You are on page 1of 17

PRESENTASI KASUS

KONDILOMA AKUMINATUM

Disusun oleh:
Cicilia Desynta
112016356
Dipresentasikan pada tanggal 5 Juli 2018

Moderator:
dr. Afaf Agil Al Munawwar,Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
PERIODE 2 JULI 2018 – 4 AGUSTUS 2018

6
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny.R
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ojek online
Alamat : Cilandak
Status perkawinan : Menikah

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 3 Juli 2018, pukul 10.30 WIB.
Keluhan Utama
Terdapat kutil pada daerah kemaluan
Keluhan Tambahan
Tidak Ada
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poli kulit kelamin RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan
terdapat kutil pada daerah kemaluannya sejak kurang lebih 3 hari SMRS. Kutil
teraba oleh pasien saat sedang buang air kecil, yaitu terdapat satu buah dengan
ukuran yang kecil. Pasien menyangkal adanya rasa gatal pada daerah kutil tersebut,
tidak terdapat sakit saat berhubungan, tidak berdarah, maupun tidak ada gangguan
saat berkemih. Benjolan tersebut tidak menganggu aktivitas pasien dalam
berhubungan seksual. Selain itu, pasien mengaku terkadang muncul keputihan yang
berwarna bening, dan tidak berbau. Sebelumnya pasien tidak pernah memiliki kutil
atau kelainan lain pada kelaminnya, pasien juga belum melakukukan pengobatan
untuk keluhannya tersebut.
Pasien mengatakan bahwa suaminya memiliki kutil pada kemaluan sejak
bulan januari 2018 tetapi tidak diperiksa ke dokter, dan kutil tersebut tampak
semakin banyak. Pasien masih aktif berhubungan seksual dengan suaminya selama 5
bulan terakhir meskipun sudah berkurang, dan terakhir melakukan hubungan seksual
pada 4 hari SMRS. Selain itu, pasien mengatakan bahwa terdapat riwayat berganti-

2
ganti pasangan pada suami pasien. Pasien memiliki 4 anak lahir cukup bulan dan
tidak pernah mengalami keguguran.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga.
Tidak ada

III. STATUS GENERALIS


Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 120/86 mmhg
Nadi : 80 x /menit
Pernapasan : 18 x /menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephali, deformitas (-), pertumbuhan rambut merata
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
THT : Normotia, normosepta, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar
Paru : Suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, Bising usus (+), normal, timpani, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

IV. STATUS VENEREOLOGIKUS


Lokasi : Pada inferior labia mayor kiri
Efloresensi : Terdapat papul verukosa soliter, berbentuk bulat, warna
kemerahan, dengan ukuran diameter 3 mm, berbatas tegas. Tidak terdapat lesi lain
pada genitalia eksterna.
Orificium uretra eksterna: tidak terdapat edema ataupun hiperemis
Sekret vagina: tidak didapatkan

3
Gambar 1. Satu papul pada vulva

4
Gambar 2. Setelah lesi dioles trichloroasetat

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. RESUME
Ny R usia 42 tahun, datang dengan keluhan terdapat kutil pada daerah kelamin sejak
3 hari SMRS. Terdapat keputihan berwarna bening namun jarang dan sedikit tanpa
disertai bau. Suami pasien juga memiliki kutil pada kelaminnya sejak 5 bulan SMRS
tetapi belum berobat. Pasien mengaku aktif berhubungan seksual dengan suaminya
selama 5 bulan terakhir meskipun sudah berkurang, dan terakhir melakukan
hubungan seksual pada 4 hari SMRS.
Pada pemeriksaan:
 Status generalis dalam batas normal
 Status venereologikus
Lokasi: inferior labia mayor kiri
Efloresensi:
o Terdapat papul verukosa soliter, berbentuk bulat, warna seperti
warna kulit, ukuran diameter 3mm, berbatas tegas.
o Orificium uretra eksterna: tidak terdapat edema ataupun hiperemis
o Sekret vagina: tidak didapatkan

VII. DIAGNOSIS KERJA


 Kondiloma akuminatum

VIII. DIAGOSIS BANDING


 Kondiloma latum
 Karsinoma sel skuamosa

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


 TPHA dan VDRL
 Anti HIV
 Pemeriksaan pap smear

X. PENATALAKSANAAN

5
Non Medikamentosa :
 Menjaga kebersihan daerah genitalia, serta tidak menggaruk daerah genitalia
untuk mencegah infeksi sekunder
 Menggunakan kondom untuk menyingkirkan adanya penularan seksual pada
saat berhubungan intim dengan pasangan.

