Professional Documents
Culture Documents
2018
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan modul mengenai “initial assesment
pada pasien masalah trauma abdomen”.
Modul ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami sebagai
bahan diskusi dalam mata kuliah Praktek Keperawatan Gawat Darurat. Semoga
dengan terselesaikannya modul ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi
kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Modul ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap modul ini
dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang membacanya.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan maka dari itu
kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya kami bisa
membuat modul dengan lebih baik lagi.
Penulis
i
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
D. Patofisiologi ....................................................................................................... 4
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma
juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah
kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas
seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal
penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup
deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen
dan pelvis pada pasien trauma tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan
perineum harus dianggap berpotensi mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada
penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh
mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma.
Cedera ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma,
terutama disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam
setelah cedera abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra
abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu
penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap
bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal
yang mudah untuk dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja
dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, adanya
trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma yang
mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang, maupun pelvis.
Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan
langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin
mengalami trauma visera atau trauma vaskuler abdomen.
1
Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan
trauma tembus paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi
pada trauma tumpul menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim,
sementara organ berongga dapat kolaps dan menyerap gaya tersebut.
2
PEMBAHASAN
3
terhadap objek yang terfiksasi. Misalnya hancur akibat kecelakaan, atau sabuk
pengaman yang salah (seat belt injury). Hal yang sering terjadi adalah
hantaman, efeknya dapat menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada
organ padat visera. Hantaman juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen pada organ berongga dan menyebabkan rupture (MH Assiddqi,
2014).
D. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi
perdarahan intraabdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bial suatu organ visceral mengalami perforasi, maka
tanda-tanda perforasi, tana-tanda iritasi peritoneum cepat tampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyri lepas dan distensi abdomen tampa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda
peritonitis mungkin belum tampak. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
abdomen, maka operasi harus dilakukan.(Sjamsuhidayat,1997).
4
E. Manifestasi Klinis Trauma Abdomen
Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis
menurut Sjamsuhudaat,1997, meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen,
distensi abdomen, demam, anoreksia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan
suhu tubuh, dan nyeri spontan.
Pada trauma non penetrasi(tumpul) pada trauma ini biasanya terdapat
adanya jejas atau rupture dibagian dalam abdomen: terjadi perdarahan
intraabdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual,muntah,dan BAB hitam(melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma. Cidera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat: luka robekan pada
abdomen,luka tusuk sampai menembus abdomen. Biasanya organ yang terkena
penetrasi bisa perdarahan atau memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.
Menurut Jenis Trauma Manifestasinya antara lain :
a. Cedera Hati
Tanda dan gejala :Rasa sakit perut quadran kanan atas,
Kekakuan,spasme,”involuntary guarding”, Rebound tenderness(nyeri
lepas), Bunyi usus berkurang/hilang, dan Syok hipovolemik
b. Cedera Limpa
Tanda dan gejala :Rasa sakit di bahu kiri , Nyeri perut quadran kiri atas ,
Kekakuan,spasme, involuntary guarding,dan Syok hipovolemik
c. Cedera ginjal
Tanda dan gejala :Echimosis di daerah Flank, Nyeri di daerah Flank,dan
Gross/mikroskopik hematuri
d. Cedera organ berongga
Tanda dan gejala : Iritasi peritoneum ; kekakuan, spasme, involuntary
guarding, rebound tenderness dan rasa sakit , DPL (Peritoneal Lavage
Diagnostic) dapat terlihat empedu, feses, serat-2 makanan
5
F. Prosedur Diagnostik
1. CT Abdomen, IVP dan USG
2. Foto polos Abdomen
3. Cstigram/urethrogram
4. Lab: serum amilase,fungsi lever,analisa urine,cairan lambung, tes
kehamilan K/p
5. DPL (diagnostic peritoneal lavage)
6. FAST (focused abdomen sonography for trauma)
6
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 15:2(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
7
2. Penanganan awal trauma penetrasi
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicbut kecuali dengan adanya tim medis
Penanganan bila terjadi luk tusuk cukup dengan melilitkan kain kasa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau shingg tidak memperparah luka
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dinjurkan dimaukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari daam terebut dibaut kain bersih atau bila ada prban steril
Immobilisasi pasien
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan
Kirim kerumah sakit
8
I. Komplikasi Dari Trauma Abdomen
a. Perforasi
b. Perdarahan dan syok hipovolemik
c. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
d. Infeksi dan sepsis
e. Komplikasi pada organ lainnya
9
TILIK BALUT TEKAN PADA TRAUMA ABDOMEN
NO ITEM KEGIATAN
1. PERSIAPAN 1. Perawat mempersiapkan APD seperti handscone
dan masker
2. Perawat mempersiapkan alat-alat yang digunakan
seperti kasa steril sesuai balutan yang akan
dilakukan, gunting perban 1buah, bengkok 1buah,
cairan desinfektan dan juga kapas alkohol untuk
desinfektan.
10
3. Mengkaji kesiapan klien dan menjaga privasi
klien
11
atau letak yang akan dibalut. Perhataikan adanya
organ dalam yang keluar.
6. Perawat mendesinfeksi bagian sekitar luka
sebelum dilakukan balut tekan dengan kapas
alkohol
12
distal ke proksimal(terakhir ujung yang dalam tadi
diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau
bisa dimulai dari bawah luka(distal) lalu balut
lurus 2kali. Selanjutnya dibebatkan terus ke
proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan
bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua
pertiga bagian sebelumnya.
9. Jika balutan sudah selesai maka perawat
merapikan alat dan juga merapikan pasien
13
5. DOKUMENTASI 1. Mencatat waktu dan tindakan yang dilakukan
2. Mencatat apa saja terapi yang sudah diberikan
3. Mencatat hasil observasi
4. Mencatat dengan jelas,mudah dibaca dan ditanda
tangani
14
DAFTAR PUSTAKA
15