You are on page 1of 25

BAB I

LAPORAN KASUS

Status Pasien
I. Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dukuh Krajan, Jawa Tengah
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Kamar : Marwah Atas
Suku : Jawa
Agama : Islam
Masuk RS : 4 September 2018
No. RM : 00-99 39 XX
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh demam sejak 3 hari SMRS. Demam terus menerus sepanjang hari,
namun demam dirasakan paling berat pada malam hari tetapi tidak disertai dengan
menggigil, demam sempat turun ketika diberi obat penurun panas akan tetapi demam naik
kembali. Pasien juga mengeluhkan mual tidak disertai muntah, Pasien juga mengeluh sakit
kepala. Sakit kepala dirasakan paling berat pada bagian belakang kepala seperti tertindih
benda berat. Pasien mengeluh nyeri pada bagian ulu hati. Nyeri terutama pada saat
ditekan. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada tulang dan otot. Gusi Berdarah tidak ada,
mimisan tidak ada, bintik-bintik merah pada tubuh tidak ada.
Pasien juga mengatakan nafsu makan berkurang dan terasa lemas sejak pasien
demam. BAK nyeri tidak ada, batuk, pilek dan mata berair tidak ada, tidak ada riwayat
berpergian keluar kota dalam waktu dekat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat terkena demam berdarah tidak ada.
Riwayat penyakit gangguan pembekuan darah tidak ada.
Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tidak ada.
Riwayat penyakit jantung, asma dan tuberkulosis paru tidak ada.
d. Riwayat Pengobatan
Meminum paracetamol yang di berikan dokter di klinik, demam turun tetapi naik
kembali.

e. Riwayat Alergi
Alergi obat-obatan, makanan, cuaca dan debu tidak ada.

f. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh gejala yang sama seperti pasien. Tidak ada
riwayat penyakit gangguan pembekuan darah dalam keluarga. Riwayat Darah tinggi dan
kencing manis tidak ada.

g. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Pasien sehari-hari beraktivitas di pabrik, pola makan teratur, tidak merokok dan minum
alkohol. Pasien sering menggantung pakaian bekas pakai dibalik pintu.

III. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran
- Kualitatif : Komposmentis
- Kuantitatif : GCS 4-5-6

3. Tanda vital
- Tekanan Darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 68 kali/menit
- Frekuensi nafas: 18 kali/menit
- Suhu axilla : 38,2O C
4. Status Gizi
- BB sebelum sakit : Tidak ditimbang
- BB saat sakit : 67 Kg
- TB : 170 Cm
- IMT : 23 (Normoweight)
b. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Bentuk : bulat, simetris, normocephal.
Rambut : pendek, warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+.
Hidung : tidak ada sekret, tidak berbau, tidak ada perdarahan, tidak ada septum deviasi
Telinga : tidak ada sekret, tidak bau, pendengaran dalam batas normal.
Mulut/bibir : tidak sianosis, tidak ada sariawan, perdarahan gusi (-).
Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi.

2. Leher
Inspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher serta tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid.
3. Thorax
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : redup pada ICS II PSL dextra
Batas kanan : redup pada ICS IV PSL dextra
Batas kiri : redup pada ICS V MCL sinistra
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, Gallop (-), murmur (-)

Paru:
Inspeksi : normochest, simetris, tidak ada retraksi
Palpasi : vocal fremitus teraba sama pada kedua lapang paru
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronchi (-/-)

4. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terlihat massa.
Auskultasi : bising usus (+) 12x/menit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, terdapat nyeri tekan epigastrium, supel, turgor
kulit normal, undulasi (-).
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen.
5. Ekstremitas
Superior : akral hangat +/+, edema -/-, petekie (-), RCT < 2 detik
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-, petekie (-), RCT < 2 detik

IV. PemeriksaanPenunjang
4 September 2018 pukul 20:34
WIB
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 14,4 g/dL 13,2 – 17,3

3
Lekosit 2,35 10 /µL 3,80 – 10,6
Hematokrit 42 % 40 – 52 %

Trombosit 126 103/µL 150 – 440

Eritrosit 4,83 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 86 fL 80 – 100

MCH 30 Pg 26 – 34

MCHC 35 g/dL 32 – 36

5 September 2018 pukul 08.46


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 14,4 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit 2,32 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 41 % 40 – 52 %

Trombosit 250 103/µL 150 – 440

Eritrosit 4,70 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 87 fL 80 – 100

