Professional Documents
Culture Documents
Batubara pada dasarnya termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk
dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu,
dan mengalami kompaksi serta transformasi baik secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada
saat pengendapannya material ini selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
Proses yang terjadi dimulai dari proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang
dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen yang
berlangsung selama jutaan tahun.
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu,
yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan
topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari
batubara yang terbentuk. Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses
sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen.
2. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :
Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan.
Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi
geotektonik.
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan
pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat
pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana
batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses
geotektonik.
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan
batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses
pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.
3. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk
batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan
mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
4. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama
material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang
diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang
terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang
tinggi.
5. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara
dari :
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang
terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau
patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan
batubara yang dihasilkan.
Sebenarnya batubara tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral matter. Namun
sebagian mineral matter dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar Abu atau Ash Content.
Mineral Matter atau ash dalam batubara terdiri dari inherent dan extarneous. Inherent Ash ada
dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan dalam batubara
terikat secara kimia dalam struktur molekul batubara. Sedangkan Extraneous Ash, berasal
dari dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal dari luar batubara.
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang
dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous. Kadar abu
relatif lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu Ash sering dijadikan parameter
penentu dalam beberapa kalibrasi alat preparasi maupun alat sampling. Semakin tinggi kadar
abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu juga sering
mempengaruhi nilai HGI batubara
Ketebalan lapisan batubara adalah unsur penting yang langsung berhubungan dengan
perhitungan cadangan, perencanaan produksi, sistem penambangan, dan umur tambang.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor pengendali terjadinya kecenderungan arah perubahan
ketebalan, penipisan, pembajian, splitting, dan kapan terjadinya. Proses-proses yang
berpengaruh selama proses pengendapan, antara lain :
a. Sesar
Sesar dapat menyebabkan seretan (drag) sepanjang bidang patahan, sehingga batuan
sekelilingnya juga bergeser sepanjang arah pergeseran dari sesar tersebut. Apabila berupa
sesar besar (major fault) maka sesar tersebut dapat menggeser seluruh lapisan batuan dan
batubara hingga beberapa meter, dimana zona sesar tersebut berupa bidang hancuran dan
bisa terlihat di high wall tambang batubara terbuka.
Pembentukan sesar normal dalam skala besar disebabkan oleh gaya tension yang tertarik
karena regangan (rifting) di continental crust, searah dengan sesar-sesar normal yang
terjadi secara di lokal area, sesar normal skala besar tersebut membentuk struktur geologi
half grabben.
b. Erosi Permukaan
Erosi permukaan adalah dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik
berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi
terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
Splitting merupakan lapisan batubara yang bercabang atau terbelahnya lapisan batubara
(secara lateral) dimana jarak antar percabangannya relatif dekat, dimana jarak antar belahan
batubara tersebut diisi oleh sedimen bukan batubara (umumnya berupa channel batupasir).
Splitting terjadi disaat pembentukan awal batubara, dimana pada saat batubara terendapkan,
terjadi tidal channel pada batubara yang juga ikut membawa sedimen bukan batubara.
Splitting terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu :
a. Simple splitting ; adalah split sederhana yang terjadi akibat kehadiran tubuh lentikuler
yang besar dari sedimen bukan batubara
b. Progressive splitting ; hal ini dicirikan bila terdiri dari beberapa lensa, maka splitting
dapat berkembang secara terus menerus.
c. Zig-zag splitting : Lapisan batubara yang terbelah kemudian bergabung lagi dengan
lapisan batubara yang lain.
1. Wash Out
Washed Out adalah terdapatnya cut out pada lapisan batubara. Cut out sendiri didefenisikan
sebagai batu lempung atau batu serpih yang mengisi bagian tererosi dalam lapisan batubara.
Menurut Robert Stefanko, 1983, washed out adalah hilangnya sebagian atau seluruh lapisan
batubara yang kemudian tergantikan oleh endapan sedimen lain akibat adanya erosi dan
pengendapan. Hilangnya lapisan batubara tersebut bias disebabkan oleh pengikisan sungai
purba maupun sungai recent, ataupun gletser.
Ukuran washout bervariasi baik tebal maupun pelamparannya. Washout mungkin dengan luas
yang kecil, channel yang tidak beraturan pada atap lapisan, biasanya disebut roof rolls
sebagai akibat palechannel utama.
