Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yg berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon).
Mellitus berasal dari bahasa latin yg bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus
bisa diartikan individu yg mengalirkan volume urine yg banyak dengan kadar glukosa
tinggi. Diabetes melitus ialah penyakit hiperglikemia yg ditandai dengan ketidak adaan
absolute insulin/penurunan relative insensitivitas sel pada insulin (Corwin, 2009).
DM ialah sekelompok kelainan heterogen yg ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia yg disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yg tidak
adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
B. Klasifikasi
Type I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau sebuah Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI) 5% hingga 10% penderita diabetik umumnya type I.
Sel-sel beta dari pankreas yg normalnya ialah menghasilkan insulin namun
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol
kadar gula darah. Awitannya mendadak umumnya terjadi sebelum umur 30 th.
Type II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau disebut
Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh %
hingga 95% penderita diabetik yaitu type II. Keadaan ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas pada insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama ialah dengan diit & olah raga, apabila
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan sebuah preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, bila preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia). Terjadi amat sering pada mereka yg berumur lebih dari
30 th & pada mereka yg obesitas.
DM type lain
Dikarenakan adanya kelainan genetik, obat, infeksi, penyakit pankreas (trauma
pankreatik), antibodi, penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin. &
sindroma penyakit lain.
Diabetes Kehamilan : Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes yg terjadi
pada perempuan hamil yg sebelumnya tidak mengidap diabetes.
C. Etiologi
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
Factor genetic : Umumnya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri
namun mewarisi sebuah presdisposisi atau sebuah kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yg
memililiki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan
gen yg bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imun lainnya.
Factor imunologi : Pada diabetes type I terdapat fakta adanya sebuah respon autoimun.
Ini adalah respon abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal tubuh secara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yg dianggapnya seakan-akan sebagai jaringan asing.
Factor lingkungan : Factor eksternal yg akan memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
sampel hasil penyelidikan menyebutkan bahwa virus atau toksin tertentu akan memicu
proses autoimun yg bisa memunculkan destuksi sel β pancreas.
Diabetes type I. Pada diabetes type satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin dikarenakan sel-sel beta pankreas sudah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yg tidak terukur oleh hati. Di
samping itu glukosa yg berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meski
tetap berada dalam darah & menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Apabila konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak bisa menyerap
kembali semua glukosa yg tersaring ke luar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yg berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
dapat disertai pengeluaran cairan & elektrolit yg berlebihan. Kondisi ini disebut diuresis
osmotik. Yang Merupakan akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien bakal
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) & rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin pula dapat menggangu metabolisme protein & lemak yg menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien akan mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat adanya penurunan simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan &
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan terjadinya glikogenolisis
(pemecahan glukosa yg disimpan) & glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari
dari asam-asam amino & substansi lain), tetapi pada penderita defisiensi insulin, proses
ini bakal terjadi tanpa gangguan & selanjutnya bisa saja menimbulkan hiperglikemia. Di
Samping itu dapat terjadi pemecahan lemak yg mengakibatkan peningkatan produksi
tubuh keton yg merupakan product samping pemecahan lemak. Tubuh keton yaitu asam
yg menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya terlalu berlebihan.
Ketoasidosis yg diakibatkannya akan menyebabkan tanda-tanda & gejala seperti nyeri
pada abdomen, merasa mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton & apabila tak
ditangani bakal menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan menyebabkan terjadi
kematian. Pemberian insulin dengan cairan & elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik yang terjadi tersebut & mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet & latihan disertai pemantauan kadar gula darah yg
sering ialah komponen terapi yg penting.