MCH 31 Pg 26 – 34

MCHC 35 g/dL 32 – 36

Faal Hati
SGOT 70 U/L 9-43

Faal Ginjal

Ureum darah 14 mg/dL 10-50

Imunoserologi

Anti Dengue IgM (+) Negatif


Anti Dengue IgG (-) Negatif
Anti Salmonela Tubex 2,0 < 2: Negatif

7 September 2018 pukul


13.09
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 15,8 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit L 2,25 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 46 % 40 – 52 %

Trombosit CL 24 103/µL 150 – 440

Eritrosit 5,30 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 87 fL 80 – 100

MCH 30 Pg 26 – 34

MCHC 34 g/dL 32 – 36

7 September 2018 pukul


17.46
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 15,5 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit L 2,94 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 46 % 40 – 52 %

Trombosit CL 18 103/µL 150 – 440

Eritrosit 5,42 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 85 fL 80 – 100

MCH 29 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36

8 September 2018 pukul


09.00
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 16,1 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit 3,99 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 47 % 40 – 52 %

Trombosit CL 26 103/µL 150 – 440

Eritrosit 5,61 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 85 fL 80 – 100

MCH 29 Pg 26 – 34

MCHC 34 g/dL 32 – 36

8 September 2018 pukul 17.26


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 16,1 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit 7,21 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 47 % 40 – 52 %

Trombosit CL 46 103/µL 150 – 440


6
Eritrosit 5,61 10 /µL 4,40 – 5,90
MCV 82 fL 80 – 100

MCH 29 Pg 26 – 34

MCHC 34 g/dL 32 – 36
9 September 2018 pukul 07.11
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 15,6 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit 7,56 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 45 % 40 – 52 %

Trombosit L 60 103/µL 150 – 440

Eritrosit 5,35 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 84 fL 80 – 100

MCH 30 Pg 26 – 34

MCHC 35 g/dL 32 – 36

10 September 2018 pukul


09.53
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi

Hemoglobin 15,7 g/dL 13,2 – 17,3

Lekosit 8,59 103/µL 3,80 – 10,6


Hematokrit 47 % 40 – 52 %

Trombosit L 118 103/µL 150 – 440

Eritrosit 5,61 106/µL 4,40 – 5,90


MCV 84 fL 80 – 100

MCH 28 Pg 26 – 34

MCHC 34 g/dL 32 – 36

Resume
Tn. A, laki-laki 19 tahun mengeluh febris sejak 3 hari SMRS, febris continue dan
lebih berat dirasakan pada malam hari, tidak disertai menggigil. nausea (+) vomitus (-),
cephalgia (+) myalgia (+) malaise (+), anoreksia (+) nyeri epigastrium (+). Epistaksis (-),
gusi berdarah (-), bintik perdarahan pada tubuh tidak ada. Riwayat pemakaian obat
parasetamol demam sempat turun tetapi naik kembali.
PF : TTV :

• TD, N, RR dalam batas normal, Suhu : 38,2oC.


• Nyeri tekan epigastrium (+)

• Lab 4 September 2018 (20.34 WIB): Hb: 14,4 g/dL, Trombosit: 126.000/µL,
Leukosit:
2.35 ribu/µL, Hematokrit: 42%
• Lab 5 September 2018 (08.46 WIB): Hb: 14,4 g/dL, Trombosit: 250.000/µL,
Leukosit: 2,32 ribu/µL, Hematokrit: 41%.
• Lab 6 September 2018 (19.24 WIB): SGOT : 70, Ureum darah: 14, Anti Dengue IgM
(+), Anti Dengue IgG (-), Tubex 2,0
• Lab 7 September 2018 (13,09 WIB): Hb: 15,8 g/dL, Trombosit: 24.000/µL, Leukosit:
2,25 ribu/µL, Hematokrit: 46%.
• Lab 7 September 2018 (17,46 WIB): Hb: 15,5 g/dL, Trombosit: 18.000/µL, Leukosit:
2,94 ribu/µL, Hematokrit: 46%.
• Lab 8 September 2018 (09.00 WIB): Hb: 16,1 g/dL, Trombosit: 26.000/µL, Leukosit:
3,99 ribu/µL, Hematokrit: 47%.
• Lab 8 September 2018 (17,26 WIB): Hb: 16,1 g/dL, Trombosit: 46.000/µL, Leukosit:
7,21 ribu/µL, Hematokrit: 47%.
• Lab 9 September 2018 (07.11 WIB): Hb: 15,6 g/dL, Trombosit: 60.000/µL, Leukosit:
7,56 ribu/µL, Hematokrit: 45%.
• Lab 10 September 2018 (09.53 WIB): Hb: 15,7 g/dL, Trombosit: 118.000/µL,
Leukosit: 8,59 ribu/µL, Hematokrit: 47%.

