutritional status: Nutrition management
tubuh b/d anoreksia, mual, food and fluid intake (a) kaji adanya alergi
muntah makanan
KH: (b) kaji kemampuan pasien
- adanya peningkatan untuk mendapatkan
berat badan sesuai nutrisi yang dibutuhkan
dengan tujuan (c) yakinkan diet yang
- mampu dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat
kebutuhan nutrisi (d) monitor jumlah nutrisi
- adanya keinginan dan kandungan kalori
untuk makan Nutrition monitring
- yakinkan diet yang (a) berikan informasi tentang
dimakan klien kebutuhan nutrisi
mengandung tinggi (b) kalaborosi dengan ahli
serat untuk mencegah gizi untuk menentukan
konstipasi jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
(c) BB pasien dalam batas
normal
(d) monitor adanya
penurunan berat badan
(e) onitor lingkungan selama
makan
(f) monitor mual dan muntah
(g) Monitor kalori dan intake
nutrisi
Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
a. Risk control Infection Control
depresi pertahanan Knowledge (a) Pertahankan teknik
imunologi sekunder Kriteria Hasil : aseptik’
terhadap uremia - Identifikasi risiko
(b) Cuxi tangan setiap
infeksi sebelum dan sesudah
- Menjaga kebersihan tindakan keperawatan
lingkungan (c) Gunakan baju, sarung
- Menggunakan tangan sebagai alat
universal precaution perlindung
dalam melakukan
(d) Gunakan kateter
tindakan keperawatan intermiten untuk
- Melakukan strategi menurunkan infeksi
control infeksi kandung kemih
(e) Tingkatkan intake nutrisi
(f) Kolaborasi : Berikan
terapi antibiotik

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Hidronefrosis


3.2.1 Kasus
Pada tanggal 3 Maret Tn.X yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10
hari yang lalu. Nyeri bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien
mengatakan tidak nafsu makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya
sedikit dan jarang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 169 cm,
BB: 49 Kg, Nadi 110 x/menit, TD 130/90 mmHg, suhu 38,1oC, RR 24 x/menit. Klien
terlihat lemah dan kesakitan. Hasil palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan
urinalisis: pH urin 9 dan adanya darah dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen,
nampak adanya striktur pada uretra. Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2
mg/dl, kalium: 6 mEq/L. Tn. C didiagnosis Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada
yang memiliki penyakit yang sama seperti klien.
3.2.2 Pengkajian
A. Anamnesa
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Ojek
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu BAK bercampur darah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur
darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri
bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu
makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang.
Skala Nyeri dari pengkajian menurut PQRST :
a) P (palliative/provocative): Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal
b) Q (quality/quantity ): Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang dirasakan
bersifat tumpul dan hilang timbul.
c) R (region): Abdomen kanan bawah
d) S (scale): Skala nyeri 6 (1-10)
e) T (time): Nyeri dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita
sekarang dan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien dan
tidak ada penyakit keturunan.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan (B1)
RR: 24x/menit, vesikuler
b. Sistem kardiovaskuler (B2)
TD: 130/90 mmHg, N: 110x/menit, T : 38,1 oC
c. Sistem Persarafan (B3)
GCS 456, klien terlihat lemah dan kesakitan
d. Sistem Perkemihan (B4)
Oliguri, Hematuri (BAK bercampur darah), pH 9. Mengeluh BAK bercampur darah
disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. BAK sedikit dan
jarang.
e. Sistem Pencernaan (B5)
BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu
makan. Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari.
Mual +, muntah +.
IMT = BB / (TB)2
IMT = 49 / (1,69)2 IMT = 49/2,86 = 17,13  kurus
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )
Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan urinalis : pH urin 9 dan adanya darah dalam urin
2) Hasil pemeriksaan USG Abdomen :nampak adanya striktur pada uretra
3) Pemeriksaan darah
a. BUN: 25 mg/dl (N pada laki-laki : 6-24 mg/dL)
b. Creatinin: 2 mg/dl ( N : 0,6-1,3 mg/dL)
c. Kalium: 6 mEq/L (N : 3,8-5,1 mEq)
3.2.3 Analisis Data

