You are on page 1of 18

MODUL KEPERAWATAN

PRAKTEK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

INITIAL ASSESMENT PADA PASIEN

MASALAH TRAUMA ABDOMEN

Dosen Pembimbing : Ns.Vino Rika Novia S.Kep M.Kep

Disusun Oleh Kelompok IV:

1. Febrio Esa Putra


2. Monalisa Anggraini
3. Wira Melyca Sadri

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2018

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan modul mengenai “initial assesment
pada pasien masalah trauma abdomen”.
Modul ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami sebagai
bahan diskusi dalam mata kuliah Praktek Keperawatan Gawat Darurat. Semoga
dengan terselesaikannya modul ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi
kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Modul ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap modul ini
dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang membacanya.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan maka dari itu
kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya kami bisa
membuat modul dengan lebih baik lagi.

Penulis

i
Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

Daftar Pustaka ............................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Trauma Abdomen ............................................................................ 3

B. Jenis-Jenis Trauma Abdomen ............................................................................ 3

C. Etiologi Dari Trauma Abdomen......................................................................... 4

D. Patofisiologi ....................................................................................................... 4

E. Manifestasi Klinis Trauma Abdomen ................................................................ 5

F. Prosedur Diagnostik ........................................................................................... 6

G. Initial Assesment Trauma Abdomen .................................................................. 6

H. Penatalaksanaan dirumah sakit .......................................................................... 8

I. Komplikasi Dari Trauma Abdomen ................................................................... 9

TILIK BALUT TEKAN PADA TRAUMA ABDOMEN .......................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma
juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah
kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas
seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal
penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup
deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen
dan pelvis pada pasien trauma tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan
perineum harus dianggap berpotensi mengakibatkan cedera intraabdominal. Pada
penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat ditentukan oleh
mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status hemodinamik penderita.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma.
Cedera ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma,
terutama disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam
setelah cedera abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma intra
abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu
penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap
bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal
yang mudah untuk dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja
dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, adanya
trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya trauma yang
mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang, maupun pelvis.
Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan
langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin
mengalami trauma visera atau trauma vaskuler abdomen.

1
Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan
trauma tembus paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi
pada trauma tumpul menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim,
sementara organ berongga dapat kolaps dan menyerap gaya tersebut.

2
PEMBAHASAN

INITIAL ASSESMENT MASALAH TRAUMA ABDOMEN

A. Pengertian Trauma Abdomen


Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan atau
penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan
laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma adalah cidera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan
cidera(Sjamsuhidayat,1997).
Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi trauma penetrasi dan non
penetrasi.Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001).

B. Jenis-Jenis Trauma Abdomen


a. Trauma penetrasi: trauma tembak, trauma tusuk (MH Assiddqi, 2014).
Trauma penetrans merupakan 8-12% dari abdominal trauma yang datang
ke trauma center. Luka tembak merupakan penyebab yang sering pada trauma
penetrasi pada populasi anak dan menyebabkan kematian pada laki-laki kulit
hitam pada umur 15-24 tahun.
Penyebab lain trauma penetrasi adalah stab wound, impalements, gigitan
anjing, dan kecelakaan mesin. Oleh karena kebanyakan trauma penetrans pada
abdomen biasanya memerlukan tindakan pembedahan maka persiapan di ruang
operasi harus simultan dengan assessment pasien (Pratama, 2014).

b. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul


Diklasifikasikan ke dalam 3 mekanisme utama, yaitu tenaga kompresi
(hantaman), tenaga deselerasi dan akselerasi. Tenaga kompresi (compression
or concussive forces) dapat berupa hantaman langsung atau kompresi eksternal

3
terhadap objek yang terfiksasi. Misalnya hancur akibat kecelakaan, atau sabuk
pengaman yang salah (seat belt injury). Hal yang sering terjadi adalah
hantaman, efeknya dapat menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada
organ padat visera. Hantaman juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen pada organ berongga dan menyebabkan rupture (MH Assiddqi,
2014).

C. Etiologi Dari Trauma Abdomen


Penyebab trauma abdomen antara lain: trauma, iritasi, infeksi, obstruksi
dan operasi. Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma
tembus, biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan
mobil, pukulan langsung atau jatuh. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan
cedera eksterna yang mengancam nyawa (MH Assiddqi, 2014).

D. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi
perdarahan intraabdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bial suatu organ visceral mengalami perforasi, maka
tanda-tanda perforasi, tana-tanda iritasi peritoneum cepat tampak.
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyri lepas dan distensi abdomen tampa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda
peritonitis mungkin belum tampak. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
abdomen, maka operasi harus dilakukan.(Sjamsuhidayat,1997).

4
E. Manifestasi Klinis Trauma Abdomen
Klinis kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis
menurut Sjamsuhudaat,1997, meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen,
distensi abdomen, demam, anoreksia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan
suhu tubuh, dan nyeri spontan.
Pada trauma non penetrasi(tumpul) pada trauma ini biasanya terdapat
adanya jejas atau rupture dibagian dalam abdomen: terjadi perdarahan
intraabdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual,muntah,dan BAB hitam(melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma. Cidera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat: luka robekan pada
abdomen,luka tusuk sampai menembus abdomen. Biasanya organ yang terkena
penetrasi bisa perdarahan atau memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.
Menurut Jenis Trauma Manifestasinya antara lain :
a. Cedera Hati
Tanda dan gejala :Rasa sakit perut quadran kanan atas,
Kekakuan,spasme,”involuntary guarding”, Rebound tenderness(nyeri
lepas), Bunyi usus berkurang/hilang, dan Syok hipovolemik
b. Cedera Limpa
Tanda dan gejala :Rasa sakit di bahu kiri , Nyeri perut quadran kiri atas ,
Kekakuan,spasme, involuntary guarding,dan Syok hipovolemik
c. Cedera ginjal
Tanda dan gejala :Echimosis di daerah Flank, Nyeri di daerah Flank,dan
Gross/mikroskopik hematuri
d. Cedera organ berongga
Tanda dan gejala : Iritasi peritoneum ; kekakuan, spasme, involuntary
guarding, rebound tenderness dan rasa sakit , DPL (Peritoneal Lavage
Diagnostic) dapat terlihat empedu, feses, serat-2 makanan

5
F. Prosedur Diagnostik
1. CT Abdomen, IVP dan USG
2. Foto polos Abdomen
3. Cstigram/urethrogram
4. Lab: serum amilase,fungsi lever,analisa urine,cairan lambung, tes
kehamilan K/p
5. DPL (diagnostic peritoneal lavage)
6. FAST (focused abdomen sonography for trauma)

G. Initial Assesment Trauma Abdomen


Pengkajian yang dilakukan utuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera dibuka
dan bersihkan jalan nafas.
a. Airway dengan control tulang belakang
Membuka jalan nafas menggunakan teknk head tilt chin lift atau
mengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan makanan,
darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing dengan ventilasi yang adekuat
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan,
tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak,
selanjutnya lakuka pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan,ritme,
dan adekuat tidaknya pernapasan)
c. Circulation dengan control perdarahan hebat
Jik pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan
napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,lakukan

6
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 15:2(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

1. Penanganan awal trauma non-penentrasi(trauma tumpul)


 Stop makanan dan minuman
 Immobilisasi
 Kirim ke rumah sakit
 Diagnostic peritoneal lavage(DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan
dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen.
Adapun indikasi dilakukan DPL antara lain seperti: nyeri abdomen yang
tidak bisa diterangkan sebabnya, trauma pada bagian bawah dari dada,
hipotensi,hematocrit turun tanpa alasan yang jelas, pasien cidera
abdominalis dan cidera bmedula spinalis(sumsum tulang belakang), patah
tulang pelvis.
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapat darah segar
dalam BAB atau sekitar anus bearti trauma nonpenetrasi (trauma tumpul)
mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada
BAB atau sekitar anus bearti trauma non-penetrasi(trauma tumpul) usus
halus atau lambung. Apabila telah diketahui hasi Diagnostic Peritoneal
Lavage(DPL) seperti adanya darah pada rectum atau pada saat BAB.
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000
sel/mm3 dari 500 sel/mm3, empedu atau amylase dalam jumla yang cukup
juga merupakan indiksi untuk cidera abdomen. Tindakan selanjutnya akan
dilakukan prosedur laparotomi.
Dan adapun kontraindikasi dilakukan DPL adalah hamil,pernah
operasi abdominal, operator tida berpengalaman, bila hasilnya tidak akan
merubah penata-laksanaan.