V. Daftar masalah
DHF

VI. Pembahasan
1. DHF
Os mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu, demam mendadak tinggi terus
menerus, nyeri pada tulang dan otot, sakit kepala (+), lemas, nafsu makan
menurun, gusi berdarah (-) mimisan (-), bintik merah pada kulit (-).
TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/m
N : 68 x/m S : 38,20C
Nyeri Epigastrium (+)
Lab : Trombosit 126.000
Hb : 14,4 g/dL
Ht : 42%
L : 2.35 µL
Working Diagnosis : DHF
Planning
a. Diagnostik
- Diagnostik etiologi : Sediaan Apusan Darah Tepi
- Diagnostik komplikasi : pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, SGOT, SGPT
- Diagnostik komorbid : -
- Diagnostik gawat darurat : GCS, pemeriksaan darah lengkap.
- Monitoring : Darah Rutin tiap 12 jam

b. Terapeutik
Klasifikasi perawatan : Ruang biasa
Hidrasi :
Infus Asering /8jam (Pantau Urine Output)
Medikamentosa
Paracetamol tablet 500 mg 4 x 1
Ranitidin tablet 150 mg 2 x 1
Ondansentron tablet 8 mg 2 x 1
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Sucralfat Syr 4 x 1

Non-Medikamentosa :
Menganjurkan banyak minum
Tirah baring
Cek darah rutin setiap 12 jam

VII. Prognosis
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanactionam : ad bonam
VIII. Monitoring dan Evaluasi
Tanggal 5 September 2018
Pemeriksaan Planning
S:Demam naik turun, lemas, pusing, mual(+) Infus Asering per 8 jam
muntah (-) BAB mencret (-) Sucralfat Syr 4 x 1
O: Paracetamol 4 x 500 mg
KU= Tampak Sakit Sedang Lansoprazole 3 x 1
Kes= CM Inj Ranitidin 2 x 50 mg
TD= 110/80 mmHg RR = 20x/menit Inj Ondansentron 2 x 8 mg
N = 80 x/menit S = 38° C Ceftriaxone 1 x 2 gr
Nyeri Epigastrium (+) Cek darah rutin/12 jam
Lab 15 September 2018 (20.34 WIB): Hb: 14,4
g/dL,
Trombosit: 250.000/µL, Leukosit: 2.34 ribu/µL,
Hematokrit: 41%, SGPT 34, Kreatinin 1.1
A: DHF
Tanggal 6 September
2018
Pemeriksaan Terapi

S: Demam masih naik turun, lemas (+) pusing (+) mual (+) Infus Asering per 8 jam
O:KU= Tampak Sakit Sedang Sucralfat Syr 4 x 1
Kes= CM Paracetamol 4 x 500 mg
TD= 100/70 mmHg RR = 20x/menit Lansoprazole 3 x 1
N = 80 x/menit S = 38,6° C Inj Ranitidin 2x50 mg
NTE (+) Ondancentron 2 x 8 mg
Lab 16 September 2018 (19.24 WIB): SGOT: 70, Ureum darah:
14, Ceftriaxone 1 x 2 gr
Anti Dengue IgM (+), IgG (-) A: DHF Inj Dexametason 2 x 1
Inj Vit K 3 x 1
Inj Kalnek 3 x 1
Fimahes 500
Cek darah rutin/12 jam
Tanggal 7 September
2018
Pemeriksaan Terapi

S: Mual (+) Lemas (+) Bab Hitam Cair Infus Asering per 8 jam
O: KU= Tampak Sakit Ringan Sucralfat Syr 4 x 1
Kes= CM Paracetamol 4 x 500 mg
TD= 100/70mmHg RR = 20x/menit Lansoprazole 3 x 1
N = 88 x/menit S = 36,9° C Inj Ranitidin 2x50 mg
Lab 17 September 2018 (13.09 WIB): Hb: 15.8 g/dL,
Trombosit: Ondancentron 2 x 8 mg
24.000/µL, Leukosit: 2,25 ribu/µL, Hematokrit: 46%. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Lab 17 September 2018 (17.46 WIB): Hb: 15,5 g/dL,
Trombosit: Inj Dexametason 2 x 1
18.000/µL, Leukosit: 2,95 ribu/µL, Hematokrit: 46%. Inj Vit K 3 x 1
A: DHF Inj Kalnek 3 x 1
Cek darah rutin/12 jam
Tanggal 8 September 2018
Pemeriksaan Terapi

