You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
tindakan post defribilasi.
Penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas dari mata kuliah Psikologi. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ibu Siti Mulidah, S.pd., S.Kep., Ns., M.kes. yang telah membimbing kami dan
semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
kritik saran sangat kami perlukan terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Purwokerto, 4 September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… ….2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………………….
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………4
3. Tujuan……………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN
1. Kasus tentang Sikap……………………………………………………………………
2. Kasus tentang Stress……………………………………………………………………
3. Kasus tentang Psikologi Kesehatan …………………………………………………………

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ………………………………………………………………………………9
Saran ……………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Alat – alat medis dibutuhkan terutama menangani pasien penderita suatu
penyakit, seperti aritma jantung, fibrilasi ventricular dan takikardia ventrikal yang
tidak mempunyai nadi. Ketiga contoh penyakit tersebut pada umumnya memiliki
kesamaan yaitu berakibat besar pada jantung dimana denyut jantung yang seharusnya
beritme normal menjadi denyut yang ritmenya tidak stabil. Untuk itu, diperlukan
adanya proses defribilasi yang secara umum proses tersebut dilakukan untuk
membuat ritme denyut jantung yang acak menjadi denyut jantung yang labil.
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik
yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang
ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi
aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan
membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi.
Dalam melakukan proses defribilasi sangat diperlukan adanya alat medis yang
disebut defribilator untuk melakukan proses defribliasi. Defribilator dapat eksternal,
transvenous atau implant, tergantung pada jenis perangkat yang digunakan atau
dibutuhkan. Beberapa unit eksternal, yang dikenal sebagai defribilator eksternal
otomatis (AED), alat ini bisa digunakan oleh orang yang bahkan tidak ada pelatihan
sama sekali.

2. RUMUSAN MASALAH
1.
2. Contoh kasus tentang Stress.
3. Contoh kasus tentang psikologi Kesehatan.

3. TUJUAN

3
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata Keperawatan Elektif
2. Tujuan Khusus
Untuk lebih mengerti, memahami berbagai kasus sikap, stress dan psikologi kesehatan.
Untuk dapat menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan sikap, stress dan
psikologi kesehatan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik yang
kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang ditempatkan pada
permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan
mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output, perfusi
jaringan dan oksigenasi.
Defribilasi merupakan suatu bentuk penatalaksanaan segera dalam keadaan
mengancam jiwa yang disebabkan karena suatu aritmia yang tidak pernah dialami oleh
pasien sebelumnya misalnya seperti fibrilasi ventrikel atau ventrikel takikardi. Defribliasi
listrik merupakan intervensi penting dalam penatalaksanaan henti jantung yang
disebabkan oleh fibrilasi ventrikel (Ventrikel Fibrilation/ VF) atau takikardi ventrikel
tanpa denyut nadi (Ventrikel Tachycardia/ VT). Banyak bukti ilmiah yang mendukung
pentingnya defribilasi segera, kejut pertama yang dilakukan terhadap penderita
merupakan satu-satunya penentu penting keberhasilan tindakan defribilasi. Setiap 1 menit
keterlambatan tindakan defribilasi menurunkan angka keberhasilan sebesar 7-10%.
(Healthcare Newsletter, 2015)
American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi diberikan
secepat mungkin saat pasien mengalami gambaran VT nonpulse atau VF, yaitu 3 menit
atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5 menit atau kurang dalam setting
luar rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar rumah sakit karena sekarang ini
sudah ada defibrillator yang bisa dioperasikan oleh orang awam yang disebut automatic
external defibrillation (AED).
AED adalah defibrillator yang menggunakan system computer yang dapat
menganalisa irama jantung, mengisi tingkat energi yang sesuai dan mampu memberikan
petunjuk bagi penolong dengan memberikan petunjuk secara visual untuk peletakan
elektroda.

5
2. INDIKASI DEFRIBILASI
Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama (rekomendasi class I) yang
ditujukan pada:
- Ventrikel fibrilasi (VF)
- Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-pulse)
Meskipun defibrilasi merupakan terapi definitive untuk VF dan VT nonpulse,
penggunaan defibrilasi tidak berdiri sendiri tetapi disertai dengan resusitasi.
kardiopulmonari (RKP). Peran aktif dari penolong atau tenaga kesehatan pada saat
mendapati pasien dengan cardiac arrest, dimana sebagian besar menunjukkan VF dan
VT, untuk bertahan terbukti meningkat. Dikutip dari AHA dalam ACLS: principle and
practice, dalam 4 studi disebutkan bahwa terdapat hubungan antara interval dari kolaps
dengan dimulainya pemberian RKP.