7
2. Penanganan awal trauma penetrasi
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan(pisau atau benda tajam lainnya) tidak
boleh dicbut kecuali dengan adanya tim medis
 Penanganan bila terjadi luk tusuk cukup dengan melilitkan kain kasa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau shingg tidak memperparah luka
 Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dinjurkan dimaukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari daam terebut dibaut kain bersih atau bila ada prban steril
 Immobilisasi pasien
 Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
 Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan
 Kirim kerumah sakit

H. Penatalaksanaan dirumah sakit


1) Trauma penetrasi
Bila ada dugaan baha ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah
yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara local untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a) Skrining pemeriksaan rontgen
b) IVP atau urogram ekscretory dan CT Scanning ini dilakukan untuk
mengetahui jenis ceder ginjal yang ada
c) Uretrografi untuk mengetahui adanya rupture uretra
d) Sistografi digunakan mengetahui ada tidaknya cederapada kandung
kemih.

Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :


a) Pengambilan contoh darah dan urin
b) Pemeriksaan rontgen
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal

8
I. Komplikasi Dari Trauma Abdomen
a. Perforasi
b. Perdarahan dan syok hipovolemik
c. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
d. Infeksi dan sepsis
e. Komplikasi pada organ lainnya

9
TILIK BALUT TEKAN PADA TRAUMA ABDOMEN

NO ITEM KEGIATAN
1. PERSIAPAN 1. Perawat mempersiapkan APD seperti handscone
dan masker
2. Perawat mempersiapkan alat-alat yang digunakan
seperti kasa steril sesuai balutan yang akan
dilakukan, gunting perban 1buah, bengkok 1buah,
cairan desinfektan dan juga kapas alkohol untuk
desinfektan.

2. PENGKAJIAN 1. Melakukan salam terapeutik kepada pasien atau


keluarga klien
2. Perawat memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan tindakan(Alasan,tujuan,cara
tindakan,kerjasama yang diharapkan dari pasien
dan keluarga)

10
3. Mengkaji kesiapan klien dan menjaga privasi
klien

3. PELAKSANAAN 1. Perawat melakukan cuci tangan

2. Perawat mendekatkan alat-alat yang digunakan


3. Perawat memasang masker atau handscone

4. Perawat mengatur posisi pasien


5. Sebelum dimulai perawat memperhatikan tempat

11
atau letak yang akan dibalut. Perhataikan adanya
organ dalam yang keluar.
6. Perawat mendesinfeksi bagian sekitar luka
sebelum dilakukan balut tekan dengan kapas
alkohol

7. Lakukan balut tekan dengan kasa steril yang mana


posisi balutan paling nyaman dan tidak
mengganggu peredarah darah

8. Adapun balutan dilakukan dengan cara


menyangga anggota badan yang cidera pada posisi
tetap. Pastikan perban tergulung kencangdan tidak
longgar. Jika ada organ dalam yang keluar
usahakan tetap steril dan ditutup. Balutan biasanya
beberapa lapis yang dimulai dari satu ujung yang
diletakkan dari proksimal kedistal menutup
sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut dari

12
distal ke proksimal(terakhir ujung yang dalam tadi
diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau
bisa dimulai dari bawah luka(distal) lalu balut
lurus 2kali. Selanjutnya dibebatkan terus ke
proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan
bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua
pertiga bagian sebelumnya.
9. Jika balutan sudah selesai maka perawat
merapikan alat dan juga merapikan pasien

10. Buka handscone dan masukan kedalam bengkok

4. EVALUASI 1. Evaluasi kenyaman klien setelah tindakan


2. Tanyakan respon atau keluhan pasien jika masih
ada
3. Melakukan terminasi sementara kepada pasien
dengan meminta izin untuk kembali keruangan
perawat dan untuk beberapa saat pasien
dianjurkan untuk istirahat
4. Mengevaluasi kembali tindakan yang telah
dilakukan dan terapi selanjutnya
5. Salam penutup jika ada indikasi bagi pasien
dirujuk atau diperbolehkan untuk pulang

13
5. DOKUMENTASI 1. Mencatat waktu dan tindakan yang dilakukan
2. Mencatat apa saja terapi yang sudah diberikan
3. Mencatat hasil observasi
4. Mencatat dengan jelas,mudah dibaca dan ditanda
tangani

14
DAFTAR PUSTAKA

Khan, Nawas Ali. 2207. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging,


Professor of
Musliha.2010.Keperawatan Gawat Darurat.Nuha Medika.Yogyakarta
Molmenti, Hebe, 2004. Peritonitis. Medical Encyclopedia. Medline Plus
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta

15

You might also like