You are on page 1of 7

ESSAY

PENTINGNYA NILAI DAN MORAL BAGI PROFESI PERAWAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Dan Hukum Keperawatan
Dosen : Ns.Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Nama : Ns. Riyan Dwi P., S.Kep


NIM : 176070300111005

PROGRAM STUDY MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
ESSAI
PENTINGNYA NILAI DAN MORAL BAGI PROFESI PERAWAT

1. Paparan Masalah
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat ini
membuat tuntutan meningkat terhadap mutu pelayanan dari segala bidang,
tidak terkecuali pelayanan kesehatan. Dalam menunjang pelayanan kesehatan,
perawat merupakan salah satu bagian yang mempunyai peranan sangat
penting. PP. No. 32 tahun 1996 merupakan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang tenaga kesehatan di Indonesia salah satunya mengenai
keberadaan profesi perawat. profesi perawat memiliki jumlah tenaga
terbanyak di pelayanan kesehatan yang memiliki waktu interaksi lebih banyak
dengan pasien jika dibandingkan dengan profesi kesehatan lainnya. Dalam
interaksi antara perawat dan pasien terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi dan berdampak kepada keduanya terutama pasien (Range &
Rotherham, 2010). Tidak salah jika perawat disebut sebagai ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat. Dalam penerapan asuhan keperawatannya, diperlukan
kemampuan perawat dalam menghargai nilai dan moral dari pasien (Shahriari
et al., 2013). Hal tersebut menjadikan tantangan bagi profesi keperawatan
untuk mengembangkan landasan yang kokoh agar dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas dibidang kesehatan.
Setiap hari dalam banyak kondisi perawat dituntut untuk mengambil
keputusan etik terkait pasien yang dirawatnya. dalam membuat keputusan
dibutuhkan pertimbangan dari nilai dan moral yang berlaku di lingkungan
tersebut, agar tidak menimbulkan keadaan yang kurang nyaman terhadap
pasien dan keluarga juga pada perawat. sehingga untuk mengantisipasi
terjadinya hal tersebut di bentuklah suatu legal etik sebagai jalan tengah dalam
memutuskan suatu permasalahan etik yang sesuai dengan nilai-nilai dan moral
yang dimiliki perawat dan pasien. Beberapa contoh kondisi perawat yang
bersinggungan dengan nilai dan moral dalam permasalahan etik diantaranya
aborsi, isu kematian, kloning, dan masih banyak permasalahan yang lainnya.
Nilai dan moral merupakan bagian dari etik keperawatan yang diterapkan
sampai sekarang dengan bersumber dari nilai dan moral dimasyarakat. pada
tahun 1899 dibentuk suatu badan hukum internasional yang disebut
International Council of Nurses (ICN) sebagai penggagas pertama dalam
mengembangkan kode etik keperawatan. Dalam pemberian asuhan
keperawatan Pemahaman yang mendalam tentang etika, moral, dan legalitas
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar, dengan demikian setiap
nilai-nilai yang diyakini pasien dihormati dan menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Persepsi dan motivasi seseorang dapat
dipengaruhi oleh nilai-nila yang dianutnya. Penghargaan atas nilai dan moral
dari individu pasien tersebut meliputi penghargaan terhadap hidup, martabat,
dan hak pasien (Naden & Eriksson, 2005).
penelitian Rutherford pada tahun 2014 menyebutkan bahwa
kepercayaan pasien terhadap perawat dapat mempengaruhi banyak aspek
dalam interaksi antara pasien dan perawat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai yang dimiliki oleh perawat jika dipahami dan dimanfaatkan dengan baik
akan mampu menarik kepercayaan pasien untuk telibat interaksi positif
dengan perawat dalam setiap tindakan dan bahkan pengambilan
keputusan. Karen A. Daley mantan presiden American Nurses Assosiation
(ANA) dalam diskusinya terkait dengan “kepercayaan pasien adalah sebuah
aset profesional keperawatan” menyebutkan bahwa dalam poling tersebut
menunjukkan bahwa pasien yang terhubung dengan perawatnya akan
memberikan kepercayaan pada perawat untuk melakukan hal yang benar dan
terbaik. Hal ini menunjukkan bahwasanya interaksi antara pasien dan perawat
sangat penting, dan memang perlu adanya hubungan saling percaya, saling
menghormati nilai-nilai diantaranya sehingga hasil maksimal dalam
penyembuhan pasien dapat tercapai. Dengan adanya rasa saling percaya yang
kuat, dibentuk oleh moral yang baik antara perawat dan pasien, maka
permasalahan kesehatan yang muncul akan lebih mudah diatasi demi
mengurangi angka kecacatan dan kematian pada pasien.
Dalam interaksi antara perawat dan pasien terdapat komunikasi verbal
dan non verbal, setiap komunikasi yang dilakukan memiliki dampak terhadap
pemberian asuhan keperawatan dan rasa percaya pasien terhadap perawat.
Misalkan pada contoh kasus pasien dengan luka DM (diabetes melitus) yang
memiliki ciri khas bau yang lebih tajam dari pada luka-luka yang lainnya,
keadaan tersebut terkadang secara spontan menimbulkan reaksi non verbal
dari perawat yang berlebihan (Roberson, Neil & Bryant, 2008). Gerakan
wajah, sentuhan, gerakan tubuh, dan kualitas dari suara merupakan bentuk
dari reaksi non verbal (Martin et al., 2010). Jika reaksi perawat terhadap
pasien dengan luka DM tersebut tidak sesuai dengan nilai dan moral dari
pasien dan lingkungan, bisa dikatakan perawat telah melanggar nilai dan
moral dari pasien, seperti membedakan perlakuan dengan pasien lain, wajah
yang sinis, kasar dalam merawat, nada tinggi saat berbicara dan ekspresi
seperti mau muntah di depan pasien. Terdapat beberapa hal yang perlu di
tingkatkan dari pelayanan yang dilakukan perawat adalah penyampaian
informasi kepada pasien, menyapa pasien, menjadi pendengar yang baik, dan
sabar dalam berinteraksi kepada pasien. Dari penjelasan diatas menunjukkan
bahwa begitu penting komunikasi yang baik antara pasien dan perawat,
melalui penerapan nilai dan moral saat berkomunikasi dapat membangun
hubungan yang positif sehingga akan muncul kepuasan baik dari pihak pasien,
keluarga, maupun perawat. Dengan demikian diharapkan pemberian
pelayanan yang berkualiatas dapat tercapai. Untuk mengetahui lebih lanjut
manfaat dan konsep dari penerapan nilai dan moral maka penulis tertarik
untuk mengkaji lebih lanjut terkait pentingnya nilai dan moral dalam profesi
keperawatan yang digunakan sebagai landasan dasar dalam pemberian asuhan
keperawatan.