Medikamentosa :
 Dilakukan topikal dengan solusio asam trikloroasetat 80%

XI. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad Bonam
 Quo ad functionam : dubia ad Bonam
 Quo ad sanationam : dubia

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONDILOMA AKUMINATUM

DEFINISI
Kondiloma Akuminatum ialah lesi proliferasi jinak berbentuk papilomatosis, dengan
permukaan verukosa yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu yaitu
terutama tipe 6 dan 11, yaitu terdapat pada daerah kelamin dan anus. Gambaran papul
bertangkai dan permukaan berjonjot. Pertumbuhan jaringan bersifat jinak, superfisial,
terutama di daerah genital. Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai kutil kelamin, kutil
kemaluan, kutil genitalia, genital warts, veruka akuminata, venereal wart, dan jengger
ayam.1,2
Kondiloma adalah lesi kulit yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum).
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual yang menular melalui hubungan seksual
dan dapat ditularkan melalui barang yang tercemar partikel HPV. Masa inkubasi dapat terjadi
dari 3 minggu hingga 8 bulan setelah kontak dengan orang yang terinfeksi. Kondiloma
akuminata merupakan pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superficial terutama di
daerah genital. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya
didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus. Sedangkan pada
wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar
anus. Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa tersebar multifocal dan
multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat
meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah
tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus
posterior pada wanita.1,2,4

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk kelompok Infeksi Menular Seksual (IMS) dimana 98%
penularan terjadi melalui hubungan seksual dan sisanya melalui barang yang tercemar HPV.1
Pada seseorang yang aktif berhubungan seksual, banyak yang secara subklinis telah terinfeksi

6
HPV tetapi asimptomatik, Frekuensinya pada pria dan perempuan sama. Jenis kelamin pria
13% dan wanita 9% yang pernah mengalami kondiloma akuminata. Umur diderita pada
kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun. Tersebar kosmopolit dan transmisi
melalui kontak kulit langsung. Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit menular seksual
viral yang paling umum, 3 kali lebih banyak dari herpes genital tetapi angka kejadiannya
tidak melampaui infeksi gonokokus (gonore) dan klamidia.1,2

ETIOLOGI
Virus penyebab adalah Human Papilloma Virus (HPV), yaitu virus DNA yang
tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 100 genotipe
HPV, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang
tersering yaitu sebanyak 70-100% adalah tipe 6 dan 11. Selain itu, pernah ditemukan tipe 30,
42, 43, 44, 45, 51, 55, 55, dan 70. Tipe HPV yang berpotensi onkogenik tinggi adalah tipe 16
dan 18 yang paling sering dijumpai pada kanker sel skuamosa di serviks uteri, anus, vulva
dan penis. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan
neoplasma intraepithelial serviks derajat ringan.1,2

PENULARAN
Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak atau dalam
bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung HPV. Berbagai studi telah
menunjukkan sifat penularan infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual. Infeksi
HPV anogenital saat ini dianggap sebagai infeksi menular seksual (IMS) tersering.
Faktor resiko utama penularan infeksi HPV ialah jumlah pasangan seksual, dengan
beberapa faktor resiko penyerta antar lain usia pertama kali berhubungan seksual,
pemakaian barrier contraceptive, perilaku seksual laki-laki dan sirkumsisi pada laki-
laki. Bila seseorang melakukan kontak seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi
HPV, kemungkinan akan tertular virus dan timbul kondiloma akuminata sebesar 75%.
Cara lain yang dapat menularkan infeksi HPV ialah melalui kontak langsung dengan
tangan, atau secara tidak langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi HPV
(fomies), meskipun jarang terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vaginalis
saat partus dapat menimbulkan lesi di saluran napas bayi.2

