You are on page 1of 11

TUGAS HUKUM KESEHATAN DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

(KASUS KORUPSI PT SASANDO DI NTT)

DOSEN PENGAMPU:

Andreas.B.K.,S. Kep.,Ns.SH

Disusun oleh :

NAMA : YOSEFINA METSI KAZA

NIM : 1703042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah Hukum Kesehatan dan Pendidikan Anti Korupsi
bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas matakuliah Hukum Kesehatan dan Pendidikan Anti Korupsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jogjakarta, Juni 2018

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahan
untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Istilah korupsi di indonesia pada umumnya
untuk menunjukkan adanya penyelewengan yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat
negara, dimana adanya penyalahgunaan uang rakyat untuk kepentingan pribadi.
Korupsi sudah menjadi masalah yang meningkat dari tahun ketahun maka masyarakat
memandang masalah ini menjadi masalah yang berpengaruh pada ekonomi negara yang
semakin menurun.
Persoalan korupsi di indonesia sudah semakin besar, dimana berbagai upaya sudah
dilakukan pemerintah untuk pencegahan terjadinya korupsi. Pada kelompok mahasiswa
menanggapi permasalahan korupsi dengan melakukan aksi demonstrasi dan tidak
menutup kemungkinan korupsi tetap saja terjadi di negara ini. Korupsi yang dilakukan
oleh pejabat negara dapat memberikan dampak pada berbagai bidang, salah satunya
pada bidang kesehatan.
Peraturan perundang-undangan yang merupakan bagian dari politik hukum yang dibuat
oleh pemerintah seakan juga diabaikan apabila tidak diimbangi dengan kesungguan dari
perundang undangan yang ada dan kejujuran dari pelaku hukum tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pencegahan korupsi yaitu dengan melalui jalur
hukum dan adanya pendidikan anti korupsi yang ditanamkan sejak dini kepada generasi
muda agar mengerti dampak yang di timbulkan dari korupsi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis akan membahas lebih lanjut tentang
masalah korupsi yang terjadi pada PT Sasando di NTT, bagaimana penanganan dan
pencegahan yang di lakukan serta bagaimana jalur hukum yang digunakan dalam
memberantas masalah korupsi tersebut.
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dari rumusan masalah tersebut yaitu dengan
menganalisis masalah korupsi yang terjadi pada PT Sasando di NTT agar masalah
korupsi tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari.
BAB II

KASUS

kasus PT sasando- Yulius Ndauzo Dituntut 4 Tahun, Kuasa Hukum Duga Jaksa
“Masuk Angin”

selasa, 6 februari 2018

Pos-kupang : Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut terdakwa kasus korupsi PT


Sasando, Yulius M Ndauzo 4 tahun penjara.Yulius juga dikenakan denda Rp 200
juta, apabila denda tidak dibayar maka dipidana tiga bulan penjara. Tuntutan
tersebut dibacakan JPU, Januarius L Bolitobi, SH dalam persidangan yang digelar
di Pengadilan Tipikor Kupang, Selasa (6/2/2018). Sidang dipimpin majelis hakim,
Fransiska Nino, SH, MM. Yulius hadir dalam persidangan, didampingi kuasa
hukumnya Niko Ke Lomi, SH, Novan Manafe, SH dan Petrus Ufi, SH.