Diabetes type II. Pada diabetes type II terdapat dua masalah utama yg berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin & gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
bakal terikat dengan reseptor khusus yang pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi sebuah rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes type II disertai dengan adanya
sebuah penurunan reaksi intrasel ini. Dengan begitu insulin menjadi tak efektif buat
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin &
untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus adanya sebuah peningkatan
jumlah insulin yg disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yg berlebihan & kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yg normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, seandainya sel-sel beta tak
bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa bakal
meningkat & berlangsung diabetes type II. Meski terjadi gangguan sekresi insulin yg
merupakan ciri khas DM type II, tetapi masih terdapat insulin dengan jumlah yg adekuat
buat mencegah pemecahan lemak & produksi badan keton yg menyertainya. Lantaran itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes type II. Walau begitu, diabetes type II yg
tidak terkontrol bakal menimbulkan masalah akut yang lain yg disebut sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes type II seringkali terjadi pada penderita diabetes yg berumur lebih dari 30 th &
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yg berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) &
progresif, sehingga awitan diabetes type II bisa terjadi tanpa terdeteksi. Apabila
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan & bisa mencakup
kelelahan, poliuria, iritabilitas, polidipsi, luka pada kulit yg lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yg kabur (apabila kadra glukosanya sangat tinggi).
Pathway DM
E. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Type I
o Hiperglikemia berpuasa
o Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
o Keletihan & kelemahan
o Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, bahkan menyebabkan kematian)
2. Diabetes Type II
o Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
o Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
o Gejala umumnya bersifat ringan mencakup keletihan, gampang tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yg sembuhnya lama, infeksi vaginal,
penglihatan kabur
F. Data Penunjang
Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam sesudah pemberian glukosa.
Asam lemak bebas : kadar lipid & kolesterol meningkat
Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
Osmolalitas serum : meningkat namun umumnya < 330 MOsm/I
Elektrolit : Na bisa saja normal, meningkat/menurun, K normal atau terjadi
peningkatan semu seterusnya akan menurun, fosfor sering menurun.
Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis & hemokonsentrasi yaitu
respon pada stress atau infeksi.
Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah & penurunan HCO3
Ureum/kreatinin : kemungkinan meningkat atau normal
Insulin darah : mungkin saja menurun/ tak ada (Type I) atau normal sampai tinggi
(Type II)
Urine : gula & aseton positif
Kultur & sensitivitas : mungkin saja adanya ISK, infeksi pernafasan & infeksi luka.
G. Komplikasi
Komplikasi yg berkaitan dengan ke-2 jenis DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai akut
& kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut bisa terjadi karena sebuah akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
Pengatasan hipoglikemi bisa diberikan bolus glukosa 40% & umumnya kembali
sadar pada pasien dengan type 1.
Tiap kondisi hipoglikemia mesti diberikan 50 cc D50 W dalam tempo 3-5 menit
& nilai status pasien dilanjutkan dengan pemberian D5 W atau D10 W
tergantung dari tingkat hipoglikemia itu sendiri
Penentuan jumlah kalori Diit DM harus disesuaikan oleh status gizi pada
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
Kurus (underweight) apabila BBR < 90 %
Sebagai sebuah pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari bagi para
penderita DM yg bekerja biasa yakni :
Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori perharinya
b. Latihan
Beberapa manfaat melakukan latihan teratur setiap hari bagi para penderita DM,
yakni :
Meningkatkan kadar kepekaan insulin, jika dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi terjadinya insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan/menambah jumlah reseptor insulin & meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
Memperbaiki aliran perifer serta menambah suplai oksigen yang ada
Kadar glukosa otot & hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
adanya pembentukan glikogen baru.
Menurunkan kolesterol (total) & trigliserida dalam darah karena adanya sebuah
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan menjadi salah satu bentuk metode pemberian informasi kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara/ bisa menggunakan
media misalnya: leaflet, poster, audio visiual, diskusi kelompok, dll.
d. Obat
» Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja secara menstimulasi pelepasan insulin yg tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin serta dapat meningkatkan terjadinya
sekresi insulin sebagai adanya akibat dari rangsangan glukosa. Obat
golongan ini umumnya diberikan pada penderita dengan berat badan
dalam batas normal & masih bisa dipakai pada pasien yg berat badannya
sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak memiliki sebuah efek pankreatik, tetapi mempunyai
damfak lain yang dapat meningkatkan adanya efektivitas insulin, yakni :
Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
Menghambat glukoneogenesis di hati
Menghambat absorpsi karbohidrat
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
Biguanida pada tingkatan reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
» Insulin
1) Indikasi untuk penggunaan insulin
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM pada kehamilan
DM operasi
DM patah tulang
DM & underweight
Marelli T.M, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta : EGC, 2007
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.html
http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/07/askep-diabetes-melitus-dm/