You are on page 1of 11

MANUSIA DAN KEADILAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF

ISLAM KONTEMPORER

TUGAS MATA KULIAH AGAMA

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Desain Penelitian di


Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh:
SANI JAELANI
1401479

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil alamin Puji syukur kepada ALLAH SWT yang


telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca. Sehingga kedepannya dapat memperbaiki atau menambahkan
bentuk maupun isi makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak ada
kesalahan dalam penulisan maupun dalam pembahasan materinya oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik untuk kedepannya.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................1
BAB I Pendahuluan.............................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan masalah................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................3
BAB II Pembahasan............................................................................................4
1. Kehendak Mutlak..............................................................................................4-5
2. Keadilan Tuhan..................................................................................................5-7
3. Perbuatan Tuhan.................................................................................................7-8
4. Perbuatan manusia..............................................................................................8-9
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A.
Kesimpulan...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

3
BAB I
Pendahuluan

A . Latar Belakang
Keadilan Tuhan swt selalu berputar pada poros hikmah, termasuk dalam
penciptaan mnusia dimana salah satu bukti keadilan Tuhan adalah dengan
memberikan syri’at kepada manusia untuk membantu manusia meraih
kesempurnaan penciptanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kehendak mutlak Tuhan dalam pandangan aliran ilmu kalam?
2. Bagaimanakah keadilan Tuhan dalam pandangan aliran ilmu kalam?
3. Bagaimanakah perbuatan Tuhan itu dalam pandangan aliran ilmu kalam?
4. Bagaimanakah perbuatan manusia dalam pandangan aliran ilmu kalam?

C. Tujuan
1. Mengetahui kehendak mutlak Tuhan
2. Mengetahui keadilan Tuhan
3. Mengetahui perbuatan Tuhan dalam pandangan aliran ilmu kalam
4. Mengetahui bagaimana perbuatan manusia dalam aliran ilmu kalam

4
BAB II
Pembahasan

1. Kehendak Mutlak Tuhan


Aliran-aliran ilmu kalam berbeda pendapat mengenai kekuatan akal, fungsi dan
wahyudan kebebasan atau kehendak, perbuatan manusia telah memunculkan pula
perbedaan pendapat tentang kehendak mutlakdan keadilan Tuhan.
a. Mu’tazilah
 Aliran ini mengatakan dengan aliran rasional yang menemptkan akal pada posisi
yang tinggi dan meyakini kemampuan akal untuk memecahkan problema teologis
yang berpendapat kekuasaan tidak mutlak sepenuhnya. Kekuasaan dibatasi oleh
beberapa hal yang diciptakannya sendiri. Hal-hal yang membatasi kekuasaan
adalah: Kewajiban-kewajiban untuk memenuhi janji-janji-Nya seperti janji-Nya
memasukan orang saleh kedalam surga dan memasukan orang yang berbuat jahat
kedalam neraka.
 Kebebasan dan kemerdekaan manusia untuk melakukan perbuatanya. Menurut
Mu’tazilah Allah memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada manusia untuk
melakukan perbuatan.
 Hukum Allah. Hukum Allah menciptakan alam semesta ini dengan hukum-hukum
tertentu yang bersifat tetap.
b. As’ariyah
Menurut As’ariyah tuhan berkuasa mutlak atas segala-galanya. Tidak ada
sesuatupun yang memebatasi kekuasaanya itu, karena kekuasaan Tuhan bersifat
absolute, bisa saja orang jahat atau kafir ke dalam surga atau orang mukmin yang
saleh ke dalam neraka, jika hal itu dikehendakinya. Dalam hal ini bukti berarti
Tuhan tidaklah berkurang dengan perbuatanya itu sebab semua yang ada adalah
ciptaan dan miliknya, dia berhak berbuat apa saja terhadap ciptaan dan milik-Nya.
c. Maturidiyah
Tuhan memiliki kekuasaan yang mutlak, namun kemutlakanya tidak semutlak
paham yang dianut oleh paham As’ariyah, inti paham Maturidiyah Tuhan tidak
mungkin melanggar janjinya kepada orag yang berbuat baik dan memnghukum
orang yang berbuat jahat. Pendapat ini menunjukan bahwa kekuasaan Tuhan
tidak mutlak sepenuhnya sebagaimana pendapat as’ariyah sebab masih
terkandung adanya kewajiban Tuhan dalam menepati janji.