2. Pembahasan
Nilai atau value secara umum merupakan suatu keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang tentang sebuah penghargaan terhadap standar atau
pegangan yang tertuju pada suatu sikap atau perilaku seseorang. Nilai sendiri
menjadi suatu standart atau tolak ukur seseorang dalam bersikap atau
berperilaku. Nilai merupakan pandangan individu atau masyarakat terhadap
sesuatu yang baik (diinginkan) dan sesuatu yang buruk (tidak diinginkan)
(Horton et al, 2007; Rich & Butts, 2010). Pembentuk dari nilai yang di anut
seseorang didapatkan dari latar belakang budaya, suku bangsa, tradisi dan nilai
yang dipegang oleh keluarga (Shahriari et al., 2013). Meskipun secara global
nilai itu dipandang sama, namun faktor-faktor pembeda pembentuk nilai
tersebut diatas membuat pemahaman individu terhadap nilai menjadi berbeda,
begitu pula dengan bagaimana mereka menghargai nilai individu lain. Nilai
memegang peranan penting dalam membentuk moral seorang individu, dan
dengan nilai tersebut maka seorang individu memiliki motivasi untuk
bertindak dan memilih keputusan.
Penelitaian yang dilakukan Maben et al (2007) mengidentifikasi nilai-
nilai esensial dalam praktek keperawatan professional ada 7 yaitu: “(1)
Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian,
seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas,
imajinasi, sensitifitas dan kepedulian. (2) Altruism (mengutamakan orang
lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk
keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan atau
kemurahan hati serta ketekunan. (3) Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau
status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga
diri dan toleransi. (4) Freedom (Kebebasan): memiliki kapasitas untuk
memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan
dalam pengarahan diri sendiri. (5) Human dignity (Martabat manusia):
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia
sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan
dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan. (6) Justice (Keadilan):
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran. (7) Truth
(Kebenaran): Menerima kenyataan dan realita, termasuk akuntabilitas,
kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional”.
Sedangkan, Shahriari et al (2013) menjelaskan bahwa unsur atau
komponen dari nilai dibagi menjadi 10 yaitu: “(1) Human dignity (martabat
manusia) adalah menghormati dari individu pasien meliputi kepribadian,
keluarganya, dan lingkungan merupakan hal terpenting dalam nilai
keperawatan, (2) Social Justice (keadilan sosial) merupakan persamaan dalam
mendapatkan akses kesehatan dan diperlakukan sama baik dari status
ekonomi, sosial, dan status budaya, (3) Altruism artinya adalah perawat
berperan dalam memberikan bantuan kepada pasien, bersedia menghormati
dan menghargai dalam usaha mendapatkan kesehatannya kembali, (4)
Autonomi dalam pengambilan keputusan artinya perawat berperan dalam
pengambilan keputusan , baik dalam menerima ataupun menolak suatu
tindakan, intervensi dan perawatan. Sehingga perawat dapat membantu pasien
mendapatkan haknya dalam menerima informasi tentang diagnosa,
pengobatan, dan pencegahan dalam pengambilan keputusan yang tidak tepat,
(5) Precision and accuracy in caring merupakan keahlian klinisi dan
pengetahuan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien, meningkatkan
kesehatan mereka dan meredakan dari rasa nyeri dan penderitaan, (6)
Responsibilty berkaitan dengan komitmen, tanggung jawab pemenuhan hak
pasien, dan menghormati keputusan pasien, (7) Human relationship meliputi
asuhan keperawatan termasuk tindakan efektif dalam suatu hubungan yang
berdasar saling menghormati dan memahami, (8) Individual and profesional
competency merupakan erat kaitannya dengan keperawatan sebagai suatu
profesi yang profesional dan berkompeten sehingga keperawatan dapat
tumbuh dan berkembang, (9) Sympathy merupakan erat kaitannya dengan
memahami pasien dan kebutuhan keluarganya dan memberikan perawatan
berdasar komunikasi yang adil, (10) Trust erat kaitannya dengan kejujuran
