You are on page 1of 39

Asuhan Keperawatan

Selasa,16 Agustus 2016


Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep Jiwa Halusinasi)

A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian
individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Yosep, 2009)

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian
dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada
ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan
halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan
di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri.
e. Marah-marah tanpa sebab.
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
h. Ada gerakan tangan
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti
ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak
pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu
menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada
individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung
beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita
dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan
kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya
(regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)


a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja,
hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris
(panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi
1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system
pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam.
Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan),
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi
prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara
dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau
dengar - Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
- Menyedengkan telinga- Mendengar suara yang
kearah tertentu bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk kearah- Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas monster
Halusinasi - Menghidu seperti sedang- Membaui bau-bauan sperti
penghidu membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin, feces,
- Menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seprti darah,
pengecapan - Muntah urin atau feces
Halusinasi - Menggaruk-garuk- Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit dipermukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi?
Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya
sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu
dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan

Masalah utama
Isolasi sosial

Penyebab
Harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
c. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul
dan respon pasien saat muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien
tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
c) Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan
beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk
itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
 Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
 Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
 Melatih pasien melakukan aktiftas
 Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun
pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
terjadi kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
 Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan
yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.

6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam rawat
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi halusinasi yang dialami pasien
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi beserta proses terjadinya.
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
3. Mejelaskan cara-cara merawat
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien halusinasi
SP II p SP II k
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara cara merawat pasien dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan
2. Melatih keluaraga melakukan
harian cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal kegiatan aktifitas di rumah
SP III p termasuk minum obat
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Menjelaskan follow up pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan setelah pulang
kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data
yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN

RUANG RAWAT : Ruang Kabela


TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk pada bulan September tahun 2008 dan
masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan
tapi kurang berhasil karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena pacarnya
sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya
sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah
teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu
beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata
baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada malam hari sebelum pasien tidur.
Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil
perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)
7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab

B. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik : halusinasi
- Pasien mengatakan melihat bayangan hantu penglihatan
laki-laki yang ingin memeluknya
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun
kurang berhasil karena putus obat
- Pasien takut
DS :
- Pasien mengatakan merasa lemah
2. - Pasien mengatakan lelah untuk beraktifitas Defisit perawatan diri
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
- Gigi tampak kotor dan bau
- Kuku kaki kotor
DS :
- Pasien mengatakan sendiri pada malam hari
- Pasien mengatakan kesepian pada malam
3. hari Isolasi sosial
DO :
- Pasien tampak sedih dan murung
C. POHON MASALAH

Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

TUM
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari,
pasien dapat mengontrol
halusinasi.
TUK
Pasien dapat membina
1. Dengan
hubungan saling percaya - Ekpresi wajah bersahabat, 1. Bina hubungan saling percaya antara
menjadi
menunjukkan rasa senang, ada perawat dengan pasien.
pasien
kontak mata, mau berjabat tangan, (Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan
mau menyebutkan nama, mau nama, tanyakan nama pasien, buat
menjawab salam, mau duduk kontrak, tanyakan perasaan pasien.
berdampingan dengan perawat,
dan mau mengutarakan masalah
yang dihadapinya.
Pasien dapat mengenal - Pasien dapat menyebutkan waktu,
2.1.Agar me
halusinasinya isi, dan frekuensi timbulnya 2.1.Adakan kontak secara sering dan singkat
lakukan
halusinasi 2.2.Observasi tingkah laku pasien terkait
2.2.Agar me
dengan halusinasinya.
lakukan
2.3.Diskusikan dengan pasien apa yang
2.3.Agar me
dirasakan dan beri kesempatan pasien
pasien
mengungkapkan perasaannya.
2.4.Diskusikan dengan pasien apa yang
dilakukan untuk menghadapi halusinasi
3.1. Identifikasi cara yang dilakukan jika
terjadi halusinasi
Pasien dapat mengontrol - Pasien dapat mendemonstrasikan 3.2.Diskusikan caramengontrol halusinasi
3. Agar da
halusinasinya cara mengontrol halusinasi 3.3.Bantu pasien memilih cara yang sudah
dilakuka
diajarkan
halusina
3.4.Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang dipilih
3.5.Jika berhasil beri pujian
4.1.Diskusikan dengan pasien manfaat dan
kerugian tidak minum obat
Pasien dapat memanfaatkan - Pasien dapat mendemonstrasikan 4.2.Pantau pasien saat penggunaan obat
4.1. Men
obat dengan baik kepatuhan minum obat untuk 4.3.Beri pujian jika pasien menggunakan obat
tentang
mencegah halusinasi dengan benar
4.4.Diskusikan akibat berhenti minum obat