8
GEJALA KLINIS
Pada sebagain besar orang yang terinfeksi HPV, kutil pada kelamin timbul 2-3 bulan
setelah terinfeksi.4 Penyakit ini terutama terdapat didaerah lipatan yang lembab misalnya
didaerah genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya diperineum dan sekitar anus,
sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada
perempuan didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang porsio uteri.
Dengan semakin banyaknya kejadian hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula
ditemukan kondiloma akuminatum di daerah anus dan sekitarnya.1
Kondisi lembab misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada laki-laki yang
tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminatum lebih cepat membesar dan bertambah banyak.
Selain itu, kondisi imunitas yang menurun misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau
mengalami transplantasi organ tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma
akuminatum. Sedangkan dalam keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat
sembuh dengan berakhirnya kehamilan.1
Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat disertai
rasa gatal. Bila terdpaat infeksi sekunder dapat menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak,
dan mudah berdarah. Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang
kol, berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa
millimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil tersebut dapat bergabung menjadi massa
yang besar. Bentuk lainnya berupa lesi keratotik dengan permukaan kasar dan tebal, biasanya
ditemukan di atas permukaan yang kering misalnya batang penis. Lesi timbul sebagai papul
atau plak verukosa atau keratotik, soliter atau multiple. Selain itu, lesi berbentuk kubah
dengan permukaan yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering sama halnya dengan lesi
keratotik. Seringkali berkelompok dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau
merah kecokelatan.1
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih
baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaan berjonjot atau papilomatosa sehingga pada
vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna
kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Vegetasi yang besar
disebut sebagai glant condylomata (Buschke-Lowenstein tumor) yang pernah dilaporkan
menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus dilakukan biopsi.2
Pada pria dapat menyerang penis, uretra, dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant
atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau
dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. Pada wanita kondiloma akuminata yang
sering menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina sebagian besar lesi
9
timbul tanpa gejala. Namun pada sebagian kasus terjadi perdarahan setelah coitus, gatal, dan
vaginal discharge. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm namun bisa berkumpul sampai
berdiameter 2 -10 cm dan bertangkai dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak
diperhatikan. Terkadang muncul pada lebih dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, dapat
terjadi perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra. Pada
umumnya penderita memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.1-4
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:2,3
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan yang hangat, lembab dan tidak berambut.
Tidak berkeratin sehingga lunak. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar
sehingga tampak seperti kembang kol.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti
batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa
papul dengan permukaan verukosa atau yang halus dan licin, soliter atau multipel dan
tersebar secara diskret.
3. Bentuk keratotik
Karena berkeratin maka menyerupai kutil biasa dan umumnya dijumpai di daerah
yang kering yaitu di kulit anogenital

Gambar 3. Lesi kondiloma pada wanita

10
Gambar 4. Lesi kondiloma pada pria

PATOFISIOLOGI
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi
kondiloma papilomatous. Infeksi HPV dapat menular melalui aktivitas seksual. HPV yang
berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi
yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi
oleh tipe HPV 6 atau HPV 11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33,45, 51, 52,56, 68, 89 merupakan
resiko tinggi.5 HPV tipe resiko rendah dan resiko tinggi keduanya dapat menyebabkan infeksi
anogenital, dimana infeksi HPV dapat dorman tidak menimbulkan gejala selama beberapa
tahun dan menjadi bergejala secara intermiten. Seluruh tipe HPV bereplikasi pada nucleus sel
host. Pada lesi yang jinak, HPV ditemukan sebagai plasmid dalam sitoplasma seluler dan
bereplikasi diluar kormosom. Sedangkan pada lesi yang ganas, HPV masuk ke dalam

