Professional Documents
Culture Documents
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan gigi depan yang berwarna
kehitaman. Dari anamnesis diketahui pasien pernah jatuh dari motor 1 tahun yang lalu dan giginya
terbentur aspal hingga patah. Gusi pada regio gigi tersebut pernah bengkak dan sakit tetapi saat ini
tidak terasa sakit. Pemeriksaan IO menunjukkan gigi 11 fraktur pada 1/3 insisal, vitalitas negatif,
dengan diskolorisasi intrinsik. Hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan akar utuh dengan gambaran
radiolusen batas difus diameter 1 mm pada bagian apikal. Pasien ingin giginya dirawat agar terlihat
natural.
STEP 1
1. Diskolorisasi intrinsik
disebabkan oleh obat tetrasiklin yang dikonsumsi ibu hamil, mengakibatkan gigi bayi
kuning keabuabuan
Pewarnaan berasal dari dalam(enamel, dentin), tidak dapat menggunakan scalling,
polishing saja,bisa veneer, bleaching, mahkota jaket
Warna gigi dari dalam, trauma dilanjutkan proses bleeding dalam pulpa
Biasanya krn gigi nekrosis, pendarahan
Kemerahan diikutin kecoklatan lama2 kehitaman pada daerah pulpa
STEP 2
STEP 3
FRAKTUR CUSP
DIAGNOSIS
Subjektif
Seringkali pasien mengeluhkan rasa sakit yang cepat dan tajam pada saat
pengunyahan atau saat adanya perubahan temperature, terutama dingin.
Rasa sakit lebih jelas saat pelepasan pengunyahan (bukan pada penutupan tapi pada
pemisahan gigi setelah mengunyah).
Rasa sakit tidak parah ataupun spontan dan hanya terjadi dengan adanya rangsang.
Menariknya, gejala akan hilang setelah cusp akhirnya patah.
Objektif
Radiografik
Tes radiograf tidak berguna karena fraktur tidak terlihat secara radiograf.
PROGNOSIS
Gigi retak menunjukan variasi hasil tes, penemuan radiograf, tanda dan gejala, berhantung
pada banyak factor. Variasi ini tidak dapat diprediksi seringkali membuat diagnosis dan
perawatan gigi retak menjadi rumit.
Subjektif
Gigi retak umumnya menunjukan ‘Sindrom Gigi Retak’. Sindrom ini terkarakteristik dengan
adanya rasa sakit yang akut saat pengunyahan (pelepasan tekanan) makanan keras dan tajam,
berlangsung cepat pada rangsang dingin. Pemeriksaan ini juga ditemukan pada Fraktur Cusp.
Namun, terdapat beberapa variasi gejala mulai dari sakit ringan hingga sakit parah yang
spontan dengan adanya pulpitis irreversible, nekrosis pulpa, ataupun periodontitis apical.
Bahkan bisa juga terdapat abses apical akut apabila pulpa telah nekrosis. Dapat juga terjadi
penyakit apical yang berhubungan dengan abses apical ( dengan ataupun tanpa
pembengkakan) atau penggenangan sinus tract. Dengan kata lain, apabila fraktur telah meluas
melibatkan pulpa, penyakit pulpa maupun periapikal yang parah akan muncul. Hal tersebut
menjelaskan variasi dari tanda dan gejala gigi retak.
Objektif
Terdapat juga variasi hasil dari tes pulpa dan periapikal. Tes vital pulpa umumnya
positif tetapi juga dapat negative (pada nekrosis pulpa)
Tes periapikal juga bervariasi, tapi apabila pulpa masih vital, rasa sakit tidak ada pada
saat tes perkusi atau palpasi.
Perkusi langsung juga mendukung. Perkusi pada daerah retakan dapat menimbulkan
sakit. Perkusi dengan arah berlawabab biasanya asimtomatik. Rasa sakit ini berkaitan
dengan rangsangan dari propropreseptor ligament periodontal.
Radiografik
Karena fraktur arah mesiodistal tidak dapat terlihat, radiograf digunakan untuk
melihat status pulpa-periapikal.
Umumnya tidak ditemukan hasil signifikan, walaupun kadang terjadi beberapa hasil
yang berbeda.
Kehilangan tulang proksimal (horizontal, vertical, furkal) berhubungan dengan
fraktur; meningkatnya kehilangan tulang meningkatkan keparahan dari keretakan.
PROGNOSIS
SPLIT TOOTH
DIAGNOSIS
Gigi patah tidak memiliki tanda dan gejala yang membingungkan seperti gigi retak.
Umumnya gigi patah lebih mudah untuk di kenali. Kerusakan pada periodontium
biasanya signifikan dan dapat dideteksi baik oleh pasien maupun dokter gigi.
Subjektif
Umumnya, pasien merasakan sakit saat pengunyahan. Sakit lebih sedikit saat pusat
oklusal berkontak dibanding saat pengunyahan. A periodontal abscess may be present,
often resulting in mistaken diagnosis.
Radiografis
Penemuan pada radiograf bergantung pada status pulpa namun biasanya lebih menunjukan
kerusakan periodontium. Seringkali terdapat kehilangan horizontal tulang interproksimal
ataupun interradikular
PROGNOSIS
Prognosis bervariasi. Beberapa perawatan sukses dan beberapa yang lain gagal.
Apabila fraktur pada tengah hingga 1/3 servikal, terdapat kesempatan untuk
keberhasilan perawatan dan restorasi
Apabila fraktur pada tengah hinggal 1/3 apikal, prognosis buruk. Dengan kedalaman
seperti ini, biasanya sudah terlalu banyak space pulpa yang terekspos ke
periodontium; perawatan saluran akar dengan restorasi pada space ini akan
menyebabkan defekasi periodontal yang besar.