4.2. Men
tentang
4.3 Men
mempra

pasien dapat mandiri dalam


perawatan diri

Pasien dapt membina - menunjukkan tnada-tanda percaya1. Bina hubungan saling percaya antara 1. Hubung
hubungan saling percaya kepada perawat : perawat dengan pasien. interaks
dengan perawat Wajah cerah, tersenyum (Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan
Mau berkenalan nama, tanyakan nama pasien, buat
Ada kontak mata kontrak, tanyakan perasaan pasien

Pasien mengetahui pentingnya- Pasien dapat menyebutkan : 2. Diskusikan dengan pasien penyebab 2. Memba
perawatan diri Penyebab tidak merawat diri, pasien tidak merawat diri, manfaat kebersih
Manfaat menjaga perawatan diri, menjaga perawatan diri, tanda-tanda penjelas
Tanda-tanda bersih dan rapih perawatan diri yang baik dimenge
- Pasien menyebutkan frekuensi
Pasien mengetahui cara-cara menjaga dan pasien dapat 3.1.Diskusikan frekuensi menjaga perawatan
3. Menget
melakukann perawatan diri menjelaskan cara perawatan diri diri selama mandi, gosok gigi, keramas,
tentang
:Frekuensi gosok gigi, Frekuensi berpakaian, berhias, gunting kuku untuk m
berhias/berdandan, Frekuensi 3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri
gunting kuku yang baik dan benar
3.3.Berikan pujian positif
- Pasien mempraktekkan perawatan3.1.Bantu pasien saat perawatan diri mandi,
diri dengan bantuan oleh perawat : gosok gigi, keramas, ganti pakaian,
4. Mendor
Pasien dapat melaksanakan Gosok gigi, Berhias/berdandan, berhias, gunting kuku merawa
perawatan diri dengan bantuan Gunting kuku 3.2.Beri pujian setelah pasien melaksanakan
perawat - pasien melaksanakan praktek perawatan diri
perawatan diri secara mandiri : 5.1.Pantau pasien dalam melaksanakan
Gosok gigi bangun pagi dan perawatan diri mandi, gosok gigi,
Pasien dapat melaksanakan sesudah makan, Berhias/berdandan keramas, ganti pakaian, berhias, gunting
5. Menget
perawatan diri secara mandiri sehabis mandi, Gunting kuku kuku
setelah mulai panjang 5.2.Beri pujian saat pasien melaksanakan dalam m
perawatan diri secara mandiri
E. Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 Juni SP 1
2013 Bina hubungan saling percaya dengan
08.00 pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany
Porong, bisa di panggil Titie adalah
mahasiswa Keperawatan yang praktek di
RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari
peratama saya praktek disini. Nama anda
? dan senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena
ses disini ingin membantu Nn. R untuk
memberikan solusi dari masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi
saya melihat bayangan laki-laki yang
ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-
bincang sebentar ? Nn. R mau ? Nn. R
mau didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang
tentang halusinasi penglihatan yang Nn.
R alami. Maunya berapa lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu 08.20
adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu S : Pasien mengatakan
halusinasi ? mengerti cara
PS : tidak ses menghardik halusinasi
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn.
R lihat tapi tidak nyata. Halusinasi ada 5 O : Pasien sudah
macam, pendengaran, penglihatan, melakukan apa yang
perabaan, penciuman, pengecapan. Yang diajarkan
Nn. R alami saat ini adalah halusinasi
penglihatan. Tapi ses akan memberikan A : halusinasi mulai
Nn. R cara untuk mengatasinya agar teratasi
sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses P : latihan menghardik
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan halusinasi 2x sehari
ses akan mengajarkan cara yang pertama
yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R
melihat bayangan itu lagi, Nn. R harus
mengatakan “Pergi, kamu tidak nyata”
sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah
mengerti ?
PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang saya
katakan tadi sambil mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil
menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah
mengerti cara menghardik jika bayangan-
bayangan itu datang lagi. Bagaimana
perasaan Nn. R sekarang setelah
10.00 mengetahui bagaimana cara menghardik
halusinasi?
PS : saya senang ses 10.30
P : kalau begitu Nn. R bisa S : Pasien Mengatakan
mempraktekkannya dalam jadwal Mengerti Cara
kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh Bercakap-Cakap
perawat Dengan Orang Lain
PS : Iya ses
Fase Terminasi O : Pasien Sudah
P : Sepertinya waktu kita sudah habis Melakukan Apa Yang
yah, nanti kita lanjutkan sebentar dan ses Diajarkan
akan mengajarkan Nn. R cara yang
kedua. Nn. R bisa jam 10 sebentar ? A : Masalah Teratasi,
PS : iya ses Sp2 Bisa Dilakukan
P : maunya dimana diluar atau di dalam Secara Mandiri
sini ?
PS : disini saja ses P : Lanjutkan
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan Intervensi Berikutnya
ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai
ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : selamat siang Nn. R
PS : selamat siang ses
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah
Nn. R masih melihat bayangan itu?
Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan
berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn.
R berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja atau di
tempat lain?
PS : disini saja
Rabu, 19 Juni Fase Kerja
2013 P : cara yang kedua untuk mengontrol
08.00 halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi
kalau Nn. R melihat bayangan lagi Nn. R
bisa bercakap-cakap dengan orang lain
seperti “tolong saya melihat bayangan,
mari kita berakap-cakap”. Nn. R mengerti
kan ?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan
tadi?
PS : (mengulangi sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm
saat latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakap-
cakap kita masukkan dalam daftar
kegiatan harian ? maunya jam berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa 08.30
mempragakan saat melihat bayangan itu S : Pasien Mengatakan
lagi Dapat Melakukan
PS : iya ses Aktifitas Terjadwal
P : sepertinya waktu kita sudah selesai, Sesuai Kegiatan
nanti ses datang besok pagi lagi untuk
mengajarkan cara yang ketiga. Kita O : Pasien Sepakat
jumpa disini lagi jam 8 yah Dengan Rencana
PS : iya ses Kegiatan, Pasien
P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai Kooperatif, Pasien
bertemu besok lagi Tenang
SP 3
Bina hubungan saling percaya. A : Sp3 Sudah Mampu
Fase Orientasi Dilakukan Pasien
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat Secara Mandiri
dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie P : Lanjutkan
Kamis, 20 Juni P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Intervensi Selanjutnya
2013 Nn. R masih melihat bayangan ?
08.00 PS : iya ses
P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang
kita latih sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita
kemarin kita akan belajar cara yang
ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau
dimana kita bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ? bagaimana kalau
30 menit ?
PS : iya ses
Fase Kerja
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R
lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain 08.20
bersama, makan, S : Pasien Mengatakan
P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Mengerti Tentang
Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan Penggunaan Obat
hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi
setelah itu berdoa yah. Nn. R bisa kan ? O : Pasien Dapat
PS : iya ses, (sambil memperagakan) Minum Obat Secara
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa Teratur, Pasien
memperagakannya. Kegiatan ini bisa Nn. Tampak Tenang
R lakukan agar mencegah bayangan
tersebut muncul. A : Sp4 sudah bisa
PS : iya ses dilakukan pasien
Fase terminasi secara mandiri
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah
P : Anjurkan untuk
bercakap-cakap cara yang ketiga ? minum obat teratur
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara
yang sudah kita belajar untuk mencegah
bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan
dalam kegiatan jadwal harian Nn. R yahh.
Bagaimana kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi yaitu
dengan menggunakan obat yang baik.
Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai
jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
Rabu, 19 Juni P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ?
2013 apakah bayangannya masih muncul lagi ?
14.00 apakah Nn. R memakai ketiga cara yang
kita diskusikan pada hari sebelumnya ?
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum
obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita
mendiskusikan obat-obat yang Nn. R
minum ? kita akan mendiskusikan 20
menit saja yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah penting
supaya bayangan yang Nn. R lihat dan
mengganggu selama ini tidak muncul
lagi. Berapa macam obat yang diminum?
PS : ada 4 ses 14.20
S : Pasien masih
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali mengatakan merasa
sehari jamnya 7 pagi dan 7 malam, lemah
gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
O : Pakaian masih
Sedangkan yang merah jambu (HLP) 2
belum rapih, Gigi
kali sehari jamnya sama gunanya untuk kotor, Kuku masih
pikiran biar tenang dan yang kuning panjang
untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak
sakit. A : Masalah belum
PS : iya ses teratasi
P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya
P : Lanjutkan
tidak boleh diberhentikan. Nanti
intervensi
dikonsultasikan dengan dokter, sebab keperawatan
kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan
sulit mengembalikan kekeadaan yang
semula.
PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. Nn.
R harus minum obat teratur dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita
bercakap-cakap tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih
untuk mencegah bayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih ingat.
Mari kita masukan jadwal minum obat
pada kegiatan harian Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah
karena waktu kita sudah habis. Nanti kita
bertemu lagi lain waktu. Selamat siang
Nn. R

