Professional Documents
Culture Documents
MINI PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Cakradenta Yudha Poetera
Pembimbing:
dr. Galuh Ajeng Hendrasti
Topik :
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internship dokter Indonesia
di Puskesmas Cebongan
Mengetahui,
Dokter Pendamping Kepala UPTD Puskesmas Cebongan
A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya)
bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
berkembang. Data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan
bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang
di dunia. Data World Drug Report (2016) tahun 20012-2014 diperoleh angka pengguna
narkoba di dunia mencapai 247 juta jiwa atau meningkat 5,2% dari tahun sebelumnya
(Iskandar, 2015).
Sepanjang tahun 2015 BNN telah mengungkap sebanyak 102 kasus Narkotika dan
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang merupakan sindikat jaringan nasional dan
internasional, dimana sebanyak 82 kasus telah P21 (hasil penyidikan kasus narkoba sudah
lengkap). Kasus-kasus yang telah diungkap tersebut melibatkan 202 tersangka yang terdiri
dari 174 WNI dan 28 WNA. Berdasarkan seluruh kasus Narkotika yang telah diungkap, BNN
telah menyita barang bukti sejumlah 1.780.272,364 gram shabu kristal; 1200 mililiter shabu
cair; 1.100.141,57 gram ganja; 26 biji ganja; 95,86 canna chocolate; 302 gram happy cookies;
14,94 gram hashish; 606.132 butir ekstasi; serta cairan prekursor sebanyak 32.253 mililiter
dan 14,8 gram sedangkan dalam kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) total asset
yang berhasil disita oleh BNN senilai Rp 85.109.308.337 (Primadi, 2014).
Pada tahun 2015 BNN juga menemukan 2 jenis zat baru (new psychoactive
substance) yaitu CB-13 dan 4-klorometkatinon. Sehingga total NPS yang telah ditemukan
BNN hingga akhir tahun 2015 yakni sebanyak 37 jenis (Astuti, 2013).
Dampak penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat bagi penyalahgunanya yang
menyebabkan gangguan fisik dan mental hingga berakibat kematian, namun juga berdampak
pada tatanan sosial keluarga dan masyarakat sampai tindak kriminal. Masalah NAPZA
merupakan permasalahan yang amat penting dan perlu penanganan khusus semenjak dini.
Sebagai langkah awal dilakukan pencegahan sebelum seseorang terlibat penyalahgunaan
NAPZA, namun apabila seseorang sudah terlibat dilakukan pencegahan sekunder (terapi
pengobatan) dan pencegahan tersier (rehabilitasi). (Adnan, 2013). Rehabilitasi adalah proses
pemulihan pada ketergantungan penyalahguna narkotika (pecandu) secara komprehensif
meliputi aspek biopsikososial dan spiritual sehingga memerlukan waktu yang lama, kemauan
keras, kesabaran, konsistensi dan pembelajaran terus menerus. Tujuan rehabilitasi ialah
memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran, serta tanggung jawab terhadap
masa depan diri, keluarga, maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya. Pasien
mendapatkan pelayanan rehabilitasi yaitu rehabilitasi: medis, vocational (karya), sosial,
psikologis (Adnan, 2013).
Seorang penderita napza yang mengikuti rehabilitasi harus mengikuti berbagai proses
mulai dari rehabilitasi medis berupa pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis, dan tes
darah/lab hingga memperoleh diagnosa yang tepat, pemberian pengobatan dan pencegahan,
latihan penggunaan alat-alat bantu dan fungsi fisik. Rencana terapi yang diberikan berupa
detoksifikasi selama 2 minggu (bila perlu). Kemudian pasien dapat memilih rehabilitasi rawat
inap selama 6 bulan – 1 tahun. Program rehabilitasi yang diberikan berupa konseling individu
dan kelompok, KIE dan VCT, psikoterapi, cek kesehatan rutin. Atau pasien dapat memilih
rawat jalan selama 3 bulan. Program rehabilitasi yang diberikan yakni konseling individu,
Komunikasi Informasi Edukasi dan Voluntar, Counseling, and Testing (VCT). Biaya yang
diperlukan dalam mengikuti program rehabilitasi yakni tiga juta rupiah per orang (Waseso,
2015).