3. PRINSIP DEFRIBILASI KEJUTAN


Memberikan energi dalam jumlah banyak dalam waktu yang sangat singkat
(beberapa detik) melalui pedal positif dan negative yang ditekankan pas dinding dada
atau melalui adhesive pads yang ditempelkan pada sensing dada pasien. Arus listrik
yang mengalir sangat singkat ini bukan merupakan loncatan awal bagi jantung untuk
berdetak, tetapi mekanismenya adalah aliran listrik yang sangat singkat ini akan
mendepolarisasi semua miokard, menyebabkan berhentinya aktivitas listrik jantung
atau biasa disebut asistole. Beberapa saat setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-
sel pace maker akan berrepolarisasi secara spontan dan memungkinkan jantung untuk
pulih kembali. Siklus depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel pacemaker
yang reguler ini memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk
memulai aktivitas kontraksi kembali.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan defibrilasi
a. Lamanya VF Kesuksesan defibrilasi tergantung dari status metabolisme
miokards dan jumlah miokard yang rusak selama periode hipoksia karena
arrest. Semakin lama waktu yang digunakan untuk memulai defibrilasi maka
semakin banyak persediaan ATP yang digunakan miokard untuk bergetar

6
sehingga menyebabkan jantung memakai semua tenaga sampai habis dan
keadan ini akan membuat jantung menjadi kelelahan.
b. Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia, asidosis, gangguan elektrik,
hipotermi dan penyakit dasar jantung yang berat menjadi penyulit bagi
pemulihan aktivitas kontraksi jantung.
c. Besarnya jantung Makin besar jantung, makin besar energi yang dibutuhkan
untuk defibrilasi.
d. Ukuran pedal Ukuran diameter pedal dewasa yang dianjurkan adalah 8,5-12
cm dan untuk anak-anak berkisar 4,5-4,8 cm. Ukuran pedal terlalu besar
membuat tidak semua permukaan pedal menempel pada dinding dada dan
menyebabkan banyak arus yang tidak sampai ke jantung. Untuk itu,
penggunaan pedal pada anakanak bisa disesuaikan dengan ukuran tubuhnya.
e. Letak pedal Hal yang sangat penting tetapi sering kali diabaikan adalah
peletakan pedal pada dinding dada saat dilakukan defibrilasi. Pedal atau pad
harus diletakkan pada posisi yang tepat yang memungkinkan penyabaran arus
listrik kesemua arah jantung. - posisi sternal, pedal diletakkan dibagian kanan
atas sternum dibawah klavikula - pedal apeks diletakkan disebelah kiri papilla
mamae digaris midaksilaris. Pada wanita, posisi pedal apeks ada di spasi
interkosta 5-6 pada posisi mid-axilaris. Pada pasien yang terpasang pacemaker
permanent, harus dihindari peletakan padel diatas generator pacemaker, geser
pedal setidaknya 1 inchi dari tempat itu. Defibrilasi langsung ke generator
pacemaker dapat menyebabkan malfungsi pace maker secara temporary atau
permanent. Setelah dilakukan defibrilasi atau kardioversi, PPM harus dicek
ambang pacing dan sensinya serta dilihat apakah alat masih bekerja sesuai
dengan setting program. Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan
defibrilasi adalah posisi pedal atau pads, keduanya tidak boleh saling
menyentuh atau harus benar-benar terpisah.
f. Energi Pada defibrilator monofasik energi yang diberikan 360 joule,
sedangkan pada defibrilator bifasik 200J. Untuk anak-anak, energy yang
diperlukan adalah 1-2 joule/kg BB, maksimal 3 j/kg BB

7
g. Jelli/Gel Saat menggunakan pedal, jangan lupa memberikan jelli khusus untuk
defibrilasi atau kardioversi pada pedal. Jelli berfungai sebagai media konduksi
untuk penghantar arus listrik. Tujuan dari pemberian gel adalah untuk
mengurangi resistensi transtorakal dan mencegah luka bakar pasien. Yang
harus diperhatikan juga adalah jangan sampai gel tersebut teroles dikulit
diantara sternum dan apeks, atau jelli dari salah satu atau ekdua pedal
mengalir menghubungkan keduanya pada saat ditekan ke dada pasien. Jika ini
terjadi akan mengakibatkan arus hanya mengalir dipermukaan dinding dada,
aliran arus ke jantung akan missing memancarkan bunga api yang
menyebabkan sengatan listrik pasien pada pasien dan alat-alat operator.

