You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pola penyakit yang terjadi dari penyakit menular ke penyakit

tidak menular ditujukan dengan adanya kecenderungan semakin

meningkatnya prevalensi penyakit non-infeksi (penyakit tidak menular)

seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal, dan stroke yang akhir-akhir ini

banyak terjadi di masyarakat dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit

menular). Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan

demografi, sosial ekonomi, sosial budaya, perkembangan teknologi,

perubahan pola makan, gaya hidup dan kemajuan ekonomi bangsa. Secara

global World Health Organization (WHO) memperkirakan PTM

menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia

(Soeharto, 2013).

Hipertensi merupakan PTM atau salah satu penyakit sistem

kardiovaskuler yang paling banyak ditemui dibandingkan dengan penyakit

sistem kardiovaskuler lain. Penyakit ini sering disebut sebagai pembunuh

gelap/silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan di dunia dan

menyerang siapa saja. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4

orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah

penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun

2025 (WHO, 2015).

1
2

Menurut American Heart Association (2017), tekanan darah

tinggi adalah apabila tekanan darah sistolik 120-129 mmHg atau tekanan

darah diastolik 80 mmHg pada usia lebih dari ≥ 18tahun. Prevalensi

tekanan darah tinggi di wilayah Asia tergolong tinggi, diketahui dari

prevalensi tekanan darah tinggi masyarakat di Tiongkok sebesar

47%.Tidak jauh berbeda dengan wilayah Asia, prevalensi tekanan darah

tinggi masyarakat di Indonesia tergolong tinggi dan melebihi kedua negara

tersebut, yaitu 48,4% .

Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan

bahwa hipertensi di masyarakat belum terdiognosa. Hal ini ditunjukan dengan

hasil pengukuran tekanan darah pada prevalensi hipertensi dengan usia ≥18

tahun, dimana prevalensi hipertensi di Indonesia yaitu sebesar 36,85% pada

tahun 2013 dan hanya sepertiga (9.5%) peduduk yang mengetahui menderita

hipertensi dan 0,7% kasus yang sedang meminum obat hipertensi. Angka

menunjukkan 75,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 rata-rata prevalensi penduduk

yang mengalami hipertensi di Pulau Kaliamantan cukup tinggi yaitu 28,85%

dengan masing-masing provinsi sebagai berikut kalimantan barat 28,3%,

Kalimatan Tengah 26,7%, Kalimantan Timur 29,6%, prevalensi tertinggi

ketiga yaitu Kalimantan Selatan tercatat sebagai prevalensi hipertensi

tertinggi pertama sebesar 30,8% (Balitbang, 2013).


3

Data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan hipertensi merupakan

penyakit tertinggi nomor 1 dari 10 penyakit terbesar, pada tahun 2016

menujukan prevalensi penderita hipertensi sebesar 51.022 jiwa dan hipertensi

meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah sebesar 154.343 jiwa. Angka

hipertensi di kota Banjarbaru berdasarkan data Dinas kesehatan tahun 2016

dengan jumlah sebesar 3.958 jiwa dan meningkat pada tahun 2017 dengan

jumlah 4.279 jiwa penderita hipertensi.

Sesuai data yang diperoleh di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru pada

tahun 2015-2017 hipertensi meduduki penyakit tertinggi di Poli Umum. Pada

tahun 2015 hipertensi menduduki peringkat kedua tertinggi yaitu sebanyak

1.350 jiwa yang menderita hipertensi, pada tahun 2016 hipertensi naik

menjadi peringkat pertama yaitu 1.575 jiwa dan pada tahun 2017 penyakit

hipertensi naik lagi menjadi 1.925 jiwa.

Hipertensi merupakan penyakit dengan berbagai kausa. Meningkatnya

tekanan darah dilihat dari berbagai faktor yang memicu hipertensi dapat

dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis

kelamin, usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi yang

mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurang nya

kativitas fisik (Anggraini , 2014).

Penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan yang

berlebih. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan pada orang yang berat

badannya normal atau kurus dapat menderita hipertensi. Pada orang yang
4

dengan status gizi yang tergolong obesitas akan terjadi penumpukan jaringan

lemak tubuh yang berlebihan karena seluruh organ tibuh dipacu bekerja keras

untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar, dikarenakan banyaknya

timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah tinggi, darah yang

beredar melalui pembuluh darah juga meningkat sehingga menyebabkan

tekanan darah arteri meningkat dan tekanan darah menjadi tinggi

(Andriyani,2010)

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menyebutkan bahwa risiko terkena hipertensi denga berat badan lebih,

berpeluang 2,3 kali dibandingkan dengan berat badan normal atau kurus.

Seseorang denagn berat badan blebih akan terjadi penumpukan jaringan

lemak, yang dapat menyebabkab peningkatan resistensi pembuluh darah

dalam meningkatkan kerja jantung untuk dapat memompakan darah ke

seluruh tubuh (Pradono, 2010). Peningkatan berat badan memainkan

peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan

obesitas (Nurrahmani, 2012).

Mengonsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi seperti

makanan instan secara berlebih dapat menyebabkan kelebihan asupan

natrium. Asupan natrium tinggi dapat meningkatkan kadar natrium di dalam

plasma darah. Hal tersebut menyebabkan sejumlah besar natrium yang dapat

meningkatkan volume darah di dalam tubuh sehingga jantung harus

memompa darah lebih kuat yang menyebabkan tekanan darah lebih tinggi

(Sumarni, ddk. 2015).


5

Menurut World Instant Noodles Association tahun 2014, Indonesia

berada pada peringkat kedua dunia setelah China/ Hongkong yang

mengonsumsi mi instan terbanyak yaitu sebesar 13.43 juta bungkus per tahun

2014 (WINA, 2015). Penelitian di Amerika menunjukkan, rata-rata

kandungan natrium pada makanan kemasan komersial tergolong tinggi.

Penelitian di Thailand menunjukkan konsumsi makanan instan 3-6 kali per

minggu pada laki-laki secara signifikan berhubungan dengan kejadian

hipertensi (Thawornchaisit et al. 2013).

Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika makanan dan

minuman instan dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori,

lemak, dan natrium akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga akan dapat

menimbulkan berbagai penyakit degenerative terutama hipertensi serta

obesitas. Namun, konsumsi pangan tersebut tidak akan merugikan jika

disertai dengan menu seimbang, frekuensi yang rendah dan disertai dengan

aktifitas fisik atau olahraga yang teratur dan disesuaikan dengan usia

(Hevyharyanti, 2009).

Prevalensi gizi lebih terus meningkat dari data hasil Riskesdas 2013

menunjukkan prevalensi laki-laki gizi lebih 19,7% dan perempuan 32,9%

dimana salah satu pemicu dari gizi lebih adalah kurangnya asupan sayuran

dan buahan yang akhirnya dapat berdampak pada tekanan darah tinggi.

Secara nasional sebanyak 93.5% masyarakat Indonesia masih kurang dalam

mengonsumsi buah dan sayur (Depkes, 2013).


6

Menurut WHO (2013) konsumsi sayur dan buah yang rendah

menduduki peringkat 10 di dunia sebagai faktor risiko penyebab kematian di

dunia. Sekitar 2.7 juta warga dunia meninggal setiap tahunnya akibat

konsumsi sayur dan buah yang rendah. Data Reskesdas 2013, Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah provinsi dengan angka terbaik konsumsi buah

dan sayur, sedangkan Kalimantan Selatan menjadi provinsi dengan angka

kurang konsumsi buah dan sayur tertinggi di Indonesia.

Hasil penelitian Wang et.al (2012) menunjukkan bahwa konsumsi

buah dan sayur menghambat kejadian hipertensi. Penelitian sebelumnya juga

menunjukkan masyarakat kurang mengonsumsi buah dan sayur (Sari 2015).

Konsumsi buah dan sayur berkaitan dengan asupan serat. Asupan serat tinggi

dapat menghambat kejadian hipertensi (Lairon 2005).

Pedoman Gizi Seimbang (PGS 2014) menganjurkan konsumsi sayur

untuk orang Indonesia sebesar 3 porsi per hari dan buah 5 porsi untuk usia

≥19 tahun (Kemenkes 2014). Peningkatan konsumsi buah dan sayur

menunjukan perubahan yang signifikan pada fingsi endothealial dan

gangguan fungsi kardiovaskular. Dengan menambah 1 porsi buah dan sayur

dapat meningkatkan respon aliran darah oleh asetikolin (Anggraini, 2014).

Aktivitas fisik juga sangat berpengaruh terjadinya hipertensi, dimana

pada orang yang kurang aktifitas akan cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih

keras pada tiap kontraksi. Semakin keras dan sering otot jantung memompa

maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Titu Parfita, 2012).
7

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi

karena meningkatkan resiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif

juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap konstraksi. Makin

deras dan sering otot jantung harus memompa, makin bersar tekananan yang

dibebankan pada arteri (Sheps&Aris,2011)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu

dilakukan penelitian tentang konsumsi makanan dan minuman instan, sayur,

buah, aktivitas fisik dan status gizi pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Besar.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan konsumsi makanan dan minuman instan, sayur

buah, aktivitas fisik terhadap status gizi pada penderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

konsumsi makanan dan minuman instan, sayur buah, aktivitas fisik

dengan status gizi pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Besar Banjarbaru.