Perilaku menyimpang dengan penggunaan NAPZA terus meningkat karena kurangnya
edukasi tentang kesehatan dan bahaya yang ada. Jual-beli rokok yang dapat ditemukan di
mana saja, menyebabkan anak usia sekolah bahkan SD, sudah mengkonsumsinya. Semakin
meningkatnya angka penggunaan NAPZA di kota Salatiga, maka Puskesmas Cebongan
memerlukan tindakan konsisten dalam hal pencegahan awal sehingga masyarakat khususnya
remaja mampu membentengi pribadi mereka sendiri sehingga menurunkan angka
penggunaan NAPZA.
B. PERNYATAAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan adalah : Bagaimana cara melakukan pencegahan untuk mengurangi angka kejadian
penggunaan NAPZA di Kota Salatiga ? Bagaimana cara untuk memberikan pengetahuan
yang benar terhadap masyarakat khusunya remaja agar angka kejadian NAPZA di Kota
Salatiga dapat menurun ?
C. TUJUAN
C.1. TUJUAN UMUM
Untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat
khususnya remaja tentang bahaya NAPZA sebagai langkah awal pencegahan
terhadap perilaku menyimpang pada remaja.
D. MANFAAT
D.1 Diharapkan dapat menurunkan hingga meniadakan angka kejadian penggunaan
NAPZA di Kota Salatiga.
D.2.Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau tambahan referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat khususnya remaja.
D.3.Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
ketergantungan.
1.2. Tanaman Narkotika adalah jenis tanaman tertentu yang mengandung zat
1.3. Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
dalam tabel yang terlampir dalam UU NO.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Penggolongan NAPZA
bijinya. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari buah
morfinnya.
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya. Daun koka,daun yang belum atau
sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus
Tanaman ganja, semua tanaman genus canabis dan semua bagian dari tanaman
termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja
2014).
3.1. Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin,
kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioida atau opiate biasanya
jalanannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi
3.2. Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan
3.3. Kanabis
gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama
bereaksi sama sekali ketika dipanggil, mudah percaya mistik, kurang semangat
3.4 Amfetamin
sabu). Penggunaannya melalui oral dalam bentuk pil, kristal yang dibakar
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong) atau
kecil, sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada
pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30-60 menit dan hilang setelah
3.8. Alkohol
Alkohol diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi
umbian. Hasil fermentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih
dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan
kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%. Alkohol adalah zat yang
banyak dikonsumsi orang melalui minuman (bir 2-5% alkohol, anggur 10-
Berikutdaftar nama narkotika baru yang telah diatur dalam Permenkes No 2/2017
symphathomimetic
jantung, harmful
Cannabinoid toxic
Cannabinoid toxic
(Dimethylamphetamin) methamphetamine
symphathomimetic
Tanda dan gejala yang ditampilkan akibat intoksikasi dan putus zat berbeda
beda, tergantung pada zat yang dikonsumsi. Tanda dan gejala dapat dilihat secara
sering keluar dari kelas pada jam pelajaran dengan alasan ke kamar mandi
(Lisa,2013)
Mekanisme kerja obat dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat
tersebut merangsang susunan saraf pusat untuk bekerja sesuai dengan karakteristik
zat yang akan digunakan.Zat yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
sinyal penghantar syaraf (sistem neurotransmitter dalam sistem syaraf pusat) yang
sama bagi pemakai. Dalam hal ini hanya obat dengan pengaruh
faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang
anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua
terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang
tanpa motivasi tertentu dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu saja.
sebulan, pada saat liburan atau berkumpul dengan teman teman.Dari sumber zat,
biasanya obat didapat dari teman sebaya.Karena alasan penggunaan seperti rasa
Untuk mendapatkan efek yang diinginkan, pengguna akan merasa euphoria dalam
zat, menjual zat dan menyimpan sebagian untuk konsumsi sendiri. Demi
mendapatkan efek merasa normal kembali dari perasaan sakit, penurunan dalam
ketergantungan fisik psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma
putus obat. Ciri khas penggunaan NAPZA untuk ketergantungan yakni: Frekuensi
penggunaan setiap hari atau terus menerus. Sumber zat berupa menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan zat, mengambil resiko yang serius, sering
depresi, untuk melarikan diri dari kenyataan, menggunakan karena di luar kontrol.
Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat, klien akan merasa sakit
atau tidak nyaman, zat membantu mereka untuk merasa normal, pengguna tidak
merasa euphoria pada tahap ini, kemungkinan ada perasaan ingin bunuh diri,
merasa bersalah, malu, ditolak, merasa adanya perubahan emosi, seperti depresi,
agresif, cepat tersinggung, dan apatis. Ciri-ciri pengguna berupa perubahan fisk,
dan gangguan mental lainnya. Kemungkinan drop out dari sekolah atau
Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat/ relapse. Ciri khas penggunaan
waktu tertentu kembali menggunakan NAPZA yang bisa disebabkan oleh berbagai
atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap seperti orang yang mengalami
gangguan jiwa. Tidak ragu melanggar norma masyarakat. Tidak segan menyiksa
diri untuk menghilangkan rasa nyeri. Bahaya terhadap keluarga berupa: tidak
segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA. Tidak sopan
dan melawan orang tua. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak barang).
Berbuat tidak senonoh (mesum) dengan orang lain. Mengambil dan mencuri harta
dan negara berupa: rusaknya mental dan fisik generasi muda. Kehilangan rasa
Kesehatan membuat organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem
syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti
berlebih (over dosis) dan kematian AIDS (akibat pemakaian NAPZA melalui
menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan,
pikiran, dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Hukum, misalnya
10.1. Preventif
dilakukan kasar atau marah, tetapi dapat dilakukan dengan halus dan sopan,
tetapi, tegas dan dengan alasan yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi
tegas (asertif), teman yang mengajak dapat mengerti dan akan berhenti merayu
mengendalikan diri.
10.2. Kuratif
mengurangi gejala putus zat, membantu klien terhindar dari pengobatan sendiri
misalnya agama.
menyeluruh. Dalam hal ini norma-norma perilaku diterapkan secara nyata dan
ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memeberikan reward dan sangsi
yang spesifik secara langsung untuk mengembangkan kemampuan mengontrol
Model Medik, model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik
dirancang berbasis rumah sakit dengan program rawat inap sampai kondisi bebas
Institute. Model ini fokus pada abstinen atau bebas Napza sebagai tujuan utama
minggu rawat inap dengan lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self
perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan variasi masalah yang ada pada setiap
pasien adiksi.
hal praktis dan keyakinan yang selama ini sudah dijalankan. Komponen dasar
terdiri dari: medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki
oleh sistem lokal contoh: pondok pesantren, pengobatan tradisional/herbal
Faith Based Model, sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak
menggunakan farmakoterapi.
tindakan yang sesuai termasuk VCT (Voluntar, Counseling and Testing) dan
menghadapi tekanan dari luar dan belajar untuk mengelola situasi slip
(Kepmenkes, 2016).
BAB III
METODE DAN LANGKAH YANG DILAKUKAN
A. Desain Penyuluhan
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada remaja kelas
VII dan VIII di SMP Sunan Giri Salatiga. Media atau saluran komunikasi yang
digunakan adalah slide power point melalui Laptop.
C. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan
petugas PKM Cebongan.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Penyuluhan tentang Infeksi Menular Seksual mencakup
etiologi, tanda, gejala, penanggulangan dan
pencegahannya serta komplikasinya.
Tujuan : Meningkatkan kesedaran dan pengetahuan tentang
bahaya Infeksi Menular Seksual
Peserta : 120 orang
Waktu : Rabu dan Kamis, tanggal 30-31 Mei 2018, pukul 09.00-
12.00 WIB
Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms.
Power Point yang berisi materi Infeksi Menular
Seksual.
Penanggung Jawab : Dokter internsip dan petugas PKM Cebongan
1. Adi Sularsito & Djuanda Suria. Dalam : Djuanda Adhi,editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Dermatitis. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ; 2010. Hal. 138-147.
2. Daili FS, Indriatmi W, dkk. Editor. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
Menular Seksual. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011.
3. Daill SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual. Edisi keempat.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
4. KEMENKES RI. Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS di Faskes
Tingkat Pertama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2016.
5. KEMENKES RI. Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan PIMS, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2016
6. KEMENKES RI. Buku Pedoman Penanganan Infeksi Menular Seksual,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2016
7. United Nations Joint Programme on HIV$/AIDS and World Health
Organization. Report of the global AIDS epidemic. Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS/ UNHCR/ UNIOCEF/ WFP/ UNDP/
UNFPA/UNESC0/ WHO/ WORLD BANK. Geneva. 2006