You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Progam Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah dilaksanakan mulai

tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) (majalah bidan 2004). KB merupakan salah satu cara usaha kesehatan

preventive yang paling dasar bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.

Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan

bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan kesehatan

reproduksi utama dan yang lain (Khomsan, 2007).

Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang

populer. Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin,yaitu

Noritesteron Enantat(NET EN) dan Depo Medroksi Progesterone Acetat (DMPA).

Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah

keguguran, dan pada masa interval sebelum hari ke 5 haid.

(Prawiroharjo, 2005).

Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam pemillihan metode kontrasepsi

adalah sebagai berikut: usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi,

frekwensi hubungan seksual, pengaruh orang lain, resiko PMS, resiko HIV, faktor

ekonomi dan aksebilitas, kesalahan persepsi tentang suatu metode, kepercayaan

religius dan budaya, tingkat pendidikan, persepsi resiko kehamilan, pengetahuan

(Brahm, 2006).
Pendidikan merupakan salah satu cara menyebarkan informasi tentang KB.

Progam pendidikan dapat meningkatkan manfaat Keluarga Berencana (KB) dan

membantu calon peserta memilih cara KB yang paling tepat bagi mereka

(Maxwell, 2002). Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan

menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa

studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh

pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yang

berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela

untuk mengambil resiko yang terkait dengan sebagian metode kontrasepsi

modern.(Brahm, 2007)

Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas

metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu

remaja dan premenepouse perlu mendapatkan perhatian khusus.(Brahm, 2007)

Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu

metode secara medis. Oleh karena itu penyedia layanan harus cermat meneliti

apakah wanita tersebut masih nulipara ataukah multipara, karena bila salah

pemakaian KB dapat mengganggu kesuburan di masa depan.(Brahm, 2007)

Data dari Survey Demografi Keluarga Indonesia(SDKI) pada tahun 2009

didapatkan prosentse peserta KB aktif di Indonesia, menurut alat dan cara KB,

adalah pil 18,3 %, IUD 12 %, suntik 51%, kondom, 0,8%, implant 6,4%, MOW

5,9% , MOP 0%. Menurut hasil suvey tahun 2009 di Jawa Timur peserta KB aktif

sebanyak 78.083, dengan rincian menurut alat dan cara KB adalah IUD 3,93%

MOW 0,76% MOP 0,02% kondom 6,47% implant 2,57% suntik 61,95% pil

24,28%. (BKKBN,2009)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, peserta KB

aktif pada tahun 2009 sebanyak 176.559 dengan rincian menurut alat dan cara KB

adalah IUD 11.990(6,7%), MOW/MOP 11.453 (6,5%), implant 10.401 (5,9%),

suntik 104.706 (59,3%), pil 36.058(20,42%), kondom 1.909 (1,08%). Didapatkan

data di Puskesmas Cukir jumlah peserta KB aktif sebanyak 8.165. Dengan

pemakai KB suntik terbanyak di wilayah Kabupaten Jombang, yaitu dengan

rincian sebagai berikut, suntik 5.284(64,7%) IUD 463 (5,7%) MOP/MOW

662(8,1%) implant 265(3,3%) pil 1.419(17,4%) kondom 72(0,9%). Dan desa

Bandung merupakan wilayah kerjaPuskesmas Cukir yang jumlah peserta KB

suntiknya terbanyak dari pada 10 desa lainnya yaitu dengan rincian sebagai

berikut, suntik 928(63,9%) IUD 94(6,5%) MOP 2(0,13%) MOW 58(4%) implant

59(4%) pil 288(19,8%) kondom 23(1,6%). (Dinkes Kabupaten jombang, 2009)

Dalam pelayanan KB dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase menunda kehamilan

pada usia <20 th dianjurkan memakai pil, IUD-mini dan metode sederhana dan

tidak dianjurkan memakai suntikan. Fase menjarangkan kehamilan pada usia 20-35

th pilihan terbaik adalah menggunakan IUD dan suntikan. Fase mengakhiri

kehamilan pada usia >35 th lebih dianjurkan memakai kontap, IUD.(Hanafi, 2004)

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Bandung Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang didapatkan data bahwa pemakai KB suntik yang berumur <20

th sebanyak 10 orang, umur 20-35 th sebanyak 309 orang, dan umur >35 th

sebanyak 609 orang. Dan dilakukan wawancara dengan dengan 10 orang ibu yang

memakai alat kontrasepsi suntik. Bahwa mereka memakai KB suntik karena mudah

dan tidak begitu menakutkan dibandingkan dengan IUD, implant, dan streril.Dari

uraian di atas ditemukan suatu masalah, yaitu masih terdapat ibu yang memakai
KB suntik yang berumur < 20 th dan ibu umur > 35 th merupakan pemakai

tertinggi.