Data Etiologi MK
DS: Obstruksi Ureter Nyeri akut
- Pasien merasakan adanya nyeri pada ↓ (00132)
daerah perut dan punggung yang Penyempitan saluran kemih
dirasakan hilang timbul sejak 10 hari ↓
yang lalu. Penumpukan urin
- Klien mengatakan jika nyeri ↓
semakin bertambah ketika duduk Penekanan ureter
saat mengendarai motor ↓
DO: Obstruksi aliran urin
- Pasien terlihat meringis menahan ↓
nyeri Kolik renalis
- Klien terlihat lemah ↓
- Hasil PQRST Nyeri
P: Nyeri kolik akibat adanya obstruksi
saluran ginjal
Q: Tumpul dan hilang timbul
R: Abdomen kanan bawah
S: Skala nyeri 6 (skala 1-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
- Tanda tanda Vital
Nadi 110 x/menit, TD 130/90
o
mmHg, suhu 38,1 C, RR 24
x/menit.
- Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl,
creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L.
DS: Hidronefrosis Gangguan nutrisi
a. Pasien mengatakan tidak nafsu ↓ kurang dari
makan. Kegagalan membuang kebutuhan
b. Pasien mengatakan selalu ingin limbah metabolik
muntah ketika makan ↓
DO : Ureum dalam darah
a. BB awal 59 kg, BB sekarang 49 ↓
kg. Racun dalam darah
b. Porsi makan tidak habis ↓
c. IMT : 17,13 Mual, muntah
d. Tampak lemas, nafsu makan ↓
menurun, mual, muntah Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
DS : Hidronefrosis Gangguan eliminasi
- Pasien mengeluh sulit untuk BAK ↓ urin
DO: Refluks urin ke ginjal
- Terjadi penurunan jumlah urin. ↓
- Pasien nampak tidak dapat mengatur Retensi urin
jadwal pengeluaran urinnya. ↓
BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, Gangguan pola eliminasi
kalium: 6 mEq/L urin

3.2.4 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
makanan
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter
3.2.5 Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Pain Management (1400)
keperawatan diharapkan nyeri pasien
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang dengan Kriteria Hasil NOC: komprehensif termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
(mengetahui penyebab nyeri, dapat dan factor presipitasi
menggunakan teknik nonfarmakologi
b. Observasi reaksi nonverbal dari
untuk mengurangi nyeri) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
dnegan manajemen nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
c. Mampu memngenali nyeri (skala, pasien
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Control lingkungan yang dapat
d. Menyatakan rasa nyaman setelah mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Tanda vital dalam rentang normal e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(napas dalam, kompres hangat atau
dingin)
g. Memposisiskan klien untuk
memberikan rasaa nyaman
h. Tingkatkan istirahat
i. Kolaborasi : Pemberian Analgesik
sesuai indikasi
j. Monitoring vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali

Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kurangnya intake makanan
NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
1. Managemen Nutrisi (1100)
Keperawatan diharapkan nutrisi klien
a. Identifikasi alergi makanan pada
adekuat dengan Kriteria Hasil NOC : klien.
b. Beri instruksi kepada pasien tentang
1. Klien akan mengkonsumsi secara tepat
jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang kebutuhan nutrisi klien.
2. Terapi Nutrisi (1120)
di programkan.
Monitor makanan/ cairan yang
2. Berat badan klien akan meningkat.
Klien memiliki energy yang cukup dicerna, masukan kalori dan
3.
dikalkulasi setiap hari dengan tepat.
sehingga tidak merasa lemas.
3. Managemen Mual (1450)
a. Kaji makanan yang disukai dan
tidak disukai klien
b. Beri supplement nutrisi sesuai
kebutuhan
4. Manajemen Energi (0180)
a. Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber nutrisi yang
adekuat.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
kebiasaan untuk meningkatkan
intake makanan yang tinggi energi

Diagnosa : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter


NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen eliminasi urin
keperawatan diharapkan klien dapat
a. Monitor eliminasi urin mengenai
berkemih dengan jumlah normal dengan frekuensi, konsistensi, volume,
Kriteria Hasil NOC : warna
b. Monitor tanda dan gejala adanya
- Frekuensi urin dalam batas normal
retensi urin
- Tidak terjadi retensi urin
c. Mengkaji pemasukan cairan dan
- Warna urin kuning jernih
- Tidak menunjukkan adanya tanda pengeluaran karakteristik urin
obstruksi d. Amati keluhan kandung kemih,
palpasi untuk distensi suprapubik,
pertahanan penurunan keluaran urin
e. Kolaborasi : pemasangan nefrotomy
tube

3.2.6 Evaluasi
1. Klien mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2
2. Intake makanan meningkat dan nutrisi klien dapat terpenuhi
3. Klien mengatakan dapat berkemih dengan jumlah nomal sekitar 1000-1500/hari
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC

Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus


Mitchell.2006.Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.

Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract


Obstruction.Available from : URL : http://www.urology-
textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]

Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL :


http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html
[Diakses tanggal 15 Maret 2016]

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC

You might also like