dalam perkataan dan perbuatan”.
Moral merupakan keyakinan, perilaku, dan cara yang spesifik
berdasarkan pada penilaian pribadi yang berasal dari etika seseorang (Rich &
Butts, 2010). Penalaran moral merupakan panduan dalam membuat keputusan
tentang bagaimana perawat harus bertindak (Rich & Butts, 2010).
Pengembangan moral dapat dideskripsikan dengan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan berfokus pada pencapaian yang baik, dengan cara perawat
harus mengetahui cara bertindak dalam situasi tertentu, melakukan
pertimbangan yang mendalam, dan mempunyai watak yang konsisten dan
karakter yang bagus. Sehingga dalam pengembangan moral perawat dapat
meliputi pengetahuan, namun pengetahuan perawat dapat bertransformasi
kearah pemilihan keputusan yang tepat. Pertimbangan, penilaian, dan
keputusan adalah langkah menuju perubahan dalam pengetahuan menuju
suatu tindakan yang benar (Broadie dalam Rich & Butts, 2010).
Jormsri et al., (2005) mengatakan bahwa kompetensi moral meliputi 3
moral yaitu moral perception sebagai bentuk dari sifat afektif yang
memberikan kesadaran akan nilai dan ekspresi dari nilai berdasar komunikasi
yang sama; moral judgement merupakan bentuk kognitif yang meminta dari
pilihan individu yang memerlukan alasan yang logis dan berpikir kritis; moral
behaviour merupakan tindakan yang tegas dari pilihan individu tersebut. Pada
saat ini dapat dijawab dengan single kerangka kerja moral itu cukup mewakili
morality semua individu di semua budaya. Indikator dari keranga kerja
kompetensi moral dalam praktik keperawatan menurut Jormsri et al., (2005)
meliputi “(1) loving kindness yaitu ekpresi manusia dari bergbagai karakater,
(2) compassion yaitu rasa kasihan/iba terhadap penderitaan oranglain secara
afektif dan membebaskan dari rasa penderitaan dan nyeri, (3) Sympathetic joy
yaitu suatu perasaan bahagia saat melihat orang bahagia saat orang lain
berhasil memberikan bantuan dan dukungan kepada meraka yang bertahan
dari penderitaan mereka, (4) equanimity yaitu menerima mereka apaadanya
dengan segala kebaikan dan keburukan yang dimiliki, (5) responsibility dalam
profesi perawat yaitu perawat harus bertanggung jawab kepada pasien sebagai
pasien, (6) discipline yaitu perawat harus lebih berhati-hati dalam menata
kehidupan mereka untuk perkembangan personal. Mereka dapat mengontrol
diri mereka dengan membantu daripada mengeksploitasi tindakan mereka, (7)
honesty yaitu berfokus pada menghargai manusia dengan memegang
kebenaran, menghindari penipuan dan berusaha keras berbuat baik kepada
orang lain, (8) respect for human values, dignity and rights, yaitu melihat
manusia sebagai tetangga dan penduduk dari dunia dan berpikir bahwa meraka
sama dan unik”.
Teori nilai dan moral yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli
diatas, menjelaskan bahwa seorang perawat harus bekerja secara profesional
dengan berbagai kompetensi keperawatan yang harus dicapai dengan baik saat
memberikan asuhan keperawatan selain itu perawat mendapat dukungan dan
konfirmasi yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan yang baik dan
menjadi perawat yang baik. Bekerja pada lingkungan dengan pasien yang
memiliki riwayat kesehatan buruk dapat menjadikan perawat stress namun
sikap perawat yang menunjukka sifat stress harus dihindari untuk kebaikan
pasien tersebut (Lindhal et al., 2010). Sehingga tidak ada lagi pelanggaran
nilai dan moral terhadap pasien maupun perawat sendiri dengan bekerja secara
profesional dengan komunikasi yang tetap terjaga sehingga perawat dapat
memberikan perawatan kepada pasien secara holistik dengan baik. oleh karena
itu ketika berhadapan dengan pasien kita harus memandang pasien secara
utuh, serta menghargai nilai dan moral yang dimiliki pasien. Dengan demikian
nilai dan moral memiliki peranan yang sangat penting terhadap peningkatan
kualitas pelayan kesehatan yang diberikan perawat, mengingat perawat adalah
salah satu profesi kesehatan yang memiliki waktu interaksi paling banyak
dengan pasien. Secara garis besar perawat harus membuat seluruh
keputusannya berdasarkan dari nilai dan moral yang berlaku dimasyarakat.