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak

hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-

metode tersebut membutuhkan pertimbangan yang dapat diterima sehubungan

dengan kebijakan nasional KB, kurangnya pengetahuan wanita tentang metode

kontrasepsi, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk

memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang

berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu

metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,besarnya keluarga

yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan

mempunyai anak (Maryani, 2008).

Terdapatnya permasalahan dalam pemakaian KB suntik merupakan salah

satu pengaruh dari kurangnya pengetahuan akseptor tentang KB. Untuk mengatasi

permasalahan itu akseptor membutuhkan konselling yang tepat tentang KB.

Tentunya dangan memperhatikan beberapa aspek, yaitu: kesehatan, agama, dan

yang terpenting adalah pendidikan calon akseptor KB tersebut. Dan dapat

menyesuaikan cara komunikasi sesuai dengan kemampuan penerimaan calon

akseptor tersebut.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ibu dalam

pemilihan metode kontrasepsi suntik di Desa Bandung Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan

metode kontrasepsi suntik di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten

Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

a. Menambah pengetahuan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik di Desa Bandung

Kecamatan Kabupaten Jombang.

b. Menjadi referensi di perpustakaan STIKES PEMKAB JOMBANG.

1.4.2 Bagi Instansi (puskesmas)

Sebagai bahan masukan dan menindak lanjuti hasil penelitian sehingga dapat

memudahkan dalam pemberian asuhan kebidanan terkait dengan upaya

pemberian Komunikasi Informasi Edukasi(KIE) pada akseptor KB.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pola pikir ilmiah bagi peneliti sehingga peneliti

mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi berdasarkan logika, dan

sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti lebih lanjut.

1.4.4 Bagi Responden

Menambah pengetahuan ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi serta bisa

menjadi acuan dalam memilih metode kontrasepsi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep yang mendasari penelitian, yaitu

konsep ibu, konsep Keluarga Berencana, konsep kontrasepsi suntikan.

2.1 Konsep Dasar Ibu

2.1.1 Pengertian

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita,

wanita yang telah bersuami. Panggilan yang lazim untuk wanita.(Kamus

Besar Bahasa Indonesia ).Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan

bangsa. Sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta

sosial sangat diperlukan, sebagai pendidik pertama dan utama dalam

keluarga.( Purwandari, 2008 ). Ibu adalah wanita yang telah memiliki bayi.

(Valerie Levy, 2007 )

2.1.2 Hak-hak ibu

1. Setiap ibu penerima asuhan berhak mendapatkan keterangan mengenai

kesehatannya.

2. Setiap ibu mempunyai hak mendiskusikan keprihatinannya di dalam

lingkungan di mana ia merasa percaya.

3. Setiap ibu harus mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan

dilakukan.

4. Setiap ibu berhak mengutarakan pandangan dan pilihannya mengenai

layanan yang diterimanya (Syaifudin, 2002)

2.2 Konsep Dasar Keluarga Berencana

2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana 7


Keluarga berencana adalah pengaturan atau penjarangan kelahiran

atau usaha pencegahan kehamilan atas kesepakatan suami istri karena

situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga (BKKBN, 2008).

Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga

kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No. 10/ 1992).

2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana

2.2.2.1 Tujuan Program KB

a. Tujuan umum:

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu

keluarga yang dapat memenuhi kebutuhannya.

b. Tujuan lain

Pengaturan kehamilan, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan dan

kesejahteraan keluarga.

(Hanafi, 2004)

2.2.2.2Tujuan KB berdasarkan Rencana Strategis 2004-2009:

a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan

d. Keluarga sejahtera

e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

g. Penduduk tumbuh seimbang.

2.2.3 Sasaran Keluarga Berencana


Sasaran KB yang tercantum dalam Reformasi Struktur dan Format Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) (2004-2009: 23) yang

meliputi:

a. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14% per

tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per

perempuan.

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat KB

menjadi 6%.

d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif

dan efisien.

f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi

21 tahun.

g. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

h. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan program KB nasional.

2.3 Konsep Kontrasepsi Suntikan

Dua kontrasepsi suntikan berdaya-kerja lama yang sekarang banyak

dipakai adalah :

1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat)

Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg


2. NET-EN (Norethindrone enanthate)

Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8

minggu untuk 6 bulan pertama (3x suntikan pertama ) kemudian

selanjutnya sekali setiap 12 minggu.

Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif, dengan angka kegagalan untuk :

DMPA : < 1 per 100 wanita per tahun

NET EN : 2 per wanita per tahun (Hanafi,2004).

2.3.1 Farmakologi dari Kontrasepsi suntikan

DMPA : 1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.

2. Setelah satu minggu penyuntikan 150 mg. Tercapai kadar

puncak,lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya

menurun kembali.

3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari

penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali

setelah 4 bulan atau lebih.

4. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari

DMPA dalam darah.