Perbuatan Yulius melanggar Pasal 2 (1) jo Pasal 18 UU RI 31/1999 tentang tindak


pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI No 20 tahun 2001
sebagaimana dalam dakwaan primair jo Pasal 55 (1) ke-1 KUHP. Terhadap
tuntutan itu, tim penasihat hukum terdakwa mengatakan, akan mengajukan
pembelaan atau pledoi dalam sidang pekan depan. "Hanya saja kami selaku
penasihat hukum terdakwa tidak puas dengan tuntutan JPU. Klien kami sudah titip
uang kerugian negara sebesar Rp 143 juta. Ini menunjukkan niat baik untuk
kembalikan kerugian negara, malah dituntut tinggi," kata Novan kepada wartawan
seusai sidang. Tim penasihat hukum terdakwa juga menanyakan konsistensi
Kejaksaan Negeri Kota Kupang yang tidak mengusut tuntas kasus dugaan korupsi
dana di PT. Sasando. Novan menduga jaksa sudah masuk angin sehingga tidak
melanjutkan penyelidikan kasus tersebut. Lebih lanjut Novan bertanya mengapa
JPU dalam tuntutan telah mengembalikan semua barang bukti. "Berarti kasus ini
sudah berhenti di sini, kenapa jaksa Kejari Kupang tidak usut terus sampai tuntas.
Dalam fakta persidangan ada sejumlah oknum yang terlibat dan harus
bertanggungjawab dalam kasus ini," kata Novan. Dia mencontohkan, kasus Bank
NTT yang kerugian negaranya mencapai miliaran rupiah namun para terdakwa
hanya di tuntut rendah. Kasus ini kerugian negara Rp 285.751.300 dan klien kami
sudah kembalikan Rp 143 juta, malah dituntut empat tahun. Kami menduga Kejari
Kupang sudah masuk angin," katanya. Novan mengatakan dalam kasus tersebut
direktur sudah turut diproses, namun walikota selaku pemberi dana penyertaan
modal Rp 2 miliar tidak disentuh padahal pemberian dana itu non prosedural."Kami
heran, jaksa kenapa dalam tuntutan ini menyatakan mengembalikan semua barang
bukti dalam perkara ini, berarti jaksa sudah tutup dan berhenti usut. Ini yang kami
pertanyakan, padahal masih ada pihak lain yang paling bertanggungjawab dalam
kasus ini," ujarnya. Novan mengatakan, pihaknya akan melaporkan kasus
penanganan perkara ini ke Jaksa Agung RI. Sementara itu dalam tuntutan JPU
mempertimbangkan beberapa hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa.
Menurut Januarius, hal yang memberatkan perbuatan terdakwa telah menimbulkan
kerugian negara, perbuatan terdakwa bertentangan dengan upaya pemerintah
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan hal yang meringankan
terdakwa belum pernah dihukum, sopan dalam persidangan dan telah menitipkan
uang Rp 142.875.650 sebagai uang pengganti
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus korupsi yang terjadi pada PT Sasando NTT dapat memberikan gambaran
bahwa masalah korupsi di indonesia masih saja terjadi dan upaya yang dilakukan untuk
pemberantasan korupsi belum seoptimal mungkin di lakukan oleh pemerintah. Menurut Diana
Sadiawati (2008), korupsi adalah perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang dengan cara
menyogok, menyuap, menerima sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan merugikan
keuangan negara.

Definisi tentang korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, bergantung pada disiplin ilmu
yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste dalam Suyanto, korupsi
didefinisikan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan


dalam menentukan kebijaksanaan sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-
praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi.
2. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa
atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu.
3. Mercenary corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
4. Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionery yang
dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.

Berdasarkan pembagian definisi korupsi tersebut saya berpendapat bawa korupsi yang terjadi
pada PT Sasando di NTT tergolong dalam korupsi Mercenary corruption, yaitu jenis korupsi
yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan. Korupsi PT Sasando yang dilakukan oleh Yulius Ndauzo telah menyebabkan
kerugian negara sebesar Rp 285.751.300 yang digunakan untuk kepentingan individu klien dan
terdakwa sudah mengembalikan uang negara tersebut Rp 143.000.000 namun uang tersebut
belum cukup untuk menutupi kasus korupsinya.
A. Undang – Undang No 20 tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

Tindak pidana korupsi sangat merugikan negara atau perekonomian negara,dan


menghambat pertumbuhan pembangunan nasional sehingga harus di berantas dalam
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Atas dasar itu,terbentuklah undang –
undang tindak pidana korupsi yaitu undang-undang No 31 tahun 1999 yang telah di
perbaharui menjadi undang – undang No 20 tahun 2001 yang berisi :
Dasar Hukum :
a. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-
Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana;
c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme;
d. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