Kamis, 20 Juni
2013
08.30
SP1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P: Selamat Pagi. Kenalkan nama saya
Christiany Porong mahasiswa Poltekkes
Jurusan Keperawatan yang praktek di RS
ini selama 3 hari mulai dari hari ini
sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona
siapa ? Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama
panggilan Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah
mandi dan gosok gigi ?
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi,
tidak ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang kebersihan diri tujuannya
08.50
untuk R dapat mengetahui jenis-jenis S : Pasien megatakan
kebersihan diri, sehingga tidak terserang bajunya masih belum
penyakit. Pertama yaitu mandi. Sebelum rapih, Pasien
diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20 mengatakan kukunya
menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di sudah bersih
ruang tengah. Setuju ?
O : Baju masih belum
PS : setuju Suster. rapih, Gigi kotor,
Fase Kerja Kuku pendek
P : Berapa kali R mandi dalam sehari?
Menurut R apa kegunaannya mandi ? A : Masalah belum
Menurut R apa manfaatnya kalau kita teratasi
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
P : Lanjutkan
tanda orang yang tidak merawat diri
intervensi keperawatan
dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi,
alasannya tidak ada sikat gigi, agar gigi
bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri terutama gigi masalah apa
menurut R yang bisa muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan
mengajarkan cara gosok gigi yang benar
sesuai janji kita 20 menit. Baiklah
caranya . Pertama, kumur-kumur dengan
air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat
gigi. Gosok gigi dengan sikat gigi dari
atas ke bawah beberapa kali, lalu gosok
kesisi depan gigi sampai kebelakang gigi,
depan gigi dan bagian dalam gigi, tengah-
tengah gigi juga. Lalu buang busa atau
cairan dari gosok gigi tadi. Dan terakhir
kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti?
Coba di praktekkan kembali ?
PS : R dapat mempraktekkan kembali.
P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi
kita masukkan ke jadwal kegiatan
harian,setelah makan pagi dan makan
siang jam 8 pagi dan jam 2 siang. Setuju
?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R saat berbincang-
bincang tadi, coba R jelaskan dan
mempraktekkan kembali cara menggosok
gigi dengan benar. R dapat melakukannya
dengan baik, baiklah pertemuan kita
sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal
yang telah kita buat dan mempraktekkan
perawatan diri yang kedua dan ketiga
yaitu berdandan/berhias dengan gunting
kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok
kita melakukannya di ruangan tengah ini
lagi ?selamat pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya dengan
pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan
saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ?
masih ingat dengan yang kemarin R
lakukan? sesuai dengan janji kita
kemarin, hari ini R akan melakukan
perawatan diri yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai dengan
kesepakatan kita kemarin, kita akan
melakukannya selama 20 menit,
kesepakatan kita kemarin Kita akan
melakukannya di ruang tengah, Agar
tubuh tetap terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan
kepada saya bagaimana cara menggosok
gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
PS : pasien dapat mempraktekkan dengan
benar
P : Hebat, R dapat melakukannya dengan
baik... sekarang, mari kita
mempraktekkannya perawatan diri yang
kedua berdandan/berhias. Caranya
siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir
rambut, kemudian mulai berdandan
sesuai yang dinginkan. Ketiga
menggunting kuku kaki, caranya siapkan
alat gunting kuku, kemudian gunting
kuku dari ibu jari samapi jari kelinci.
bagaimana masih bisa ???
PS : R dapat mempraktekkannya meskipun
masih malu.
P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan
baik..bagaimana kalau kegiatan di
masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?apabila kuku R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita
berbincang-bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah dilakukan
?
PS : iya suster, menggosok gigi,
berdandan/berhias dan menggunting
kuku.
P: bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan
3 perawatan diri yang telah diajarkan,
Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri.
Nanti kita bertemu lagi di lain waktu
karena ses sudah selesai praktek disini
yah

Diposkan oleh Konny Liane Rako di 16.13


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (7)
o ▼ September (4)
 Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe II (DM Ti...
 Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik (Chronic Ki...
 Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep Jiwa H...
 Asuhan Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah (Askep J...
o ► Juli (1)
o ► Januari (2)

 ► 2013 (31)
 ► 2012 (13)

Im a simple Girl, love Jesus, my family and my friends..

Konny Liane Rako


Im simple girl, love Jesus Christ, my family, friends :)
love all about Korean Wave,.
want be a profesional Nurse ^^
#pray can change all things
Lihat profil lengkapku

You might also like