NET-EN : 1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone,

dibuat dalam larutan minyak.

2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih

cepat dibandingkan dengan DMPA.

3. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah

penyuntikan, kemidian menurun secara tetap dan tidak

ditemukan lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setelah suntikan

(Hanafi, 2004).
2.3.2 Menurut Hanafi (2004) Mekanisme Kerja Kontraepsi Suntikan, adalah:

1. Primer : Mencegah ovulasi

Pada pemakaian DMPA,endometrium menjadi dangkal dan

atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi

oedenatous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi

sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan

akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan

DMPA terakhir.

2. Sekunder

a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier

terhadap spermatozoa.

b. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari

ovum yang telah dibuahi.

c. Mungkin mempengaruhi kecepatan traspor ovum di dalam tuba

fallopii.

2.3.2.1 Efektivitas Kontrasepsi Suntikan

a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi.

Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun

pemakaian DMPA, dan 2 per 100 wanita pemakaian NET EN.

b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK, dan lebih efektif

daripada IUD.

c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai

150 mg setiap 3 bulan adalah disis yang tinggi.


d. Masa kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak

terdapat “tenggang waktu” untuk akseptor NET EN yang terlambat

disuntik ulang.

e. Efektivitas kontrasepsi suntikan, terutama NET EN, dapat bervariasi,

mungkin tergantung pada :

1. waktu penyuntikan pada saat siklus haid

2. metabolisme obatnya

3. berat badan akseptor

4. teknik penyuntikan

2.3.3 Konttra Indikasi Suntikan

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan padea :

1. Kehamilan

2. Karsinoma payudara

3. Karsinoma traktus genetalia

4. Perdarahan abnormal uterus.

2.3.4 Efek Samping

2.3.4.1 Gangguan Haid

a. Pola haid yanng normal dapat berubah menjadi :

1) Amenorea

2) Perdarahan ireguler

3) Perdarahan bercak

4) Perubahan dalam frekwensi, lama dan jumlah darah yang hilang.

b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter

menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu,

sedangkan kejadian amenorea bertambah besar.


c. Insiden yang tinggi dari amenorea diduga berhubungan dengan atrofi

endometrium.

d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak dan

amenore dibandingkan dengan NET EN, dan amenore pada DMPA

tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat badan tinggi.

e. Bila terjadi amenore, berkurangnnya darah haid sebenarnya memberikan

efek yang menguntungkan yakni berkuranngnya insidens anemia.

2.3.4.2 Berat Badan Yang Bertambah

a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena

bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh.

c. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di

hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada

biasanya.

2.3.4.3 Sakit Kepala

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi

pada < 1 – 17% akseptor.

2.3.4.4 Efek pada Sistem Kardiovaskular

a. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA maupun NET EN menambah

resiko timbul bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain.

b. Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL

kolesterol, baik pada DMPA maupun NET EN, dicurigai dapat menambah

besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskular.

2.3.5 Efek Metabolik


DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan

terjadinya diabetes pada akseptor.

2.3.6 Efek pada Sistem Reproduksi

1. Kembalinya kesuburan

Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai

kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor, DMPA

mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata-rata

mantan akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5 – 3 bulan lebih lama

untuk kembali hamil dibandinngkan pil oral atau IUD. Lamamya masa

tidak subur mungkin tergantung pada kecepatan metolisme DMPA dan

juga pada berat badan akseptor.

Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu

yang lama, dapat menjadi hamil sama cepatnya dengan akseptor yang

hanya ikut beberapa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi

efek kumulatif dari obatnya.

Pada NET EN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat

dibandingkan dengan DMPA, karena NET EN di metabolisir lebih cepat.

Ovulasi sering dalam waktu 3 bulan setelah penyuntikan,kadang-kadang

dapat terlambat sampai 5 bulan.

2. Efek pada Janin

Tidak ditemukan bertambahnya kelainan konginetal atau

prematurritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA

maupun wanita yang hamil setelah efek kontraseptif DMPA berakhir.Juga

tidak ditemukan perbedaan dalam insidens IUFD, kehamilan kembar, sex

ratio atau berat badan bayi pada wanita yang tidak ber KB.
3. Laktasi

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah

mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI. DMPA juga tidak merubah

komposisi ASI. NET EN tampaknya juga tidak berefek buruk terhadap

laktasi, tetapi karena penelitian terhadap NET EN masih terbatas, WHO

menganjurkan agar selama laktasi hanya memakai DMPA atau metode

kontrasepsi yang lain.

2.3.7 Efek Non Kontraseptif

Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek non kontraseptif yangn

menguntungkan, yaitu :

1. DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium

2. Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI

3. Kadar HB sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia.

4. Pada penderita Penyakit Sicle Cell (suatu penyakit genetik di Afrika)

DMPA mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah

abnormal.

5. DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus

genetalia

6. DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis.

7. DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma

endometrium.

8. DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma

ginjal.

9. DMPA kadang-kadang digunakan untukmengobati pubertas praecox.


10. DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar

testosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.

(Hanafi, 2004)

2.3.8 Penelitian Kontrasepsi Suntikan Jangka Panjang yang Baru

WHO telah meneliti 2 macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang

merupakan senyawa ester berasal dari NET EN atau levonorgestel.

1. HRP002

Berisi levonorgestel butanoate, dosis 20 mg akan mencegah ovulasi

untuk 3 bulan

2. HRP0011

Berisi levonorgestel 3 oxime cyclopentyl carboxylate, dosis 20, 40 dan

60 mg, jangka waktu 2 bulan (Hanafi, 2004).

2.3.9 Keuntungan Kontrasepsi Suntikan 1 Bulan

Terdiri dari kombinasi dari esterogen dan progestin. Kontraepsi suntikan

sekali sebulan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan kontrasepsi

suntika yang biasa, yaitu :

1. Menimbulkan perdarahn teratur setiap bulan.

2. Kurang menimbulkan amenore

3. Efek samping lebih cepay menghilang setelah suntikan dihentikan

4. Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarhan ireguler

lainnya.

2.3.10 Kerugian Kontrasepsi Suntikan Sekali Sebulan

1. Penyuntikan lebih sering

2. Biaya lebih Tinggi


3. Kemungkinan efek samping karena esterogennya (Hanafi,2004).

2.3.11 Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi

a. Faktor Pribadi

1. Usia

Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas

metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu

remaja dan premenepouse perlu mendapatkan perhatian khusus.(Brahm, 2007)

Pada usia <20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral dan IUD.

Pada usia 20-35 tahun adalah usia yang terbaik untuk hamil dan melahirkan.

Dianjurkan memakai IUD.

Pada usia > 35 tahun fase menghentikan kehamilan, disarankan memakai

kontrasepsi mantap.(Hanafi, 2004)

2. Paritas

Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu

metode secara medis. Oleh karena itu penyedia layanan harus cermat meneliti

apakah wanita tersebut masih nulipara ataukah multipara, karena bila salah

pemakaian KB dapat mengganggu kesuburan di masa depan.

Secara umum, AKDR tidak disarankan bagi wanita nulipara karena

pemasangan lebih sulit, angka ekspulsi lebih tinggi daripada wanita yang

pernah melahirkan.(Brahm, 2007)

Paritas sendiri dibagi menjadi empat, yaitu :

a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan

b) Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk

pertama kali.
c) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa

kali (sampai lima kali)

d) Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih hidup atau mati.(Rustam Mochtar, 2005)

3. Usia anak terkecil.

4. Tujuan reproduksi.

Tujuan reproduksi dari suatu pasangan , apakah akan menjarangkan anak

mereka atau membatasi jumlah keluarga jels mempengaruhi pemilihan

metode. Pasangan yang tidak memiliki anak mungkin memilih metode jangka

panjang karena lebih cocok dengan kebutuhan mereka.(Brahm, 2007)

5. Frekuensi hubungan seksual

Frekuensi berhubungan seksual dapat mempengaruhi bukan saja resiko

kehamilan yang tidak direncanakan, melainkan juga kerelaan dirinya atau

pasangannya untuk menggunakan metode kontrasepsi tertentu.(Brahm, 2007)

6. Pengaruh orang lain

Anggota keluarga, tetangga dan teman sering kali memiliki pengaruh yang

bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi oleh suatu pasangan.(Brahm,

2007)

b. Faktor Kesehatan Umum

1. Resiko PMS

Klien yang teridentifikasi beresiko tinggi terjangkitPMS, termasuk infeksi

HIV, sebaiknya mempertimbangkan efek potensial berbagai metode

kontrasepsi terhadap resiko PMS.(Brahm, 2007)

2. Infeksi HIV pemakaian kontrasepsi perilaku beresiko


Wanita yang telah terinfeksi HIV memiliki pertimbangan khusus dalam

memilih metode. Wanita tersebut tidak saja dapat menularkan HIV kepada

pasangannya tetapi juga ke anaknya in utero selama persalinan dan selama

menyusui.(Brahm, 2007)

c. Faktor Ekonomi dan Aksesbilitas

1. Biaya langsung

Walaupun pengelola program sering mempertimbangkan biaya

kontrasepsi berdasarkan biaya penyediaan suatu metode per tahun

perlindungan yang diberikan oleh metode tersebut untuk setiap pasangan,

pemakai indivual lebih mempertimbangkan keterbatasan anggaran harian

mereka sendiri.