8

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakter berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat

penyakit keluarga pada penderita hipertensi

b. Menilai konsumsi makanan instan penderita hipertensi

c. Menilai konsumsi minuman instan penderita hipertensi

d. Menilai konsumsi sayur penderita hipertensi

e. Menilai konsumsi buah penderita hipertensi

f. Menilai aktifitas fisik penderita hipertensi

g. Menilai status gizi penderita hipertensi

h. Menganalisis konsumsi minuman instan dengan status gizi penderita

hipertensi

i. Menganalisis konsumsi makanan instan dengan status gizi penderita

hipertensi

j. Menganalisis konsumsi sayur dengan status gizi penderita hipertensi

k. Menganalisis konsumsi buah dengan status gizi penderita hipertensi

l. Menganalisis konsumsi aktifitas fisik dengan status gizi penderita

hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait

konsumsi makanan dan minuman instan, sayur buah, aktifitas fisik dengan

status gizi penderita hipertensi serta sebagai media pengembangan


9

kompetensi diri sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama

perkuliahan.

2. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi terhadap faktor risiko hipertensi yang

diteliti, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan (program

kesehatan) untuk mengurangi dan mengatasi kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat khususnya penderita hipertensi tentang pentingnya hubungan

konsumsi makanan dan minuman instan, konsumsi sayur buah, aktifitas

fisik dengan status gizi penderita hipertensi serta menambah pengetahuan

khususnya dalam membiasakan pola makan sehari-hari yang tepat sesuai

pola makan gizi seimbang.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat dijadikan bahan

perbandingan dan evaluasi untuk lebih mengembangkan varibel yang

berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman insatan, konsumsi

sayur buah, aktivitas fisik dan status gizi penderita hipertensi


10

E. Keaslian Penelitian

Peneliti Nina Triani Lisandy Yunita Helda Yanti


Nababan
Judul Dampak pola konsumsi Faktor-faktor Hubungan
Penelitian buah dan sayur, yang konsumsi
aktivitas fisik dan berhubungan makanan dan
konsumsi natrium dengan kejadian minuman Instan,
terhadap tekanan darah prehipertensi pada konsumsi sayur
pasien hipertensi rawat usia dewasa di dan buah,
jalan wilayah kerja aktivitas fisik,
Puskesmas status gizi
pelabuahan terhadap
sambas hipertensi
Tempat Di Rumah Sakit Ratu di wilayah kerja Di daerah
dan Zalecha Martapura Puskesmas Puskesmas
Tahun Tahun 2015 pelabuahan Suangai Besar
Penelitian sambas tahun Banjarbaru tahun
2017 2018
Variabel Pola konsumsi buah Umur, jenis Konsumsi
Bebas dan sayur, aktivitas kelamin, makanan dan
fisik dan konsumsi pendidikan, Minuman Instan,
natrium pekerjaan, status konsumsi sayur
penikahan,dan dan buah,
riwayat keluarga aktivitas fisik,
yang hipertensi status gizi
Variabel Tekanan darah Prehipetensi Status gizi
Terikat penderita
hipertensi
Metode Retrospektif Cross Sectional Cross sectional
Penelitian
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Nina Triani Dampak pola - Variabel bebas: konsumsi - Variabel terikat: Tekanan
konsumsi buah dan buah dan sayur, aktivitas Darah Pasien Hipertensi
sayur, aktivitas fisik fisik dan konsumsi natrium Rawat Jalan sedangkan yang
dan konsumsi Jenis penelitian: Observasi di teliti Status Gizi Pada
natrium terhadap analitik Penderita Hipertensi
tekanan darah pasien - Desain: Cross sectional - Tempat penelitian: Di
hipertensi rawat - Alat ukur: Rumah Sakit Ratu Zalecha
jalan FFQ untuk konsumsi sayur Martapura Tahun
dan buah 2015sedangkan yang akan
PAL untuk aktivitas fisik diteliti adalah wilayah kerja
Puskesmas Sungai Besar
Banjarbaru
- Kriteria usia: ≥30 tahun
sedangkan yang akan diteliti
adalah ≥18 tahun
- Desain: Cross sectional
- Teknik pengambilan sampel:
Simple random sampling
sedangkan yang akan diteliti
adalah purposive sampling
- Analisis: Uji statistik Chi
Square sedangkan yang akan
diteliti adalah uji korelasi
rank Spearman

1
12

2 Lisandy Faktor-faktor yang - Variabel bebas: umur., jenis - Variabel terikat: kejadian
Yunita berhubungan dengan kelamin, obesitas prehipertensi pada usia
Nababan kejadian - Jenis penelitian: Observasi dewasa sedangkan yang
prehipertensi pada analitik diteliti status gizi pada
usia dewasa di - Desain: Cross sectional penderita hipertensi
wilayah kerja - Alat ukur: Kuesioner - Tempat: Wilayah Kerja
Puskesmas - Teknik pengambilan sampel Puskesmas Pelabuhan
pelabuahan sambas : purposive sampling Sambas Kota Sibolga
sedangkan yang akan diteliti
wilayah kerja Puskesmas
Sungai Besar Banjarbaru
- Kriteria usia: 18-40 tahun
sedangkan yang akan diteliti
adalah ≥ 18 tahun
- Analisis: Uji statistik Chi
Square sedangkan yang akan
diteliti adalah uji korelasi
rank Spearman

You might also like