11
kromosom sel host yang diikuti oleh pecahnya genome virus, fungsi E1 dan E2 terganggu
yang menyebabkan perubahan bentuk sel.4
Penyebarannya yaitu melalui kontak sesual genital-genital, oral-genital, genital-anal.
Infeksi HPV genital umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan dengan epitel
skuamosa genitalia perempuan dan laki-laki, misalnya serviksa dan anus. Abrasi mikroskopis
yang terjadi saat berhubungan seksual akan memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV
menularkannya kepada pasangan seksualnya yang belum terinfeksi. Trauma berulang pada
daerah tersbut akan meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel
epitel basal di daerah labia minora pada perempuan atau prepusium dan frenulum pada laki-
laki. Epitel anus juga mudah mengalami trauma saat berhubungan seks ano-genital, sehingga
memudahkan infeksi HPV. Setelah masuk ke dalam sel epitel basal pejamu, virus melepaskan
kapsul protein dan berada bersama dengan sel pejamu sebagai circular episome. Virus akan
berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama itu tidak tampak manifestasi
infeksi. Replikasi aktif HPV terjadi di lapisan epitel dekat permukaan, dengan amplifikasi
cepat hingga 100.000 genom per sel. Virion kemudian dilepaskan dari sel yang
berdeskuamasi. Fase pertumbuhan aktif dimulai bila terjadi lesi pertama. Sampai saat ini
belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi bentuk infeksisu, namun
dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan ligkungan. Selama masa infeksi aktif, HPV akan
bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel pejamu, dan akan memicu sel pejamu
berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar. Jumlah virus paling
banyak dijumpai di lapisan epitel paling atas, sehingga meningkatkan infektivitas. Biasanya
pada fase ini, pasien mulai berobat.2
Kira-kira 3 bulan kemudian, respons system imun pejamu mulai meningkat. System
imun innate mulai dipulihkan, dan interferon akan memperlambat replikasi HPV dan memicu
respon imun selular. Sistem imun selular yang imunokompeten dan produksi sitokin,
diperlukan untuk pembersihan HPV. HPV terlindung dari respon imun pejamu karena virus
berlokasi di dalam sel.
Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi lagi
dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian, sekitar 30% kondiloma akuminata akan mengaami
regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Secara luas telah diketahui bahwa HPV persisten
penting dalam kemungkinan terbentuknya lesi prakanker dan kanker. Kurang dari 1% orang
yang terinfeksi virus ini akan menjadi kutil secara klinis, sehingga penularan dapat terjadi
dari seseorang yang tampak tidak terinfeksi virus. Periode laten dapt berlangsungbeberapa
bulan hingga tahun.2
12
FAKTOR RESIKO 2,3
Faktor resiko utamanya yaitu berdasarkan aktivitas seksual, dimana kondiloma akuminata
atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan
mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang (multiple), pasangan seksual yang memiliki
infeksi HPV anogenital ataupun pada infeksi menular seksual.4
DIAGNOSIS
Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang
khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit
atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kassa yang telah dibasahi dengan
larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang
dibungkus diperiksa menggunakan kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes
yang positif disebut sebagi positif acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi
sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung banyak
protein dan warna putih terjadi sebagai akibat denaturasi protein. Lesi HPV seringkali
menunjukkan pola kapilar (punctuated capillary pattern) yang berbatas tegas. Pada
keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil positif namun dengan pola yang lebih
difus dan tidak beraturan.1
Selain itu, beberapa pemeriksaan yang dianjurkan pada kondiloma akuminata
adalah:2,3,4
1. Pap smear, dimana seluruh perempuan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan pap
smear karena HPV merupakan agen penyebab utama pada kanker serviks.
2. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi untuk hibridisasi DNA. Biopsy sebenarnya
tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. Beberapa indikasi untuk dilakukannya
pemeriksaan histopatologi yaitu bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsive
terhadap terapi dan curiga kea rah keganasan yang ditandai dengan pigmentasi,
pertumbuhan cepat, fiksasi terhadap struktur dibawahnya, perdarahan, dan ulserasi
spontan. Indikasi lainnya adalah pasien imunokompromais berusia lebih dari 40
tahun, serta lesi kondiloma akuminata pada serviks.
Secara mikroskopis, lesi kondiloma ditandai dengan gambaran koilosit yaitu
keratinosit berukuran besar dengan halo atau vakuolisasi perinuklear. Sel dengan inti
hiperkromatik juga dapat ditemukan. Pada epidermis, terdapat akantosis,
parakeratosis, dan rete ridges memanjang. Pada stratum basalis dapat ditemukan

13
peningkatan aktivitas mitosis. Pada dermis dapat ditemukan papilomatosis dan
sebukan sel radang kronik.
3. Dermoskopi, dapat mendiagnosis bahkan pada lesi awal yaitu kondiloma akuminata
akan tampak gambaran pola vascular dan pola mosaic pada lesi awal yang masih datar
dan menyerupai tombol (knoblike) serta menyerupai jari (finerlike) pada lesi
papilomatosa.
4. VDRL dan TPHA untuk menyingkirkan ko-infeksi Treponema pallidum.
VDRL memakai formula antigen terdiri dari kardiolipin, kolestrol dan lesitin yang
digunakan sebagai screening atau untuk menilai hasil pengobatan. Selain hasil reaktif,
non reaktif atau reaktif lemah, tes ini dapat memberikan hasil kuantitatif dalam bentuk
titer misalnya 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, dst. Sedangkan TPHA merupakan tes treponemal
yang menerapkan teknik hemaglutinasi tidak langsung untuk mendeteksi antibody
spesifik terhadap Treponema pallidum
5. Anti HIV

DIAGNOSIS BANDING 1,2,3,4


Papul dan nodul pseudoverrucous adalah suatu kondisi yang dapat dilihat berkaitan
dengan ureterostomi dan pada daerah perianal yang berkaitan dengan defekasi yang tidak
dapat ditahan juga bisa menyerupai kondiloma akuminata. Papul-papul yang terdapat di
daerah anogenital seperti moluskum dan skintag,
a. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering, dan berwarna abu-abu
atau sama dengan warna kulit.
b. Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, klinis
berupa plakat yang erosif dan basah, ditemukan banyak spirochaeta pallidum
dengan mikroskop lapangan gelap.
c. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi berbentuk seperti kembang kol, mudah
berdarah dan berbau.
d. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant condylomata): lesi
neoplastic yang bersifat invasive lokal, biasanya dihubungan dengan HPV tipe
16.

