Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.2 Skenario B
Roy, remaja pria 17 tahun, dibawa ibunya ke UGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang (RSMP) karena sejak emalam, sekitar 7 jam yang lalu menggigil, berkeringat
banyak, mata berair, pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot tubuh dan
sendi-sendinya, serta ingus mengocor. Selain itu juga, perutnya terasa sakit disertai diare.
Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Roy masih berusia 3
tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha mereka dan tidak pernah
kawin lagi. Roy adalah anaknya semata wayang. Roy belajar di sekolah SMA “elit” dan
bergaul dengan murid-murid anak orang kaya.
Roy beserta gengnya sangat boros menghabiskan uangnya mengikuti gaya hidup
modern. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di sekolah selalu rendah. Sekarang dia duduk
di kelas tiga dan prestasi sekolahnya semakin memburuk sedangkan dia akan menghadapi
ujian akhir.
2.3 Data Seven Jump
2.3.1 Klarifikasi Istilah
1. Menggigil : kontraksi otot motorik yang berlebihan
2. Berkeringat banyak : mekanisme tubuh untuk mengatur suhu tubuh
3. Mata berair : suatu manifestasi dari gangguan sistem lacrimalis
4. Diare : pengeluaran tinja berkali-kali, abnormal
5. Ingus mengocor : lendir membran mukosa hidung yang keluar terus-menerus
6. Nyeri : perasaan tidak enak/menderita akibat rangsangan ujung-ujung
syaraf
7. Pernapasan cepat : frekuensi pernapasan lebih dari frekuensi normal
8. Otot : organ dimana kontraksi menimbulkan gerakan
9. Sendi-sendi : tempat penyatuan atau sambungan dua tulang rangka tubuh
atau lebih
10. Gaya hidup modern : gaya hidup yang mengikuti perkembangan zaman
11. Boros : pengeluaran yang berlebihan
12. Geng : sekelompok remaja yang terkenal karena kesamaan latar
belakang sosial, sekolah.
e) Apa faktor penyebab dan mekanisme dari merasa nyeri tak tertahankan disekujur otot
tubuh dan sendi-sendinya ?
Penyebab :
injury (cedera),
autoimun : rheumatoid arthritis,
metabolic defect, - medication
Mekanisme :
Konsumsi heroin→berikatan dengan reseptor pioid di otak→menghambat
neurotransmiter→adaptasi fisiologi meningkatkan level toleransi ketika konsumsi
dihentikan tiba-tiba→tidak ada penekanan rasa nyeri→nyeri tak tertahankan di
seluruh otot tubuh dan sendi-sendi
f) Apa faktor penyebab dan mekanisme dari ingus mengocor ?
Penyebab :
Hiperaktiftas terhadap SSP dan perifer akibat putus obat
influenza
Mekanisme :
Konsumsi heroin→berikatan dengan reseptor pioid di otak→menghambat
neurotransmiter→adaptasi fisiologi meningkatkan level toleransi ketika konsumsi
dihentikan tiba-tiba→hiperaktifitas SSP dan perifer→hiperproduktifitas
kel.lakrimal→mata berair→masuk ke ductus lacrimalis→ingus mengocor
g) Apa faktor penyebab dan mekanisme dari perutnya terasa sakit disertai diare ?
Penyebab diare :
Infeksi (bakteri, parasit, virus)
Keracunan makanan
Efek obat-obatan
Mekanisme :
Konsumsi heroin→berikatan dengan reseptor pioid di otak→menghambat
neurotransmiter→adaptasi fisiologi meningkatkan level toleransi ketika konsumsi
dihentikan tiba-tiba→hiperaktifitas SSP dan perifer→hiperaktifitas dinding
abdomen→pergerakan cepat feses di usus besar→diare
2. Cek Molek Nian, ibunya, adalah seorang pengusaha sukses. Roy masih berusia 3
tahun ketika ditinggal mati oleh ayahnya. Ibunya meneruskan usaha mereka
dan tidak pernah kawin lagi. Roy adalah anaknya semata wayang.
a) Bagaimana pengaruh status ibu yang seorang pengusaha sukses dan ditinggal mati
ayahnya sejak usia 3 tahun (ibunya meneruskan usaha) tidak menikah lagi)terhadap
kasus Roy ?
Jawab :
Kurang perhatian dan kasih sayang
Pola asuh permisif (pengawasan longgar)
Faktor kematian ayahnya, berdampak pada pola hidupnya, dimana Roy kurang
perhatian dan kasih sayang orangtua, akibatnya pergaulan bujang cindo tidak
dapat dikontrol oleh orangtua sebagaimana mestinya. Bujang cindo terjerumus
pada pergaulan yang salah berdampak pada gejala yang diderita sekarang
akibat dari pengguanaan napza ketergantungan (withdrawl).
b) Bagaimana hubungan status Roy sebagai anak semata wayang dengan kasus ?
