Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat menular,
sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang
subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10
terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum di imunisasi dan pada
remaja dan orang dewasa muda yang telah di imunisasi . Biasanya penyakit ini
timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,
maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan
kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengantiga
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus
morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral
sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Banyak kesamaan antara tanda-
tanda biologis campak dan cacar memberi kesan kemungkinan bahwa campak
➢ruam khas
➢satu serotip
➢vaksin efektif.
Vaccine ”
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,
pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
2.2 Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah,
tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski
jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-
langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan
cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat
2. Stadium erupsi
durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles”
yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: – Panas badan – nyeri
tenggorokan] – hidung meler ( Coryza ) – batuk ( Cough ) – Bercak Koplik – nyeri otot – mata merah
( conjuctivitis )2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan
yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai
40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang
tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari
hingga 7 hari.
2.5 patofisiologi
Konjuctivitis
Fotofobia
– mukosa nasofaring dan broncus
Sal. Cerna
○ Pemeriksaan Fisik
○ Pemeriksaan Darah
2.7 Penatalaksanaan
. ○ Pemberian vitamin A
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan
dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang
bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin
hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston
B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan
pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama.Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak
dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15
bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena
masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara
endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.2. Imunusasi
pasifImunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum
stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin
plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk
pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin
dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera
mungkin.
2.9 Komplikasi
– Encefalitis
– Bronkiolitis
2.10 pengobatan
tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin
diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
I.Pengkajian
A.Identitas diri :
B.Pemeriksaan Fisik :
4.Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa
pahit.
ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi),
8.Gangguan istirahat tidur b.d. rash pada seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal
3.3 Intervensi
• Diagnosa Keperawatan
Data Objektif :
· Keringat berlebihan
· Frekuensi pernafasan meningkat
· Kejang · Takikardi
• Tujuan
• Kriteria Hasil
– Bibir lembab
– Nadi normal
• Intervensi Keperawatan
– Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi
pupil.
– Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik /
bedrest total.
keringat.
– Kolaborasi :
– Pemeriksaan penunjang
• Diagnosa Keperawatan
Data Subjektif :
Data Objektif :
· TD…mmttg, N..x/mnt, 0S.. C, RR…x/mnt
· Demam
· Kulit kering
· Bibir kering
· Mata cekung
· Akral dingin
• Tujuan
• Kriteria Hasil
-Turgor baik
– Kulit lembab
• Intervensi Keperawatan
– Observasi TNSR…
– Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara
mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.
Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar per….
– Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru,
– Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang
cairan
– Kolaborasi :
• Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang kurang b.d
anorexia.
Data Subjektif :
Data Objektif :
· Bising usus….x/mnt
· Vomitus ….cc
· Hb …., Albumin…..
• Tujuan
• Kriteria Hasil
-BB meningkat
• Intervensi Keperawatan
– Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya bising usus.
• Diagnosa Keperawatan
Subjektif :
-Dispnea
-Napas pendek
Objektif :
mL/k)
-Rasio waktu
• Tujuan
• Kriteria hasil
indikator gangguan sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang,
ringan , tidak).
• Intervensi Keperawatan
ventilator.
– Pemantauan Pernapasan :
dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla
– Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan /tidak adanya ventilasi dan
– Rujuk kepada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadaan fungsi ventilator
mekanis.
– Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, dan pernapasan, nilai GDA, sputum, dan
– Berikan tindakan nebulizer ultrasonik dan udara pelembap atau oksigen sesuai
naoas, pola pernapasan, nilai Gda, sputum, dan efek obat pada pasien).
– Pertahankan oksigen aliran rendah kanula nasal, masker, sungkup, atau tenda.
Spesifikkan kecepatan aliran.- Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Spefikkan posisi.
• Diagnosa Keperawatan
Subjektif :
Objektif
-Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas.
– Tirah baring/imobilitas
– Nyeri kronis
– Kelemahan umum
– Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan Daya tahan,
penghematan energi, dan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI).
(dengan ketentuan 1-5: tidak sama sekali, ringan, sedang, berat , atau sangat berat ).
Contoh lain
-Pasien akan :
memadai pada denwyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dan pola yang
aktivitas;
– Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (aks0 dengan beberapa bantuan
-Terapi Aktivitas: saran tentang dan bantuan dalama aktivitas fisik, kognitif, sosial
dan spritual yang spesifiik untuk meningkatkan rentang, frekuensiu atau durasi
• Aktivitas Keperawatan
Pengakajian
– Pantau respons oksigen (misalnya, nadi, irama, jantung, dan frekuensji respirasi)
– Ajarkan kepada pasien dan orang yang penting bagi pasien tentang teknik
• Aktivitas Kolaboratif
– Rujuk pada ahli gizi unmtuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan
• Aktivitas lain
– Bantu pasien untuk mengibah posisi secara berkala, bersandar, dudul, berdiri, dan
ambulasi yang dapat ditoleransi.
– Simpan objek yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau;
– Buat tujuan yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien yang
bagi tubuh:
untuk mencegah tangisan yang tidak perlu:- Hindari lingkungan yang mempunyai konsentrasi
oksigen rendah (mislanya, pada
– Cegah infeksi;
relaksasi;
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,1989;162
).