Berdasarkan undang-undang No 20 tahun 2001 pasal 2 yaitu “ memperkaya


diri sendiri, orang lain atau suatu badan korporasi dengan cara melawan hukum yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Secara substansif,
perbedaan korupsi dalam Pasal 8 dan Pasal 3 jika dilihat dari sebab beradanya objek
dalam kekuasaan koruptor maka dalam pasal ini, objek kejahatan berada dalam
kekuasaannnya yang disebabkan langsung oleh perbuatan yang dilarang in casu atau
memperkaya”. Selain itu didalam undang-undang tindak pidana korupsi No 20 tahun
2001 disebutkan bahwa sanksi pidana yang diberikan yaitu pidana pokok yang terdapat
pada Pasal 2 yaitu sanksi pidanannya adalah kumulatif yaitu pidana pokok (penjara)
dan pidana denda. Pidana penjara maksimum yaitu pidana seumur hidup atau paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan minimum penjara paling singkat 4 tahun. Dan denda
maksimum Rp.1000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sedangkan minimumnya yaitu
Rp.200.000.000,-( dua ratus juta rupiah).
Berdasarkan undang-undang No 20 tahun 2001 terkait dengan kasus korupsi
PT Sasando di NTT saya berpendapat bahwa penyelesaian kasus korupsi yang
dilakukan oleh jaksa penuntut umum (JPU) sudah sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku di indonesia dimana ketika terjadi korupsi yang di lakukan Yulius M Ndauzo
terhadap PT Sasando di NTT Rp 285.751.300, pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah
memberikan hukuman terhadap terdakwa Yulius M Ndauzo empat tahun penjara dan
juga dikenakan denda Rp 200.000.000, apabila denda tidak dibayar maka dipidana tiga
bulan penjara, walaupun terdakwa sudah menggantikan sebagian uang negara namun
terdakwa tetap saja menjadi terdakwa kasus korupsi karena sudah melakukan korupsi
tehadap PT Sasando NTT. Namun tim penasehat terdakwa mengajukan pembelaan
terhadap keputusan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU),dengan alasan
terdakwa sudah mengembalikan uang korupsinya Rp 143.000.000 namun dari jaksa
penuntut umum masih memberikan tuntutan yang tinggi.

B. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pencegahan korupsi

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi di
indonesia yaitu dengan tindakan preventif antara lain:
1. Meningkatkan efektivitas kebijakan dan kelembagaan, terutama terkait dengan
pelayanan publik termasuk juga antara lain kebijakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) terintegrasi dalam program Single Identification Number
(SIN).
2. Meningkatkan pengawasan terhadap pelayanan pemerintah, sehingga dapat
diakses oleh publik yang transparan dan akuntabel.
3. Memperbaiki manajemen keuangan daerah termasuk manajemen pengadaan
barang/jasa pemerintah.
4. Memperkuat komitmen anti korupsi, (termasuk melalui lembaga-lembaga
pendidikan secara edukatif) terkait dengan integritas nasional bagi anggota
masyarakat, pelaku usaha dan aparatur pemerintahan/negara.
5. Reformasi Birokrasi, merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia
aparatur.
6. Melaksanakan WASKAT secara efektif bagi setiap pimpinan pada semua
tingkatan/satuan kerja dan memberikan tauladan yang baik serta mentaati semua
peraturan hukum yang ada.
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan perbuatan


buruk yang dilakukan oleh orang dengan cara menyogok, menyuap, menerima sesuatu
yang bertentangan dengan hukum dan merugikan keuangan negara. Korupsi berkaitan
dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, dimana sama halnya yang kasus yang terjadi
pada PT Sasando di NTT. Korupsi selalu bermula dan berkembang disektor publik,
dimana dengan kekuasaan yang mereka miliki dapat menekan atau memeras kepada
pencari keadilan atau mereka yang memerlukan jasa pelayanan dari pemerintah.
Korupsi yang terjadi di indonesia sudah tergolong kejahatan yang merusak di berbagai
bidang, yang dapat berakibat pada kerugian perekonomian negara yang dapat
menyebabkan indonesia menjadi negara yang miskin salah satunya dari segi ekonomi.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun masalah korupsi masih tetap
saja terjadi bahkan kasus korupsi menjadi semakin tinggi dinegara ini, oleh karena itu
di perlukan kesadaran dari setiap individu dalam menanggapi masalah korupsi sehingga
negara ini menjadi negara yang bebas dari korupsi.

2. SARAN
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini, sehingga
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Pemerintah seharusnya lebih
tegas terhadap terpidana korupsi. Undang – undang dan hukum yang berlaku di negara
ini seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya sehingga korupsi tidak lagi
menjadi budaya di negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sadiawati Diana, Membangun Sistem Integritas Dalam Pemberantasan Korupsi


di Daerah, Kemitraan, Jakarta, 2008.

Sarman dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di


Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2011
s
DR. Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, yayasan obor Indonesia, Jakarta,
2008

You might also like