Prediksi kadang sulit dilakukan sebelum perawatan selesai jika lebih banyak tindakan
konservasi yang harus dilakukan, yaitu, jika patahan terletak pada daerah saluran akar
dan restorasi. Setelah PSA selesai dan patahan dihilangkan apabila fraktur sangat
besar dan gigi tidak dapat diselamatkan, pasien harus di informasikan sebelum
perawatan dimulai.
Dapat terlihat seperti penyakit periodontal atau PSA yang gagal. Variasi ini membuat
diagnosi rumit.
Menariknya, karena FAV sering disalahartikan sebagai penyakit periodontal atau PSA
yang gagal, dokter gigi sering merujuk penyakut ini ke periodontics ataupun
Subjektif
Objektif
Tes perkusi dan palpasi kurang membantu.
Pengamatan probing periodontal pattern lebih membantu.
Secara signifikan, gigi dengan FAV memiliki probing pattern normal’.
Most show significant probing depths with narrow or rectangular patterns, which are
more typical of endodontic-type lesions. These deep probing depths are not
necessarily evident on both the facial and lingual aspects.
Secara keseluruhan probing pattern tidak mendiagnosis secara total namun mereka
membantu.
Radiografik
PROGNOSIS
2) diskolorisasi ekstrinsik
suatu pewarnaan yang ada di permukaan gigi, bersifat lokal, bisa dibersihkan
menggunakan bleaching maupum polishing
co makanan spt kopi, teh, tembakau, OH buruk
A. metalic
penggunaan bahan metal seperti amalgam
B. non metalic
penggunaan fluor yang berlebihan, bintik putih2 kekuningan
zat2 seperti teh, tembakau, kopi
traumatic injury
berdasarkan struktur
1) dentinogenesis imperfecta
proses perkembangan giginya, ukuran gigi normal tp gigi agak kekuningan, email lebih
mudah aus
2) fluorosis
intake dari flour yang berlebihan, erupsi gigi keputihan, porositas lebih mudah menyerap
stage yang paling parah severe, gigi opak putih sebagian menguning
3) usia
email menipis, dentin menebal menjadi kuning kecoklatan
4) penggunaan
etiologi
eksogen
dari bahan kimia
endogen
dari dalam giginya sendiri
5. Bagaimana indeks dari diskolorisasi
Berdasarkan warna
Klas Iwarna kuning muda
Klas IIKuning tua bisa menjadi orange/kemerahan
Klas IIIAbu2
Klas IVGelap
perhitungan
0 tidak terdapat permukaan perubahan warna
10,01%-25% permukaan tertutup diskolorisasi
226%-50%
356%-75%
476-100%
Sebelum dihitung gigi bebas dari plak dan karies, gigi dalam keadaan kering
6. Bagaimana mekanisme dari diskolorisasi gigi
Trauma pembuluh darah kapiler pecah pada kamar pulpaeritrosit lisis perdarahan
pulpa darah menggenang di pulpa menyebar ke tubulus dentin proses hemolisis
mengeluarkan hemoglobin mengeluarkan besi yang berikatan dengan hidrogen
sulfid(komponen bakteri) menjadi ferisulfid ke dentin warna kehitaman dari
terang ke kehitaman
7. Apa saja perawatan yang mungkin dilakukan pada kasus diskenario serta indikasi dan
kontraindikasi gambar
1) Bleaching in office
Langsung dilakukan ke pasien menggunakan bahan carbamed peroksida, hidrogen
peroksida 30-35%
Ekstrinsik
Kombinasi keduanya
Inside maupun outside
Indikasi
Pada gigi yang mengalami diskolorisasi intrinsik
Pada gigi setelah dilakukas psa
Kontra
Setelah dilakukan perawatan psa tp masih ada pulpa/ struktur yang lain yg tersisa
Perawatan mahkota
Secara restorative
3) Porcelain
Gigi yang memputuhkan kekuatan, pembuatan lebih cepat, warna stabil
4) Veneer
Ditambahkan bahan selapis tipis
Indikasi
Mengoreksi diskolorisasi
Menutupi email yang cacat
Menutupi bentuk gigi peg shaped
Kontraindikasi
5) Kebiasaan bruxism
Non restorative
Bleaching
Gigi vital maupun non menggunakan bahan kimia
Veneer
Struktur gigi yang rusak, atau diastem
2. Kontraindikasi
Gigi vital yang tidak dapat dilakukan pemutihan adalah gigi vital dengan kondisi :
- Ruang pulpa besar dimana mengakibatkan gigi sensitif
- Saluran akar yang masih terbuka
- Adanya pengikisan email
- Restorasi yang luas
- Alergi peroksida (Goldstein, 1998)
- Gigi yang mengalami karies yang tidak direstorasi
- Restorasi yang rusak
- Sensitivitas gigi yang sudah dirasakan sebelumnya
Bleaching intrakoronal
Indikasi :
Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti
Kontraindikasi:
Ada karies atau restorasi yang besar
Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna
Bleaching ekstrakoronal
Indikasi:
Dilakukan pada gigi yang masih vital
Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak
[ CITATION Ras02 \l 1057 ]
Daftar Pustaka
Meizarini, A., & Rianti, D. (2005). Bahan Pemutih gigi dengan seritifikat ISO. Majalah
kedokteran gigi, 73-76.
Tarigan, R. (2002). Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.