You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS

ASKEP MENINGITIS BESERTA CONTOH KASUS


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit
serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan
kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak. Daerah " sabuk meningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur.
Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana
250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Oleh karena itu dalam Makalah
ini kami akan membahas secara detail tentang Meningitis. Tujuannya agar pembaca Mengerti dan
Waspada terhadap penyakit meningitis. Selain itu, harapan kami , Dengan Mengetahui Meningitis,
kasus meningitis di Indonesia dapat menurun.

Meningitis adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan spinal cord, yang
disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005).

Meningitis adalah suatu inflamasi di piameter , arakhnoid dan subararakhnoid infeksi biasanya
menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis bisa akut atau
kronik yang disebabkan karena bakteri,virus, jamur atau parasit. (Lemone. 2004).

Meningitis adalah inflamasi meningen yang juga dapat menyerang arakhonoid dan subarakhonoid,
infeksi menyebar sampai subarakhonoid melalui cairan serebrospinal sekitar otak dan spinal cord
(Joyce M black,2005).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu inflamasi
meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid dan subarakhonoid pada otak dan spinal cord,
yang disebabkan oleh bakteri , virus jamur atau protozoa.

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana cara menyelesaikan kasus pada pasien meningitis?
 Bagaimana cara mengumpulkan hasil anamnese dari pasien meningitis?
 Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan fisik / pemeriksaan penunjang pada pasien meningitis?
 Apa saja analisa data yang didapat dari pasien yang menderita meningitis?
 Identifikasi masalah keperawatan apa saja yang ditemukan pada pasien yang mengalami
meningitis?.
 Rencana intervensi keperawatan apa saja yang diberikan pada pasien meningitis?

C. TUJUAN
 Mengetahui cara menyelesaikan kasus pada pasien meningitis
 Mengetahui cara mengumpulkan anamnese dari pasien meningitis
 Mengetahui apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan fisik / pemeriksaan penunjang pada pasien
meningitis
 Mengetahui semua analisa data yang didapat dari pasien meningitis
 Mengetahui cara mengidentifiksai masalah keperawatan pada pasien meningitis
 Mengetahui rencana intervensi apa yang diberikan pada pasien menigitis
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Hasil anamnese
Tn.M umur 19 tahun datang ke UGD diantar keluarga dengan kendaraan pribadi pada
pukul 14.00, dalam kondisi kesadaran letargi. Keluarga mengatakan sebelum dibawa ke RS klien
mengalami sakit kepala hebat, muntah kurang lebih 3x, panas tinggi, dan nyeri punggung dan
leher, batuk disertai darah kurang lebih 6 bulan tanpa diobati. Keluarga juga mengatakan kakek
klien pernah mengalami riwayat penyakit Tuberkulosis.
B. Hasil pemeriksaan

1. Secara umum :
 Tanda-tanda vital :
Suhu : 40oC
Tekanan darah : 100/60 mmhg
Nadi : 96x/menit
Pernafasan : 24x/menit
 GCS
E;2 V;3 M\: 4 = 9
Tingkat kesadaran : Samnolen
 BB : 45 kg
 TB : 165 cm

2. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)


 Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala oval, rambut kusam, sedikit pembengkakan pada bagian kepala.
Palpasi : nyeri tekan pada bagian kepala.

 Mata :
Inspeksi : ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil menggunakan senter klien memejamkan
matanya dengan kuat, konjungtiva pucat, warna sklera putih, terdapat lingkaran hitam disekitar
mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian mata.

 Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna hidung sama dengan warna kulit sekitar wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

 Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputih-putihan pada lidah, gusi warna
merah muda, gigi kurang bersih.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mulut.

 Telinga :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, simetris telinga kiri dengan yang
kanan.
Palpasi : nyeri tekan disekitar telinga.

 Leher :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar , tidak ada pembesaran vena jugularis.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan pada punggung leher.

 Ekstremitas atas :
Inspeksi : terdapat ruam petechie.
Palpasi : nyeri tekan pada kulit.
 Dada :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : nyeri tekan pada dada.
Perkusi : pekak.
Auskultasi : bunyi pernafasan rales (crekles).