2. Biaya lain

Biaya-biaya lain yang berkaitan dengan memperoleh dan menggunakan

kontrasepsi, termasuk waktu yang tersita untuk mengambil kontrasepsi, biaya

transportasi dan biaya psikologis.(Brahm, 2007)

d. Faktor Budaya

1. Kesalahan persepsi mengenai suatu metode

Banyak klien membuat keputusan mengenai kontrasepsi berdasarkan

informasi yang salah yang diperoleh dari teman dan keluarga atau dari

kampanye pendidikan yang membingungkan.

2. Kepercayaan religius dan budaya

3. Tingkat pendidikan

Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih

banyak digunakan oleh pasangan yang berpendidikan. Dihipotesiskan


bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan KB yang efektif, tetapi

tidak rela untuk mengambil resiko metode KB modern.(Brahm, 2007)

Sedangkan jenjang pendidikan itu sendiri terbagi menjadi:

a) Pendidikan dasar (SD-SMP)

b) Pendidikan menengah (SMA)

c) Pendidikan tinggi (Diploma, Strata)

(Umar, 2005)

4. Persepsi resiko kehamilan

Individu yang menganggap diri mereka tidak beresiko tinggi untuk

hamil, mungkin menggunakan metode yang kurang efektif, itu pun bila

menggunakan (Brahm, 2006).

5. Pengetahuan

1) Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”. (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (event behavior). Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.


c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang lain telah mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

( Notoatmodjo, 2003 )

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercangkup dalam Domain Kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu tindakan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diikuti, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi dirtiakan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi real

( sebenarnya ).

d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek penelitian . Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

( Notoatmodjo, 2002 )

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

a) Faktor Internal terdiri dari :

1) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis (mental).

Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori,

perubahan pertama adalah perubahan ukuran, kedua adalah

perubahan proporsi, ketiga hilangnya cirri-ciri lama, ke empat

timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi


organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir semakin

matang dan dewasa. (Mubarok,2007)

2) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah

di alami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang

akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman

terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

positif dalam kehidupannya.(Mubarok,2007)

3) Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam. (Mubarok, 2007)

b) Faktor Eksternal terdiri dari :

1) Pendidikan

Untuk memenuhi pengetahuan, seseorang dapat

melalui proses pendidikan yang berlangsung dalam

lingkungan pendidikan. Sehingga dapat mempengaruhi

perilaku.

2) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu studi peristiwa yang

pernah dialami seseorang. Tidak adanya suatu


pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis,

cenderung akan bersikap negatif terhadap obyek

tersebut untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat. ( Azwar, 2008 )

3) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar pembentukan sikap kita

(Azwar, 2008)

4) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan

pemberitahuan seseorang tentang suatu hal yang baru

bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut dan

pendekatan ini menggunakan media massa (Azwar,

2008)

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang diukur dari subyek penelitian atau

responden ke dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dangan tingkatan tersebut diatas. Sedangkan kualitas

pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dilakukan

dengan skoring yaitu :

1. Kategori Baik yaitu menjawab benar 76 - 100% dari yang

diharapkan.
2. Kategori Cukup yaitu menjawab benar 56 - 75% dari yang di

harapkan

3. Kategori Rendah yaitu menjawab benar di bawah 56% dari yang di

harapkan (Nursalam, 2005)

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian- penelitian yang akan

dilakukan. (Notoatmojo,2005)

Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu IBU Pemilihan Metode Kontrasepsi
dalam pemilihan metode Suntik
kontrasepsi suntik :
- Usia
- Paritas
- Tingkat pengetahuan
- Tingkat pengetahuan
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan (Nursalam,2008).

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran / mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-

peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini secara objektif dengan menggunakan

pendekatan penelitian survey yaitu suatu metode yang digunakan untuk

menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan

hubungan antar variabel dalam suatu populasi (Nursalam, 2003:84).

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja adalah langkah- langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari

penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2008: 55)

29

Penyusunan Proposal
Populasi
Semua ibu yang memakai KB suntik di Desa Bandung Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang sebanyak 928

Sampling
Simple Random Sampling

Sample
Sebagian ibu yang memakai KB suntik di desa Bandung
kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sebanyak 93

Instumen Penelitian
Pengumpulan data dengan kuesioner

Analisa Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kearangka kerja penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ibu


dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik di Desa Bandung Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2008 :89). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memakai KB suntik di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

sebanyak 928.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:

91). Sampel dalam penelitian ini sebagian ibu yang memakai KB suntik di

Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sebanyak 93 yang

memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.

