You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social,
untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
positif (Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa
(Depkes, 2011).
Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita
gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak remaja:
tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah seksual:
penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial, stress
pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan kerja:
kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja, dan lain-lain:
HIV/AIDS (Depkes, 2011).
B. Tujuan Masalah
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Psikososial.

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap perkembangan psikososial.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar psikososial yang mencakup konsep diri, stres dan
adaptasi.
3. Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada psikososial.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tahap Perkembangan Psikososial


Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di
satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui
oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b. dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
c. bayi sangat tergantung dari pengasuhan.
d. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a. Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b. masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
c. latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.
d. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan
makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang
tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui
permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain.
Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu,
dan kurang inisiatif.
e. Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan
dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan
percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman
sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
e. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
f. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka
menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
g. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah
diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
h. Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b. Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam
kehidupannya.
d. Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan
romantisme.
e. Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
f. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki
banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas
merajalela.
g. bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri,
perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak
aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.
6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a. Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b. Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen
dg orang lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
e. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi
dengan orang.
7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a. Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b. Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan
keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap
dunia .
d. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)


a. Terjadi selama masa akhir dewasa.
b. cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami
banyak penyesalan.
d. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialami.
f. Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

B. Konsep Dasar Psikososial


Dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep
diri yang sehat.

1. Konsep diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.

Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.

a. Komponen konsep diri


1) Citra diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh
saat ini dan masa lalu.

2) Ideal diri
Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku. Ideal
diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

3) Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku
memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan
jika mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain.

4) Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
di masyarakat.

5) Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri


1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.

2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.

3) Sumber eksternal dan internal


Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada
sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

4) Pengamatan sukses dan gagal


Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.

5) Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan kekuatan. Jika koping
individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan.

6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma


Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

c. Kriteria kepribadian yang sehat


1) Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan
diri. Termasuk presepsi saat ini dan masa lalu.

2) Ideal dan realitas


Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

3) Konsep diri yang positif


Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.

4) Harga diri tinggi


Seseorang yang akan mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang
yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.

5) Kepuasan penampilan peran


Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara
intim dan mendapat kepuasan, dapat memercayai dan terbuka pada orang lain serta membina
hubungan interdependen.

6) Identitas jelas
individu merasakan keunikan dirinya yang memberiarahkehidupan dalam mencapai tujuan

d. Karakteristik konsep diri rendah


1) Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
2) Tidak mau berkaca
3) Menghindari diskusi tentang topik dirinya
4) Menolak usaha rehabilitasi
5) Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6) Mengingkari perubahan pada dirinya
7) Peningkatan ketergantungan pada yang lain
8) Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis
9) Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya

e. Faktor risiko gangguan konsep diri


1. Gangguan identitas diri
a) Perubahan perkembangan.
b) Trauma
c) Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya yang tidak sesuai

2. Gangguan citra tubuh (body image)


a) Hilangnya bagian tubuh
b) Perubahan perkembangan
c) Kecacatan

3. Gangguan harga diri


a) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b) Kegagalan perkembangan
c) Kegagalan mencapai tujuan hidup
d) Kegagalan dalam mengikuti aturan normal