 Abdomen :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, bentuk abdomen cekung.
Auskultasi : bunyi peristaltik usus 37x/menit
Palpasi : nyeri tekan di abdomen kiri atas
Perkusi : bunyi timpani

 Ektremitas bawah
Inspeksi : ektremitas bawah simetris kiri dan kanan dan terdapat pembengkakan pada bagian
lutut dan pergelangan kaki, babinski positif
Palpasi : nyeri tekan pada bagian lutut dan pergelangan kaki

3. Pemeriksaan Penunjang :
 Analisis CSS dari pungsi lumbal
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
meningkat ; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri
 Glukosa serum meningkat
 LDH serum meningkat
 Sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan neotofil
 Elektrolit darah abnormal
 ESR/LED meningkat
 Kultur darah/hidung/tenggorokan?urine : dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi
 MR/CT Scan ; dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematoma
daerah serebral,homoragik atau tumor
 Ronsen dada, kepala, dan sinus : mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi intracranial

C. Analisa Data

 Data Subjektif :

 Keluarga klien mengatakan klien merasakan sakit kepala hebat


 Keluarga klien mengatakan klien muntah kurang lebih 3x
 Keluarga klien mengatakan tubuh klien panas sejak dari pagi
 Keluarga klien mengatakan klien merasakan nyeri pada bagian punggung dan leher
 Keluarga juga mengatakan bahwa klien batuk darah kurang lebih sudah 6 bulan
 Keluarga juga mengatakan bahwa kakek klien punya riwayat penyaki TBC

 Data Objectif :

 TTV :
 Suhu : 40oC
 TD : 100/60 mmhg
 Nadi : 96x/menit
 Respirasi : 24x/menit
 Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
 Klien potophobia, saat dilakukan pemeriksaan pupil klien menutup matanya dengan kuat
 Tanda kerning dan brudzinski positif
 Saat pemeriksaan CT scan terdapat penumpukan cairan pada selaput meningen
 Saat pemeriksaan rontgen terlihat bagian paru-paru berawan
D. Identifiksai Masalah

 Risiko Infeksi factor risiko dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret
saluran pernapasan.
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
 Perfusi jaringan tidak efektif cerebral berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak.
 Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan proses inflamasi

NO MASALAH PATOFISOLOGI
1 Risiko Infeksi factor risiko dengan adanya kuman
patogen pada cairan serebrospinal dan sekret saluran Bakteri TB masuk ke cairan
pernapasan. otak melalu pembuluh darah
didalam pembuluh darah otak
mikroorganisme yang masuk
dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid

adanya mikroorganisme yang


patologis merupakan
penyebab peradangan pada
piamater, arachnoid, cairan
otak dan ventrikel

Eksudat yang dibentuk akan


menyebar, baik ke kranial
maupun ke saraf spinal yang
dapat menyebabkan
kemunduran neurologis
selanjutnya

Eksudat ini dapat


menyebabkan sumbatan aliran
normal cairan otak dan dapat
menyebabkan penyakit
infeksi otak lainnya

NO MASALAH PATOFISOLOGI
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Bakteri TB masuk ke cairan
otak melalu pembuluh darah
didalam pembuluh darah otak

Infeksi cairan serebrospinal


dan meningeal menyebabkan
respon inflamasi pada
piamater , arakhnoid dan CSF

Pembuluh darah mengalami


inflamasi di dalam area sekitar
otak

Nyeri

NO MASALAH PATOFISIOLOGI
3 Perfusi jaringan tidak efektif cerebral berhubungan
dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput Pembuluh darah yg
otak. mengalami inflamasi di dalam
area sekitar otak
mengeluarkan cairan sebagai
respon permeabilitas sel

. Cairan serebrospinal
mengalami kekeruhan,
terbentuk eksudat

Eksudat yang purulen


menginfiltrasi saraf kranial
dan membloks fleksus koroid
dan villi arakhnoid.
Eksudat menyebabkan
inflamasi dan edema lebih
lanjut sel meningeal

Pembesaran pembuluh darah,


eksudat, gangguan aliran CSF
dan edema sel meningeal
menyebabkan peningkatan
TIK

Dengan peningkatan TIK,


maka perfusi serebral
menurun dan kehilangan
autoregulasi serebal

NO MASALAH PATOFISIOLOGI
4 Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
proses inflamasi
Bakteri TB masuk ke cairan
otak melalu pembuluh darah
didalam pembuluh darah otak

Infeksi cairan serebrospinal


dan meningeal menyebabkan
respon inflamasi pada
piamater , arakhnoid dan CSF

Pembuluh darah mengalami


inflamasi di dalam area
sekitar otak

Peningkatan suhu tubuh

E. Rencana Intervensi

1. Risiko Infeksi factor risiko dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret
saluran pernapasan.

INTERVENSI RASIONAL
1.Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan 1.Pada fase awal meningitis bakteri, isolasi
pencegahan mungkin diperlukan sampai organismenya
diketahui, dan untuk mencegah resiko
penyebaran pada orang lain

2.Pantau suhu secara teratur. Catat


munculnya tanda-tanda klinis dari proses 2.Timbulnya tanda klinis yang terus
infeksi menerus merupakan indikasi dari
perkembangan infeksi bakteri yang dapat
bertahan sampai berminggu-minggu.