3. Kesimpulan
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki intensitas
interaksi dengan pasien paling sering daripada tenaga kesehatan lainnya,
sehingga kemungkinan resiko untuk mengalami konflik nilai dan moral
dengan pasien lebih besar. Dengan demikian untuk meminimal resiko tersebut
dan meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan perawat
harus mengenali dan menerapkan konsep-konsep dari nilai dan moral serta
memiliki kompetensi yang baik. Perawat bisa menggunakan teori-teori tentang
nilai dan moral yang telah disebutkan diatas untuk berinteraksi dengan pasien.
Komunikasi baik verbal maupun non verbal yang baik dapat meningkatkan
hubungan positif pasien dengan perawat sehingga lebih mudah untuk
mencapai kesembuhan.

4. Saran
Dalam merawat pasien dengan masalah kesehatan yang bermacam-
macam diharapkan perawat menggunakan berbagai pendekatan yang telah
disebutkan beberapa tokoh diatas untuk dapat mengidentifikasi nilai yang
diyakini oleh pasien. Tidak dipungkiri bahwa semakin kebelakang nilai dan
moral mengalami degradasi, maka kita harus kembali mengkampanyekan
tentang pentingnya penerapan nilai dan moral. Dengan adanya beberapa kasus
belakangan ini yang tersebar di dunia maya terkait isu negatif dari pelayanan
kesehatan seyogyanya profesi keperawatan kembali menekankan pentingnya
penerapan nilai dan moral dalam berinteraksi dan memberikan pelayan
terhadap pasien. Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat
harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan
moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
Daftar Pustaka

Range, L. M., & Rotherham, A. L. (2010). Moral distress among nursing and non-
nursing students. Nursing Ethics, 17(2), 225-32.
Shahriari, M., Mohammadi, E., Abbaszadeh, A., & Bahrami, M. (2013). Nursing
ethical values and definitions:A literature review. Iranian Journal of
Nursing and Midwifery Research, 8(1).
Nåden, D., & Eriksson, K. (2004). Understanding the importance of values and
moral attitudes in nursing care in preserving human dignity. Nursing
Science Quarterly, 17(1), 86-91.
Roberson, D. W., Neil, J. A., & Bryant, E. T. (2008). Improving wound care
simulation with the addition of odor: A descriptive, quasi-experimental
study. OstomyWound Management, 54(8), 36-43.
Martin, A., O'Connor-Fenelon, M., & Lyons, R. (2010). Non-verbal
communication between nurses and people with intellectual disability: A
review of the literature. Journal of Intellectual Disabilities, 14(4), 303-
314.
Rich and Butts, (2010). Foundation of Ethical Nursing Practice. Joane and
Barnett Learning : LCC
Jormsri, P., Kunaviktikul, W., Ketefian, S., & Chaowalit, A. (2005). Moral
competence in nursing practice. Nurs Ethics 14. doi:
10.1191/0969733005ne828oa
Lindahl, E., Gilje, F., Norberg, A., & Söderberg, A. (2010). Nurses' ethical
reflections on caring for people with malodorous exuding ulcers. Nursing
Ethics, 17(6), 777-90. doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733010379181
Horton, K., Tschudin, V and Forget, A. (2007). The value of nursing: a literature
review. Nursing Ethics, 14(6):716-740.
Maben, J., Latter, S. and Macleod Clark, J. (2007). The sustainability of ideals,
values and the nursing mandate: evidence from a longitudinal qualitative
study. Nursing Inquiry, 14(2):99-113.

You might also like