5
2. Keadilan Tuhan
a. Mu’tazilah
Mu’tazilah berperinsip keadilan Tuhan mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan
tidak mungkin berbuat dzalim dengan memaksakan kehendak kepada hamba-Nya,
kemudia mrngharuska hamba itu untuk menanggung akibat perbuatannya. Dengan
demikian manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatanya tanpa ada
paksaan sedikit paksaan sedikit pun dari Tuhan. Dengan kebebasa itulah manusia
dapat bertanggung jawab atas perbuatanya. Tidajlah adail jika Tuhan memberikan
pahal atau siksa kepda hamba-Nya tanpa mengiringinya dengan kebebasan dalam
berbuat. Ayat-ayat Al-Qur’an yand dijadikan sandaran dalam dalam memperkuat
pendapat Mu’tazilah:
o Al-anbiya (21):47
Yang artinya: “Maka akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitkpun. Dan jika amalan itu
hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan pahalany. Dan ucaplah
kami sebagai pembuat perhitungan.
o Yasin (36):54
Yang artinya: “maka pada hari tu orang tidak akan dirugikan sedikit pun dan
kamu tidak dibalas, kecuali dengan apa yang kamu kerjakan”.
o Fusshilat (41):46
Yang artinya: “ barang siapa yang mengerjakan amal soleh, maka pahalanya
untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat, maka dosanya atas
dirinya sendiri, dan sekali-kali tidalah tuhanmu menganiaya hamba-hamba-
Nya”.
b. As’ariyah
Mereka mengartikan keadilan Tuhan dengan menempatkan sesuatu pada
tempatnya, yaitu mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang dimilikinya
serta memepergunakanya sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian
keadilan Tuhan mengandung arti bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak
terhadap makhluknya dan dapat berbuat sekehendak hatinya. Tuhan dapat
memberi pahala atau atau memberi siksa sekehendak hatinya daj itu semua adalah
adil bagi Tuhan. Justru tidaklah adil jka Tuhan tidak berbuat sekendaknya, karena
Dia adalah penguasa mutlak.

6
Pendapat as’ariyah tentang keadilan Tuhan didasarkan atas fikiran pada kekuasaan
mutlak Tuhan, kaum As’ariyah meninjau segala-galanya dari sudut pandang
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Keadilan mereka artian menempatkan
sesuatu pada tempat yang sebenarnya yaitu mempunyai kekuasaan mutlak
terhadap harta yang dimiliki serta mempergunakannya sesuai dengan kehendak
dan pengetahuan pemilik.
Secara umum pendapat as’ariyah tentang keadilan Tuhan yaitu:
1. Kekuasaan Tuhan mutlak bagi alam. Apapun yang dilakukan Tuhn adalah adil.
Allah Maha Kuasa, Maha Pencipta
2. Keadilan adalah benar menurut Allah, maka kekuasaan Allah bersifat mutlak
sesuai kehendaknya.
3. Allah menempatkan sesuatu pada temptnya yang sebenarnya, karena Allah
pencipta dan penguasa mutlak maka ia bebas berbuat apa saja yang dikehendaki-
Nya, maka hal itu adalah penempatan sesuatu sesiau dengan tempat yang
sebenarnya.
4. Berbuat sesuatu atau tidak berbuat adalah sekienhendak Tuhan, dam itulah
keadilan Tuhan, karena Tuhan Maha berkehendak dan Maha Kuasa.
5. Tuhan menciptakan bukan umtuk mencapai tujuan, tetapi melaksanakan
kekuasaan dan kehendaknya.
c. Maturidiyah
Dalam hal keadilan aliran ini terpisah menjadu dua aliran yaitu Maturidiah
Samarkand dan Bukhara. Klarena menganut faham free will and free act kaum
maturidiyah samarkan mempunyai posisi yang lebih dekan dengan aliran
Mu’tazilah. Menurut aliran Maturidiyah Samarkand keadilan Tuhan mengandung
arti bahwa segala perbuatanya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk
serta ridak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusiaoleh karena
itu Tuhan tidak akan memberi beban yang terlalu berat kepada manusia dan tidak
sewenang-wenang dalam memberikan hukuman, karena Tuhan tidak dapat
berbuat dzalim.
Sedangkan menurut Mturidiyah Bukhara keadilan Tuhan terletak pada kehendak
mutlaknya, tidak ada satu zat pun yang lebih kuasa dari pada-Nya dan tidak ada
batasan bagi-Nya.