3.Anjurkan untuk melakukan teknik napas 3.Untuk meningkatkan kelancaran


dalam pengeluaran secret yang menurunkan resiko
terjadinya komplikasi terhadap pernapasan

4.Kolaborasi terapi antibiotika IV sesuai 4.obat yang dibilih tergantung pada tipe
indikasi: Penisilin G, ampisilin, infeksi dan sensifitas individu. Obat
Kloramfenikol,gentamisin, amfoterisin B. intratekal mungkin diindikasikan untuk
basilus Gram-negatif,jamur,amuba

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.


INTERVENSI RASIONAL
1.Berikan lingkungan yang tenang, ruangan 1.Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
agak gelap sesuai indikasi luar atau sensivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat atau relaksasi
2.Dukung untuk menemukan posisi yang 2.Menurunkan iritasi meningeal, resultan
nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit. ketidaknyamanan lebih lanjut.
3.Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan 3.Menurunkan gerakan yang dapat
perawatan diri yang penting meningkatkan nyeri
4.Gunakan pelembab yang agak hangat pada 4.meningkatkan relaksasi otot dan
nyeri leher/punggung menurunkan rasa sakikt/rasa tidak nyaman

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat dengan
otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak.

Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat Ethiopia di timur. Daerah
ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis dimana
250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis bacterial terjadi
pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara
luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per 100.000 orang,
dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bacterial lebih tinggi,
yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.

Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis semakin hari semakin
meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut mengenai penyakit Meningitis melalui
makalah yang berisi laporan pendahuluan serta asuhan keperawatan teori.

1. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?


2. Bagaimana etiologi dari meningitis?
3. Bagaimana klasifikasi dari meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari meningitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?
8. Bagaimana komplikasi dari meningitis?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari meningitis?

1. Tujuan
2. Memahami pengertian dari meningitis
3. Memahami etiologi dari meningitis
4. Memahami klasifikasi dari meningitis
5. Memahami patofisiologi dari meningitis
6. Memahami manifestasi klinis dari meningitis
7. Memahami pemeriksaan diagnostic dari meningitis
8. Memahami penatalaksanaan medis dari meningitis
9. Memahami komplikasi dari meningitis
10. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan dari meningitis

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis)
dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah
radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama
dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang
pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-
kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar ke
bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal. (Harsono : 1996)

1. ETIOLOGI

1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria


meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan

1. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :

1. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

2. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

1. PATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis.

Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.

Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,
daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

1. MANIFESTASI KLINIS

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering


2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
4. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya
spasme otot-otot leher.
5. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
6. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila
dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
7. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
8. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan
edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
10. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura
yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
3. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
4. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
5. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
6. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal .


6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
10. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan
standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim
medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic
yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup
untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi
keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema
serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan
intravena.

1. KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor regitrasi, status pekawinan, agama, tanggal MR
2. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
1. Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).

Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

1. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah
meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.

1. Eliminasi

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

1. Makan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.

Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

1. Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

1. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.

Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki
positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan
reflek kremastetik hilang pada laki-laki.

1. Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).

Tanda : gelisah, menangis.


1. Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.

Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari
pathogen
3. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
serebral, hipovolemia.
4. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum,
vertigo.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan
7. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

1. INTERVENSI
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen
dari patogen.

Mandiri :

1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan


2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
3. Pantau suhu secara teratur
4. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus
5. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
6. Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )

Kolaborasi :

1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
serebral, hipovolemia.

Mandiri :

1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.


2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
5. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.

Kolaborasi :
1. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
2. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3. Pantau BGA.
4. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum
vertigo.

Mandiri :

1. Pantau adanya kejang


2. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
3. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.

4. Nyeri (akut ) berhubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.

Mandiri :

1. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman
kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul

Kolaborasi :
a. Berikan anal getik, asetaminofen, codein
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

1. Kaji derajat imobilisasi pasien.


2. Bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
4. Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air perhatikan
kesejajaran tubuh secara fumgsional.
5. Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.

6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis

1. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
2. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
3. Observasi respons perilaku.
4. Hilangkan suara bising yang berlebihan.
5. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
6. Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
7. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


1. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
2. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
3. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
4. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber
penyokong.

1. IMPLEMENTASI

Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh,
reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang
optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi
tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit,
pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

1. EVALUASI

Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :

1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin antara lain :

1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan. Sedangkan faktor imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa dan Meningitis purulenta.

5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara lain:

1. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau adanya kejang
3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman
kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
4. Kaji derajat imobilisasi pasien.
5. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
6. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya

1. SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber
literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati.
Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

You might also like