You are on page 1of 2

Fase rehabilitasi jantung

Rehabilitasi jantung dimulai saat kondisi hemodinamik pasien stabil yaitu tidak ada sakit
dada berulang dalam 8 jam, tidak ada tanda-tanda gagal jantung yang tidak terkompensasi (sesak
pada saat istirahat dengan ronki di dasar paru bilateral), dan tidak ada perubahan signifikan yang
baru pada EKG dalam 8 jam terakhir (Tedjasukmana, 2012).

Kriteria-kriteria untuk pasien rehabilitasi jantung yaitu:

a. Kriteria inklusi: paska miokard infark, penyakit jantung koroner, paska PTCA, paska
CABG, CHF stabil, pacu jantung, penyakit katup jantung, transplantasi jantung, penyakit
jantung bawaan, dan penyakit gangguan vaskular lainnya.
b. Kriteria ekslusi: angina tidak stabil, gagal jantung kelas 4, takiaritmiabradiaritmia tidak
terkontrol, severe aortic-mitral stenosis, hypertropicobstructive cardiomyopathy, severe
pulmonary hypertension, dan kondisi lainnya.

Rehabilitasi jantung memiliki 4 fase yaitu:

a. Fase I (Inpatient)
Program rehabilitasi fase I merupakan program yang diberikan selama pasien
dirawat di rumah sakit. Rehabilitasi fase akut di rumah sakit meliputi rehabilitasi di ruang
ICCU/CVCU selama 3-5 hari dan dilanjutkan di ruang perawatan lanjutan selama 2-3
minggu atau hingga pasien pulang (Udjianti, 2011). Kegiatan program rehabilitasi fase I
terdiri dari pendidikan kesehatan dan latihan aktivitas fisik. Aktivitas atau tingkat
fungsional disusun berdasarkan diagnosis dan kondisi medis pasien. Pasien dipantau
secara ketat terhadap kemungkinan tanda dan gejala yang timbul selama latihan.
b. Fase II (Outpatient/ Immediate outpatient)
Program outpatient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari rumah sakit
yaitu dimulai pada minggu kedua atau ketiga berupa program latihan terstruktur, pasien
individual/group, konseling, dan edukasi (Tedjakusuma, 2012). Tujuan utama dari
program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum
sakit.
Pasien yang pernah menjalani operasi CABG sering merasa pusing dan disritmia
supraventrikular sedangkan pada pasien infark miokard sering mengalami perubahan
segmen ST pada EKG. Sehingga diperlukan pengawasan program rehabilitasi pada
pasien dengan riwayat gangguan jantung tersebut. Program ini dikepalai oleh dokter yang
dapat melakukan kontak secara teratur dengan pasien, dapat melayanipanggilan rumah
atau dapat melakukan pengawasan pada program latihan (Marchionni, et al., 2003 dalam
Arovah, 2012).
c. Fase III (Maintenance/ intermediate outpatient)
Fase ini dimulai segera setelah fase II, saat kondisi pasien sudah stabil dantetap
dengan tindakan supervisi. Program fase III difokuskan pada modifikasi gaya hidup dan
latihan fisik. Fase ini berlangsung selama 3-6 bulan.
d. Fase IV (Maintenance phase of indefinite lenght)
Fase yang tidak memerlukan supervisi dan berlangsung dalam waktu tak terbatas.
Tujuan pada fase IV yaitu melihara pencapaian kondisi pasien yang optimal. Fase ini
difokuskan pada perawatan jangka panjang seumur hidupuntuk menjaga gaya hidup
sehat, menghindari kemunduran dari target-target yang sebelumnya telah tercapai seperti
tingkat kesegaran fisik, mempertahankan berat badan, dan berhenti merokok (Lubis,
2009).

 Tedjasukmana, P. 2012. Tata Laksana Hipertensi. GDK-192, 39(4) : 251(4) : 251-254.


Jakarta.
 Udjianti, W.J. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
 Arovah, Novita Intan. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
 Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi: Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.

You might also like