S: Mual (+) Lemas (+) Bab Hitam Cair Infus Asering per 8 jam
O: KU= Tampak Sakit Ringan Sucralfat Syr 4 x 1
Kes= CM Paracetamol 4 x 500 mg
TD= 100/70mmHg RR = 20x/menit Lansoprazole 3 x 1
N = 88 x/menit S = 36,9° C Inj Ranitidin 2x50 mg
Lab 18 September 2018 (13.09 WIB): Hb: 15.8 g/dL,
Trombosit: Ondancentron 2 x 8 mg
26.000/µL, Leukosit: 2,25 ribu/µL, Hematokrit: 46%. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Lab 18 September 2018 (17.46 WIB): Hb: 15,5 g/dL,
Trombosit: Inj Dexametason 2 x 1
46.000/µL, Leukosit: 2,95 ribu/µL, Hematokrit: 46%. Inj Vit K 3 x 1
A: DHF Inj Kalnek 3 x 1
Cek darah rutin/12 jam
Tanggal 9 September 2018
Pemeriksaan Terapi

Infus Asering per 8 jam


S: Mual (-) Lemas (-) Bab Hitam Cair (-) Sucralfat Syr 4 x 1
O: KU= Tampak Sakit Ringan Paracetamol 4 x 500 mg
Kes= CM Lansoprazole 3 x 1
TD= 120/80mmHg RR = 20x/menit Inj Ranitidin 2x50 mg
N = 88 x/menit S = 36,5° C Ondancentron 2 x 8 mg
Lab 19 September 2018 (07.11 WIB): Hb: 15,6 g/dL,
Trombosit: Ceftriaxone 1 x 2 gr
60.000/µL, Leukosit: 7,56 ribu/µL, Hematokrit: 45%. Inj Dexametason 2 x 1
A: DHF Inj Vit K 3 x 1
Inj Kalnek 3 x 1
Cek darah rutin/12 jam
Tanggal 10 September 2018
Pemeriksaan Terapi

Infus Asering per 8 jam


S: Sudah tidak ada keluhan, boleh pulang Sucralfat Syr 4 x 1
O: KU= Tampak Sakit Ringan Paracetamol 4 x 500 mg
Kes= CM Lansoprazole 3 x 1
TD= 120/80mmHg RR = 20x/menit Inj Ranitidin 2x50 mg
N = 88 x/menit S = 36,5° C Ondancentron 2 x 8 mg
Lab 20 September 2018 (09.53 WIB): Hb: 15,7 g/dL,
Trombosit: Ceftriaxone 1 x 2 gr
118.000/µL, Leukosit: 8,59 ribu/µL, Hematokrit: 47%. Inj Dexametason 2 x 1
A: DHF Inj Vit K 3 x 1
Inj Kalnek 3 x 1
Cek darah rutin/12 jam

IX. Kesimpulan
Diagnosa Akhir : Dengue Hemorragic Faver
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Dengue Hemmoragic Fever


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini memiliki
empat jenis serotipe yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari
infeksi salah satu jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk serotipe
lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan paling banyak menimbulkan
manifestasi klinis yang berat.1,2,5,8
Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yakni dua hari sebelum panas hingga 5 hari setelah demam
timbul. Virus yang terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam waktu 8-10
hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan. Sekali virus masuk
dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut dapat menularkan virus
(infektif) sepanjang hidupnya.2,8

1.2 Patogenesis
Patogenesis DBD masih kontroversial. Dua teori yang banyak dianut adalah hipotesis
infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune
enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder, akibat infeksi sekunder oleh tipe virus
dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu dan menyebabkan
kenaikan titer tinggi IgG antidengue. Replikasi virus dengue mengakibatkan terbentuknya
kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a
dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya
cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit (Ht),
penurunan natrium (Na) dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Pada pasien dengan
syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama
24-48 jam dan bila tidak ditangani secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia
yang dapat berakibat fatal.1,2
Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung
bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat yang
lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenali
virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc
reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan
terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.1,2

1.3 Perjalanan Penyakit


Setelah masa inkubasi, penyakit ini diikuti oleh tiga fase, yaitu febris, kritis, dan recovery
(penyembuhan) (gambar-1).5

Gambar-1. Perjalanan Penyakit DBD.5


a. Fase Febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu tubuh
sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase ini biasanya
akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh
tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan nyeri
tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva). Sulit untuk membedakan dengue dengan
penyakit lainnya secara klinis pada fase awal demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini
meningkatkan kemungkinan adanya infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan
parameter untuk membedakan antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat. Oleh karena
itu, memperhatikan tanda-tanda peringatan (warning signs) dan parameter lain sangat penting
untuk mengenali progresi ke arah fase kritis.2,5,10Warning signs meliputi:5

• Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan mukosa,


pembesaran hati >2 cm
• Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran mukosa
(hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari-hari pertama demam, namun
dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina masif pada
wanita usia subur dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena) juga dapat terjadi
walau lebih jarang.2,5,10Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji torniquet positif,
menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal perjalanan penyakit 70,2%
kasus DBD mempunyai hasil positif.2
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam. Pembesaran
hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar
dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian kecil dapat ditemukan
ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah penurunan progresif
leukosit, yang dapat meningkatkan kecurigaan ke arah dengue.2,5

b. Fase Kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun dan pasien tampak seakan-akan sembuh, maka hal ini harus diwaspadai
sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-38oC yang
biasanya terjadi pada hari ke 3-7, peningkatan permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan
ini berbanding lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang
signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.2,5
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat merupakan tanda
kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi. Temuan efusi pleura dan
asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran plasma dan volume terapi cairan.
Derajat peningkatan hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan kebocoran plasma.2,5
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan
sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.Saat terjadi syok
berkepanjangan, organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi
(impairment), asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata (KID). Hal ini
menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada keadaan
syok hebat. 1,2,5
Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan
menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase kritis
kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma.5

c. Fase Penyembuhan (Recovery)


Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual cairan
ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien membaik, nafsu makan
kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik meningkat, dan diuresis
normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam kulit putih yang dikelilingi area kemerahan
disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan perubahan elektrokardiografi juga
sering ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan stabil atau lebih rendah karena efek dilusi
yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat segera setelah
demam turun, namun trombosit akan meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini
perlu diperhatikan karena bila berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung
kongestif.5

1.4 Manajemen Kasus DBD


Manajemen kasus DBD meliputi beberapa tahap yakni:5
1. Penilaian:
• Riwayat penyakit sekarang, riwayat pengobatan lalu, dan riwayat keluarga
• Pemeriksaan fisik, termasuk fisik umum dan mental
• Investigasi, termasuk laboratorium rutin dan spesifik-dengue
2. Diagnosis, penilaian fase penyakit, dan keparahan
3. Manajemen: menetapkan tatalaksana berdasarkan manifestasi klinis dan hal-
hal terkait lainnya:
• Rawat jalan (kelompok A)
• Rawat inap (kelompok B)
• Membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi (kelompok C)
1.5 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis harus meliputi:5 (1) Onset demam/penyakit, (2) Jumlah intake oral, (3)
Warning signs, (4) Diare, (5) Perubahan status mental/kejang/ketidaksadaran, (6) Urin output
(frekuensi, volume, dan waktu terakhir kencing), (7) Riwayat keluarga atau tetangga yang
mengalami DBD, riwayat bepergian ke daerah endemis, kondisi penyerta (bayi, kehamilan,
obesitas, diabetes mellitus, hipertensi), bepergian ke hutan dan berenang di air terjun
(mengarahkan leptospirosis, tipus, malaria), riwayat penggunaan narkoba dan seks bebas
(HIV serokonversi akut).

Sedangkan pemeriksaan fisik harus meliputi:5 (1) Status mental, (2) Status hidrasi, (3)
Status hemodinamik, (4) Takipnoe/pernapasan asidosis/efusi pleura, (5) Nyeri abdomen/
hepatomegali/asites, (6) Ruam dan manifestasi perdarahan, (7) Uji torniquet.
Pemeriksaan Radiologis
Diagnosis
1.10 Penatalaksanaan

Tanda kegawatan
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi dengue, seperti
berikut.

• Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi ke fase
bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
• Muntah yg menetap, tidak mau minum
• Nyeri perut hebat
• Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
• Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang hebat,
warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
• Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
• Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
• Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam

Monitor perjalanan penyakit DD/DBD

Parameter yang harus dimonitor mencakup,

• Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain
• Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok, serta mudah
dan cepat utk dilakukan
• Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap 2-4 jam
pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.
• Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering pada
pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
• Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien dengan syok
berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
• Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal) Indikasi
pemberian cairan intravena
• Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral ataumuntah
• Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral
• Ancaman syok atau dalam keadaan syok Prinsip umum terapi cairan pada DBD
• Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
• Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada
respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
• Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga volume dan
cairan intravaskular yang adekuat.
• Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan untuk
menghitung volume cairan.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive


Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic
Fever. India: WHO; 2011.p.1-67.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance.
Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.
3. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Dalam:
Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2009.p.2773-9.
4. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, 2004.
5. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah
Dengue. Medicines 2009:22;1.
6. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. World
Health Organization, 2009. Diunduh dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
7. Infections Caused by Arthropod- and Rodent-Borne Viruses. In: Braunwald, et

al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill
Companies, 2008.
8. World Health Organization. Dengue Fever. Diunduh dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
9. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007. P.522.

You might also like