3. Perbuatan Tuhan

7
Semua dalam aliran dalam pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan
melakukan perbuatan disini dipandang sebagai konsekuensi logis dan zat yang
memiliki kemampuan untuk melakukannya.
a. Mu’tazilah
Aliran ini sebagai aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat bahwa hal-
hal yang dikatakan baik, namun ini tidak berarti Tuhan tidakmampu melakukan
perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan buruk karena Ia mengetahui
keburukan itu dari perbuatan buruk itu, di dalam Al-Qur’an pun dijelaskan bahwa
Tuhan tidak berbuat dzalim.
Paham kewajiban Tuhan berbuat baik bahkan yang terbaik, mengkonsekuensikan
Aliran Mu’tazilah memunculakan sebagai berikut:
 Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia.
 Kewajiban mengirimkan Rasul
 Kewajiban menempati janji
b. Asy’ariyah
Menurut asy’ariyah, paham kewajiban Tuhan bwebuat baik dan terbaik bagi
manusia, sebagaiman dikatakan aliran Mu’tazilah, tidak dapat diterima karena
bertentangan dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan. Sedangkan asy’ariyah tidak
pahaam Tuhan memiliki kewajiban. Tuhan dapat berbuat baiksekehendak hatinya.
c. Maturidiyah
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara maturidiyah
samarkand dan bukhara. Maturidiyah Smarkand juga memebri batas dan
kehendak mutlak Tuhan. Berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanyalah
menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian Mempunyai kewajiban
melalkukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengumuman Rasul,
dipandang sebagai kewajiban. Sedangkan Mturidiyah Bukhara memiliki
pandangan yang sama dengan as’ariyah bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban, namun sebagaimana dijelaskan oleh Basdawi Tuhan pasti menepati
janji-Nya dan tentang pengiriman Rasul sesuai dengan paham, mereka tentang
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya bersifat
mungkin saja.

4. Perbuatan Manusia
a. Jabariyah

8
Adalah golongan yang berfaham bahwa semua perbuatan manusia bukan atas
kehendak sendiri, namun ditentukan oleh Allah SWT. Manusia tidak mempunyai
kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatanya baik yang jahat, buruk atau baik
merupakan kehendak dan ketetapan Allah SWT yang menentukanya.
b. Qadariyah
Aliran ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Manusia mempunyaimkewenangan untuk melakukan segala
perbutan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik atau berbuat jahat. Oleh
karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukanya dan jug
berhak pula mendapat hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.
c. Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah memandang manusiamemopunyai daya yang besar dan bebas
oleh karena itu, mu’tazilah menganut faham qadariya free will. Menurut al-Jubai,
manusialah yang melakukan perbuatanya. Manusia sendirilah yang membuat baik
buruk. Dengan faham ini mu’tazilah mengaku Tuhan sebagai pencipta alam,
sedangkan manusia berpihak sebagai pihak yang berkreasai untuk mengubah
bentunya. Meski berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan manusia dan tidak
pula membentuknya, kalangan mu’tazilah tidak mengingkari azali Allah yang
mengetahui segala apa yang akan terjadi dan diperbuat manusia, pendapat inilah
yang membedakan dari qadriyah murni.

d. As’ariyah
Pada faham as’ariyah manusia ditempatkan pada tempat yang lemah. Ia
diibaratkan anak kecil yang tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Oleh karena
itu, aliran ini lebih dekat dengan paham jabariyah dari pada paham mu’tazilah.
Pada prisipnya aliran as’ariyah berpendapat bahwa perbuatan manusia diciptakan
Allah, sedangkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkan. Allah
menciptakan perbuatan untuk manusia dan menciptakan pula pada diri manusia.
Jadi perbuatan disini adalah ciptaan Allah dan merupakan bagi manusia. Dengan
demikian Kash mempunyai pengertian yang baru. Ini berimplikasi bahwa
perbuatan manusia dibarengi oleh daya kehendaknya, dan bukan atas daya
kehendaknya.
e. Maturidiyah

9
Ada perbedaan antara maturidiyah samarkand dengan maturidiyah bukhara
mengenai perbuatan manusia. Maturidiyah Samarkand lebih dekat dengan dengan
faham mu’tazilah, sedangkan Mturidiya Bukhara lebih dekat dengan faham
As’ariyah. Kehendak dan berbuat pada diri manusia, menurut Mturidiyah
Samarkand adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan
bukan dari kiasan. Sedangkan Maturidiyah Bukhara dalam banyak hal sependapat
dengan maturidiyah samarkand. Hanya saja golongan ini memberikan tambahan
dalam masalah daya. Manusia tidak maemounyai daya untuk melakukan
perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencptakan, dan manusia hanya dapat
melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan baginya.

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, setiap aliran ilmu
kalam baik Mu’tazilah, As’ariyah, Jabariyah, Qadariyah, dan Mturidiyah

10
mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai kehendak mutlak Tuhan,
keadilan Tuhan, perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia.

11

You might also like