4. Gangguan peran
a) Kehilangan peran
b) Peran ganda
c) Konflik peran
d) Ketidakmampuan menampilkan peran
b. Stress dan Adaptasi
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang
disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stress adalah kondisi dimana adanya
respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu
yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat berasal dari internal
misalnya, perubahan hormon, sakit maupun eksternal misalnya, temperatur dan pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul. Respons yang tidak
disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu keadaan dari respons
akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi
tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir
perubahan situasi.
a. Fisiologi Stress dan Adaptasi
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan, baik
lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan. Maupun lingkungan
eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal.
Keadaan diman terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut
homeostatis. Homeostatis dibagi menjadi dua yaitu homeostatis fisiologis misalnya, respons
adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya, perasaan
mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
b. Respons fisiologi terhadap stress
Respons fisiologi terhadap stress dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu local adaptation
syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stressor misalnya kalau kita menginjak paku
maka secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka reaksi
lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan general adaptation
syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stressor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1) pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktifitas neuroendokrin yang berupa
peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa dan dilatasi pupil.
2) kedua, fase resisten dimana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme
pertahan.
3) ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik,
krisis.
Dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional
terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk. Ada empat
tingkatan kecemasan, yaitu :
1) Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari–hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati–hati dan waspada. Respons cemas
ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada
tangan.
2) Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas sedang seperti
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang
pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,
susah tidur dan perasaan tidak enak.
3) Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat seperti napas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking,
verbalisasi cepat dan perasaan ancaman meningkat.
4) Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan
diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun telah diberi pengarahan. Respons panik
seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi
sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak–teriak,
blocking, kehilangan kendali dan persepsi kacau.

a. Faktor – faktor yang Dapat Menimbulkan Stres


a) Lingkungan yang asing
b) Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang
lain
c) Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d) Masalah biaya
e) Kurang informasi
f) Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g) Masalah pengobatan

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian psikologis
1) Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan cirri khas klien?
- Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
2) Konsep Diri
- Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri klien?
- Apakah klien suka akan dirinya?
3) Cara Komunikasi
- Apakah klien mudah merespons?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah klien menolak untuk memberi respons?
4) Pola interaksi
- Kepada siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?

b. Pengkajian Sosial
1) Pendidikan
a) Pendidikan terakhir
b) Keterampilan yang mampu dilakukan
c) Pekerjaan klien
d) Status keuangan
2) Hubungan social
a) Teman dekat klien
b) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
c) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3) Faktorkultural social
a) Apakah agama dan kebudayaan klien?
b) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
c) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
4) Pola Hidup
a) Dimana tempat tinggal klien?
b) Bagaimana tempat tinggal klien?
c) Dengan siapa klien tinggal?
d) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
5) Keluarga
a) Apakah yang klien sudah menikah?
b) Apakah klien sudah punya anak?
c) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
d) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
e) Bagaimana tingkat kecemasan klien?
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Gangguan konsep diri: citra tubuh negatif
Kondisi di mana seseorang mengalami status peru merasakan, memikirkan, dan
memandang dirinya sendiri. Gangguan konsep diri meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri,
performa peran, atau identitas personal.
Kemudian berhubungan dengan :
a. Patofisiologis
Berhubungan dengan perubahan penampilan, gaya hidup, peran, respons orang lain, sekunder
akibat:
- Penyakit kronis
- Kehilangan anggota tubuh
- Kehilangan fungsi tubuh
- Trauma yang berat
- Nyeri

b. Situasional (Personal, lingkungan)


Berhubungan dengan perasaan terlantar atau kegagalan, sekunder akibat:
- Perceraian, perpisahan diri dari orang terdekat, atau kematian orang yang disayang.
- Kehilangan pekerjaan atau ketidakmampuan untuk bekerja.
Berhubungan dengan immobilitas atau kehilangan fungsi.
Berhubungan dengan hubungan yang tidak memuaskan (orang tua).
Berhubungan dengan pilihan seksual (homoseksual, lesbian, biseksual, abstein).
Berhubungan dengan kehamilan remaja.
Berhubungan dengan perbedaan gender dalam cara membesarkan anak oleh orang tua.
Berhubungan dengan pengalaman tindak kekerasan oleh orang tua.

c. Maturasional
Usia pertengahan
Kehilangan peran dan tanggung jawab
Lansia
Kehilangan peran dan tanggung jawab
Kemungkinan berhubungan data yang ditemukan:
- Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
- Menolak memandag ke cermin
- Tidak bersedia mendiskusikan keterbatasan, deformitas, atau gangguan penampilan yang
dialami
- Menolak menerima upaya rehabilitasi
- Tanda-tanda berduka: menangis, putus asa, marah
- Perilaku merusak diri: minum alkohol, obat
- Menarik diri dari kontak sosial