Jawab :
Karena Roy anak semata wayang sehingga apa saja yang dibutuhkannya akan dpenuhi
oleh ibunya, bahkan memberi uang jajan yg berlebihan sehingga Roy menyalah
gunakan apa yang telah diberikan oleh ibunya yaitu dengan hidup boros dan memakai
narkotika.
a) Apa pengaruh Roy sekolah di tempat “elit” dan bergaul dengan anak orang kaya ?
Jawab :
Faktor resiko untuk penggunaan NAPZA
4. Sejak kelas satu SMA, prestasi Bujang di sekolah selalu rendah. Sekarang dia duduk
di kelas tiga dan prestasi sekolahnya semakin memburuk sedangkan dia akan
menghadapi ujian akhir.
a) Bagaimana hubungan prestasi disekolah dengan gaya hidup dan keadaan orangtua
Roy ?
Jawab :
NAPZA akan mengganggu fungsi kognitif→prestasi↓→tidak adanya peringatan
orangtua→Roy tidak belajar→prestasi Roy semakin menurun
5. a. Apa interpretasi dari data laboratorium ?
Pelepasan asetikolin
Inhibisi pelepasan asetikolin terjadi didaerah striatum oleH reseptor deltha, didaerah
amigdala dan hipokampus oleh reseptor μ. Pelepasan dopamin diinhibisi oleh aktifitas
reseptor kappa.
Tempat Kerja
Ada dua tempat kerja obat opiat yang utama, yaitu susunan saraf pusat dan visceral. Di dalam
susunan saraf pusat opiat berefek di beberapa daerah termasuk korteks, hipokampus,
thalamus, hipothalamus, nigrostriatal, system mesolimbik, locus coreleus, daerah
periakuaduktal, medula oblongata dan medula spinalis. Di dalam sistem saraf visceral, opiat
bekerja pada pleksus myenterikus dan pleksus submukous yang menyebabkan efek
konstipasi.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Heroin diabsorpi dengan baik disubkutaneus, intramuskular dan permukaan mukosa hidung
atau mulut.
Distribusi
Heroin dengan cepat masuk kedalam darah dan menuju ke dalam jaringan. Konsentrasi
heroin tinggi di paru-paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di dalam otot skelet
konsentrasinya rendah. Konsentrasi di dalam otak relative rendah dibandingkan organ lainnya
akibat sawar darah otak. Heroin menembus sawar darah otak lebih mudah dan cepat
dibandingkan dengan morfin atau golongan opioid lainnya
Metabolisme
Heroin didalam otak cepat mengalami hidrolisa menjadi monoasetilmorfin dan akhirnya
menjadi morfin, kemudian mengalami konjugasi dengan asam glukuronik menajdi morfin 6-
glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat dibandingkan morfin sendiri. Akumulasi obat
terjadi pada pasien gagal ginjal.
Ekskresi
Heroin /morfin terutama diekstresi melalui urine (ginjal). 90% diekskresikan dalam 24 jam
pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urine 48 jam heroin didalam tubuh diubah
menjadi morfin dan diekskresikan sebagai morfin
Pemeriksaan penunjang:
1. Mass chromatografi (MS)
Mass chromatografi (MS) sensitifitas lebih tinggi karena mengukur
intensitas ion zat
2. Gas chromatografi (GS)
Gas chromatografi (GS) spesifitas lebih tinggi karena dapat membedakan
berbagai jenis zat sampai tingkat intensitas ion, hambatan waktu dan bentuk
kromatografinya.
Artinya : metode Gas chromatografi (GS) sangat efektif karena tidak ada
satupun zat yang memiliki intensitas ion, hambatan waktu dan bentuk
kromatografi yang sama
Bila MS dan GS dilakukan bersamaan dapat mendeteksi jenis dan kadar zat
sampai paling rendah.
10. Apa komplikasi jika kasus ini tidak ditangani secara komprehensif ?
Jawab :
Gangguan kognitif
Overdosis
Gangguan ingatan
2.3.4 Hipotesis
Roy, laki-laki, usia 17 tahun mengalami keluhan menggigil, berkeringat banyak, mata berair,
pernapasan cepat, merasa nyeri tak tertahankan disekujur tubuh dan sendi-sendinya,, ingus
mengocor, serta perutnya terasa sakit disertai diare karena putus obat jenis heroin.
- Keringat
- Lakrimasi
- rinore
- Menggigil
- Nyeri
otot/sendi
- Diare
- Nyeri perut
Daftar Pustaka
Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi kedua puluh sembilan.
Jakarta: EGC. 2002.
Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1993.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.
David A. Tomb, Buku Saku Psikiatri, Edisi 6, , Jakarta : EGC, 2003.