PENGOBATAN
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten,1 maka tidak terdapat
terapi spesifik terhadap virus ini dan perawatan diarahkan pada pembersihan kutil-kutil yang

14
tampak untuk mengurangi gejala yang ditimbulakn dan bukan pemusnahan virus. Pilihan obat
berdasarkan keadaan lesi yaitu jumlah, ukuran dan bentuk, serta lokasi. Cara pengobatan
dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh pasien dan pengobatan oleh dokter. Pilihan
pengobatan ditentukan berdasarkan keinginan pasien dan harus menghindari terapi yang
mahal, bersifat toksik maupun yang menghasilkan jaringan parut. Penggunaan kondom dapat
menurunkan penyebaran dan vaksin dapat digunakan sebagai pencegahan.4

1. Terapi topikal
a. Tinktura podofilin 25%
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa
senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylin yang paling aktif
adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10-25 %
dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan paraffin cair. Aplikasi dilakukan oleh
dokter, tidak boleh oleh pasien sendiri. Menggunakan tinktura podofilin 25 %, kulit di
sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau agar tidak terjadi iritasi dan dicuci setelah 4-
6 jam. Jika belum ada penyembuhan dapat diulang setelah 3 hari, setiap kali
pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala
toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas dan keringat yang
disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Obat ini jangan diberikan pada wanita hamil karena
dapat terjadi kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa
pasien membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk mencapai kesembuhan klinis,
sementara pasien yang lain menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain
harus dipertimbangkan. Hasilnya baik pada lesi yang baru tetapi kurang memuaskan
pada lesi yang lama atau berbentuk pipih.1,3
b. Asam Trikloroasetik (TCA) konsentrasi 80-90%
Dioleskan oleh dokter yaitu setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat
menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.
c. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU)
Krim 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil di meatus uretra dengan
konsentrasinya 1-5%. Pemberian dilakukan setiap hari oleh pasien sampai lesi hilang
dan dianjurkan tidak miksi 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Dapat digunakan untuk lesi internal dan eksternal

15
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
Target terapi adalah terbentuk halo beberapa millimeter di sekitar lesi. Terapi dikatakan
berhasil bila timbul lepuh dalam beberapa hari dengan proses inflamasi pada area lesi
dan perilesi, lepasnya lesi diikuti fase penyembuhan.
4. Bedah scalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut bila dibandingkan
alektrokauterisasi.
6. Interferon
Diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topical (krim).
Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara intramuscular 3 kali seminggu
selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit intramuskular
selama 10 hari berturut-turut. Indikasinya adalah lesi kondiloma akuminatum terbatas
pada area anogenital eksterna, tidak dapat digunakan pada lesi di membrane mukosa
dalam (uretra, vagina, serviks) dan kehamilan.
7. Imunoterapi
Penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama dengan imunostimulator. Krim imiquimod dengan konsentrasi 5%
digunakan 3 kali dalam seminggu yang dapat digunakan sampai 16 minggu. sebelumnya
pasien harus membersihkan lesi dengan air sabun lalu dikeringkan, dioles tipis saat
malam hari sebelum tidur lalu setelah 6-10 jam dibersihkan kembali dengan air sabun.2

PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari,
misalnya hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak sirkumsisi atau
keadaan imunosupresi.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Indriatmi W, Handoko RP. Kondiloma Akuminata. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,


Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2017.p.113-115.
2. Indriatmi W, Zubier F. Kondilomata Akuminata. Dalam: Daili SF, Nilasari H,
Indriatmi WI, Zubler F, Rowawi R, dkk. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.p.176-87.
3. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, et all. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th edition. McGraw-Hill; 2012.p.2421-33.
4. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical
dermatology. 7th edition. McGraw-Hill; 2013.p.728-.30
5. Siregar RS. Saripati penyakit kulit, Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005.
6. Lacey CJN, Woodhal SC, Wikstrom A. European Guideline for the Management of
Anogenital Warts, 2011. Diakses pada tanggal 2 Juli 2018. Available from:
http://www.iusti.org/regions/europe/pdf/2012/Euro_HPV_guidelines.pdf
6. Chang GJ, Welton ML. Human Papillomavirus Condylomata Acuminata and Anal
Neoplasia. Journal of Clinics in Colon and Rectal Surgery, 2004; Vol. 17(4): 221-30.

17

You might also like