3.3.2.1 Besar Sampel

Menurut Arikunto (2006) jika populasi > dari 100 maka bisa diambil

10-15% atau 20-25 %. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sample

sebanyak 10% dari populasi. Sehingga dapat dihitung sesuai dengan rumus

sebagai berikut :

n = 10% x N

Keterangan :

n = besar sample

N= jumlah populasi

Besar sample : = 10/100 x 928 =92,8 = 93

Jadi jumlah sample dalam penelitian ini sebesar 93 orang.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008: 91). Tehnik sampling yang

digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan

cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara

ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen kemudian diambil


secara acak, maka akan didapat sampel yang representatif (Alimul, 2007: 73)

3.3.4 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sample sangat membatu peneliti untuk

menghilangkan bias hasil penelitian. Kriteria dalam pemilihan sample

penelitian ini meliputi :

1. Kriteria inklusi

a. Ibu yang mau diteliti / bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu yang mengalami gangguan jiwa.

b. Ibu yang berganti cara metode kontrasepsi

c. Ibu yang hamil

3.4 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara

menentukan variabel-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel

independen, dependen. moderator, kontrol dan intervening (Hidayat, 2009).

Dalam penelitian ini variabelnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ibu

dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik.

3.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

dan berdasarkan karateristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2009)

Tabel 3.1. Definisi Operasional Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam
Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik di Desa Bandung Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
Variabel Definisi
Parameter Alat ukur Skala Skor
operasional
Faktor-faktor 1.
yang mempe
ngaruhi ibu
dalam
pemilihan
metode
kontrasepsi
Sub Variabel

Usia Umur ibu yang Usia Kuesiaoner Ordinal 1. Reproduksi


memakai alat sekarang muda < 20
konttrasepsi tahun
2.Reproduksi
sehat: 20 – 35
tahun
3. Terlalu tua:>
35 tahun
(Hanafi, 2004)

3. Paritas Jumlah anak Dapat dilihat Kuesioner Ordinal 1.Nullipara : ibu


yang dilahirkan dari jumlah yang belum
ibu yang kelahiran. pernah
memakai alat melahirkan
kontrasepsi. 2. Primipara:Ib
u
yang pernah
melahirkan 1x
3. Multipara:
ibu yang
pernah
melahirkan
beberapa kali
(sampai 5x)
4. Grandemulti
para : ibu
yang pernah
melahirkan
>6x
(Rustam
Mochtar, 2005)
3. Tingkat Pendidikan Pendidikan Kuesioner Ordinal 1. Dasar (SD,
Pendidikan formal yang terakhir yang SMP)
ditempuh oleh ditempuh 2. Menengah
responden responden (SMA, SMK,
MA)
3. Tinggi
(Akademi/PT)
(Umar, 2005)

4. Pengetahuan Segala sesuatu -Definisi KB Kuesioner Ordinal 1. Betul : 1


Ibu tentang yang diketahui -Tujuan KB 2. Salah : 0
KB respponden -Kontraindi Rumus :
tentang KB kasi suntik P= f / N x
-Efek KB
100%
suntik
-Efektifitas Kesimpulan:
suntikan 1. Baik jika
skor : ≥
76%
2. Cukup :
56%-75%

3. Kurang : ≤
56%
(Nursalam,
2005)

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan data

Sebelum dilakukan pengambilan data peneliti mengajukan izin kepada

Kepala Puskesmas Cukir, kemudian peneliti mendata semua populasi ibu yang

memakai KB suntik kemudian menentukan sampel sesuai rumus dan peneliti

menetukan sampel yang dituju dengan teknik simple random sampling, maka

peneliti mengadakan pendekatan kepada responden sesuai dengan sampel

untuk mendapat persetujuan sebagai responden, kemudian peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil kuesioner

tersebut dikaji oleh peneliti berdasarkan jawaban yang dipilih oleh responden.

3.5.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Desa Bandung

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

3.5.3 Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kuesioner. Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara

formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis, dalam lembar

kuesioner tersebut peneliti mengumpulkan data tentang 1 variabel penelitian

yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan metode kontrasepsi

suntik.

Guna memperoleh data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan

maka kuesioner yang telah penulis buat harus dilakukan uji validitas dan

reliabilitas angket.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Pratisto, 2009). Mengukur tingkat validitas dapat

dilakukan dengan cara:

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

(hasil uji validitas) dengan nilai r tabel (nilai tabel) dengan nilai

signifikansi 0,05 dan responden sebanyak 10 orang, r tabel = 0,631. hasil

uji validitas (nilai r hitung) yang merupakan nilai dari Corrected Item-

Total Corelation. Dapat juga menggunakan rumus person products momen:


Keterangan:

r : koefisien korelasi

∑X : jumlah skor item

∑Y : jumlah skor total item

n : jumlah responden

(Hidayat, 2007:106)

Jika rhit > rtabel berarti instrumen valid demikian sebaliknya jika rhit <

rtabel berarti instrumen tidak valid yang tentunya tidak dapat digunakan dan

dapat diperbaiki/ dihilangkan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan

disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan

secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu

variabel, reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > dari 0,60 (Pratisto, 2009:302). Reliabilitas data dapat

diukur dengan teknik belah dua atau rumus spearman Brown:

Keterangan:

r11 : koefisien reliabitas seluruh item

rb :koefisien produck moment antar belahan


(Hidayat, 2007:106)

Analisis keputusan, apalagi r11 > rtabel berarti reliabel dan apabila r11<

rtabel tidak reliabel yang di hitung pada derajat kebebasan dk= n-2 dan α=

0,05.