Sebagian besar struktur washout diisi oleh batupasir, meskipun kerikil batubara atau
konglomeratt kerikilan dapat juga hadir. Hal ini mencerminkan meander cut off dan
paleochannel.
Washout dan roof rolls merupakan masalah utama dalam operasi penambangan. Ketebalan
lapisan dan ketidakmenerusan lapisan batubara akibat terisi channel, sehingga itu tentu
memerlukan kebijaksanaan. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan untuk menggali
batubara sering menemui kesulitan untuk menembus material bukan batubara yang telah
menggantikan posisi lapisan batubara, terutama pada tambang bawah tanah.
Struktur washout merupakan bagian mendasar dalam penelitian geologi untuk kepentingan
perencanaan penambangan dan pengembangannya.
2. Floor Roll
Floor roll terdiri dari material batuan yang berupa punggungan, panjang, sempit, dan
subparalel, yang menonjol kedalam lapisan batubara dari dasar lapisan. Seperti halnya roof
rolls, floor roll akan mangakibatkan ketebalan lapisan batubara berkurang.
Floor roll sering diterangkan sebagai intrusi lapisan ke dalam lapisan lain akibat
pengembangan hidrasi and aktivitas tektonik. Menurut Diessel dan Moelle (1970), roof roll
dibentuk oleh kegiatan sungai selama tahap awal akumulasi tanah gambut.
Ketebalan lapisan batubara adalah unsur penting yang langsung berhubungan dengan
perhitungan cadangan, perencanaan produksi, sistem penambangan, dan umur tambang.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor pengendali terjadinya kecenderungan arah perubahan
ketebalan, penipisan, pembajian, splitting, dan kapan terjadinya. Proses-proses yang
berpengaruh selama proses pengendapan, antara lain :
a. Sesar
Sesar dapat menyebabkan seretan (drag) sepanjang bidang patahan, sehingga batuan
sekelilingnya juga bergeser sepanjang arah pergeseran dari sesar tersebut. Apabila berupa
sesar besar (major fault) maka sesar tersebut dapat menggeser seluruh lapisan batuan dan
batubara hingga beberapa meter, dimana zona sesar tersebut berupa bidang hancuran dan
bisa terlihat di high wall tambang batubara terbuka.
Pembentukan sesar normal dalam skala besar disebabkan oleh gaya tension yang tertarik
karena regangan (rifting) di continental crust, searah dengan sesar-sesar normal yang
terjadi secara di lokal area, sesar normal skala besar tersebut membentuk struktur geologi
half grabben.
b. Erosi Permukaan
Erosi permukaan adalah dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik
berupa pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi
terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
Growth fold bisa mempengaruhi pola pengendapan cekungan batubara, adanya kecepatan
erosi dan sedimentasi menyebabkan pengendapan batubara di beberapa tempat. Adanya
pemotongan channel oleh suplai rombakan sedimen yang terus membumbung dapat
membentuk sand bar.
Akumulasi gambut yang terus berkembang dalam runtunan lapisan sedimen mudstone
yang tebal, membentuk lipatan oversteeply, hal ini disebabkan mudstone tersebut
terkompresi ke arah bawah di kedalaman tertentu, menyebabkan lapisan sedimen tertekan
ke atas, akibatnya secara setempat di daerah tersebut membentuk antiklin- sinklin, selain
itu terlihat intrusi sedimen klastik dari bawah menorobos lapisan sedimen di atasnya.
Sub-Cekungan Batubara Berau, umumnya pola strukturnya tersusun stabil di batuan yang
berumur Tersier. Bentuk antiklinnya mulai dari landai hingga curam atau bahkan
menunjam dan merupakan satu kesatuan antara sesar normal dan steep reverse fault yang
berada di sekitar sumbu lipatan.
Sinklin yang terbentuk relatif luas dan lebar dengan kemiringan dip kecil, sedangkan
transisi antara dua struktur tersebut merupakan dasar adanya representasi jenis sesar steep
reverse fault. Pembentukan lipatan growth fold disebabkan oleh sliding gravity melalui
bidang sesar steep reverse fault. Lipatan growth fold terbentuk karena gravity sliding
yang telah lanjut dan berasosiasi dengan akumulasi sedimen yang sangat tebal seperti di
Sub-Cekungan Batubara Berau serta pengaruh tegasan tension akibat rifting.