4. KOMPLIKASI DEFRIBILASI
a. Henti jantung-nafas dan kematian
b. Anoxia cerebral sampai dengan kematian otak
c. Gagal nafas
d. Asistole
e. Luka bakar
f. Hipotensi
g. Disfungsi pace-maker

5. LANGKAH- LANGKAH DEFRIBILASI


a. Persiapan Peralatan
- Defibrillator dengan monitor EKG dan pedalnya
- Jelly
- Obat-obat Emergency (Epinephrine, Lidocain, SA, Procainamid, dll)
- Oksigen
- Face mask
- Papan resusitasi
- Peralatan intubasi dan suction
- Peralatan pacu jantung emergency

8
b. Persiapan Pasien
- Pastikan pasien dan atau keluarga mengerti prosedur yang akan dilakukan
- Letakkan pasien diatas papan resusitasi pada posisi supine
- Jauhkan barang-barang yang tersebut dari bahan metal dan air disekitar
pasien
- Lepaskan gigi palsu atau protesa lain yang dikenakan pasien untuk
mencegah obstruksi jalan nafas
- Lakukan RKP secepatnya jika alat-alat defibrillator belum siap untuk
mempertahankan cardiac output yang akan mencegah kerusakan organ dan
jaringan yang irreversible.
- Berikan oksigen dengan face masker untuk mempertahankan oksigenasi
tetap adekuat yang akan mengurangi komplikasi pada jantung dan otak
- Pastikan mode defibrillator pada posisi asyncrone
- Matikan pace maker (TPM) jika terpasang.

c. Prosedur Defribilasi
- Oleskan jelly pada pedal secara merata
- Pastikan posisi kabel defibrillator pada posisi yang bisa menjangkau
sampai ke pasien
- Nyalakan perekaman EKG agar mencetak gambar EKG selama
pelaksanaan defibrilasi
- Letakkan pedal pada posisi apeks dan sternum
- Charge pedal sesuai energi yang diinginkan (360 joule)
- Pastikan semua clear atau tidak ada yang kontak dengan pasien, bed dan
peralatan pada hitungan ketiga (untuk memastika jangan lupa lihat posisi
semua personal penolong)
- Pastikan kembali gambaran EKG adalah VT atau VF non-pulse
- Tekan tombol pada kedua pedal sambil menekannya di dinding dada
pasien, jangan langsung diangkat, tunggu sampai semua energi listrik
dilepaskan.
- Nilai gambaran EKG dan kaji denyut nadi karotis

9
- Jika tidak berhasil, langsung charge pedal dengan energi 360 joule dan
ulangi langkah 4-9
- Jika kejutan kedua tidak berhasil, lakukan tahapan ACLS berikutnya
- Bersihkan jelly pada pedal dan pasien
d. Monitoring Pasien Setelah Defibrilasi
- Evaluasi status neurology. Orientasikan klien terhadap orang, ruang, dan
waktu.
- Monitor status pulmonary (RR, saturasi O2).
- Monitor status kardiovaskuler (TD, HR, Ritme) setiap 15 menit.
- Monitor EKG.
- Mulai berikan obat anti disritmia intravena sesuai dengan anjuran dokter
- Kaji apakah ada kulit yang terbakar.
- Monitor elektrolit (Na. K, Cl).
e. Dokumentasi dan laporan setelah tindakan
- Print out EKG sebelum, selama dan sesudah defibrilasi
- Status neurology, respirasi dan kardioversi sebelum dan sesudah
defibrilasi
- Energi yang digunakan untuk defibrilasi
- Semua hasil yang tidak diinginkan dan intervensi yang telah diberikan

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik yang
kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang ditempatkan pada
permukaan dada pasien. Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama
(rekomendasi class I) yang ditujukan pada Ventrikel fibrilasi (VF) dan Ventrikel
takikardi tanpa nadi (VT non-pulse).

2. Saran
Dalam penulisan makalah Tindakan Post Defribilasi ini masih banyak kekurangna yang
perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi seputar makalah ini tidak kami sebutkan,
namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan makalah. Dan pada akhirnya
makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat tahu mengenai tindakan post defribilasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

12

You might also like