3.6 Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan

Editing, Coding, Skoring, dan Tabulasi.

1. Editing

Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian

pada lembar pada pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga

kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir, 2005).

2. Coding

Adalah Mengklasifikasikan hasil pengumpulan data menurut kriteria tertentu.

Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya

berupa angka (Nazir, 2005).

- Umur : < 20 tahun = U1

- Umur : 20 – 35 tahun = U2

- Umur : > 35 tahun = U3

a) Nullipara = P1

b) Primipara = P2

c) Multipara = P3

d) Grande multipara = P4

e) Pendidikan Dasar (SD-SMP) = D1

f) Pendidikan Menengah(SMA) = D2

g) Pendidikan Tinggi = D3
3. Scoring

Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala

ordinal (Nazir, 2005).

4. Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel (Nazir, 2005).

5. Analisa Data

a. Umur

Reproduksi muda : < 20 tahun

Reproduksi sehat : 20 – 35 tahun

Reproduksi tua : > 35 tahun

b. Paritas sendiri dibagi menjadi empat, yaitu :

h) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan

i) Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup untuk pertama kali.

j) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup beberapa kali (sampai lima kali)

- Grande multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali

atau lebih hidup atau mati

c. Pendidikan

Dasar : SD dan SMP

Menengah : SMA, SMK, MA

Tinggi : Diploma, Strata


d. Pengetahuan Ibu Tentang KB.

Pada saat penelitian, peneliti memberikan skor pada jawaban

responden yaitu benar diberi 1 dan salah diberi 0. kemudian

diprosentasekan dengan cara jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dan

dikalikan 100%. Dalamm penelitian ini untuk mengetahui skor responden

dengan menggunakan rumus :

P = f / N x 100%

Keterangan :

P : Prosentase

F : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal

(Budiarto, 2002)

Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :

Pengatahuan baik : 76-100%

Pengetahuan cukup : 56-75%

Pengetahuan kurang : < 56 %


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Bandung merupakan salah satu desa di Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang. Dan berbatasan dengan beberapa desa, yaitu antara

lain : sebelah utara berbatasan dengan desa Kedawung, sebelah barat

berbatasan dengan desa Ceweng, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Pacul Gowang dan Grogol, sebelah timur berbatasan dengan desa

Jogoroto. Desa Bandung sendiri mempunyai luas wilayah . Dan

terdiri dari 7 dusun, yaitu: Randulawang santren, Randulawang kerajan,

Sugihwaras, Gebangmalang, Tanggungan, dan Bandung. Perangkat desa

desa bandung terdiri antara lain: lurah, sekretaris desa, kepala dusun,

Ketua RW, ketua RT, hansip.

4.2 Hasil Penelitian


1. Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur di Desa Bandung
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2010.

No Umur Jumlah Persentase (%)


1. < 20 Tahun 8 8,6
2. 20-35 Tahun 29 31,2
3. > 35 Tahun 56 60,2
Total 47 100,0
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar (60,2%)

responden berumur > 35 tahun dan sebagian kecil (8,6%) responden berumur

< 20 tahun.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas


Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Paritas di Desa Bandung
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2010.

No Paritas Jumlah Persentase (%)


1. Belum 0 0
2. 1x 11 11,8
3. 2-5 x 80 86,0
4. >5x 2 2,2
Total 93 100
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar (86,0%)

responden pernah melahirkan 2-5 X dan sebagian kecil (0%) belum pernah

melahirkan.

c.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2010.
No Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)
1. Dasar (SD-SMP) 61 65,6
2. Menengah (SMA) 22 23,6
3. Tinggi (akademi, PT) 10 10,8
Total 93 100,0
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar (65,6%)

responden berpendidikan dasar (SD-SMP) dan sebagian kecil (10,8%)

berpendidikan tinggi.