Tujuan yang diharapkan :


a. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proposional
b. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya

INTERVENSI RASIONAL
1. Bina hubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan
keperawatan

2. Kaji penyebab gangguan citra tubuh 2. Merencanakan intervensi lebih lanjut

3. Kaji kemampuan yang dimiliki 3. Alternatif memanfaatkan kemampuan


dengan menutupi kekurangan

4. Eksplorasi aktifitas baru yang dapat 4. Memfasilitasi dengan memanfaatkan


dilakukan kelebihan

b. Cemas
Perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas/tidak spesifik.
Kemungkinan berhubungan dengan:
- Ancaman perubahan status kesehatan dan status ekonoimi
- Kemungkinan data yang ditemukan : Meningkatkannya tensi darah dan kesulitan tidur
- Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : Keadaan rumah sakit dan Penyakit terminal
Tujuan yang diharapkan:
Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.
INTERVENSI RASIONAL

1. Lanjutkan pengkajian mengenai 1. Mengidentifikasi faktor penyebab


riwayat pasien masuk rumah sakit cemas

2. Monitor hubungan perilaku cemas, 2. Ketika cemas meningkat, pasien


ap 2 jam kurang kooperatif dan ada
kemungkinan terjadinya perubahan
rencana keperawatan

3. Yakinkan bahwa cemas adalah 3. Membantu mengidentifikasi


reaksi normal. Bantu identifikasi hubungan antara partisipasi dengan
tanda-tanda kecemasan seperti kecemasan
nafas lebih cepat, nadi cepat dan
berkeringat dingin

4. Berikan keterangan dengan memberikan 4. Lingkungan nyaman membantu


lingkungan yang nyaman memfokuskan pikiran dan aktivitas

5. Jelaskan semua prosedur dan 5. Pasien yang kooperatif


Tujuan dengan singkat dan jelas

6. Turunkan input sensori yang mengganggu 6. Menurunkan kecemasan


seperti lampu yang silau, gaduh, dan
udara panas

7. Lakukan hubungan yang lebih akrab 7. Menimbulkan kepercayaan dan


dengan pasien sebelum tidur merasa nyaman

8. Monitor tanda vital setiap 4 jam 8. Membantu menentukan efek cemas


9.

Perhatikan kebutuhan fisik selama 9. Cemas menimbulkan kegagalan


mengalami kecemasan pemenuhan kebutuhan fisik

10. Berikan obat anti cemas dan monitor 10. Efek pengobatan membantu
efeknya setelah 30 menit menurunkan kecemasan

11. Membantu pasien dalam kemampuan 11. Koping yang positif dapat
koping menurunkan kecemasan

12. Lakukan pengkajian mengenai 12. Mencegah penyimpangan perilaku


kemungkinan adanya penyimpangan
perilaku: perkelahian, merokok,
alkohol, dan lain-lain

13. Lakukan teknik relaksasi: teknik 13. Relaksasi menurunkan kecemasan


napas dalam dan membaca

14. Kolaborasi dengan psikiater : hal-hal 14. Mengatasi masalah kecemasan


yang menggangu seperti
lampu yang silau, suasana yang gaduh,
dan cuaca yang panas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Tahap perkembangan manusia ada 8 tahap yaitu:
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
5. Identity vs Identify confusion (identitas vs kebingunga identitas)
6. Intimacy vs Isolation (keintiman vs keterkucilan)
7. Generativity vs Stagnation ( bangkit vs stagnan)
8. Integrity vs Depair (integritas vs putus asa)

b. Konsep Dasar Psikososial


1. Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
2. Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang
disebabkan karena perubahan lingkungan.
3. Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi
sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal.
Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya
reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.

DAFTAR PUSTAKA

Yudianto, Andi. 2008. Perkembangan Psikososial Erikson.


http://bayoesmartboy.blogspot.com/2008/04/perkembangan-psikososial-erikson.html.

(diakses pada tanggal 15 November 2011, pukul 09.30 wib)


Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

You might also like