2. Data Khusus
a.Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.4 Tabel distribusi berdasarkan pengetahuan di Desa Bandung
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang tahun 2010.
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1. Baik 21 22,6
2. Cukup 34 36,5
3. Kurang 38 40,9
Total 93 100,0
Sumber : Data Primer, 2010
Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden

tentang KB suntik hampir setengahnya (40,9%) adalah kurang dan sebagian

kecil (22,6%) adalah baik.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Umur

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar (60,2%) responden berumur >

35 tahun dan sebagian kecil (8,6%) responden berumur < 20 tahun. Menurut

Brahm (2007) usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan

akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai

kontrasepsi yaitu remaja dan premenepouse perlu mendapatkan perhatian

khusus. Dan menurut Hanafi (2004) Pada usia <20 tahun adalah usia yang

sebaiknya tidak mempunyai anak dulu, prioritas penggunaan kontrasepsi pil

oral dan IUD. Pada usia 20-35 tahun adalah usia yang terbaik untuk hamil dan

melahirkan, dianjurkan memakai IUD. Pada usia > 35 tahun fase

menghentikan kehamilan, disarankan memakai kontrasepsi mantap

Umur seorang wanita memang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi yang

tepat. Untuk usia > 35 tahun disarankan memakai kontrasepsi mantap

dikarenakan jika terjadi kehamilan pada usia itu akan menjadi kehamilan

resiko tinggi yang akan memperbesar kematian dan kesakitan ibu dan bayi.

Sedangkan usia < 20 tahun lebih disarankan memakai pil, IUD hal ini

dikarenakan agar kembalinya kesuburan bisa didapatkan dengan cepat.


Sehingga seorang wanita harus benar- benar cermat dalam mencari metode

kontrasepsi yang efektif bagi mereka.

4.3.2 Paritas

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar (86,0%) responden pernah

melahirkan 2-5 X dan sebagian kecil (0%) belum pernah melahirkan. Menurut

Brahm (2007) paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok atau

tidaknya suatu metode secara medis. Oleh karena itu penyedia layanan harus

cermat meneliti apakah wanita tersebut masih nulipara ataukah multipara,

karena bila salah pemakaian KB dapat mengganggu kesuburan di masa depan.

Seorang wanita harus cermat dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat

bagi mereka, karena masing- masing metode memiliki waktu yang berbeda

dalam pengembalian masa subur seorang wanita. Metode suntikan merupakan

suatu metode yang membutuhkan waktu agak lama untuk mendapatkan

kesuburannya lagi setelah pemakaian yang terakhir.

4.3.3 Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar (65,6%) responden berpendidikan

dasar (SD-SMP) dan sebagian kecil (10,8%) berpendidikan tinggi. Menurut

Muhbiyah (2005) tingkat pendidikan seseorang merupakan salah stu faktor

seseorang dalam memilih kontrasepsi, orang yang berpendidikan tinggi akan

mencari lebih banyak informasi untuk mencari kontrasepsi yang sesuai.

Sedangkan orang yang berpendidikan kurang dimungnkinkan akan cenderung

menerima apa saja jenis kontrasepsi yang disarankan atau mengikuti

tetangganya atau temannya dalam memililh kontrasepsi. Dan menurut Brahm


(2007) wanita yang berpendidikan tinggi memilih KB kalender / alami, hal ini

dikarenakan wanita yang berpendidikan tinggi menginginkan keluarga

berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait

dengan sebagian metode kontrasepsi modern.

Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi daya serap dalam menerima

informasi yang baru, khususnya tentang kontrasepsi suntik. Selain itu tingkat

pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangnan terhadap sesuatu yang

datng dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan

tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan

rendah.

4.3.4 Tingkat Pengetahuan

Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang

KB suntik hampir setengahnya (40,9%) adalah kurang dan sebagian kecil

(22,6%) adalah baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan

yang masih rendah, sehingga mereka kurang mendapatkan informasi tentangn

KB suntik. Atau kuarang mengerti informasi tentang KB suntik. Menurut

Notoatmodjo (2003 : 23) menyatakan bahwa meningkatnya pendidikan

seseorang akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas kesimpulan yang menjawab tujuan penelitain dan

saran sesuai dengan kesimpulan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMA PGRI Ngoro - Jombang dapat

dirumuskan kesimpulan bahwa

1. Pengetahuan siswa tentang seks bebas di SMA PGRI Ngoro - Jombang hampir

setengahnya (42,6%) adalah kurang.

2. Sikap pacaran siswa di SMA PGRI Ngoro - Jombang lebih dari separuhnya

(53,2%) adalah negatif.

3. Terdapat hubungan kuat antara pengetahuan siswa tentang seks bebas dengan

sikap pacaran siswa di SMA PGRI Ngoro - Jombang.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian kiranya penulis dapat menyarankan :

1. Bagi Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan dapat memberikan penetahuan yang lebih luas kepada

mahasiswa agar kelak mahasiswa dapat memberikan konseling yang tepat

pada masyarakat.

2. Bagi Instansi

Instansi kesehatan (PUSKESMAS) sebaiknya lebih sering memberikan

konseling tentang metode kontrasepsi, sehingga masyarakat lebih banyak

mengetahui informasi tentang alat kontrasepsi.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang faktor lain yang

mempengaruhi ibu dalam pemilihan KB suntik.

4. Bagi Responden

Responden sebaiknya mencari lebih banyak informasi tentang metode

kontrasepsi yang sesuai bagi mereka.

You might also like